Modul 1
Modul 1
1
REFRIGERAN
Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin
pengkondisian udara (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda atau udara yang
didinginkan dan membawanya kemudian membuangnya ke udara sekeliling di luar
benda/ruangan yang didinginkan.
1.1 PENGELOMPOKAN REFRIGERAN
Refrigeran yang pertama kali digunakan adalah eter oleh Perkins pada mesin kompresi uap [1].
Selanjutnya pada tahun 1874 digunakan sulfur dioksida (SO 2), dan pada tahun 1875 mulai
digunakan ethyl chloride (C2H5Cl) dan ammonia. Selanjutnya metil khlorida (CH3Cl) mulai
digunakan tahun 1878 dan karbon dioksida (CO2) tahun 1881. Nitrogen oksida (N2O3) dan
hidrokarbon (CH4, C2H6, C2H4, dan C3H8) banyak digunakan sekitar tahun 1910 sampai 1930.
Dichloromethane (CH2Cl), dichloroethylene (C2H2Cl2) dan monobromomethane (CH3Br) juga
digunakan sebagai refrigeran pada mesin sentrifugal.
Penggunaan refrigeran-refrigeran yang disebutkan diatas tersingkir setelah ditemukannya Freon
(merek dagang) oleh E.I. du Point de Nemours and Co pada sekitar tahun 1930an, dan menjadi
sangat populer sampai dengan tahun 1985. Refrigeran ini disebut sebagai refrigeran halokarbon
(halogenated hydrocarbon) karena adanya unsur-unsur halogen yang digunakan (Cl, Br) atau
kadangkala disebut sebagai refrigeran fluorokarbon (fluorinated hydrocarbon) karena danya
unsure fluor (F) dalam senyawanya. Berdasarkan jenis senyawanya, refrigeran dapat
dikelompokan menjadi:
1. Kelompok refrigeran senyawa halokarbon.
2. Kelompok refrigeran senyawa organik cyclic.
3. Kelompok refrigeran campuran Zeotropik.
4. Kelompok refrigeran campuran Azeotropik.
5. Kelompok refrigeran senyawa organik biasa.
6. Kelompok refrigeran senyawa anorganik.
7. Kelompok refrigeran senyawa organik tak jenuh.
1
dituliskan
dituliskan
sebagai
sebagai
R-11
atau
CFC-11.
CCl2F2
R-12
atau
CFC-12.
CHClF2
Untuk senyawa tak jenuh ditambahkan angka jumlah ikatan tak jenuh didepan (m-1) contoh
adalah ethylene (C2H4) dituliskan sebagai R-1150 karena mempunyai satu ikatan rangkap
(CH2 = CH2).
Gambar 1.1 menunjukkan 15 refrigeran halokarbon gugus metana, sedangkan Gambar 1.2
menunjukkan 28 refrigeran dari 55 refrigeran gugus etana yang mungkin (termasuk
isomernya). Sedangkan dari propana dapat diturunkan 332 refrigeran halokarbon.
Gambar 1.1 Refrigeran halokarbon gugus metana
Cl
CCl4
R-10
CHCl3
R-20
CH2Cl2
R-30
CH3Cl
R-40
CH4
R-50
CFCl3
R-11
CHFCl2
R-21
CH2FCl
R-31
CH3Cl,
F
CH
3
R-41
R-40
CF2Cl2
R-12
CHF2Cl
R-22
CH2F2
R-32
CF3Cl
R-13
CHF3
R-23
CF4
R-14
Cl
C2Cl6
R-110
CCCl
HCl5
2
4
R-120
C
FCl3
CCl
2
4
R-111
R-10
C H Cl
CCl
R-10
2
R-10
C2HFCl4
R-1214
C2H2 FCl3
C2H3Cl3
R-131
3
R-11
C2H5 Cl
R-160
C2H6
R-170
C
HF
2 5
CH
R-1613
Cl,
R-40
C2H4FCl
C2H3 F2Cl
R-151
R-142b
C2H4F2
R-152a
C
F Cl3
CFCl
2 3
R-113
R-11
C HF Cl
CFCl
CCl4
R-123
R-10
3
R-11
CF
C
R-124
2
l2
R-12
R-141
R-150
C2H2 F2Cl2
C2H3 FCl2
C2H4Cl2
R-10
C HF Cl
CFCl
CCl4
R-122
R-10
3
R-11
CFCl
R-140
CCCl
F Cl4
2 2
4
R-112
CCl
R-10
R-1304
C2H3F3
R-143a
R-11
C HF Cl
CFCl
CCl
R-1244
R-10
3
R-11
C H F Cl
CF
C
3
R-133
l
R-13
2
C
F Cl2
CFCl
2 4
R-114
2 3
C2F5Cl
CCl
4
R-115
R-10
CCF
HF
2 2 4
4
R-134a
R-14
C2HF5
CFCl
C2F6
R-116
R-125
R-11
F
Gambar 1.2 Refrigeran halocarbon gugus etana
Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 masing-masing memperlihatkan refrigeran halokarbon gugus
metana dan gugus etana beserta masing-masing Normal Boiling Point (NBP).
