Anda di halaman 1dari 27

MODUL

1
REFRIGERAN
Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin
pengkondisian udara (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda atau udara yang
didinginkan dan membawanya kemudian membuangnya ke udara sekeliling di luar
benda/ruangan yang didinginkan.
1.1 PENGELOMPOKAN REFRIGERAN
Refrigeran yang pertama kali digunakan adalah eter oleh Perkins pada mesin kompresi uap [1].
Selanjutnya pada tahun 1874 digunakan sulfur dioksida (SO 2), dan pada tahun 1875 mulai
digunakan ethyl chloride (C2H5Cl) dan ammonia. Selanjutnya metil khlorida (CH3Cl) mulai
digunakan tahun 1878 dan karbon dioksida (CO2) tahun 1881. Nitrogen oksida (N2O3) dan
hidrokarbon (CH4, C2H6, C2H4, dan C3H8) banyak digunakan sekitar tahun 1910 sampai 1930.
Dichloromethane (CH2Cl), dichloroethylene (C2H2Cl2) dan monobromomethane (CH3Br) juga
digunakan sebagai refrigeran pada mesin sentrifugal.
Penggunaan refrigeran-refrigeran yang disebutkan diatas tersingkir setelah ditemukannya Freon
(merek dagang) oleh E.I. du Point de Nemours and Co pada sekitar tahun 1930an, dan menjadi
sangat populer sampai dengan tahun 1985. Refrigeran ini disebut sebagai refrigeran halokarbon
(halogenated hydrocarbon) karena adanya unsur-unsur halogen yang digunakan (Cl, Br) atau
kadangkala disebut sebagai refrigeran fluorokarbon (fluorinated hydrocarbon) karena danya
unsure fluor (F) dalam senyawanya. Berdasarkan jenis senyawanya, refrigeran dapat
dikelompokan menjadi:
1. Kelompok refrigeran senyawa halokarbon.
2. Kelompok refrigeran senyawa organik cyclic.
3. Kelompok refrigeran campuran Zeotropik.
4. Kelompok refrigeran campuran Azeotropik.
5. Kelompok refrigeran senyawa organik biasa.
6. Kelompok refrigeran senyawa anorganik.
7. Kelompok refrigeran senyawa organik tak jenuh.
1

1.1.1 Kelompok Refrigeran Senyawa Halokarbon


Kelompok refrigeran senyawa halokarbon diturunkan dari hidrokarbon (HC) yaitu metana
(CH4), etana (C2H6), atau dari propana (C3H8) dengan mengganti atom-atom hidrogen
dengan unsur-unsur halogen seperti khlor (Cl), fluor (F), atau brom (Br). Jika seluruh atom
hidrogen tergantikan oleh atom Cl dan F maka refrigeran yang dihasilkan akan terdiri dari
atom khlor, fluor dan karbon. Refrigeran ini disebut refrigeran chlorofluorocarbon (CFC).
Jika hanya sebagian saja atom hidrogen yang digantikan oleh Cl dan atau F maka refrigeran
yang terbentuk disebut hydrochlorofluorocarbon (HCFC). Refrigeran halokarbon yang
tidak mengandung atom khlor disebut hydrofluorocarbon (HFC).
Berdasarkan pembahasan di atas refrigeran halocarbon dapat dituliskan sebagai:
C m H n Fp Cl q

untuk senyawa halokarbon jenuh berlaku (n + p +q) = 2m + 2, sedangkan untuk senyawa


tak jenuh (n + p + q) = 2 m. Dalam hal ini m menyatakan jumlah atom C, n adalah jumlah
atom H, p adalah jumlah atom F, dan q menyatakan jumlah atom Cl.
Cara penomoran refrigeran halokarbon adalah
R- (m-1) (n+1) (p)
Jika (m-1) sama dengan nol maka angka nol dihilangkan. Sebagai contoh CCl3F
(trichlorofluoromethane)
(Dichlorodifluoromethane)

dituliskan
dituliskan

sebagai
sebagai

R-11

atau

CFC-11.

CCl2F2

R-12

atau

CFC-12.

CHClF2

(Chlorodifluoromethane) dituliskan sebagai R-22 atau HCFC-22. C2Cl3F3 dituliskan sebagai


R-113 atau CFC-113. Metana (CH 4) dituliskan sebagai R-50, etana (C2H6) adalah R-170,
propane (C3H8) R-290 dan seterusnya.
Untuk refrigeran yang mengandung bromida dituliskan dengan menambahkan huruf B dan
angka yang menyatakan jumlah atom khlor yang digantikannya. Sebagai contoh R-13B1
adalah refrigeran R-13 yang satu atom khlornya digantikan oleh satu aton Br.
Jika senyawa mempunyai isomer yaitu senyawa yang mempunyai jumlah unsur sama tetapi
berbeda dalam struktur molekulnya, maka nomor refrigeran ditambahkan huruf a,b, dst
bergantung apakah struktur molekulnya simetri atau tidak.

Untuk senyawa tak jenuh ditambahkan angka jumlah ikatan tak jenuh didepan (m-1) contoh
adalah ethylene (C2H4) dituliskan sebagai R-1150 karena mempunyai satu ikatan rangkap
(CH2 = CH2).
Gambar 1.1 menunjukkan 15 refrigeran halokarbon gugus metana, sedangkan Gambar 1.2
menunjukkan 28 refrigeran dari 55 refrigeran gugus etana yang mungkin (termasuk
isomernya). Sedangkan dari propana dapat diturunkan 332 refrigeran halokarbon.
Gambar 1.1 Refrigeran halokarbon gugus metana

