Anda di halaman 1dari 11

TEORI AKUNTANSI KEUANGAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN

Oleh :

AA Sg. Mira Dewi Setiawati


I Wyn Gde Yogiswara Darmaputra

1591661007
1591661008

Gst Ayu Putu Eka Dewi Prihantari

1591661009

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN

1. HUBUNGAN LAPORAN POSISI KEUANGAN DENGAN LAPORAN LABA RUGI


Dalam mendefinisikan elemen akuntansi dan hubungan antara neraca dan laporan laba rugi,
ada dua pendekatan, yaitu: pendekatan artikulasi dan pendekatan non artikulasi.
1. Artikulasi, secara sistematis laporan laba bersih sama dengan perubahan ekuitas pemilik
dalam satu periode, dengan asumsi bahwa periode sebelumnya tidak ada transaksi ekuitas
serta penyesuaian.
2. Non Artikulasi, secara matematis memisahkan hubungan antara laporan posisi keuangan
dengan laba rugi, dan masing-masing dari laporan tersebut didefinisikan dan diukur
tersendiri.
1. Pendekatan Artikulasi

Ada dua alternatif dalam mendefinisikan elemen-elemen akuntansi, yaitu:


a.

Pendekatan Pendapatan-Biaya
Pendekatan ini lebih mengutamakan laba rugi, prinsip-prinsip pengakuan pendapatan
dan aturan-aturan pengukuran pendapatan, sehingga laporan posisi keuangan
dianggap sebagai sampingan dari aturan-aturan pengukuran pendapatan.

b.

Pendekatan Aset-Kewajiban
Pendekatan ini lebih menekankan pada definisi, pengakuan dan pengukuran aset dan
kewajiban. Pendapatan didefinisi, diakui dan diukur sebagai akibat sampingan dari
pengukuran aset dan kewajiban.

2. Pendekatan Non Artikulasi


Pada pendekatan pendapatan-biaya tradisional pendukung pendapatan-biaya lebih
memperhatikan stabilisasi akibat fluktuasi transaksi pada laporan laba rugi dan
memperkenalkan biaya yang ditangguhkan dan kredit yang ditangguhkan untuk
menghaluskan pengukuran laba. Sedangkan, aset-kewajiban menyarankan pada perubahan
pelaporan dalam nilai aset bersih, dan menyiapkan dan membiarkan fluktuasi laporan laba
rugi yang mungkin melibatkan adanya laba dan rugi yang belum direalisasi.
2. ASET
a. Definisi Aset
Banyak definisi aset yang ada, namun hanya ada tiga definisi formal aset, yaitu:
1. Commitee on Terminology medefinisikan aset merupakan sesuatu yang disajikan di debet
yang akan dipindahkan setelah tutup buku, sesuai dengan prinsip akuntansi (bukan karena
saldo negatif dan dinilai sebagai utang). Saldo debet ini merupakan hak milik atau nilai
yang dibeli atau pengeluaran yang dibuat untuk mendapatkan kekayaan dimasa depan.
2. APB mendefinisikan aset merupakan sumber daya ekonomi perusahaan, termasuk
pembebanan yang ditunda, yang dinilai dan diakui sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku.
3. FASB mendefinisikan Aset merupakan kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh
dimasa depan oleh suatu perusahaan sebagai akibat transaksi atau kejadian yang sudah
terjadi.
b. Kontrak Eksekutori
Kontrak atau perjanjian yang belum dilakukan tetapi sudah mengikat kedua pihak, baik
untuk memenuhi kewajiban maupun menerima kekayan atau jasa di masa depan. Namun
dalam akuntansi tradisional, kontrak eksekutori ini tidak diakui kaena kontrak seperti ini
terlalu tidak pasti dan contigent bagi pencatatan akuntansi.
c. Pengakuan dan Pengukuran Aset
Prinsip pervasif yang telah ditetapkan tentang pengakuan awal dan pengukuran aset
dan kewajiban, yaitu:
Aset dan kewajiban umumnya dicatat berdasarkan kejadian yang mana perusahaan
memperoleh sumber daya dari entitas lain atau membuat kewajiban dengan entitas lain.
Aset dan kewajiban diukur dengan perubahan harga transfer.