Tabel 1.1 Refrigeran halokarbon gugus metana dan NBP nya (oC) [1]
Jumlah
Atom F
0-F
4-H
CH4
R-50
-164,0
1F
2F
3H
CH3Cl
R-40
-23,74
CH3F
R-41
-78,0
Jumlah atom H
2-H
CH2Cl2
R-30
40
CH2ClF
R-31
-9,0
CH2F2
R-32
-51,6
3F
1H
CHCl3
R-20
61,2
CHCl2F
R-21
8,9
CHClF2
R-22
-40,8
CHF3
R-23
-82,2
4F
0H
CCl4
R-10
76,7
CCl3F
R-11
23,7
CCl2F2
R-12
-29,8
CClF3
R-13
-81,5
CF4
R-14
-127,8
Refrigeran yang mempunyai banyak atom Cl cenderung beracun. Atom F ditambahkan agar
senyawa menjadi stabil. Dari tabel-tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa senyawa yang
mempunyai banyak atom Cl akan mempunyai NBP yang lebih tinggi. Sedangkan
meningkatnya jumlah atom F cenderung menurunkan NBP senyawa yang terbentuk.
C4Cl2F6
1,2-dichlorohexafluorocyclobutane
R-C317
C4ClF7
chloroheptafluorocyclobutane
R-318
C4F8
octafluorocyclobutane
Tabel 1.2 Refrigeran halokarbon gugus etana dan NBP nya (oC) [1]
Jumlah atom F
0F
1F
2F
6H
C2H6
R-170
-88,6
5-H
C2H5Cl
R-160
12,0
C2H5F
R-161
4H
CH2Cl-CH2Cl2
R-150
84,0
CH3-CHl2
R-150a (?)
57,0
CH3-CHClF
R-151
4,0
CH2Cl CH2F
R-151a (?)
-37,7
CH2F-CH2F
R-152
-24,7
CH3-CHF2
R-152a
-24,15
Jumlah Atom H
3-H
CH2Cl-CHCl2
R-140
113,0
CH3-CCl3
R-140a (?)
75,0
CH2Cl-CHClF
R-141
65,0
CH3-CCl2F
R-141a (?)
42,0
CHCl2-CH2F
R-141b
32,1
CH3Cl-CHF3
R-142
35,0
CH2F-CHClF
R-142a (?)
27,0
CH3-CClF2
R-142b
-9,25
2H
CHCl3 CHCl2
R-130
145,0
CH2Cl-CCl3
R-130a (?)
128,0
CHCl2CHClF
R-131
102,0
CCl3-CH2F
R-131a(?)
90,0
CH2Cl-CCl2F
R-131b(?)
86,0
CHClF-CHClF
R-132
66,0
CH2F-CCl2F
R-132a (?)
62
CHCl2-CHF3
R-132b (?)
60
CH2Cl-CClF2
R-132c (?)
49,0
1-H
CHCl2 CCl3
R-120
162,0
0 -H
C2Cl6
R-110
185,0
CHCl2-CCl2F
R-121
115,7
CCl3-CHClF
R-121a(?)
117,0
CCl3-CCl2F
R-111
CHClF-CCl2F
R-122
85,0
CCl3-CHF2
R-122a (?)
77,0
CHCl2-CClF2
R-122b (?)
72,0
CCl2F-CCl2F
R-112
92,0
CCl3-CClF2
R-112a
91,5
Jumlah atom F
3F
4F
5F
6-F
6H
5-H
4H
Jumlah Atom H
3-H
CH2F-CHF2
R-143
-35,0
CH3-CF3
R-143a
-47,35
2H
CHClF-CHF2
R-133
17,0
CH2Cl-CF3
R-133a (?)
