DIARE
Diare adalah defekasi encer > 3 x
sehari dengan/tanpa darah dan/atau
lendir dalam tinja.
Diare akut adalah diare yang terjadi
sec. Mendadak dan berlangsung
kurang dari 7 hari pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat.
ETIOLOGI
1. Infeksi
. Enteral :
Virus (Rotavirus 50-60 % penyebab diare pada anak, adenovirus,
norwalk)
Bakteri (Shigella, salmonella, E. Coli, Vibrio cholera)
Protozoa (Entamoeba histolica, balntidium coli, giardia lambdia)
Jamur (candida albicans)
Parasit (Ascaris, trichuris, Oxyuris)
. Parenteral :
OMA
Sepsis
Ensefalitis
Bronchopneumonia
PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya diare terjadi oleh karena
terdapat gangguan transport terhadap air
dan elektrolit di saluran cerna. Mekanisme
gangguan tersebut ada 5 kemungkinan :
Diare Osmotik
Diare sekretorik
Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit
Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik)
Diare Eksudatif
Diare Osmotik
Intoleransi makanan
Waktu pengosongan lambung yang cepat
Defisiensi enzim mis : Laktase
Laksan osmotik : Magnesium Sulfat (Garam
inggris)
Diare sekretorik
Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan
elektrolit. Ada 2 kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu :
diare sekretorik aktif
Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari
lumen usus ke dalam plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke
lumen. Sperti diketahui dinding usus selain mengabsorpsi air juga
mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi dalam keadaan fisiologi
terdapat keseimbangan dimana aliran absorpsi selalu lebih banyak dari
pada aliran sekresi.
Diare eksudatif
Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit
Crohn,
amebiasis,
shigellosis,
kampilobacter, yersinia dan infeksi yang
mengenai
mukosa
menimbulkan
peradangan dan eksudasi cairan serta
mukus.
Dehidrasi Hipertonis
Terdapat kekurangan cairan air dan Na tetapi proporsi
kehilangan air lebih banyak (Na >150 mmol/L)
Tanda anak sangat haus,iritabel
Dehidrasi Hipotonis
Terdapat kekurangan cairan air dan Na tetapi proporsi
kehilangan Na lebih banyak (Na < 130 mmol/L)
Tanda anak letargi, kejang
A
Baik, sadar
2. Mata
3. Air mata
4. Mulut
dan lidah
5. Rasa
haus
6. %
kehilanga
n BB
Turgor kulit
Normal
Ada
Basah
B
C
Gelisa,rewel Lesu,lunglai,
tidak sadar
Cekung
Sangat cekung
Tidak ada
Tidak ada
Kering
Sangat kering
Minum
biasa,tidak
haus
24%
Terapi
Derajat
Kembali cepat
Kembali
lambat
Rencana terapi Rencana
A
terapi B
Tanpa
Dehidrasi
Kembali sangat
lambat*
Rencana terapi C
Dehidrasi berat
* > 2 detik
Pembacaan dilakukan dari kanan ke kiri
Disebut dehidrasi berat, dehidrasi ringan
sedang atau tidak ada dehidrasi bila
dikolom masing masing terdapat 2 tanda
atau lebih
Bayi dengan frekuensi B.A.B 5 - 6 x sehari
tetapi konsistensi tinjanya baik, bukan
diare
Fase Rehidrasi
Fase Pemeliharaan
Gembung krn hipokalemi
Fase Rehidrasi
Bertujuan mengganti air dan elektrolit yang
telah hilang atau dengan perkataan lain
memberantas diare
Cairan yang dapat diberikan : Oral (Oralit, ASI,
Cairan rumah tangga seperti larutan garam gula,
air tajin, dll) Intravena (pilihan utama :RL , kalau
tdk ada diberikan Nacl 0.9% RL dengan Dekstrose
5% )
Jumlah air dan elektrolit yang diberi pada fase