d. Piutang
Piutang dicatat sebesar biaya historis dan disesuaikan untuk estimasi piutang tak
tertagih. Atribut yang diukur adalah sebuah perkiraan atas nilai realisasi bersih.
Bagaimanapun juga, ukuran yang sebenarnya dari nilai realisasi bersih akan menjadi
harga jual dari piutang - piutang yang menyebabkan berkurangnya perkiraan kewajiban
untuk sumber-sumber yang tidak dibayar oleh debitur.
e. Investasi Tidak Tunduk Pada Akuntansi Ekuitas
Investasi dalam saham diklasifikasikan dalam tiga cara, yaitu:
1. Held-to-maturity, dimana perusahaan memiliki maksud positif dan menahan sahamnya
hingga jatuh tempo.
2. Trading, dimana tujuannya adalah untuk menjual sekuritas dalam jangka pendek
3. Available-for-sale, dimana tidak termasuk diantara dua kategori di atas yang diterapkan.
f. Investasi Tunduk Pada Akuntansi Ekuitas
Sekuritas ekuitas dalam jumlah 20% - 50% dari saham yang beredar, umumnya
dihitung dengan menggunakan metode ekuitas menurut APB Statement 18. Ketika
akuntansi ekuitas digunakan, investasi tidak lagi menyajikan atribut sebenarnya dari
pengukuran, namun merupakan biaya historis yang disesuaikan yang penyesuaiannya
ditentukan berdasarkan aturan-aturan yang ada dalam akuntansi ekuitas.
g. Persediaan
Persediaan akhir dihitung dengan menghitung jumlah persediaan yang masih ada, lalu
dikalikan dengan kos akuisisi per unit. Kos per unit dapat ditentukan dengan
menggunakan metode FIFO (first in first out), LIFO (last in first out), atau nilai rata-rata
weight average).

Menurut ARB No. 43, persediaan dinilai menggunakan harga yang

lebih rendah antara harga pasar atau harga perolehan. Harga pasar disebut juga kos
pengganti (replacement cost), tetapi jaraknya ditetapkan dimana kos pengganti harus jauh
diantara batasan yang tertinggi (nilai realisasi bersih) dan terendah (nilai realisasi bersih
yang kurang dari markup normal).
Batasan tertinggi dan terendah ini digunakan hanya jika harga pengganti jatuh di luar batasan
dan

untuk mengurangi fluktuasi dalam pendapatan akuntansi diantara periode ketika

persediaan dicatat.

h. Aset yang Dibuat Sendiri dan Persediaan yang Diproduksi


Permasalahan pengukuran mengenai aset yang dibuat sendiri adalah pengidentifikasian
biaya yang timbul saat membuat aset tersebut.
Ada dua masalah khusus, yaitu:
1. Produksi persediaan, dan
2. Perlakuan pada kos bunga.
Terdapat dua metode yang bisa digunakan untuk persediaan yang diproduksi, yaitu:
1. Variabel costing, kos produksi merupakan variabel yang digunakan untuk menghitung
persediaan, sedangkan kos tetap dibebankan sebagai kos periode.
2. Full-absorption costing, keseluruhan

kos, baik tetap maupun variabel diperhitungkan

untuk produksi persediaan.


i. Aset yang Mengalami Depresiasi atau Deplesi
Kos akusisi historis dari aset yang didepresiasikan atau deplesi dialokasikan selama
perkiraan umur kegunaan. Alokasi depresiasi menggunakan beberapa metode: garis lurus,
jumlah tahun, saldo menurun, dan unit produksi. Peraturannya hanya ada untuk
konsistensi penggunaan dari tahun ke tahun.
Kos deplesi dialokasikan sesuai umur ekonomis sama seperti aset yang didepresiasikan.
Metode yang digunakan adalah metode unit produksi (perkiraannya dihitung berdasarkan
jumlah produksi yang diharapkan). Neraca yang memuat nilai untuk subjek aset untuk
depresiasi dan deplesi adalah kos historis dikurangi alokasi kumulatif kos pada laporan
laba rugi. Jumlah ini disebut nilai buku dan hasil dari alokasi kos. Nilai buku tidak
menunjukkan atribut yang nyata oleh karena itu tidak dapat diukur secara langsung. Nilai
buku hanya dapat dihitung dengan mengaplikasi aturan yang dispesifikasi dalam metode
depresiasi atau deplesi yang digunakan.
j. Aset yang Mengalami Penurunan Nilai
Pada SFAS No. 121, FASB meneliti bahwa kejadian dimasa depan akan sangat
menentukan apakah penurunan nilai aset jangka panjang dan kemungkinan kemunculan
goodwill sebagai akibat dari penurunan nilai pasar, perubahan fisik yang signifikan dari
aset atau cara penggunaanya, perubahan iklim bisnis yang dapat mempengaruhi
pengoperasian aset dan penurunan arus kas dari current dan prospektif operations.