8,0
CH2F-CClF2
R-133b (?)
8,0
CHF2-CHF2
R-134
-20,0
CH2F-CF3
R-134a
-26,15
1-H
CHF3 CClF
R-123
38,0
CHClF-CClF2
R-123a
32,0
CHCl2-CF3
R-123b
28,0
CHClF-CF3
R-124
-12,0
CHF2-CClF2
R-124a (?)
-16,0
CHF2-CF3
R-125
-48,55
0 -H
CClF3-CCl2F
R-113
47,68
CCl3-CF3
R-113a
45,9
CCl2F-CF3
R-114
-12,0
CClF2-CClF2
R-114a
3,6
CClF2-CF3
R-115
-38,0
C2F6
R-116
-78,3
Refrigeran ini diberi nomor dimulai dengan 4 sedangkan digit selanjutnya dibuat
sesuai perjanjian. Yang termasuk refrigeran ini adalah
R-401A
R-402B
R-403B
Refrigeran campuran zeotropik akan menguap dan mengembun pada temperatur yang
berbeda hal ini akan menyebabkan terjadinya temperature glide baik di evaporator
maupun di kondensor, yaitu refrigeran mengalami perubahan fasa pada tekanan
konstan tetapi temperaturnya terus berubah (lihat Gambar 1.3)
Tekanan
garis
isotermal
temperature glide
di dalam
kondensor
temperature glide
di dalam
evaporator
Entalpi
Gambar 1.3 Sketsa pernyataan proses Siklus Kompresi Uap Standar pada diagram ph
refrigeran campuran zeotropik
Titik Azeotropik
XA
Kelompok refrigeran ini diberi nomor dimulai dengan angka lima, sedangkan digit
berikutnya dibuat sesuai perjanjian, sebagai contoh:
R-600
: Butana, CH3CH2CH2CH3
R-600a
: Isobutana, CH(CH3)3
R-610
R-611
R-630
R-631
R-702
: hidrogen
R-704
: helium
R-717
: amonia
R-718
: air
R-744
: O2
R-764
: SO2
R-1130
1,2-dichloroethylene
CHCl=CHCl
R-1150
Ethylene
CH2=CH2
R-1270
Propylene
C3H6
Data nama dan nomor lengkap refrigeran dapat dilihat pada literature [2].
10
jenis
refrigeran
yang
akan
digunakan
dilakukan
dengan
Sifat termodinamika
11
Dengan mengetahui tekanan dan temperatur jenuh refrigeran, maka dapat diketahui
apakah suatu refrigeran beroperasi pada kisaran tekanan dan temperatur yang sama
dan dapat saling menggantikan. Gambar 1.5 menunjukkan kurva jenuh beberapa
refrigeran. Dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa kurva R-12 berimpit dengan R134a dan R-152a. Dengan demikian refrigeran R-134a dan R-152a dapat
menggantikan refrigeran R-12. dari kurva ini pula dapat diprediksi bahwa campuran
R-32 yang bertekanan tinggi dengan R134a yang bertekanan lebih rendah dapat
dihasilkan refrigeran untuk menggantikan R-22. Berbagai kombinasi campuran
refrigeran bertekanan tinggi dan rendah dapat dilakukan untuk menggantikan
refrigeran yang tekanannya berada di antara kedua tekanan refrigeran-refrigeran yang
dicampur .
50
45
R-12
R-600
R-134a
R-152a
40
Psat (atm)
35
R-22
R-600a
R-125
R-32
30
25
20
15
10
5
0
220
240
260
280
300
320
340
360
Tsat (K)
Gambar 1.5 Kurva jenuh beberapa refrigeran murni
Kurva jenuh ini dapat dibuat linier, jika diplot ln Psat terhadap 1/Tsat. Hal ini ditunjukan
pada Gambar 1.6. berdasarkan persamaan Clausius Clayperon kemiringan garis
akan menunjukan panas laten pengupan refrigeran tersebut. Semakin curam
kemiringan garis, semakin besar panas laten penguapannya.
12
100
ln Psat (atm)
10
0.1
0.001
R-12
R-600
R-134a
R-152a
0.002
R-22
R-600a
R-125
R-32
0.003
0.004
0.005
1/Tsat (K)
13
keluar dari evaporator. Oleh sebab itu diperlukan kompresor sentrifugal untuk
menghasilkan laju aliran massa yang besar.