rehidrasi bisa ditentukan berdasarkan :
Selisih berat badan sebelum diare dan sewaktu
diare/masuk rumah sakit
Penilaian secara klinik (tergantung derajat dehidrasi)
Fase Pemeliharaan
Mencegah penderita yang telah mengalami rehidrasi,
jangan jatuh kembali ke dalam dehidrasi
Jumlah cairan yang diberikan pada fase pemeliharaan
adalah jumlah cairan yang terus hilang selama diare
masih berlangsung (contunuing loss) ditambah dengan
kebutuhan normal harian (normal loss)
Continuing loss adalah jumlah cairan yang terus hilang
selama mencret masih berlangsung. Paling baik diuukur
dengan menampung tinja (cholera cot)
Dapat memakai pedoman WHO yaitu :
Usia < 2 tahun : 50 100 cc/kali b.a.b atau 500 cc/hari
Usia 2 10 tahun : 100 200 cc/kali b.a.b atau 1000 cc/hari
Rencana Terapi A
Digunakan untuk tanpa dehidrasi
Tujuan : mencegah jangan timbul dehidrasi
Tindakan yang dilakukan :
Beri bayi lebih banyak minum dari biasa
Beri bayi makanan yang cukup, untuk mencegah malnutrisi
Berikan Zinc 10 20 mg/hari selama 10 14 hari
Usia < 6 bulan = 10 mg sedangkan diatas 6 bulan 20 mg. Gunanya
untuk mengurangi lama, berat dan episode diare
Bayi dikirim ke rumah sakit bila :
Plan A
Umur
< 12 bulan
1 4 tahun
100 200 ml
5 tahun
200 300 ml
Dewasa
300 400 ml
Umur
< 2 tahun
> 2 tahun
200
cc/kali
Rencana Terapi B
Tujuan mengobati dehidrasi ringan sedang
Tindakan yang dilakukan:
Rehidrasi dengan oralit sebanyak 50 100
cc/kgBB ( 75cc/kgBB) dalam masa 4 jam
Pemberian dengan sendok atau pipet jangan
dengan botol susu
CthI tiap 1 2 menit
Bila bayi muntah, tunggu 10 menit dan beri
oralit lebih lambat 2 3 menit
Rencana Terapi C
Tujuan : mengobati dehidrasi berat
Rehidrasi dengan RL IV = 100 cc/kgBB/3-6
jam.
< 1 tahun : 30 cc/kgBB/1 jam + 70 cc/kgbb/5 jam
> 1 tahun : 30 cc/kgBB/30 menit + 70 cc/kgBB/2
jam
Disentri Basiler
Ciprofloksasin 15 mg/kgbb, 2x sehari selama 3 hari
WHO menganjurkan cipro krn byk daerah yang sudah
resisiten dgn terapi standar seperti Kotri, amok, kloram, dll
Tdk boleh diberikan pada anak < 12 tahun dan bumil
Amubiasis
Metro 10 mg/kgbb, 3x sehari selama 5 hari (10 hari kalau penyakit
berat)
Giardiasis
Metro 5 mg/kgbb, 3 x sehari selama 5 hari
Giardiasis
E/ : Gardia Lamblia
Siklus hidupnya terdiri dari 2 bentuk :
Trofozoit
Tampak dari depan Seperti buah pir (pear Shaped)
Dari samping menyerupai sendok
Mempunyai nukleus berpasangan dengan kromosom
sentral di tengahnya, sehingga tampak seperti kacamata
(Spectacled apperance) dan mempunyai 4 pasang flagel
Kista
Bentuk yang paling sering di tinja, bentuk oval, lebih kecil
daripada tropozoid
Manifestasi klinik
Asimtomatis
Diare Akut
Diare, berbau, mual, distensi abdomen,
flatulen, tidak demam, tidak ada darah dalam
tinja
Diare Kronik
Nyeri dan distensi abdomen, tinja berlendir
dan berbau, penurunan berat badan
Diagnosis
Diagnosis Pasti dengan pemeriksaan feses pada
sediaan basah, ditemukannya Trofozoit dalam
feses yang cair
Entero test yakni metode pengambilan sampel
mukus duodenum yang dapat memberikan
jawaban tersangka kuat Giardiasis, mempunyai
sensitivitas lebih besar dibandingkan dengan
pemeriksaan feses namun penatalaksannanya
belum terstandarisasi
Biopsi Jejenum dengan cara endoskopi atau kapsul
Crosby kugler merupakan diagnostik yang paling
sensitif tetapi yang paling mahal dan jarang