Cl
CCl4
R-10

CHCl3
R-20

CH2Cl2
R-30

CH3Cl
R-40

CH4
R-50

CFCl3
R-11

CHFCl2
R-21

CH2FCl
R-31

CH3Cl,
F
CH
3
R-41
R-40

CF2Cl2
R-12

CHF2Cl
R-22

CH2F2
R-32

CF3Cl
R-13

CHF3
R-23

CF4
R-14

Cl
C2Cl6
R-110

CCCl
HCl5
2
4
R-120

C
FCl3
CCl
2
4
R-111

R-10

C H Cl
CCl
R-10
2

R-10

C2HFCl4

R-1214

C2H2 FCl3

C2H3Cl3

R-131
3

R-11

C2H5 Cl

R-160

C2H6
R-170

C
HF
2 5
CH
R-1613

Cl,
R-40

C2H4FCl

C2H3 F2Cl

R-151

R-142b

C2H4F2
R-152a

C
F Cl3
CFCl
2 3
R-113

R-11

C HF Cl
CFCl
CCl4
R-123
R-10
3
R-11

CF
C
R-124
2
l2
R-12

R-141

R-150

C2H2 F2Cl2

C2H3 FCl2

C2H4Cl2

R-10

C HF Cl
CFCl
CCl4
R-122
R-10
3
R-11

CFCl

R-140

CCCl
F Cl4
2 2
4
R-112

CCl
R-10

R-1304

C2H3F3
R-143a

R-11

C HF Cl
CFCl
CCl
R-1244
R-10
3
R-11

C H F Cl
CF
C
3
R-133
l
R-13
2

C
F Cl2
CFCl
2 4
R-114

2 3

C2F5Cl
CCl
4
R-115
R-10

CCF
HF
2 2 4
4
R-134a

R-14

C2HF5
CFCl

C2F6

R-116

R-125

R-11

F
Gambar 1.2 Refrigeran halocarbon gugus etana

Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 masing-masing memperlihatkan refrigeran halokarbon gugus
metana dan gugus etana beserta masing-masing Normal Boiling Point (NBP).

Tabel 1.1 Refrigeran halokarbon gugus metana dan NBP nya (oC) [1]

Jumlah
Atom F
0-F

4-H
CH4
R-50
-164,0

1F
2F

3H
CH3Cl
R-40
-23,74
CH3F
R-41
-78,0

Jumlah atom H
2-H
CH2Cl2
R-30
40
CH2ClF
R-31
-9,0
CH2F2
R-32
-51,6

3F

1H
CHCl3
R-20
61,2
CHCl2F
R-21
8,9
CHClF2
R-22
-40,8
CHF3
R-23
-82,2

4F

0H
CCl4
R-10
76,7
CCl3F
R-11
23,7
CCl2F2
R-12
-29,8
CClF3
R-13
-81,5
CF4
R-14
-127,8

Refrigeran yang mempunyai banyak atom Cl cenderung beracun. Atom F ditambahkan agar
senyawa menjadi stabil. Dari tabel-tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa senyawa yang
mempunyai banyak atom Cl akan mempunyai NBP yang lebih tinggi. Sedangkan
meningkatnya jumlah atom F cenderung menurunkan NBP senyawa yang terbentuk.

1.1.2 Kelompok Refrigeran Senyawa Organik Cyclic


Kelompok refrigeran ini diturunkan dari butana. Aturan penulisan nomor refrigeran adalah
sama dengan cara penulisan refrigeran halokarbon tetapi ditambahkan huruf C sebelum
nomor. Contoh dari kelompok refrigeran ini adalah:
R-C316

C4Cl2F6

1,2-dichlorohexafluorocyclobutane

R-C317

C4ClF7

chloroheptafluorocyclobutane

R-318

C4F8

octafluorocyclobutane

1.1.3 Kelompok Refrigeran Campuran Zeotropik


Kelompok refrigeran ini merupakan refrigeran campuran yang bisa terdiri dari campuran
refrigeran CFC, HCFC, HFC, dan HC. Refrigeran yang terbentuk merupakan campuran tak
bereaksi yang masih dapat dipisahkan dengan cara destilasi.

Tabel 1.2 Refrigeran halokarbon gugus etana dan NBP nya (oC) [1]

Jumlah atom F
0F

1F

2F

6H
C2H6
R-170
-88,6

5-H
C2H5Cl
R-160
12,0

C2H5F
R-161

4H
CH2Cl-CH2Cl2
R-150
84,0
CH3-CHl2
R-150a (?)
57,0
CH3-CHClF
R-151
4,0
CH2Cl CH2F
R-151a (?)
-37,7

CH2F-CH2F
R-152
-24,7
CH3-CHF2
R-152a
-24,15

Jumlah Atom H
3-H
CH2Cl-CHCl2
R-140
113,0
CH3-CCl3
R-140a (?)
75,0
CH2Cl-CHClF
R-141
65,0
CH3-CCl2F
R-141a (?)
42,0
CHCl2-CH2F
R-141b
32,1
CH3Cl-CHF3
R-142
35,0
CH2F-CHClF
R-142a (?)
27,0
CH3-CClF2
R-142b
-9,25

2H
CHCl3 CHCl2
R-130
145,0
CH2Cl-CCl3
R-130a (?)
128,0
CHCl2CHClF
R-131
102,0
CCl3-CH2F
R-131a(?)
90,0
CH2Cl-CCl2F
R-131b(?)
86,0
CHClF-CHClF
R-132
66,0
CH2F-CCl2F
R-132a (?)
62
CHCl2-CHF3
R-132b (?)
60
CH2Cl-CClF2
R-132c (?)
49,0

1-H
CHCl2 CCl3
R-120
162,0

0 -H
C2Cl6
R-110
185,0

CHCl2-CCl2F
R-121
115,7
CCl3-CHClF
R-121a(?)
117,0

CCl3-CCl2F
R-111

CHClF-CCl2F
R-122
85,0
CCl3-CHF2
R-122a (?)
77,0
CHCl2-CClF2
R-122b (?)
72,0

CCl2F-CCl2F
R-112
92,0
CCl3-CClF2
R-112a
91,5

Jumlah atom F

3F

4F

5F
6-F

6H

5-H

4H

Jumlah Atom H
3-H

CH2F-CHF2
R-143
-35,0
CH3-CF3
R-143a
-47,35

2H

CHClF-CHF2
R-133
17,0
CH2Cl-CF3
R-133a (?)
8,0
CH2F-CClF2
R-133b (?)
8,0
CHF2-CHF2
R-134
-20,0
CH2F-CF3
R-134a
-26,15

1-H

CHF3 CClF
R-123
38,0
CHClF-CClF2
R-123a
32,0
CHCl2-CF3
R-123b
28,0
CHClF-CF3
R-124
-12,0
CHF2-CClF2
R-124a (?)
-16,0
CHF2-CF3
R-125
-48,55

0 -H

CClF3-CCl2F
R-113
47,68
CCl3-CF3
R-113a
45,9

CCl2F-CF3
R-114
-12,0
CClF2-CClF2
R-114a
3,6
CClF2-CF3
R-115
-38,0
C2F6
R-116
-78,3

Refrigeran ini diberi nomor dimulai dengan 4 sedangkan digit selanjutnya dibuat
sesuai perjanjian. Yang termasuk refrigeran ini adalah