R-10 mempunyai NBP yang lebih besar lagi (76,7 oC, Tabel 2.1) oleh sebab itu
refrigeran ini tidak dapat digunakan meskipun dengan kompresor sentrifugal.
R-22 mempunyai NBP yang lebih rendah 40,8oC. Dengan demikian refrigeran ini
dapat digunakan untuk temperatur pendinginan yang lebih rendah dari temperatur R12 tanpa mengalami vakum.
R-134a mempunyai NBP yang dekat dengan R-12 oleh sebab itu refrigeran ini
digunakan untuk menggantikan R-12 yang penggunaanya mulai di hapus karena
merusak lapisan ozon.
R-290 mempunyai NBP yang dekat dengan R-22. refrigeran hidrokarbon ini
berpotensi untuk menggantikan R-22.
R-113 mempunyai dua isomer, yang satu mempunyai NBP 45,9 oC sedangkan yang
lain mempunyai NBP 47,6oC. Dengan demikian refrigeran ini biasa digunakan dengan
kompresor sentrifugal mirip dengan R-11. Namun demkian seperti yang terlihat pada
Tabel 2.3 baik tekanan evaporator maupun kondensor keduanya adalah vakum.
memiliki NBP 3,6oC merupakan refrigeran dengan NBP menengah. Refrigeran ini
biasanya digunakan pada mesin refrigerasi dengan kompresor rotari. Namun demikian
karena refrigeran ini adalah refrigeran CFC yang sudah dihapuskan produksinya,
maka penggunaan refrigeran ini tidak banyak lagi.
1.2.1.4 Panas laten penguapan (hfg)
Tabel 2.3 menunjukkan besarnya panas laten penguapan (hfg) beberapa refrigeran pada
Tkond= 40oC dan Teva= -15oC. Dari data tersebut nampak bahwa beberapa refrigeran
mempunyai panas laten yang lebih besar dari yang lainnya. Namun demikian COP
dari mesin refrigerasi hampir sma untuk semua refrigeran. Dengan demikian panas
laten tidak mempengaruhi COP.
racun,
reaksinya
terhadap
air,
minyak
pelumas
dan
material
16
Refrigeran NBP, oC
Temperatur
Tekanan
Titik
Kritik,
Kritik,
Beku,
R-11
23,7
197,78
R-12
-29,8
112,04
R-22
-40,8
96,02
R-113
45,9
214,1
R-114
3,6
145,8
R-134a
-26,15
101,06
R-152a
-24,15
113,3
R-290
-42,1
96,8
R-600a
-11,73
135,0
R-718
100
374,5
R-717
-33,35
31,1
R-744
-78,4
31,1
o
* pada Teva = 5 C, ** pada Tkond = 25oC
Bar
43,7
41,15
96,02
34,15
32,7
40,56
45,2
42,56
36,45
221,3
73,72
73,72
-111,0
-136,0
-160,0
-36,6
-94,0
-96,6
-117,0
-187,1
-159,6
0,0
-77,7
-56,6
V*,
hfg,
m3/hr/TR
kJ/kg
Pada Tkond= 40oC dan
Teva= -15oC
0,772
148,5
10,867
108,4
6,668
108,4
186,9
111,8
37,6
88,6
10,867
139,8
11,572
226,5
7,737
252,4
21,24
226,5
825,6 2342,5*
6,124
1053,4
1,33 156,7**
17
Tingkat racun dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A yaitu refrigeran tak beracun dan
kelompok B refrigeran beracun[2]. Refrigeran dikatakan tidak beracun jika mempunyai LC 50
(Lethal Concentration 50%) lebih besar dari 10.000 ppm, sedangkan refrigeran dianggap
beracun jika LC50 lebih kecil dari 10.000 ppm.
Berdasarkan tingkat mampu nayala dan racun maka refrigeran dapat diklasifikasikan sebagai
refrigeran kelas A1: tidak beracun tidak mudah terbakar. Semua refrigeran halokarbon
masuk kedalam kelas refrigeran ini.
Refrigeran kelas A2: tidak beracun, tetapi tingkat nayala masuk kelas 2. Refrigeran
campuran zeotropik antara kelas A1 dan A3 bisa masuk kelas refrigeran ini. R-32, R-141b,
dan R-152a juga masuk dalam kelas refrigeran ini.