k. Pertukaran Non Moneter dari Aset Sejenis


APB Statement 29 menetapkan pertukaran non moneter, pengorbanan untuk
memperoleh aset baru terdiri dari perdagangan dalam aset dan sejumlah kas yang
mungkin. Di bawah APB Statement 29, aset baru dicatat pada nilai buku aset yang
diperdagangkan (daripada nilai pasar), ditambah berbagai pertimbangan kas yang
dipertimbangkan.
l. Aset Tidak Berwujud
Semua aset tidak berwujud dihitung dengan menggunakan kos historis dikurang beban
kumulatif ke pendapatan.
m. Biaya yang Ditangguhkan
Ada dua jenis dari beban yang ditangguhkan, yaitu:

Biaya yang dibayar dimuka, dialokasikan ke laba rugi dengan dasar garis lurus
sepanjang periode masa depan, dan

Biaya yang ditangguhkan dari pengakuan biaya, termasuk biaya startup organisasi
dan kerugian ditangguhkan pada penjualan sewa. Sebagian besar biaya yang
ditangguhkan diamortisasi dengan cara yang sama sebagai aset tidak berwujud
kecuali persyaratan tertentu berlaku.

3. KEWAJIBAN
a. Definisi Kewajiban
Beberapa definisi kewajiban, namun ada tiga yang dijadikan dasar sebagai pengertian
kewajiban itu sendiri, yaitu:
1. Menurut Commitee on Terminology, kewajiban adalah saldo kredit atau jumlah yang harus
dipindahkan dari saat tutup buku ke periode tahun berikutnya berdasarkan pencatatan yang
sesuai dengan prinsip akuntansi.
2. Menurut APB, kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang diakui dan dinilai sesuai
dengan prinsip akuntansi.
3. Menurut FASB, kemungkinan pengorbanan di masa mendatang yang timbul akibat
kewajiban perusahaan sekarang untuk masa yang akan datang sebagai akibat suatu transaksi
atau kejadian yang sudah terjadi.
Terdapat lima jenis kewajiban dalam akuntansi, yaitu:
1. Kewajiban kontraktual, kewajiban yang berasal dari kejadian-kejadian yang
menimbulkan kewajiban berdasarkan kontrak secara legal.
2. Obligasi kontruktif, kewajiban yang bersifat implisit, tidak secara tertulis.
3. Obligasi merata, dimana kewajiban yang tidak bersifat kontraktual tetapi timbul sangat
ambigu dengan adanya prinsip-prinsip keadilan yang bersifat etis.

4. Kewajiban kontijensi, situasi tidak pasti yang mengakibatkan suatu perusahaan


mungkin akan mengalami untung atau rugi yang baru akan diketahui ketika satu atau
lebih kejadian terjadi atau tidak terjadi di masa depan
5. Kredit terdiri atas pendapatan dibayar di muka dan kredit ditangguhkan yang
ditangguhkan yang disebabkan oleh peraturan mengenai pendapatan yang menangguhkan
pengakuan akun tersebut dalam laporan laba rugi.
b. Pengakuan dan Pengukuran Kewajiban
Pada APB Statement 4 dan SFAC No. 5, kewajiban diukur dengan jumlah yang terjadi
saat transaksi, yang mungkin didiskontokan. Prinsip umumnya, kewajiban diukur pada
jumlah yang terjadi dalam pertukaran. Untuk kewajiban lancar, seperti utang dagang, ini
representasi face value dari obligasi untuk masa yang akan datang. Kewajiban lancar yang
tidak didiskontokan adalah membenarkan alasan-alasan yang tidak material. Sedangkan
kewajiban tidak lancar, pengukuran menunjukkan nilai sekarang diukur berdasarkan nilai
tunai yang diperhitungkan sebagai dasar tingkat bunga. Penerimaan bersih menunjukkan
aliran pembayaran bunga dan diskonto pembayaran utama pada tingkat bunga pasar saat
ini.
c. Utang Wesel Dengan Harga Dibawah Suku Bunga Pasar
Berdasarkan APB Statement 21, utang wesel dengan bunga di bawah suku bunga pasar
harus didiskontokan. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan biaya bunga secara periodik
pada suku bunga pasar. Diskonto ini kemudian diamortisasi selama umur ekonomis wesel
untuk menyesuaikan biaya bunga secara periodic dengan suku bunga pasar.
d. Utang Obligasi
Obligasi dicatat sebesar penjualan bersih dari transaksi. Penjualan bersih adalah nilai
sekarang dari pembayaran bunga di masa depan dari pembayaran kembali pokok,
didiskontokan pada suku bunga pasar, dikurangi kos penerbitan obligasi.
e. Obligasi yang Dapat Dipertukarkan (Covertible Bonds)
Obligasi ini memiliki elemen utang dan pemilik ekuitas. Pembatalan bunga dapat dianggap
sebagai sumbangan modal untuk perusahaan dalam pertukaran hak istimewa ini.
Dua kebijakan yang dapat dipergunakan pada akun obligasi yang dapat dipertukarkan:
1. Pendekatan dengan memperlakukannya sebagai utang konvensional sampai dikonversi
(APB Statement 14).