tersedia
Pengobatan
DOC : Metro dengan alternatif Furazolidon dan
quinakrin
Metro (Nitronidazol) 10 15 mg/KgBB/hari (maks 75)
per oral, dibagi 3 dosis, selama 5 10 hari
Furazolidon 5 8 mg/kgBB/hari (maksimum 400 mg)
per oral, dibagi 4 dosis, selama 10 hari. Jangan
diberikan pada bayi < 1 bulan karena dapat
menyebabkan anemia hemolitik. Terdapat dalam
bentuk suspensi 50 mg/15 ml dan tab 100 mg
Inakrin : 6 mg/kgBB/hari (maksimal 300 mg)
diberikan per oral, dibagi 3 dosis selama 7 10 hari
Disentri
Membedakan disentri amuba dengan
disentri basiler (Shigelosis) secara klinis
pada amubiasis gejala umum sering tidak
ada, sering tidak ditemukan demam
Amubiasis
Terjadi dalam 2 minggu infeksi atau tertunda
selama beberapa bulan
Timbulnya penyakit perlahan lahan denga rasa
nyeri (kolik) pada abdomen dan pergerakan usus
yang sering (6-8 pergerakan/24 jam)
Sering disertai tenesmus
Fese berdarah dan mukos dengan beberapa
leukosit
Pada 1/3 kasus menyerupai disentri basiler
ditandai dengan demam tinggi, mengigil dan diare
berat
Diagnosis
Diagnosis pasti ditentukan dengan adanya
trofozoit atau kista di dalam feses atau
trofozoit di dalam pus hasil aspirasi atau
dalam sedimen jaringan. TRPMED hl 442
Pengobatan
Infeksi Usus Asimtomatis
Diloksanid furoat (furamid) 7 10 mg/kgbb/hr
selama 3 dosis atau iodokuinol (diiodohidroksi
kuinin) 10 mg/kgbb 3 dosis selama 7 10 hr
Shigelosis
Khas adalah nyeri abdomen berat, demam tinggi,
muntah, anoreksia, toksisitas menyeluruh,
mendadak ingin buang air besar, dan terjadi nyeri
defekasi
Diare berair dan banyak mulanya, berkembang
menjadi sering sedikit - sedikit, tinja lendir dan
darah
Tanda2 neurologis : kejang, nyeri kepala, lesu,
bigung, kaku kuduk, atau halusinasi mungkin ada
sebelum atau sesudah diare
PF : Kembung, nyeri, suara usus hiperaktif, dan
nyeri rektum pada pemeiksaan digital. Nelson 974
-5
Diagnosis
Adanya leukosit di tinja dan adanya
leukositosis darah perifer dengan
pergeseran ke kiri (netrophil pita lbh byk
dari segmen)
Pemeriksaan tinja didapatkan basil atau
biakan
Bauer
membuat
diagnosis
denga
pemeriksaan tinja yang diwarnai eosin,
bila ditemukan leukosit serta eritrosit >
5/LPB maka ini sangat menyokong dx
Malaria Ringan
Klorokuin basa diberikan total 25 mg/kgbb selama 3 hr.
Hr I : 10 mg/kgbb (maksimal 600 mg basa), 6 jam kemudian dilanjutkan 10
mg/kgbb (mak 600 mg basa) dan 5 mg/kgbb pada 24 jam (mak 300 mg) atau
Hr I dan II 10 mg/kgbb dan hr ke III 5 mg/kgbb
Pada malaria tropikana ditambahkan primakuin 0.75 mg/kgbb, 1 hari. Pada
malaria tersiana ditambahkan primakuin 0.25 mg/kgbb, 14 hr
Bila dengan terapi diatas, pada hr ke IV masih demam atau hr VIII masih
dijumpai parasit dalam darah diberikan :
Kina Sulfat 30 mg/kgbb/hari dalam 3 dosis, selama 7 hari atau
Fansidar atau suldox dengan dasar piritamin 1 1.5 mg/kgbb atau
sulfadoksin 20 30 mg/kgbb single dose (usia diatas 6 bulan). Obat ini tidak
digunakan pada malaria tertiana
Bila dengan pengobatan diatas pada hari ke IV masih demam atau hari
ke VIII masih dijumpai parasit diberikan :
Tetrasiklin HCL 50 mg/kgbb/x, sehari 4 x selama 7 hr + fansidar/suldox bila
sebelumnya telah mendapat pengobatan butir 2a
Tetrasikin HCL+ Kina sulfat bila sebelumnya telah mendapat pengobatan butir 2b.