R-401A

campuran R-22(53%) + R-152a(13%) + R-124(34%)

R-402B

campuran R-125(38%) + R-290(2%) + R-22(60%)

R-403B

campuran R-22(56%) + R-218(39%) + R-290(5%)

Refrigeran campuran zeotropik akan menguap dan mengembun pada temperatur yang
berbeda hal ini akan menyebabkan terjadinya temperature glide baik di evaporator
maupun di kondensor, yaitu refrigeran mengalami perubahan fasa pada tekanan
konstan tetapi temperaturnya terus berubah (lihat Gambar 1.3)

Tekanan

garis
isotermal

temperature glide
di dalam
kondensor
temperature glide
di dalam
evaporator

Entalpi
Gambar 1.3 Sketsa pernyataan proses Siklus Kompresi Uap Standar pada diagram ph
refrigeran campuran zeotropik

1.1.4 Kelompok Refrigeran Campuran Azeotropik


Kelompok refrigeran Azeotropik adalah refrigeran campuran tak bereaksi yang tidak
dapat dipisahkan dengan cara destilasi. Refrigeran ini pada konsentrasi, tekanan dan
temperatur tertentu bersifat azeotropik, yaitu mengembun dan menguap pada
temperatur yang sama, sehingga mirip dengan refrigeran tunggal. Namun demikian
pada kondisi (konsentrasi, temperatur atau tekanan) yang lain refrigeran ini bisa saja
menjadi bersifat zeotropik.

Titik Azeotropik

XA

Gambar 1.4 Diagram T X campuran yang memiliki kondisi azeotropik

Kelompok refrigeran ini diberi nomor dimulai dengan angka lima, sedangkan digit
berikutnya dibuat sesuai perjanjian, sebagai contoh:

R-500: R-12 (73.8%) + R-152a (26.2%), Temperatur azeotropik: 0oC

R-502: R-22 (48.8%) + R-115 (51.2%), Temperatur azeotropik: 19oC

1.1.5 Kelompok refrigeran organik lainnya


Kelompok refrigeran ini sebenarnya terdiri dari unsur C, H dan lainnya. Namun
demikian cara penulisan nomornya tidak dapat mengikuti cara penomoran refrigeran
halokarbon karena jumlah atom H nya jika ditambah dengan 1 lebih dari 10 sehingga
angka kedua pada nomor refrigeran menjadi dua digit. Sebagai contoh butana (C 4H10),
jika dipaksakan dituliskan sesuai dengan cara penomoran refrigeran halokarbon, maka
refrigeran ini akan bernomor R-3110, sehingga akan menimbulkan kerancuan.
Nomor kelompok refrigeran ini dimulai dengan angka 6 dan digit lainnya dipilih
sebarang berdasarkan kesepakatan. Contoh refrigeran dari kelompok ini adalah:

R-600

: Butana, CH3CH2CH2CH3

R-600a

: Isobutana, CH(CH3)3

R-610

: ethyl ether, C2H5OC2H5

R-611

: methyl format, HCOOCH3

R-630

: methyl amine, CH3NH2

R-631

: ethyl amine, C2H5NH2

1.1.6 Kelompok refrigeran senyawa unorganik


Kelompok refrigeran ini diberi nomor yang dimulai dengan angka 7 dan digit
selanjutnya menyatakan berat molekul dari senyawanya. Contoh dari refrigeran ini
adalah:

R-702

: hidrogen

R-704

: helium

R-717

: amonia

R-718

: air

R-744

: O2

R-764

: SO2

1.1.7 Kelompok refrigeran senyawa organik tak jenuh


Kelompok refrigeran ini mempunyai nomor empat digit, dengan menambahkan angka
kempat yang menunjukkan jumlah ikatan rangkap didepan ketiga angka yang sudah
dibahas dalam sistem penomoran refrigeran halokarbon.
Contoh dari jenis refrigeran ini adalah:

R-1130

1,2-dichloroethylene

CHCl=CHCl

R-1150

Ethylene

CH2=CH2

R-1270

Propylene

C3H6

Data nama dan nomor lengkap refrigeran dapat dilihat pada literature [2].

10

1.2 PEMILIHAN JENIS REFRIGERAN


Pemilihan

jenis

refrigeran

yang

akan

digunakan

dilakukan

dengan

mempertimbangkan beberapa sifat berikut:


1. Sifat termodinamika,
2. Tingkat mampu nyala,
3. Tingkat racun,
4. Kelarutan dalam air,
5. Kelarutan dalam minyak pelumas,
6. Reaksi terhadap material komponen mesin,
7. Sifat-sifat fisik,
8. Kecenderungan bocor,
9. Pengaruhnya terhadap lingkungan hidup, dan
10. Harga.
1.2.1

Sifat termodinamika

Pemilihan refrigeran yang mempunyai sifat termodinamika yang tepat biasanya


dilakukan berdasakan kapasitas refrigerasi yang diperlukan (sangat kecil, kecil,
sedang atau besar) dan temperatur refrigerasi/pendinginan yang diperlukan. Misalnya
untuk pengkondisian udara 5oC, lemari es -10 s/d 2oC, cold storage -25oC, lemari
pembeku daging atau ikan -40oC.
1.2.1.1 Tekanan dan temperatur jenuh
Tekanan dan temperatur jenuh akan menentukan kondisi operasi di evaporator dan
kondensor. Kondisi yang diinginkan adalah pada temperatur pendinginan yang
diinginkan refrigeran masih mempunyai tekanan di atas tekanan atmosfer sehingga
tidak ada tekanan vakum dalam sistem yang dapat menyebabkan masuknya udara dan
uap air ke dalam sistem. Pada temperatur kondensor yang sedikit di atas temperatur
kamar, diharapkan refrigeran mempunyai tekanan yang tidak terlalu tinggi sehingga
tidak diperlukan kompresor dengan perbandingan kompresi yang tinggi dan berdaya
rendah. Disamping itu diinginkan refrigeran yang mempunyai tekanan kondensor dan
evaporator yang tidak terlalu tinggi juga. Hal ini dimaksudkan agar tidak diperlukan
struktur komponen yang kuat dan berat.