2. Pendekatan dengan memisahkan jumlah utang dengan nilai yang harus dibayar untuk hak
konversi dan menambahkan jumlah ini ke dalam modal kontribusi.
f. Utang Dengan Waran Saham
APB Statement14 menyatakan bahwa nilai yang ditetapkan untuk melepas waran
saham dapat menyertai permasalahan utang. Kebijakan ini tidak konsisten dengan
perlakuan dari utang konvertibel, karena utang konvertibel didalilkan menjadi utang atau
ekuitas pada satu waktu dan tidak bisa menjadi keduanya secara bersamaan.
g. Penarikan Kembali Saham Preferen dan Sekuritas
Manajer keuangan terus menerus berusaha menghindari adanya utang dalam laporan
posisi keuangan dengan melakukan penarikan kembali saham preferen.
Saham preferen tidak mempunyai hak suara, mempunyai jadwal kewajiban membayar
secara periodik pada nilai nominal (pari) dan dapat ditebus pada opsi perusahaan; deviden
kumulatif dan memiliki preferen lebih dari saham biasa, dan saham memiliki tingkat
deviden tahunan tetap tanpa patisipasi lebih lanjut.
h. Sekuritisasi
dalam melakukan sekuritasi, harus melibatkan dua pihak, yaitu penjualan oleh
perusahaan (transferor) dari suatu aset atau kelompok-kelompok aset kepada perusahaan
yang lain (transferee). Aset yang terlibat adalah aset keuangan seperti piutang hipotik.
Transferee membiayai akuisisi dengan pengeluaran sekuritas pada sekelompok investor
luar.
Masalah yang dihadapi dalam sekuritisasi adalah apakah transferor telah melepaskan
semua hak atas asetnya atau belum. Jika telah dilepas, transferor mengkredit aset dan
tidak memunculkan utang pada laporan posisi keuangannya. Namun jika transferor
mempertahankan dan belum melepaskan semua hak atas asetnya, transferee tidak bebas
menggunakan atau membuang aset tersebut.
4. EKUITAS
a. Definisi Ekuitas Pemilik
Ekuitas pemilik adalah kepentingan pemegang saham atas aset bersih perusahaan yang
dianggap menjadi pemilik perusahaan.
Komponen
Ekuitas:
a Kontribusi
modal.

1. Modal hukum, dan


2. Modal lainnya.
b Laba ditahan
c Keuntungan

atau

kerugian

yang

belum

direalisasi.
b. Pengakuan dan Pengukuran Ekuitas Pemilik
Berikut jenis-jenis transaksi perubahan ekuitas pemilik, yaitu:
a. Transaksi-transaksi modal
b. Transaksi-transaksi terkait pendapatan
c. Opsi Saham
Perencanaan Opsi Saham Karyawan (ESOP) dianggap sebagai bentuk kompensasi
ditangguhkan kepada karyawan, jika ada harga penawaran pembelian baru terbentuk
dalam perencanaan tersebut. Jika harga penawaran pembelian sudah ada, maka
pengakuan dan pengukuran akuntansi berfokus pada nilai penawaran pembelian opsi.
d. Saham Treasuri
Akuisisi saham treasuri dilihat sebagai metode prospek masa depan untuk pemegang
saham.
Alasan pembelian saham treasuri, yaitu:
1. Keinginan manajemen yang kuat dalam memiliki proporsi saham yang lebih besar.
2. Keinginan untuk memiliki saham yang tersedia untuk pelaksanaan opsi saham.
3. Keinginan untuk mengurangi lingkup investasi oleh perusahaan karena biaya modal
melebihi pengembalian marjinal investasi.
4. Mendukung harga pasar saham perusahaan.
Dua metode yang digunakan untuk menghitung saham treasuri, yaitu:
1. Metode biaya
2. Metode

nilai

nominal.
e. Deviden Saham
Menurut ARB No. 43, ada dua kebijakan akuntansi untuk deviden saham yang
didasarkan pada ukuran deviden.
a