Dosis kina dan Fansidar/Suldox sesuai butir 2a dan 2b (tera diberi hanya pada umur 8
thn atau lebih)
Malaria Berat
Kina (Koina Hcl/ Kinin Antipirin)
Dosis 10 mg/kgbb/x dilarutkan dalam 100 200 ml infus Nacl
fis, atau cairan 2a atau dex 5% dan diberikan selama 4 jam, 3
kali sehari selama pasien belum sadar (mak 3 hr), bila pasien
telah sadar (walupun blm 3 hr) kina dilanjutkan per oral hingga
total iv + oral selama 7 hr. Kl tak dapat diberikan secara iv, maka
dapat diberikan secara im berupa kina HCL atau kina antipirin
dengan pengenceran 4x lipat pada paha kiri dan kanan
Kinidin
Diberikan bila tidak tersedia kina, dengan cara pemberian
sama dengan kina tetapi dosisnya adalah 7.5 mg basa/kgbb/x
Derivat Artemisin
Artesunat
Diberikan iv atau im dengan dosis 2.4 mg/kgbb/x selama 3 hari. Hr I 2
dosis, selanjutnya diberi oral 2 mg/kgbb/hari sekali sehari sampai
total 7 hari utk seluruh pengobatan.
Dapat dikombinasikan denagn tetrasiklin/doksisiklin selama 7 hari
untuk anak > 7 tahun atau dengan klindamisin 5 mg/kgbb selama 7
hari
Artemeter
Artemeter dalam larutan minyak diberi im. Dosis 1.6
mg/kgbb sehari selama 6 hari, untuk hari pertama
diberi 2 dosis
Kejang Demam
Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38 0C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium
KD terjadi pada 2 4% anak berumur 6 bulan 5 tahun
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan
kemungkinan lain, misalnya Infeksi SSP, atau Epilepsi
yang kebetulan terjadi bersama demam
Kejang disertai demam pada bayi kurang dari 1 bulan
tidak termasuk dalam kejang demam
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam,
kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam
kejang demam
Klasifikasi
Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure)
Lab
Tidak rutin dilakukan
Hanya utk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam, atau keadaan lain
misalna gsatroenteritis dehidrasi disertai
demam
Cek Darah perifer, Elektrolit, gula darah
Konsensus Penatalaksanaan KD
Antikonvulsan
Diazepam oral dosis 0.3 mg/kg setiap 8 jam
Atau Diazepam rektal 0.5 mg/kg setiap 8 jam
pada suhu < 38.5 oC. Dosis tsb dapat
menyebabkan ataksia, iritabel atau sedasi
APGAR SCORE
Klinis
Detak Jantung
Tidak ada
< 100/menit
Pernapasan
Tidak ada
Tidak teratur
Tangis kuat
Refleks
waktu
jalan
napas
dibersihkan
Tidak ada
Menyeringai
Batuk/bersin
Tonus
Tidak ada
Fleksi
ekstremitas
(lemas)
Warna Kulit
Tidak ada
Tubuh
merah
ekstremitas biru
Merah
tubuh
100/menit
seluruh
Interpretasi
0 3 Asfiksia berat
4 7 Asfiksia sedang
7 10 Normal
Bila skor APGAR 5 menit masih kurang dari
7, penilaian dilanjutkan setiap 5 menit,
sampai skor mencapai 7
Pemeriksaan Penunjang
Flouroskopi
Memeriksa pH esofagus
Radio Nuclide Gastro Esofagosgrafi
Biopsi esofagus
Keterlambatan
waktu
pengosongan
lambung
DD
Hiatus Hernia
Akhalasia
Stenosis Pilorus Hipertrofi Kongenital
Obstruksi/Atresia Duodenum
Mekonium Ileus
Penanganan
Non Farmakologi:
ASI dan Susu Formula
Cara memberinya :
Bayi hanya menetek pada satu payudara sampai habis
Biarkan bayi terus mengisap (Walo payudara telah kosong) sampai bayi
tertidur. Selama bayi menghisap, gerakan lidah merupakan trigger untuk
kontraksi lambung sehingga reflux tdk terjadi
Setelah menyusui, bayi jangan langsung ditidurkan. Bayi baru ditidurkan