11

Dengan mengetahui tekanan dan temperatur jenuh refrigeran, maka dapat diketahui
apakah suatu refrigeran beroperasi pada kisaran tekanan dan temperatur yang sama
dan dapat saling menggantikan. Gambar 1.5 menunjukkan kurva jenuh beberapa
refrigeran. Dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa kurva R-12 berimpit dengan R134a dan R-152a. Dengan demikian refrigeran R-134a dan R-152a dapat
menggantikan refrigeran R-12. dari kurva ini pula dapat diprediksi bahwa campuran
R-32 yang bertekanan tinggi dengan R134a yang bertekanan lebih rendah dapat
dihasilkan refrigeran untuk menggantikan R-22. Berbagai kombinasi campuran
refrigeran bertekanan tinggi dan rendah dapat dilakukan untuk menggantikan
refrigeran yang tekanannya berada di antara kedua tekanan refrigeran-refrigeran yang
dicampur .

50
45
R-12
R-600
R-134a
R-152a

40

Psat (atm)

35

R-22
R-600a
R-125
R-32

30
25
20
15
10
5
0
220

240

260

280

300

320

340

360

Tsat (K)
Gambar 1.5 Kurva jenuh beberapa refrigeran murni

Kurva jenuh ini dapat dibuat linier, jika diplot ln Psat terhadap 1/Tsat. Hal ini ditunjukan
pada Gambar 1.6. berdasarkan persamaan Clausius Clayperon kemiringan garis
akan menunjukan panas laten pengupan refrigeran tersebut. Semakin curam
kemiringan garis, semakin besar panas laten penguapannya.

12

100

ln Psat (atm)

10

0.1
0.001

R-12
R-600
R-134a
R-152a

0.002

R-22
R-600a
R-125
R-32

0.003

0.004

0.005

1/Tsat (K)

Gambar 1.6 Plot P T jenuh beberapa refrigeran murni

Tabel 1.3 menunjukkan beberapa sifat termodinamika refrigeran yang umum


digunakan. Dari Normal Boiling Point (NBP) biasanya digunakan untuk mengetahui
kondisi refrigeran pada tekanan atmosfer. Dari NBP juga dapat diketahui apakah
refrigeran tersebut dapat beroperasi pada temperatur rendah atau lebih tinggi. Sebagai
contoh R-12 mempunyai NBP 29,8oC, dengan demikian refrigeran ini banyak
digunakan pada mesin refrigerasi yang beroperasi pada kisaran temperatur 0 s/d
-25oC. Dapat terlihat bahwa refrigeran ini masih bertekanan di atas tekanan atmosfer
pada 25oC.
R-11 yang mempunyai NBP 23,7oC (Tabel 1.3) merupakan refrigeran dengan titik
didih tinggi oleh sebab itu akan menyebabkan tekanan evaporator vakum, bahkan
untuk pemakaian pada pengkondisian udara sekalipun yang bertemperatur 5 oC.
Kondisi vakum akan menyebabkan besarnya volume spesifik uap refrigeran yang

13

keluar dari evaporator. Oleh sebab itu diperlukan kompresor sentrifugal untuk
menghasilkan laju aliran massa yang besar.
R-10 mempunyai NBP yang lebih besar lagi (76,7 oC, Tabel 2.1) oleh sebab itu
refrigeran ini tidak dapat digunakan meskipun dengan kompresor sentrifugal.
R-22 mempunyai NBP yang lebih rendah 40,8oC. Dengan demikian refrigeran ini
dapat digunakan untuk temperatur pendinginan yang lebih rendah dari temperatur R12 tanpa mengalami vakum.
R-134a mempunyai NBP yang dekat dengan R-12 oleh sebab itu refrigeran ini
digunakan untuk menggantikan R-12 yang penggunaanya mulai di hapus karena
merusak lapisan ozon.
R-290 mempunyai NBP yang dekat dengan R-22. refrigeran hidrokarbon ini
berpotensi untuk menggantikan R-22.
R-113 mempunyai dua isomer, yang satu mempunyai NBP 45,9 oC sedangkan yang
lain mempunyai NBP 47,6oC. Dengan demikian refrigeran ini biasa digunakan dengan
kompresor sentrifugal mirip dengan R-11. Namun demkian seperti yang terlihat pada
Tabel 2.3 baik tekanan evaporator maupun kondensor keduanya adalah vakum.

1.2.1.2 Temperatur dan tekanan kritik


Tekanan dan temperatur kritik merupakan batas atas dari pemakaian refrigeran pada
mesin refrigerasi kompresi uap. Tidak ada refrigeran yang dioperasikan di atas
tekanan atau temperatur kritik dalam siklus kompresi uap. Untuk mendapatkan COP
yang besar refrigeran harus dioperasikan jauh di bawah titik kritiknya agar diperoleh
efek refrigerasi yang besar.
Dari refrigeran yang terdapat dalam Tabel 2.3 hanya CO 2 (31oC) yang mempunyai
temperatur kritik di bawah temperatur kondensor yang normal. Oleh sebab itu
refrigeran ini digunakan pada sistem yang berbeda, R-14 bahkan belum pernah
digunakan sebagai refrigeran.
14

1.2.1.3 Titik beku


Titik beku refrigeran merupakan batas bawah temperatur operasi dari refrigeran
tersebut. Siklus refrigeran harus beroperasi di atas titik bekunya. Dari Tabel 1.3 dapat
dilihat bahwa hanya air yang mempunyai titik beku 0oC, sedangkan refrigeran lainnya
jauh di bawahnya. Oleh sebab itu penggunaan air sebagai refrigeran hanya dilakukan
untuk temperatur di atas 0oC, meskipun temperatur yang lebih rendah dapat dicapai
dengan penurunan tekanan di bawah tekanan atmosfer.
1.2.1.4 Laju aliran uap sisi isap (V*)
Tabel 2.3 memperlihatkan laju aliran volumetrik per TR beberapa refrigeran
(m3/h/TR) yang dihitung berdasarkan tekanan operasi kondensor 40 oC dan tekanan
evaporasi 5oC (kecuali CO2, temperatur kondensor 25oC, dan air ,H2O, temperatur
evaporator 5oC).
Dapat terlihat bahwa V* yang dibutuhkan meningkat dengan meningkatnya NBP.
Amonia yang mempunyai panas laten yang terbesar ternyata mempunyai kebutuhan
V* yang hampir sama dengan R-22. Keduanya mempunyai NBP yang hampir sama.
Dengan demikian maka NBP sangat menentukan V* atau sebaliknya sangat
menentukan kapasitas refrigerasi volumetrik (1/V*).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa refrigeran dengan
NBP yang tinggi seperti R-11, dan R-113 akan beroperasi pada tekanan evaporator
yang rendah dan memerlukan laju aliran volumetrik sisi isap yang besar. Oleh sebab
itu kompresor yang lebih tepat digunakan pada sistem refrigerasi ini adalah kompresor
sentrifugal dan digunakan untuk kapasitas yang besar (diatas 400 TR). Sebaliknya
refrigeran dengan NBP yang rendah seperti amonia, R-22, propana, CO2 dsb.
Beroperasi pada tekanan evaporator diatas tekanan atmosfer. Kompresor yang
digunakan adalah dari jenis perpindahan positif (reciprocating, dan screw). Refrigeran
ini biasanya digunakan untuk kapasitas refrigerasi sedang dan kecil. Namun demikian
R-22 juga digunakan dengan kompresor sentrifugal pada mesin pengkondisian udara
kapasitas besar dimana laju aliran volumetrik sisi isap cukup besar untuk penggunaan
kompresor sentrifugal. Refrigeran dengan NBP menengah seperti R-600a, R-152a, R134a, dan R-12 pada umumnya digunakan pada mesin refrigerasi kapasitas kecil
dengan kompresor torak, seperti refrigerasi domestik, dan AC mobil. R-114 yang
15

