Anda di halaman 1dari 7

ZAT KIMIA LAIN :

19 SEPTEMBER 2011

FEROMON

Feromon adalah sejenis zat kimia yang berfungsi


untuk merangsang dan memiliki daya pikat seks
pada hewan jantan maupun betina.
Zat ini berasal dari kelenjar endokrin dan
digunakan oleh makhluk hidup untuk mengenali
sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk
membantu proses reproduksi. Berbeda dengan
hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan
hanya dapat memengaruhi dan dikenali oleh
individu lain yang sejenis (satu spesies).
Feromon, berasal dari bahasa Yunani phero yang
artinya pembawa dan mone sensasi.

Penemuan Feromon
Feromon pertama ditemukan di Jerman, oleh Adolph Butenandt,
ilmuwan yang juga menemukan hormon seks pada manusia yaitu
estrogen, progesteron dan testosteron. Ketika pertama kali
ditemukan pada serangga, feromon banyak dikaitkan dengan fungsi
reproduksi serangga. Para Ilmuwan mula-mula melihat feromon
adalah sebagai padanannya parfum di dunia manusia.
Penemu zat feromon pertama kalinya pada hewan (serangga) adalah
Jean-Henri Fabre ketika pada satu musim semi tahun 1870 an
pengamatannya pada ngengat Great peacock betina keluar dari
kepompongnya dan diletakkan di kandang kawat di meja studinya
untuk beberapa lama menemukan bahwa pada pada malam harinya
lusinan ngengat jantan berkumpul merubung kandang kawat di meja
studinya. Mereka datang dari segala penjuru, tanpa aku tahu
bagaimana mereka menemukan betina di mejaku... tulis Fabre.
Fabre menghabiskan tahun-tahun berikutnya mempelajari
bagaimana ngengat-ngengat jantan menemukan betina-betinanya.
Fabre sampai pada kesimpulan kalau ngengat betina menghasilkan
zat kimia tertentu yang baunya menarik ngengat-ngengat jantan.

Feromon pada Hewan


Ketika kupu-kupu jantan atau betina mengepakkan sayapnya,
saat itulah feromon tersebar diudara dan mengundang lawan
jenisnya untuk mendekat secara seksual. Feromon seks
memiliki sifat yang spesifik untuk aktivitas biologis dimana
jantan atau betina dari spesies yang lain tidak akan merespons
terhadap feromon yang dikeluarkan betina atau jantan dari
spesies yang berbeda
Feromon memainkan peran penting dalam komunikasi
serangga. Semut menggunakan feromon sebagai penjejak
untuk menunjukkan jalan menuju sumber makanan.
Demikian pula, semut pekerja dari berbagai spesies mensekresi
feromon sebagai zat tanda bahaya, yang digunakan ketika
terancam musuh; feromon disebar di udara dan mengumpulkan
pekerja lain. Bila semut-semut ini bertemu musuh, mereka juga
memproduksi feromon sehingga isyaratnya bertambah atau
berkurang, bergantung pada sifat bahayanya.

Feromon pada Manusia

Feromon pada manusia merupakan sinyal


kimia yang berada di udara yang tidak bisa
dideteksi melalui bau-bauan tapi hanya bisa
dirasakan oleh VMO di dalam hidung/indra
pencium. Sinyal ini dihasilkan oleh jaringan
kulit khusus yang terkonsentrasi di dalam
lengan. Sinyal feromon ini diterima oleh VMO
dan dijangkau oleh bagian otak bernama
hipotalamus. Di sinilah terjadi perubahan
hormon yang menghasilkan respons perilaku
dan fisiologis.

Jatuh Cinta : Dari Hidung Turun ke


Hati
Fenomena feromon sebagai bentuk komunikasi ini lama-lama mulai dicoba
diterapkan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Terutama sejak ditemukan bahwa
feromon juga dihasilkan kelenjar dalam tubuh manusia. Dan yang penting, bisa
memengaruhi hormon-hormon dalam tubuh (terutama otak) manusia lainnya.
Contoh paling mudah adalah "bau badan".
Lepas dari jenis bau badan menyengat hingga bikin orang lain menjauh, setiap
manusia punya bau yang khas dan menjadi ciri dirinya. Oleh para ahli dianalogikan
bahwa bau badan itu seperti sidik jari. Jadi, kita masing-masing punya bau yang
unik dan sangat berbeda dengan manusia lainnya. Dengan demikian feromon yang
dihasilkan manusia, di masa depan bisa jadi salah satu identitas diri.
Feromon pada manusia ternyata juga berfungsi sebagai daya tarik seksual. Para ahli
kimia dari Huddinge University Hospital di Swedia malah mengklaim bahwa
feromon juga punya andil dalam menghasilkan perasaan suka, naksir, cinta, bahkan
gairah seksual seorang manusia pada manusia lainnya.
Ini mereka buktikan saat melakukan penelitian terhadap reaksi otak 12 pasang priawanita sehabis mencium bau senyawa sintetik mirip feromon. Bebauan tersebut
langsung bereaksi terhadap hormon estrogen (pada wanita) dan hormon testoteron
(pria).
Jadi, ketertarikan manusia pada manusia lain, baik itu berupa hubungan cinta,
gairah seksual, maupun dalam memilih teman, juga didasari pada bau feromon
yang dihasilkan manusia.

Zat Kimia Lain :

Kakek-nenek dapat hidup rukun sampai


mereka berusia lanjut juga karena senyawa
kimia. Namanya oksitosin. Menurut
penelitian, kesetiaan pada pasangan
berhubungan dengan kadar oksitosin yang
tinggi. Kadar oksitosin ini dapat ditingkatkan
dengan cara masing-masing dari pasangan
yang berusaha saling menyayangi, walau
kadang pasangannya menjengkelkan. Itu
barangkali inti nasihat orang tua, cinta
tumbuh karena biasa.

Anda mungkin juga menyukai