dengan posisi kepala lebih tinggi dan miring ke sebelah kiri, paling cepat jam
setelah menyusu
Farmakologi
Umur 6 minggu 6 bulan : Ranitidin 5 mg/kgbb, 2 x sehari diberi 2 jam setelah
makan karena makanan dapat mensupresi asam diatas 4 selama 2 jam
6 bulan 13 tahun 8 mg/kg/hari
PPI : Omeprasol 0.7 3.5 mg/kg/hari selama 8 minggu, Lanso 1.3 1.5
mg/kgbb/hr selama 12 minggu
Hiatus Hernia
Adalah suatu kelainan yang terjadi sejak masa janin,
dimana terjadi insufisiensi kardia(inkompotensi kardia)
Gejala :
Muntah bercampur lendir keputihan, kadang bercampur darah
Muntah tidak eksplosif walopun dapat terjadi muntah terus
menerus
Tidak ditemukan pemebsaran perut, dan pola defekasi normal
Dx pasti: secara radiologis yi memasukkan kontras dari esofagus
ke dalam gaster
Terapi :konservatif;
Menjaga posisi bayi selalu dalam keadaan setengah duduk
Pemberian antasida dan juga pemberian makanan padat
Bila konservatif gagal dan ditemukan gangguan tum-bang-> op.
(gastrospeksi dan fundoplikasi)
Akhalasia
Adalah suatu keadaan dimana relaksasi
sfingter esofagus bagian bawah (terminal)
pada
waktu
menelan
berkurang,
mengakibatkan obstruksi relatif yang akan
diperburuk
dengan
berkurangnya
gelombang gelombang peristaltik di dalam
esofagus
Etiol : blm diketahui. Pada dewasa
diperkirakan karena trauma dan psikis
Gejala Klinis
Kesulitan menelan
Muntah susu setelah minum
Batuk batuk akibat aspirasi cairan ke trakea
Pneumonia aspirasi
Gagal tumbuh
Anak lebih besar mengeluhkan adanya nyeri dada
dan rasa panas
Swenson menjelaskan adanya partikel makanan
pada bantal anak anak pada pagi hari bisa
memberi petunjuk adanya akhalasia
Dx
Anamnesa
Barium per oral
Adanya dilatasi esofagus bagian atas dan pengecilan esofagus
bagian bawah berupa garis sebelum menembus diafragma
Foto thoraks
Dilatasi esofagus dengan adanya batas udara - cairan
Endoskopi
Bermanfaat untuk menyingkirkan keganasan yang mendasari,
tetapi hanya terbatas memberi informasi ttg motilitas esofagus
Penatalaksanaan
Pada anak tidak dianjurkan dilatasi
pneumatik karena perlu dikerjakan
berulang ulang dalam narkose umum dan
sering terjadi perforasi total.
Kardiomiotomi cara Heller
Dx
Anamnesa
USG untuk melihat penebalan (> 4 mm) dan pemanjangan
> 19 mm dari otot pilorus
Barium per oral dengan temuan karakteristik berupa
pemanjangan dan penyempitan kanalis pilorus serta blok
parsial kanalis oleh penebalan mukosa, atau tampak
kontras tipis melalui kanalis pilorus membentuk
gambaran seperti buntut tikus, atau string sign
ditambah gambaran seperti payung akibat lengkungan
kontras di duodenum dengan masa otot di pilorus
Penatalaksanaan
Piloromiotomi secara Fredert Ramstedt
bila status hidrasi baik, tanpa gangguan
metabolik dan elektrolit
Bila operasi tidak mungkin dilakukan,
penderita diberi makan sedikit sedikit
tapi sering serta dikentalkan dengan padi
padian, posisi duduk selama 1 jam
setelah makan, sedatif, antikolinergik dan
cairan parenteral sesuai kebutuhan
DOWN SYNDROME
Trisomi 18
Hipotelorisme
Holoprosensefali
Mikroftalmia
Celah bibir Dan langit langit
Telin ga abnormal
Defek pada kulit kepala
Kulit longgar pada tengkuk
Clenched hand
Garis Simian
Polidaktil
Tumit prominen
Patau Sindrome
Sindrom Turner
sindrom klinefelter
Sindrom Klinefelteradalah kelainan genetik
pada laki-laki yang diakibatkan oleh kelebihan
kromosom.