memiliki NBP 3,6oC merupakan refrigeran dengan NBP menengah. Refrigeran ini
biasanya digunakan pada mesin refrigerasi dengan kompresor rotari. Namun demikian
karena refrigeran ini adalah refrigeran CFC yang sudah dihapuskan produksinya,
maka penggunaan refrigeran ini tidak banyak lagi.
1.2.1.4 Panas laten penguapan (hfg)
Tabel 2.3 menunjukkan besarnya panas laten penguapan (hfg) beberapa refrigeran pada
Tkond= 40oC dan Teva= -15oC. Dari data tersebut nampak bahwa beberapa refrigeran
mempunyai panas laten yang lebih besar dari yang lainnya. Namun demikian COP
dari mesin refrigerasi hampir sma untuk semua refrigeran. Dengan demikian panas
laten tidak mempengaruhi COP.

1.2.2 Sifat kimia


Sifat kimia refrigeran yang harus diperhatikan antara lain adalah sifat mampu nyala,
tingkat

racun,

reaksinya

terhadap

air,

minyak

pelumas

dan

material

konstruksi/komponen serta terhadap produk yang dibekukan jika terjadi kebocoran


refrigeran dari sistem.
1.2.2.1 Sifat mampu nyala dan tingkat racun
Sifat mampu nyala ditentukan oleh komposisi campuran udara refrigeran dan titik
nyala dari refrigeran tersebut. Berdasarkan kemudahan terbakarnya refrigeran dibagi
menjadi tiga kelas yaitu kelas 1, kelas 2 dan kelas 3[2].
Refrigeran yang mempunyai titik nyala di atas 750 oC dianggap tidak mudah terbakar
karena temperatur nyalanya sudah melebihi temepartur leleh material komponen
refrigerasi. refrigeran kelompok ini termasuk
Refrigeran dengan titik nyala di bawah 750o dan batas bawah penyalaan (LFL =
Lower Flammability Limit, atau LEL = Lower Explotion Limit) adalah lebih besar dari
3,5% volume (campuran dalam udara), maka refrigeran ini termasuk refrigeran kelas
2. Sedangkan jika batas bawah penyalaan kurang dari 3,5% maka refrigeran tersebut
masuk kelas 3.

16

Tabel 1.3 Sifat termodinamika beberapa refrigeran

Refrigeran NBP, oC

Temperatur

Tekanan

Titik

Kritik,

Kritik,

Beku,

R-11
23,7
197,78
R-12
-29,8
112,04
R-22
-40,8
96,02
R-113
45,9
214,1
R-114
3,6
145,8
R-134a
-26,15
101,06
R-152a
-24,15
113,3
R-290
-42,1
96,8
R-600a
-11,73
135,0
R-718
100
374,5
R-717
-33,35
31,1
R-744
-78,4
31,1
o
* pada Teva = 5 C, ** pada Tkond = 25oC

Bar
43,7
41,15
96,02
34,15
32,7
40,56
45,2
42,56
36,45
221,3
73,72
73,72

-111,0
-136,0
-160,0
-36,6
-94,0
-96,6
-117,0
-187,1
-159,6
0,0
-77,7
-56,6

Tekanan Operasi Refrigeran,


bar
peva pada 5oC
0,4967
3,62
5,836
0,1903
1,069
3,5
3,149
5,478
1,88
0,00874
5,16
-

pkond pada 40oC


1,748
9,60
15,331
0,7809
3,454
10,167
9,092
13,664
5,361
0,0738
15,54
-

V*,

hfg,

m3/hr/TR
kJ/kg
Pada Tkond= 40oC dan
Teva= -15oC
0,772
148,5
10,867
108,4
6,668
108,4
186,9
111,8
37,6
88,6
10,867
139,8
11,572
226,5
7,737
252,4
21,24
226,5
825,6 2342,5*
6,124
1053,4
1,33 156,7**

17

Tingkat racun dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A yaitu refrigeran tak beracun dan
kelompok B refrigeran beracun[2]. Refrigeran dikatakan tidak beracun jika mempunyai LC 50
(Lethal Concentration 50%) lebih besar dari 10.000 ppm, sedangkan refrigeran dianggap
beracun jika LC50 lebih kecil dari 10.000 ppm.
Berdasarkan tingkat mampu nayala dan racun maka refrigeran dapat diklasifikasikan sebagai

refrigeran kelas A1: tidak beracun tidak mudah terbakar. Semua refrigeran halokarbon
masuk kedalam kelas refrigeran ini.

Refrigeran kelas A2: tidak beracun, tetapi tingkat nayala masuk kelas 2. Refrigeran
campuran zeotropik antara kelas A1 dan A3 bisa masuk kelas refrigeran ini. R-32, R-141b,
dan R-152a juga masuk dalam kelas refrigeran ini.

Refrigeran kelas A3: tidak beracun, tetapi mudah terbakar. Refrigeran hidrokarbon, masuk
ke dalam kelas ini.

Refrigeran kelas B1: beracun tetapi tidak mudah terbakar. Tidak ada refrigeran masuk kelas
ini.

Refrigeran kelas B2: beracun dan bisa terbakar. Amoniak termasuk kelas refrigeran ini.