Refrigeran kelas A3: tidak beracun, tetapi mudah terbakar. Refrigeran hidrokarbon, masuk
ke dalam kelas ini.
Refrigeran kelas B1: beracun tetapi tidak mudah terbakar. Tidak ada refrigeran masuk kelas
ini.
Refrigeran kelas B2: beracun dan bisa terbakar. Amoniak termasuk kelas refrigeran ini.
Refrigeran kelas B3: beracun dan mudah terbakar. Kelas refrigeran ini tidak pernah
digunakan.
18
menurunnya temperatur, sehingga keberadaan air dalam refrigeran selalu dicegah dengan
memasang pengering silica gel atau molecular sieve.
Tabel 1.4 memeuat kelarutan air pada beberapa refrigeran. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa air
mempunyai kelarutan yang lebih rendah dalam R-12 dan R-11 dibandingkan dalam R-22 atau
R-134a. Dengan demikian persoalan moisture choking lebih banyak ditemui pada sistem
dengan refrigeran seperti R-12 dan R-11. Namun demikian semakin rendah temperatur semakin
kecil kelarutannya. Hal ini dapat menyebabkan terpisahnya air dari refrigeran dan akan
menimbulkan persoalan, Oleh sebab itu keberadaan air dalam sistem tetap harus dicegah.
Tabel 1.4 Kelarutan air dalam beberapa refrigeran cair [3]
Temperatur, oC
60,0
32,2
10,0
-1,1
-40
-73,3
R-11
340
140
55
34
4
0,3
Kelarutan, mg/kg
R-12
R-22
440
3150
128
1580
44
830
23,3
573
1,7
120
0,1
19
R-134a
3200
1500
730
490
89
12
19
Pada sistem kompresor yang memungkinkan terjadinya pencampuran refrigeran oli, maka
perlu diperhatikan adanya penuruan kerapatan dan viskositas minyak pelumas tersebut agar
tidak terjadi kegagalan pelumasan.
Pelumas refrigeran secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu oli mineral
yang berasal dari minyak bumi dan oli sintetik. Terdapat dua jenis oli mineral yaitu oli mineral
Napthenic dan Paraffinic, keduanya merupakan senyawa hidrokarbon jenuh, tetapi oli mineral
napthenic mempunyai ikatan cyclic yang menyebabkan oli jenis ini viskositas dan temperatur
curahnya lebih rendah dibandingkan oli mineral Paraffinic yang banyak mengandung lilin
parafin. Dalam praktek keduanya terdapat dalam mineral oli dengan komposisi yang berbedabeda[3]. Refrigeran sintetik yang banyak digunakan adalah Alkyl-benzene, Polyo ester (POE),
dan polyalkyl glycol (PAG).
Hampir semua refrigeran halokarbon larut dengan baik dalam oli mineral, kecuali R-22, R-114,
R-502 yang hanya larut sebagian. Oleh sebab itu penggunaan refrigeran yang hanya terlarut
sebagian ini pada sistem refrigerasi yang kecil dan refrigeran tercampur dengan minyak
pelumas memerlukan perhatian pada sistem pemipaan yang memungkin minyak pelumas
kembali ke kompresor secara gravitasi. Sebagai contoh R-22 dengan 10% mineral oil
merupakan larutan yang baik pada kondensor temperatur, tetapi akan terpisah pada temperatur
evaporator 5oC. Jika kandungan oli mencapai 18% pemisahan akan terjadi pada temperatur
0,5oC[1]. Amonia dan CO2 tidak larut dalam oli mineral oleh sebab itu pemakaian refrigeran ini
pada mesin refrigerasi besar tidak menjadi masalah karena pencampuran dapat diatasi dengan
memasang pemisah oli. R-134a tidak bercampur dengan oli mineral, sehingga pasangan
refrigeran-minyak pelumas ini tidak digunakan pada mesin refrigerasi kapasitas kecil yang
tidak memungkinkan dipasangnya pemisah oli. Tabel 1.5 memperlihatkan kelarutan beberapa
refrigeran dalam oli mineral.