Laki-laki normal memiliki kromosom seksberupa
XY, namun penderita sindrom klinefelter
umumnya memiliki kromosom seks XXY.
Penderita
sindrom
klinefelter
akan
mengalamiinfertilitas,keterbelakangan mental,
dan gangguan perkembangan ciri-ciri fisik yang
diantaranya berupaGinekomastia
Gejala Klinis
cenderung
memiliki
kecerdasan
intelektual IQdi bawah rata-rata anak
normal
kepribadian
yang
kikuk,
pemalu,
kepercayaan diri yang rendah, ataupun
aktivitas yang dilakukan dibawah level
rata-rata (hipoaktivitas).Pada sebagian
penderita sindrom ini juga terjadiautisme.
Testis yang kecil dan aspermatogenesis
(kegagalan memproduksi sperma)
Klinifelter Syndrome
Termoregulasi
Kemampuan untuk menyeimbangkan antara produksi panas
dan hilangnya panas dalam rangka menjaga suhu tubuh
dalam keadaan normal, kemampuan ini sangatlah terbatas
pada BBL
Suhu normal BBL 36.0 36.5 0 C. Suhu basal tubuh (rektal)
antara 36.5 37.5 o C Suhu aksilar bisa 0.5 1.0 o C lebih
rendah dari suhu rektal. Suhu tubuh normal terjadi jika ada
keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan
panas
Hipotermia pada BBL adalah suhu dibawah 36.5 oC :
Hipotermia Ringan (Cold Stress) yaitu suhu antara 36 36.5 o C
Hipotermia sedang yaitu suhu antara 32 36 o C
Hipotermia Berat yaitu suhu < 32 o C
Hipotermia
Akral dingin
Bayi tidak mau minum
Kurang aktif
Kutis Marmorata
Pucat
Takipnoe atau Takikardia
Hipotermi berkepanjangan akan menyebabkan terjadinya
peningkatan konsumsi oksingen, distress respirasi,
gangguan keseimbangan asam basa, hipoglikemia, defek
koagulasi, sirkulasi fetal persisten, GGA, Enterokolitis
Nekrotikan, bila berat menyebabkan kematian
Anamnesa
Pemeriksaan
Klasifikasi
Hipotermia
berat
Suhu tubuh
tidak stabil
(pertimbang
kan dugaan
sepsis)
0
Tidak ada
1
< 100/i
2
>100/i
Tidak ada
Tidak ada
Tidak teratur
Menyeringai
Tangis kuat
Batuk/bersin
Lunglai
Fleksi
kuat
gerak aktif
Warna kulit
Biru/pucat
Fleksi
ekstemitas(le
mas)
Tubuh
merah,ekst.
Biru
Merah
seluruh tubuh
Memberikan kehangatan
Untuk menghindari hipotermia dilakukan
dengan cara meletakkan bayi di atas meja
resusitasi di bawah pemancar panas
Tempat ini harus dihangatkan sebelumnya
Setelah membuka jalan napas dengan
mengisap lendir, upaya mencegah
kehilangan panas dilanjutkan dengan
mengeringkan bayi lalu menyingkirkan
kain basah dan membungkus bayi dengan
kain/ selimut yang hangat
Stimulus taktil
Pengeringan dan perangsangan sekaligus
merupakan intervensi penilaian
dan
resusitasi.
Rangsangan taktil : menepuk/menjentik
telapak kaki dengan hati hati, menggosok
punggung atau perut
Penilaian
Setelah langkah awal selesai dilakukan
dan bayi sudah diposisikan kembali,
dilakukan penilaian pernapasan, frekuensi
jantung, dan warna kulit.
