Anda di halaman 1dari 6

HORMON PADA TUMBUHAN DAN PADA HEWAN

1. Hormon pada hewan

Pada hewan vertebrata mayoritas jenis hormonnya mirip dengan manusia. Sedangkan pada
hewan tingkat rendah dan invertebrata sistem hormonnya berkaitan terutama dengan fungsi
kelangsungan hidup, misalnya pertumbuhan, pendewasaan, dan reproduksi.

Hormon pada hewan Invertebrata

Pada Coelenterata (hewan berongga) misalnya Hydra, sel sarafnya menghasilkan bahan kimia
yang disebut neuropeptida. Bahan tersebut merangsang terjadinya pertumbuhan, regenerasi, dan
reproduksi.

Pada Arthropoda dari kelompok insekta menghasilkan tiga


macam hormon yaitu: hormon otak, hormon ekdison,
dan hormon juvenil. Ketiga hormon tersebut berfungsi untuk
mengatur proses metamorfosis.

 Hormon otak disekresikan oleh bagian otak, dan


pelepasannya dipengaruhi oleh faktor makanan, cahaya, atau
suhu. Selain itu hormon otak berfungsi memicu sekresi hormon
ekdison dan hormon juvenil.
 Hormon ekdison perfungsi pada pengaturan proses
pergantian kulit (ekdisis).
 Hormon juvenil berperan menghambat proses
metamorfosis.

Ketiga hormon itulah yang berperan dalam proses metamorfosis dan pergantian kulit pada kelompok
insekta

Sedangkan pada Crustaseae (udang, kepiting, dll) ada 2 faktor yang mempengaruhi pergantian kulit
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal diantaranya: adanya stressor/tekanan
lingkungan, nutrisi, photoperiodisme dan temperatur. Sedangkan faktor internal terkait dengan produksi
hormon ekdisteroid dan Molt Inhibiting Hormon (MIH)/hormon penghambat pergantian kulit.

Hormon pada hewan Vertebrata

Pada katak misalnya, metamorfosis dari berudu menjadi katak


dewasa dipengaruhi oleh hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar
thiroid. Selain itu katak memiliki hormon yang disekresikan oleh epifisis
dan hipofisis di otak, dan berperan dalam mengontrol perubahan
warna kulit. Hormon epifisis menyebabkan kulit menjadi pucat,
sedangkan hormon hipofisis menyebabkan warna kulit menjadi gelap.

Pada vertebrata lain sistem hormonnya mirip dengan manusia.


Feromon

Beberapa jenis hewan selain menghasilkan hormon juga menghasilkan bahan kimia yang disebut
feromon. Bahan ini tidak berpengaruh langsung terhadap hewan yang bersangkutan, melainkan
berpengaruh terhadap hewan lain yang satu spesies. Feromon yang disekresikan ini umumnya berfungsi
menarik lawan jenis untuk melakukan proses reproduksi.

Misalnya saja pada ulat sutera (Bombyx mori), kupu betina mengeluarkan feromon untuk menarik
ngengat jantan guna melakukan reproduksi.

Pada kupu-kupu jantan atau betina akan menyebarkan feromon saat mengepakkan sayapnya,
sehingga feromon tersebar diudara dan mengundang lawan jenisnya untuk mendekat dan tertarik secara
seksual. Feromon seks memiliki sifat yang spesifik untuk aktivitas reproduksi dimana jantan atau betina
dari spesies yang lain tidak akan tertarik dan merespons terhadap feromon yang dikeluarkan betina atau
jantan dari spesies yang berbeda.

Pada rayap, untuk dapat mendeteksi jalur yang dijelajahinya, individu rayap yang berada didepan
mengeluarkan feromon penanda jejak (trail following pheromone) yang keluar dari kelenjar sternum
(sternal gland di bagian bawah, belakang abdomen), yang dapat dideteksi oleh rayap yang berada di
belakangnya. Sifat kimiawi feromon ini sangat erat hubungannya dengan bau makanannya sehingga
rayap mampu mendeteksi obyek makanannya.

Jenis feromon lain adalah yang digunakan ngengat sebagai undangan untuk melakukan
perkawinan. Ngengat gipsi betina dapat mempengaruhi ngengat jantan beberapa kilometer jauhnya
dengan memproduksi feromon yang disebut “disparlur”. Karena ngengat jantan mampu mengindra
beberapa ratus molekul dari betina yang mengeluarkan isyarat dalam hanya satu mililiter udara, disparlur
tersebut efektif saat disebarkan di wilayah yang sangat besar sekalipun.

Feromon tampaknya juga memainkan peran penting dalam komunikasi serangga selain masalah
reproduksi. Semut menggunakan feromon sebagai penjejak (tracer) untuk menunjukkan jalan kepada
semut lain untuk menuju ke sumber makanan.