Pada umumnya viskositas dan massa jenis oli pelumas akan menurun jika bercampur dengan
refrigeran. Besarnya penurunan viskositas dan massa jenis ini meningkat dengan meningkatnya
jumlah refrigeran yang terlarut, temperatur dan tekanan[3]. Oleh sebab itu perlu diperhatikan
agar penurunan viskositas dan massa jenis ini tidak sampai menyebabkan kegagalan
pelumasan. Tabel 1.6 menunjukkan kisaran viskositas minyak pelumas yang direkomendasikan
pada beberapa aplikasi refrigerasi kapasitas kecil.
20
Seluruhnya
larut
R-11
R-600a
R-12
R-290
R-21
R-113
R-152a
R-500
Tinggi
R-13B1
Sebagian larut
Sedang
R-22
Rendah
R-13
NH3
R-501
R-114
R-14
CO2
R-115
R-134a
Tidak larut
R-502
Refrigeran
Jenis kompresor
Ammonia
Ammonia
Carbon dioksida
R-11
R-123
R-12
R-12
R-12
R-134a
R-134a
R-22
R-22
R-22
R-22
a
Screw
Reciprocating
Reciprocating
Sentrifugal
Sentrifugal
Sentrifugal
Reciprocating
Rotary
Sentrifugal
Screw
Sentrifugal
Reciprocating
Scroll
Screw
280 - 300
150 - 300
280 300b
280 300
280 300
280 300
150 - 300
280 - 300
280 - 400
280 - 300
280 -400
150 - 300
280 - 300
280 - 800
60 - 65
32 - 65
60 -65
60 - 65
60 - 65
60 - 65
32 65c
60 - 65
60-86
60-65
60 86
32 - 65
60 65
60 - 173
beberapa aplikasi menggunakan minyak pelumas yang lebih encer 14-17 mm 2/s (75-85 SSU), dan ada pula yang
menggunakan minyak pelumas lebih kental 108-129 mm2/s (500 600 SSU).
C
Pemakaian R-12 pada AC mobil memerlukan minyak pelumas dengan viskositas yang lebih kental 97-107 mm 2/s
Tabel 1.7 Kompatibilitas beberapa refrigeran terhadap material komponen mesin refrigerasi
Material
B.
Baja
Kuningan
Tembaga
Aluminum
Molecular Sieve
Silicagel
CR
FPM
PTFE
Polyamide
NBR
Penggunaan
R-12
Konstruksi, pipa
Konstruksi, pipa
Konstruksi, pipa
Konstruksi, pipa
pengering
pengering
elastomer
elastomer
elastomer
elastomer
elastomer
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
baik
Sangat baik
Sangat baik
Buruk
Buruk
baik
baik
Sangat baik
R-134a
HC
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
baik
Sangat baik
Sangat baik
Buruk
baik
baik
baik
baik
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
baik
Sangat baik
Sangat baik
baik
baik
baik
baik
Sangat baik
Sifat Transpor
Sifat transpor seperti massa jenis, panas jenis, konduktivitas termal, viskositas dan tegangan
permukaan beberapa refrigeran pada 0oC dapat dilihat pada Tabel 1.8.
Tabel 1.8 Sifat transport beberapa refrigeran pada 0oC
Refrigeran
R-600a
R-12
R-134a
P, MPa
0.1564
0.3081
0.2928
Massa
jenis
cairan,
kg/m3
581
1396
1295
Cp cairan,
kJ/kgK
2.306
0.934
1.341
k=Cp/Cv
1.086
1.126
1.102
Viskositas
cairan, Pas x 106
Konduktivi
tas termal
cairan,
W/mK
199.3
248.7
271.1
0.1068
0.07585
0.09201
Tegangan
Permukaan,
N/m
0.01303
0.01177
0.01156
22
R-290/R600a, 50%50%
0.3360
551
2.399
1.495
153.9
0.01474
0.01474
R-22
R-290
0.4976
0.4712
1285
523
1.170
2.500
1.166
1.126
236.0
137.0
0.100
0.104
0.01170
0.01030
Koefisien perpindahan panas pada penukar kalor akan menjadi lebih besar jika refrigeran
memiliki nilai panas jenis, dan konduktivitas termal yang besar, serta tegangan permukaan yang
kecil.
Viskositas cairan menentukan besarnya penurunan tekanan dalam pipa, dan dimensi alat
ekspansi. Viskositas refrigeran yang rendah akan menurunkan kerugian friksi pada pipa.
Namun demikian penggunaan drop in refrigeran yang mempunyai viskositas lebih rendah dapat
menyebabkan perlunya memperpanjang pipa kapiler atau memperkecil orifis katup ekspansi.