Bila bayi apnu atau mengap mengap atau
HR < 100 x/I, lakukan ventilasi tekanan
posistif
Ventilasi positif
Indikasi : Setelah dilakukan langkah awal resusitasi, ventilasi
tekanan posistif harus dimulai bila bayi tetap apnea setelah
stimulasi atau pernapasan tidak adekuat, dan/atau frekuensi
jantung memadai tetapi sianosis sentral, bayi diberi oksingen
aliran bebas. Bila setelah ini bayi tetap sianosis, dapat dicoba
melakukan ventilasi positif
Ventilasi positif selama 30 detik sebanyak 20 30 x, fase
ekspirasi lebih lama dari fase inspirasi
Bila HR < 60 x/I resusitasi dilanjutkan dengan kompresi dada
dan ventilasi tekanan positif tetap dilanjutkan secara
koordinasi
Bila HR > 60 x/I, hentikan kompresi dada dan ventilasi positif
dilanjutkan sampai HR > 100 x/I atau lebih dan bayi bernapas
spontan
Kompresi Dada
Indikasi :
Bila HR < 60 x/I walaupun sudah dilakukan
ventilasi positif yang efektif dengan
oksingen tambahan selama 30 detik
Kompresi dada dan ventilasi harus
dilakukan secara sinkron dengan ratio 3 : 1
yaitu 90 kompresi dan inflasi untuk
mencapai 120 kegiatan tiap satu menit
Kwashiorkor
Energi cukup namun kekurangan protein Ingat Kuah
Penampilan seperti anak yang gemuk (suger baby)
Edema kata kunci (tu pd dorsum pedis)
Atrofi otot
Ggn. Sistem gastrointestinal
Perubahan rambutsigna de bendera
Perubahan kulitcrazy pavement dermatosis(bercak
muda yang meluas dan berubah warnacoklat
kehitaman dan terkelupas
Pembesaran hati
Anemia
Marasmus
Maramus kwashiorkor
Gejala menunjukan kombinasi campuran
dari jenis marasmik dan kwashiorkor
Atasi/cegah hipoglikemia
Atasi/cegah hipotermia
Atasi/cegah dehidrasi
Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
Obati/cegah infeksi
Mulai pemberian makanan
Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)
Koreksi defisiensi nutrien mikro
Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
Zat gizi
Stabilisasi
Fase
transisi
rehabilitas
1.
Energi
100
kkal/kgbb/hr
150kkal/kg 150-200
bb/hr
kkal/kgbb/hr
2.
Protein
1-1.5 g/kgbb/hr
2-3
g/kgbb/hr
3.
Cairan
4-6 g /kgbb/hr
Kel.
Dosis
Sasara
n
Anak
200.00
balita
0 S1
Ibu
nifas
Pember Ket.
ian
(x/thn)
2
Februar
i
dan
agustu
s
200.00 1
0 S1
Morbili
Sinonim : Campak, Measles dan Rubeola
Etiologi : Virus campak
Gambaran patologi yang karekteristik ialah
distribusi yang luas dari multinucleated
giant cell akibat fusi sel sel
Termasuk penyakit self limiting disease
Manifestasi Klinik
3 stadium :
Stadium Kataral (Prodormal)
Berlangsung 4 -5 hr. Gejala menyerupai influenza. Gejala khas (patognomonik); bercak
koplik menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam setelah sebelum timbul enantema.
Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum, dikelilingi o/ eritema dan
berlokasi di mukosa bukalis berhadapan dgn molar bawah
Stadium erupsi
Ruam eritematosa berbentuk makula-papula disertai meningkatnya suhu
Ruam mula-mula timbul di belakang telinga, bagian atas lateral tengkuk, sepanjang
rambut dan bagian belakang bawah. Ruam mencapai anggota bawah pd hr ketiga dan
menghilang sesuai ururtan terjadinya
Pembesaran KGB mandibula dan leher bagian belakang, spelomegali, diare dan muntah
Variasi lain adalah black measles, yi morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut,
hidung dan traktus disgestivus.