Contoh lain, bila lebah madu menyengat, ia tak hanya


meninggalkan sengat pada kulit korbannya, tetapi juga meninggalkan
feromon yang menyebabkan panggilan otomatis terhadap lebah madu
lain untuk menyerang. Inilah yang menyebabkan kenapa lebah suka
main keroyok.

Demikian pula, semut pekerja dari berbagai spesies mensekresi


feromon sebagai zat tanda bahaya yang digunakan ketika terancam
musuh. Feromon disebar di udara dan menyebabkan berkumpulnya semut pekerja yang lain. Bila semut-
semut ini bertemu musuh, mereka juga akan mengubah jumlah produksi feromon sehingga isyaratnya
bertambah atau berkurang, bergantung pada kondisi bahayanya: siaga 1, siaga 2, atau siaga 3.
2. Hormon pada tumbuhan

Macam-macam Hormon Tumbuhan

A.Sitokinin.Â

Kinetin merupakan sitokinin sintetik yang pertama ditemukan oleh Carlos Miller pada ikan kering.
Setelah itu ditemukan senyawa sitokinin yang lain dalam endosperma cair jagung, yaitu zeatin.
Sitokinin sintetik lainnya adalah BAP (6-benzilaminopurin) dan 2-ip. Sitokinin mempunyai beberapa
fungsi, antara lain:Â

1) Memacu pembelahan sel dalam jaringan meristematik.Â


2) Merangsang diferensiasi sel-sel yang dihasilkan dalam meristem.Â
3) Mendorong pertumbuhan tunas samping dan perluasan daun.Â
4) Menunda penuaan daun.Â
5) Merangsang pembentukan pucuk dan mampu memecah masa istirahat biji (breaking
dormancy).Â

Bentuk dasar dari cytokinin adalah adenin (6-amino purine). Adenin merupakan bentuk dasar yang
menentukan terhadap aktifitas cytokinin. Di dalam senyawa cytokinin, panjang rantai dan hadirnya
suatu double bond dalam rantai tersebut akan meningkatkan aktifitas zat pengatur tumbuh ini. NH2 N
NH Adenine (6-amino purine).

B.Etilen.Â

Buah-buahan terutama yang sudah tua melepaskan gas yang disebut etilen. Etilen disintesis oleh
tumbuhan dan menyebabkan proses pemasakan yang lebih cepat. Selain etilen yang dihasilkan oleh
tumbuhan, terdapat etilen sintetik, yaitu etepon (asam 2-kloroetifosfonat).

Etilen sintetik ini sering digunakan para pedagang untuk mempercepat pemasakan buah. Selain
memacu pematangan, etilen juga memacu perkecambahan biji, menebalkan batang, mendorong
gugurnya daun, dan menghambat pemanjangan batang kecambah. Selain itu, etilen menunda
pembungaan, menurunkan dominansi apikal dan inisiasi akar, dan menghambat pemanjangan batang
kecambah.

Hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan Auxin, Gibberellin, dan Cytokinin. Dalam
keadaan normal ethylene akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali.Â

Di alam ethilene akan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman.
hormon ini akan berperan pada proses pematangan buah dalam fase climacteric. Penelitian terhadap
ethylene, pertama kali dilakukan oleh Neljubow (1901) dan Kriedermann (1975), hasilnya
menunjukan gas ethylene dapat membuat perubahan pada akar tanaman.
Hasil penelitian Zimmerman et al (1931) menunjukan bahwa ethylene dapat mendukung terjadinya
abscission pada daun, namun menurut Rodriquez (1932), zat tersebut dapat mendukung proses
pembungaan pada tanaman nanas. Penelitian lain telah membuktikan tentang adanya kerja sama
antara auxin dan ethylene dalam pembengkakan (swelling) dan perakaran dengan cara
mengaplikasikan auxin pada jaringan setelah ethylene berperan.

C.Asam absisat (ABA).Â

Asam absisat (ABA) merupakan penghambat (inhibitor) dalam kegiatan tumbuhan. Hormon Asam
Absisat (ABA).Â

Asal kata: Bahasa Latin Penemu: P.F. Wareing dan F.T. Addicott. Objek penelitian: buah kapas.