Refrigeran kelas B3: beracun dan mudah terbakar. Kelas refrigeran ini tidak pernah
digunakan.

1.2.2.2 Kelarutan dalam air


Adanya air atau uap air dalam sistem tidak diinginkan, karena dapat menyebabkan
penyumbatan pada alat ekspansi (moisture choking), korosi, rusaknya isolasi dak kumparan
motor listrik dalam kompresor hermetik, dan terbentuk kerak dalam pipa tembaga.
Uap air dapat berada dalam sistem apabila proses evakuasi (vakum) tidak dilakukan dengan
baik, atau terjadi kebocoran pada sisi tekanan rendah (untuk sistem yang bekerja pada tekanan
vakum), kebocoran pada penukar kalor berpendingin air, pelumas yang basah karena bersifat
higroskopik, atau kebocoran melalui sekat poros untuk kompresor tak hermetik.
Pembentuk air dan es dapat terjadi apabila air atau uap air tidak larut atau terlepas dari larutan
refigeran pelumas. Dengan demikian semakin tinggi kelarutan air dalam refrigeran atau
pelumas semakin baik. Namun tingkat kelarutan air dalam refrigeran biasanya menurun dengan

18

menurunnya temperatur, sehingga keberadaan air dalam refrigeran selalu dicegah dengan
memasang pengering silica gel atau molecular sieve.
Tabel 1.4 memeuat kelarutan air pada beberapa refrigeran. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa air
mempunyai kelarutan yang lebih rendah dalam R-12 dan R-11 dibandingkan dalam R-22 atau
R-134a. Dengan demikian persoalan moisture choking lebih banyak ditemui pada sistem
dengan refrigeran seperti R-12 dan R-11. Namun demikian semakin rendah temperatur semakin
kecil kelarutannya. Hal ini dapat menyebabkan terpisahnya air dari refrigeran dan akan
menimbulkan persoalan, Oleh sebab itu keberadaan air dalam sistem tetap harus dicegah.
Tabel 1.4 Kelarutan air dalam beberapa refrigeran cair [3]

Temperatur, oC
60,0
32,2
10,0
-1,1
-40
-73,3

R-11
340
140
55
34
4
0,3

Kelarutan, mg/kg
R-12
R-22
440
3150
128
1580
44
830
23,3
573
1,7
120
0,1
19

R-134a
3200
1500
730
490
89
12

1.2.2.3 Kelarutan dalam minyak pelumas


Refrigeran dan pelumas dapat bercampur atau tidak bercampur dengan pelumas bergantung
pada jenis dan ukuran kompresor. Pada kompresor sentrifugal pelumas mempunyai sistem
tersendiri yang terpisah dari saluran refrigeran, sehingga pada sistem ini, tidak perlu
dikhawatirkan pengaruh kelarutan refrigeran dalam minyak pelumas atau sebaliknya. Namun
demikian pada jenis kompresor torak dan ulir refrigeran bercampur dengan minyak
pelumasnya. Untuk jenis kompresor ini maka diperlukan pasangan refrigeran minyak
pelumas yang saling tidak larut, dengan demikian minyak pelumas dan refrigeran dapat
dipisahkan dengan memasang pemisah oli pada sisi keluaran kompresor.
Pada kompresor torak kapasitas kecil dimana tidak memungkinkan untuk dipasang pemisah oli,
maka diperlukan pasangan refrigeran olirefrigeran yang larut dengan baik satu sama lain agar
pelumas tidak tertinggal di kondensor, katup ekspansi atau evaporator.

19

Pada sistem kompresor yang memungkinkan terjadinya pencampuran refrigeran oli, maka
perlu diperhatikan adanya penuruan kerapatan dan viskositas minyak pelumas tersebut agar
tidak terjadi kegagalan pelumasan.
Pelumas refrigeran secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu oli mineral
yang berasal dari minyak bumi dan oli sintetik. Terdapat dua jenis oli mineral yaitu oli mineral
Napthenic dan Paraffinic, keduanya merupakan senyawa hidrokarbon jenuh, tetapi oli mineral
napthenic mempunyai ikatan cyclic yang menyebabkan oli jenis ini viskositas dan temperatur
curahnya lebih rendah dibandingkan oli mineral Paraffinic yang banyak mengandung lilin
parafin. Dalam praktek keduanya terdapat dalam mineral oli dengan komposisi yang berbedabeda[3]. Refrigeran sintetik yang banyak digunakan adalah Alkyl-benzene, Polyo ester (POE),
dan polyalkyl glycol (PAG).
Hampir semua refrigeran halokarbon larut dengan baik dalam oli mineral, kecuali R-22, R-114,
R-502 yang hanya larut sebagian. Oleh sebab itu penggunaan refrigeran yang hanya terlarut
sebagian ini pada sistem refrigerasi yang kecil dan refrigeran tercampur dengan minyak
pelumas memerlukan perhatian pada sistem pemipaan yang memungkin minyak pelumas
kembali ke kompresor secara gravitasi. Sebagai contoh R-22 dengan 10% mineral oil
merupakan larutan yang baik pada kondensor temperatur, tetapi akan terpisah pada temperatur
evaporator 5oC. Jika kandungan oli mencapai 18% pemisahan akan terjadi pada temperatur
0,5oC[1]. Amonia dan CO2 tidak larut dalam oli mineral oleh sebab itu pemakaian refrigeran ini
pada mesin refrigerasi besar tidak menjadi masalah karena pencampuran dapat diatasi dengan
memasang pemisah oli. R-134a tidak bercampur dengan oli mineral, sehingga pasangan
refrigeran-minyak pelumas ini tidak digunakan pada mesin refrigerasi kapasitas kecil yang
tidak memungkinkan dipasangnya pemisah oli. Tabel 1.5 memperlihatkan kelarutan beberapa
refrigeran dalam oli mineral.
Pada umumnya viskositas dan massa jenis oli pelumas akan menurun jika bercampur dengan
refrigeran. Besarnya penurunan viskositas dan massa jenis ini meningkat dengan meningkatnya
jumlah refrigeran yang terlarut, temperatur dan tekanan[3]. Oleh sebab itu perlu diperhatikan
agar penurunan viskositas dan massa jenis ini tidak sampai menyebabkan kegagalan
pelumasan. Tabel 1.6 menunjukkan kisaran viskositas minyak pelumas yang direkomendasikan
pada beberapa aplikasi refrigerasi kapasitas kecil.