Harga perbandingan panas jenis k sangat mempengaruhi temperatur refrigeran keluar komprsor
(discharge temperature). Semakin tinggi nilai k semakin tinggi temperatur keluaran. Oleh
sebab itu pada sistem yang menggunakan refrigeran dengan nilai k tinggi, khususnya pada
kompresor hermetik, perlu diperhatikan sistem pendinginannya. Sebagai contoh motor
kompresor hermetik R-22 lebih sering terbakar dibandingkan dengan motor kompresor R12[1].
1.2.2.6 Kecenderungan bocor
Semua refrigeran saat ini mempunyai kecenderungan bocor yang kecil. Deteksi kebocoran
sangat mudah dilakukan dengan adanya detekt0r elektronik refrigeran halokarbon yang tidak
berbau. Cara yang paling mudah mendeteksi kebocoran adalah dengan menggunakan air sabun.
Ammonia mempunyai bau yang sangat kuat sehingga mudah terdeteksi. Namun demikian
refrigeran ini termasuk refrigeran beracun sehingga keboroan dapat berakibat fatal dan
mengkontaminasi produk yang didinginkan. Namun demikian dengan dihapusnya penggunaan
CFC, refrigeran amonia menjadi salah satu alternatif pengganti.
Refrigeran hidrokarbon yang mudah terbakar disarankan untuk diberi pembau. Namun
demikian pembau merkaptan pada kosentrasi tertentu dapat menyebabkan korosi.
1.2.2.7 Pengaruh terhadap lingkungan hidup
23
Refrigeran sintetik seperti kelompoh refrigeran halokarbon yang memiliki sifat-sifat teknis
yang sangat baik ternyata menimbulkan efek perusakan lingkungan hidup. Refrigeran ini
mempunyai kontribusi terhadap perusakan lapisan ozon dan atau pemanasan global. Kedua isu
lingkungan hidup tersebut ditanggapi sangat serius oleh masyarakat internasional dan telah
dilakukan upaya-upaya bersama untuk menaggulanginya. Oleh sebab itu pemilihan jenis
refrigeran haruslah memperhatikan kedua isu lingkungan hidup global tersebut. Pembahasan
rinci mengenai hal ini serta refrigeran alternatif dapat dilihat pada bab selanjutnya.
1.2.2.8 Harga refrigeran
Harga refrigeran di Indonesia sangat ditentukan oleh mekanisme pasar dan nilai tukar rupiah.
Apabila persediaan melimpah dan harga kurs rupiah stabil, maka harga refrigeran menjadi
murah.
Refrigeran pengganti cenderung lebih mahal dibandingkan dengan refrigeran yang digantikan.
1.2
24
Karena tidak mengandung hydrogen CFC adalah senyawa yang sangat stabil dan tidak mudah
CFC-12
bereaksi dengan zat lain meskipun terlepas ke atmosfer. Karena
mengandung khlor, CFC merusak ozon di atmosfer (stratosfer)
jauh di atas muka bumi. Zat ini mempunyai nilai potensi merusak
ozon (Ozone Depletion Potential = ODP) yang tinggi (ODP =1).
Lapisan ozon melindungi mahluk hidup dari pancaran sinar ultra violet
intensitas tinggi.
HCFC-22
HFC -134a
Refrigeran alami (HC, CO2, NH3) tidak mengandung khlor oleh sebab
itu, refrigeran ini tidak merusak lapisan ozon, ODP = 0
1.3
Kemasan Refrigeran
25
Refrigeran untuk mesin refrigerasi biasanya disimpan dalam tangki-tangki bertekanan, atau
drum (bagi R-11). Hal ini diperlihatkan pada Gambar 1.7.
1.4
Penggunaan Refrigeran
Tiap jenis refrigeran dipakai untuk keperluan tertentu. Tabel 1.9 memuat beberapa aplikasi dari
refrigeran yang umum digunakan.
Pengembang busa
26
R-22
REFERENSI
1. Arora, C. P, Refrigeration and Air Conditioning, Mc. Graw-Hill International Editions,
Second Edition, 2001.
2. SNI-06-6500-2000, Refrigeran: Penggunaan pada Instalasi Tetap
3. ASHRAE HANDBOOK, REFRIGERATION, System and Application, 1994
-----------------------------
27