Deviden saham besar (>25%), dihitung dengan mengklasifikasikan kembali laba


ditahan dalam memberikan kontribusi modal berdasarkan nilai nominal saham yang
diterbitkan.

Deviden saham kecil (< 20%), dihitung dengan mengklasifikasikan kembali laba
ditahan ke modal setoran atas dasar nilai/harga pasar dari saham dan menggunakan predevidend harga pasar.

5. INSTRUMEN KEUANGAN
Instrumen keuangan meliputi sebuah aset keuangan atas suatu entitas dan beban
keuangan (atau ekuitas) atas entitas lainnya. FASB mendefinisikan instrumen keuangan
sebagai kas, bukti kepemilikan dalam suatu entitas, atau keduanya:
1. Pembebanan obligasi kontraktual pada suatu entitas untuk memberikan uang tunai atau
instrumen keuangan lain kepada entitas kedua, atau menukar instrumen keuangan yang
berpotensi tidak menguntungkan entitas kedua.
2. Menyampaikan kepada entitas kedua tentang hak kontraktual untuk menerima uang tunai
atau instrumen keuangan lain dari entitas pertama, atau menukar instrumen keuangan
yang berpotensi menguntungkan yang lainnya dengan entitas pertama.
Derivatif
Merupakan instrumen keuangan yang nilainya didasarkan atas insturmen keuangan
lain, indeks saham, atau suku bunga atau indeks suku bunga.
Derivatif dapat diklasifikasikan dalam dua tipe umum:
1. Forward-Based Derivatives, muncul antara dua pihak.
Pihak pertama mendapatkan keuntungan, sedangkan pihak lain mendapatkan kerugian
sebagai akibat dari perubahan pada nilai dari faktor yang mempengaruhi instrumen.
Kontrak forward meliputi mata uang asing, kontrak utang, atau komoditas yang mempunyai
harga khusus pada tanggal kontrak dengan keuntungan atau kerugian dari perubahan harga
khusus pada tanggal penetapan penyelesaian.
2. Option-Based Derivative, dimana pemegang opsi memiliki hak untuk membeli atau menjual
suatu kuantitas spesifik pada suatu harga yang spesiifik dari komoditas standar, instrumen
keuangan dan ekuitas.
Pernyataan FASB Terkait Derivatif
Beberapa standar sebelumnya yang berkaitan dengan pengungkapan derivatif telah
digantikan oleh SFAS No. 133 yang menilai derivatif berdasarkan nilai wajar serta
membutuhkan pengungkapan terkait efektivitas lindung nilai. Tingkat bunga swap akan
efektif apabila jumlah yang disepakati antara swap sama dengan jumlah aset atau kewajiban
yang menjadi lindung nilai, serta apabila nilai wajar swap pada awalnya sama dengan nol.
Dalam hal pengungkapan, entitas harus menunjukkan tujuan dan kebijakan mereka untuk

memegang derivatif dan instrumen lindung nilai. Mereka juga didorong untuk memberikan
informasi kuantitatif tentang berbagai jenis risiko pasar yang terlibat.
6. KLASIFIKASI DALAM LAPORAN POSISI KEUANGAN
ARS No. 43 mewajibkan klasifikasi aset dan kewajiban yang didasarkan pada
likuiditasnya.
Dua klasifikasi yang digunakan, yaitu:
a) Pendekatan Current didefinisikan sebagai siklus operasi perusahaan atau satu tahun atau
lebih.
b) Pendekatan current-noncurrent ini hanya memberikan indikasi kasar dari likuiditas
perusahaan.

Referensi
Wolk, Harry. I., Michael G, Tearney., James. L. Dodd, 2001. Accounting Theory : A
Conceptual and Institutional Approach, Fifth Edition. South Western Collage
Publishing, Cincinnati, Ohio.

Anda mungkin juga menyukai