Hasil penelitian : Mendorong terjadinya perontokkan (absisi) pada tumbuhan. Jenis : Kinetin, Zeatin
(pada jagung) benzil amino purin.Â

Kesimpulan :Â

Hormon yang menyebabkan kerontokan ada saun dan buah. Fungsi Hormon Asam Absisat
(ABA). Mengurangi kecepatan pembelahan dan pemanjangan di daerah titik tumbuh. Memacu
pengguguran daun pada saat kemarau untuk mengurangi penguapan air. Membantu menutup
stomata daun untuk mengurangi penguapan. Mengurangi kecepatan pembelahan dan pemanjangan
sel bahkan menghentikannya. Memicu berbagai jenis sel tumbuhan untuk menghasilkan gas
etilen. Memacu dormansi biji agar tidak berkecambah. Hormon ini dibentuk pada daundaun
dewasa.Â

Asam absisat mempunyai peran fisiologis diantaranya adalah:Â

1) Mempercepat absisi bagian tumbuhan yang menua, seperti daun, buah dan dormansi tunas.Â

2) Menginduksi pengangkutan fotosintesis ke biji yang sedang berkembang dan mendorong sintesis
protein simpanan.Â

3) Mengatur penutupan dan pembukaan stomata terutama pada saat cekaman air.

D.Hormon Luka/Kambium luka/Asam traumalin.Â

Hormon yang merangsang sel-sel daerah luka menjadi bersifat meristematik sehingga mampu
mengadakan penutupan bagian yang luka.Â

Vitamin B12 9riboflavin), piridoksin (vit. B6) asam ascorbat (vit. C), thiamin (vitamin B1), asam
nikotinat merupakan jenis vitamin yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan pertumbuhan dan
perkembangan Vitamin berperan sebagai kofaktor
E.Poliamina.Â

Mempunyai peranan besar dalam proses genetis yang paling mendasar seperti sintesis DNA dan
ekspresi genetika. Spermine dan spermidine berikatan dengan rantai phosphate dari asam nukleat.Â

Interaksi ini kebanyakkan didasarkan pada interaksi ion elektrostatik antara muatan positif kelompok
ammonium dari polyamine dan muatan negatif dari phosphat.Polyamine adalah kunci dari migrasi sel,
perkembangbiakan dan diferensiasi pada tanaman dan hewan.Â

Level metabolis dari polyamine dan prekursor asam amino adalah sangat penting untuk dijaga, oleh
karena itu biosynthesis dan degradasinya harus diatur secara ketat.Polyamine mewakili kelompok
hormon pertumbuhan tanaman, namun merekan juga memberikan efek pada kulit, pertumbuhan
rambut, kesuburan, depot lemak, integritas pankreatis dan pertumbuhan regenerasi dalam
mamalia.Â

Sebagai tambahan, spermine merupakan senyawa penting yang banyak digunakan untuk
mengendapkan DNA dalam biologi molekuler. Spermidine menstimulasi aktivitas dari T4
polynucleotida kinase and T7 RNA polymerase dan ini kemudian digunakan sebagai protokol dalam
pemanfaatan enzim.

E.Hormon Kalin.Â

Dihasilkan pada jaringan meristem. Memacu pertumbuhan organ tubuh tumbuhan Jenisnyaadalah:Â a.
Fitokalin: memacu pertumbuhan daun;Â b. Kaulokalin: memacu pertumbuhan batang;Â c. Rhizokalin:
memacu pertumbuhan akar;Â d. Anthokalin: memacu pertumbuhan bunga dan buah Florigen hormon
tumbuhan yang khusus merangsang pembentukan bunga.

F.Auksin.Â

Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal (ujung
akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan auksin pada ujung koleoptil kecambah
gandum Avena sativa. Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa
suatu senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya.Â

Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli
potongan agar yang mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam
indol asetat (IAA).Â

Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-
kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil
asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan
pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil.Â
Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan tumbuhan di antaranya adalah: Perkembangan
buah, Dominansi apikal (pertumbuhan ujung pucuk suatu tumbuhan yang menghambat
perkembangan kuncup lateral di batang sebelah bawah), Absisi dan Pembentukan akar adventif.Â

Kejadian di dalam alam stimulasi auxin pada pertumbuhan celeoptile ataupun pucuk suatu tanaman,
merupakan suatu hal yang dapat dibuktikan.

G.Giberelin.Â

Giberelin adalah jenis Hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di Jepang oleh Kurosawa
(1926). Penelitian lanjutan dilakukan oleh Yabuta dan Hayashi (1939). Ia dapat mengisolasi crystalline
material yang dapat menstimulasi pertumbuhan pada akar kecambah.Â

Dalam tahun (1951) Stodola dkk melakukan penelitian terhadap substansi ini dan menghasilkan
“Gibberelline A” dan “Gibberelline X”. adapun hasil penelitian lanjutannya menghasilkan
GA1, GA2, dan GA3 .Â

Pada saat yang sama dilakukan pula penelitian di Laboratory of the Imperial Chemical Industries di
Inggris sehingga menghasilkan GA3 (Cross, 1954 dalam Weaver 1972). Giberelin disintesis di hampir
semua bagian tanaman, seperti biji, daun muda, dan akar.Â

NAMA : NUR DAFFA R

KELAS : VIII E

Anda mungkin juga menyukai