20

Tabel 1.5 Kelarutan beberapa refrigeran dalam oli mineral

Seluruhnya
larut
R-11
R-600a
R-12
R-290
R-21
R-113
R-152a
R-500

Tinggi
R-13B1

Sebagian larut
Sedang
R-22

Rendah
R-13

NH3

R-501

R-114

R-14

CO2

R-115

R-134a

Tidak larut

R-502

1.2.2.4 Reaksi terhadap material komponen mesin


Material komponen mesin terdiri dari logam, elastomer dan material pengering seperti silika gel
dan molecular sieves. Refrigeran halokarbon, dan hidrokarbon mempunyai kestabilan kimia
dan kompatibel terhadap hampir semua logam. Namun demikian material yang paling baik
digunakan adalah tembaga. Alumunium akan sedikit bereaksi dengan refrigeran yang
mempunyai kandungan fluor yang tinggi[1]. R-12 dan R-11 menunjukkan reaksi terhadap
alumunium. Namun karena harganya murah maka alumunium dengan lapisan oksida banyak
digunakan sebagai komponen mesin refrigerasi. Tabel 1.6 menunjukkan kompatibilitas
beberapa material terhadap refrigeran R-12, R-134a dan hidrokarbon
1.2.2.5 Sifat fisika
A. Kekuatan Dielektrik
Kekuatan dielektrik menentukan apakah refrigeran tersebut menghantarkan listrik atau tidak.
Refrigeran yang baik adalah refrigeran yang mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi atau
tidak menghantarkan listrik. Refrigeran yang mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi aman
digunakan pada kompresor hermetik.
Refrigeran halokarbon dan hidrokarbon mempunyai kekuatan dielektrik yang baik dan bersifat
isolator. Sebagai perbandingan terhadap nitrogen R-11, R-113, R-12 dan R-22 mempunyai
kekuatan dielektrik masing-masing sebesar 3, 2,6, 2,4 dan 1,31. sedangkan ammonia dan CO 2
mempunyai nilai kekuatan dielektrik masing-masing 0,88 dan 0,82.
Tabel 1.6 Kisaran viskositas minyak pelumas pada beberapa aplikasi refrigerasi kapasitas kecil[3]

Refrigeran

Jenis kompresor

Viskositas Pelumas pada 38oC


SSUa
mm2/s
21

Ammonia
Ammonia
Carbon dioksida
R-11
R-123
R-12
R-12
R-12
R-134a
R-134a
R-22
R-22
R-22
R-22
a

Screw
Reciprocating
Reciprocating
Sentrifugal
Sentrifugal
Sentrifugal
Reciprocating
Rotary
Sentrifugal
Screw
Sentrifugal
Reciprocating
Scroll
Screw

280 - 300
150 - 300
280 300b
280 300
280 300
280 300
150 - 300
280 - 300
280 - 400
280 - 300
280 -400
150 - 300
280 - 300
280 - 800

60 - 65
32 - 65
60 -65
60 - 65
60 - 65
60 - 65
32 65c
60 - 65
60-86
60-65
60 86
32 - 65
60 65
60 - 173

SSU = Saybolt Seconds Universal = SUS

beberapa aplikasi menggunakan minyak pelumas yang lebih encer 14-17 mm 2/s (75-85 SSU), dan ada pula yang

menggunakan minyak pelumas lebih kental 108-129 mm2/s (500 600 SSU).
C

Pemakaian R-12 pada AC mobil memerlukan minyak pelumas dengan viskositas yang lebih kental 97-107 mm 2/s

(450 500 SSU)

Tabel 1.7 Kompatibilitas beberapa refrigeran terhadap material komponen mesin refrigerasi

Material

B.

Baja
Kuningan
Tembaga
Aluminum
Molecular Sieve
Silicagel
CR
FPM
PTFE
Polyamide
NBR

Penggunaan

R-12

Konstruksi, pipa
Konstruksi, pipa
Konstruksi, pipa
Konstruksi, pipa
pengering
pengering
elastomer
elastomer
elastomer
elastomer
elastomer

Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
baik
Sangat baik
Sangat baik
Buruk
Buruk
baik
baik
Sangat baik

R-134a

HC

Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
baik
Sangat baik
Sangat baik
Buruk
baik
baik
baik
baik

Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
baik
Sangat baik
Sangat baik
baik
baik
baik
baik
Sangat baik

Sifat Transpor
Sifat transpor seperti massa jenis, panas jenis, konduktivitas termal, viskositas dan tegangan
permukaan beberapa refrigeran pada 0oC dapat dilihat pada Tabel 1.8.
Tabel 1.8 Sifat transport beberapa refrigeran pada 0oC

Refrigeran
R-600a
R-12
R-134a

P, MPa
0.1564
0.3081
0.2928

Massa
jenis
cairan,
kg/m3
581
1396
1295

Cp cairan,
kJ/kgK
2.306
0.934
1.341

k=Cp/Cv
1.086
1.126
1.102

Viskositas
cairan, Pas x 106

Konduktivi
tas termal
cairan,
W/mK

199.3
248.7
271.1

0.1068
0.07585
0.09201

Tegangan
Permukaan,
N/m
0.01303
0.01177
0.01156

22

R-290/R600a, 50%50%

0.3360

551

2.399

1.495

153.9

0.01474

0.01474

R-22
R-290

0.4976
0.4712

1285
523

1.170
2.500

1.166
1.126

236.0
137.0

0.100
0.104

0.01170
0.01030

Koefisien perpindahan panas pada penukar kalor akan menjadi lebih besar jika refrigeran
memiliki nilai panas jenis, dan konduktivitas termal yang besar, serta tegangan permukaan yang
kecil.
Viskositas cairan menentukan besarnya penurunan tekanan dalam pipa, dan dimensi alat
ekspansi. Viskositas refrigeran yang rendah akan menurunkan kerugian friksi pada pipa.
Namun demikian penggunaan drop in refrigeran yang mempunyai viskositas lebih rendah dapat
menyebabkan perlunya memperpanjang pipa kapiler atau memperkecil orifis katup ekspansi.
Harga perbandingan panas jenis k sangat mempengaruhi temperatur refrigeran keluar komprsor
(discharge temperature). Semakin tinggi nilai k semakin tinggi temperatur keluaran. Oleh
sebab itu pada sistem yang menggunakan refrigeran dengan nilai k tinggi, khususnya pada
kompresor hermetik, perlu diperhatikan sistem pendinginannya. Sebagai contoh motor
kompresor hermetik R-22 lebih sering terbakar dibandingkan dengan motor kompresor R12[1].
1.2.2.6 Kecenderungan bocor
Semua refrigeran saat ini mempunyai kecenderungan bocor yang kecil. Deteksi kebocoran
sangat mudah dilakukan dengan adanya detekt0r elektronik refrigeran halokarbon yang tidak
berbau. Cara yang paling mudah mendeteksi kebocoran adalah dengan menggunakan air sabun.
Ammonia mempunyai bau yang sangat kuat sehingga mudah terdeteksi. Namun demikian
refrigeran ini termasuk refrigeran beracun sehingga keboroan dapat berakibat fatal dan
mengkontaminasi produk yang didinginkan. Namun demikian dengan dihapusnya penggunaan
CFC, refrigeran amonia menjadi salah satu alternatif pengganti.
Refrigeran hidrokarbon yang mudah terbakar disarankan untuk diberi pembau. Namun
demikian pembau merkaptan pada kosentrasi tertentu dapat menyebabkan korosi.
1.2.2.7 Pengaruh terhadap lingkungan hidup
23

Refrigeran sintetik seperti kelompoh refrigeran halokarbon yang memiliki sifat-sifat teknis
yang sangat baik ternyata menimbulkan efek perusakan lingkungan hidup. Refrigeran ini
mempunyai kontribusi terhadap perusakan lapisan ozon dan atau pemanasan global. Kedua isu
lingkungan hidup tersebut ditanggapi sangat serius oleh masyarakat internasional dan telah
dilakukan upaya-upaya bersama untuk menaggulanginya. Oleh sebab itu pemilihan jenis
refrigeran haruslah memperhatikan kedua isu lingkungan hidup global tersebut. Pembahasan
rinci mengenai hal ini serta refrigeran alternatif dapat dilihat pada bab selanjutnya.
1.2.2.8 Harga refrigeran
Harga refrigeran di Indonesia sangat ditentukan oleh mekanisme pasar dan nilai tukar rupiah.
Apabila persediaan melimpah dan harga kurs rupiah stabil, maka harga refrigeran menjadi
murah.
Refrigeran pengganti cenderung lebih mahal dibandingkan dengan refrigeran yang digantikan.

1.2

Refrigeran yang sering digunakan di Indonesia

Berdasarkan pembahasan di atas, pada dasarnya, refrigeran dapat dikelompokan menjadi


kelompok refrigeran sintetik dan refrigerant alami. Refrigeran sintetik tidak terdapat dialam dan
dibuat oleh manusia dari unsur-unsur kimia. Sedangkan refrigeran alami adalah refrigeran yang
dapat ditemui di alam, namun demikian masih diperlukan pabrik untuk penambangan dan
permuniannya.
Refrigeran yang dikenal dengan sebutan CFC, HCFC, dan HFC adalah contoh-contoh
refrigeran sintetik. Sedangkan hidrokarbon (HC), karbon dioksida (CO 2), air (H2O), udara dan
ammonia (NH3) adalah contoh refrigeran alami yang sering digunakan.
CFC-11

CFC adalah singkatan dari chlorofluorocarbon. Seperti namanya


refrigeran ini terdiri dari unsur khlor (Cl), fluor (F) dan karbon (C).
Contoh dari refrigeran ini adalah R-11 (CFC-11), R-12 (CFC-12).

24

Karena tidak mengandung hydrogen CFC adalah senyawa yang sangat stabil dan tidak mudah
CFC-12
bereaksi dengan zat lain meskipun terlepas ke atmosfer. Karena
mengandung khlor, CFC merusak ozon di atmosfer (stratosfer)
jauh di atas muka bumi. Zat ini mempunyai nilai potensi merusak
ozon (Ozone Depletion Potential = ODP) yang tinggi (ODP =1).
Lapisan ozon melindungi mahluk hidup dari pancaran sinar ultra violet
intensitas tinggi.
HCFC-22

HCFC merupakan singkatan dari hydrochloro-fluorocarbon. Meskipun


mengandung khlor (Cl), yang merusak lapisan ozon, zat ini juga
mengandung hidrogen (H), yang membuat zat ini menjadi kurang
stabil jika berada di atmosfer. Refrigeran ini sebagian besar akan
terurai pada lapisan atmosfer bawah dan hanya sedikit yang mencapai
lapisan ozon. Oleh sebab itu HCFC mempunyai ODP yang rendah.
Contoh refrigeran ini adalah R-22 (HCFC-22).

HFC -134a

Refrigeran HFC (hydrofluorocarbon) tidak mempunyai unsur khlor.


Oleh sebab itu refrigeran ini tidak merusak lapisan ozon dan nilai
ODPnya sama dengan nol. Contoh dari refrigeran ini adalah R-134a
(HFC-14a), R-152a (HFC-152a), R-123 (HFC-123).

Refrigeran alami (HC, CO2, NH3) tidak mengandung khlor oleh sebab
itu, refrigeran ini tidak merusak lapisan ozon, ODP = 0

1.3

Kemasan Refrigeran

25

Refrigeran untuk mesin refrigerasi biasanya disimpan dalam tangki-tangki bertekanan, atau
drum (bagi R-11). Hal ini diperlihatkan pada Gambar 1.7.

Gambar 1.7 Berbagai kemasan refrigeran

1.4

Penggunaan Refrigeran

Tiap jenis refrigeran dipakai untuk keperluan tertentu. Tabel 1.9 memuat beberapa aplikasi dari
refrigeran yang umum digunakan.

Tabel 1.9 Berbagai refrigeran yang umum dan penggunaannya


Refrigeran
R-11
R-12

Penggunaan pada bidang pendingin


Chiller Sentrifugal

Lemari es rumah tangga


Dispenser air
Pendingin minuman botol
Display cabinet di supermarket
Cold storage
AC mobil
Chiller

Penggunaan pada bidang lain


Pengembang busa
Pelarut

Pengembang busa

26

R-22

AC rumah tanggal dan komersial


Chiller
Cold storage

REFERENSI
1. Arora, C. P, Refrigeration and Air Conditioning, Mc. Graw-Hill International Editions,
Second Edition, 2001.
2. SNI-06-6500-2000, Refrigeran: Penggunaan pada Instalasi Tetap
3. ASHRAE HANDBOOK, REFRIGERATION, System and Application, 1994
-----------------------------

27

Anda mungkin juga menyukai