Std konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lbh tua (hiperpigmentasi)yang
lama kelamaan akan hilang sendiri
Patognomonik : bekas hiperpigmentasi dan bersisik
Suhu me sampai normal kec. Bila ada komplikasi
Pengobatan
Merupakan suatu penyakit self limiting sehingga
pengobatannya hanya bersifat simtomatis, yaitu :
Memperbaiki KU
Antipiretika bila suhu tubuh tinggi (PCT 10 -15 mg/kgbb)
Sedativum
Obat batuk
Vitamin A :
< 6 bulan : 50.000 IU/hari 2 hari
6 11 bulan : 100.000 IU/hari 2 hari
> 12 bulan : 200.000 IU/hari 2 hari
Pencegahan
Imunisasi pasif diberi umur 9 bulan tetapi ada ahli yang
berpendapat memberikan booster pada usia 15 bulan (MMR),
cakupan imunitas > 90%
Vaksin campak tidak boleh diberikan bila :
Menderita infeksi saluran napas akut atau infeksi akut lainnya yang
disertai dengan demam > 38 o C
Riwayat kejang demam
Defisiensi imunologik
Sedang mendapat pengobatan KS dan imunosupresif
E. S Imunisasi :
Hiperpireksi
Gejala Infeksi saluran pernapasan bagian atas
Morbili form rash
Kejang demam
Ensefalitis
Demam
Masa Eksantema
Eksantema mulai retroaurikluer atau pada muka dengan cepat meluas secara
kraniokaudal ke bagian tubuh yang lain dari tubuh
Hr kedua eksantema di wajah hilang, diikuti hari ke-3 di tubuh dan hari ke- 4
di anggota gerak
Eksantema Subitum
Sinonim : Roseola infantum, Sixth disease, the
rose rash of infants dan pseudorubella
Etiologi HHV 6 (human herpesvirus 6)
Manifetasi kllinik :
Demam tinggi sampai 39.4 o C 41.2 o C
Limfadenopati servikal tetapi yang apling
utama adalah munculnya limfadenopatib di
oksipital posterior pada 3 hari pertama
infeksi, disertai eksantema (Nagayanas
spots) pada palatum molle dan uvula
Dx
Demam menurun pada hari ke 3 4, saat
temperatur kembali normal, timbul erupsi
makula dan makulopapular di seluruh tubuh
Ruam dimulai dari dada yang menyebar ke
lengan dan leher serta sedikit mengenai
muka dan kaki
Lab : Leukositosis
Terapi : simtomatis
Varisela Anak
Asiklovir 80 mg/kgbb/hari per oral, terbagi
dalam 5 dosis selama 5 hari atau 500
mg/m2 IV tiap 8 jam selama 7 hari
Dan vidarabin 10 mg/kgbb selama 5 hari
Anak yang mendapat terapi asiklovir
disarankan harus mendapat cukup hidrasi
karena asiklovir dapat mengkristal pada
tubulus renal bila diberikan pada individu
yang dehidrasi
Parotitis Epidemika
Sinonim : (GONDONG, MUMPS)
Peningkatan enzim amilase serum
DEF :
Peny. Akut, menular dengan gejala khas pembesaran kel. Ludah
terutama kel. Parotis
Etiologi :
Paromyxovirus
Penyebaran virus dgn kontak lgs, percikan ludah, bahan muntah,
mungkin dengan urin
Gx klinis ;
Gejala prodormal 1 2 hr berupa demam, anoreksia, sakit kepala,
muntah dan nyeri ototpembengkakan nyeri spontan maupun pada
perabaan, terlebih bila ,makan atau minum asamkhas
Di daerah parotis, kulit tampak merah kecoklatan, nyeri pada
tekanan, bagian bawah daun telinga terangkat ke atas.
Kadang-kadang ada trimus dan disfagia, kel submandibularis dan
sublingualis dpt teraba
Penatalaksanaan
Terapi :
Simtomatik :
Kompres demam atau dingin
Analgetik
Diet makan cair atau lunak tergantung kemampuan
menelan
K. steroid 2 4 hr
Gamma glubolin bila ada orkitis
PERMEN KARET
Demam Tifoid
Etiologi : Salmonella typhi
Bakteri gram (-), flagel (+), tidak membentuk spora,
fakultatif anaerob
Mempunyai antigen somatik (O), Flagelar antigen (H) dan
envelope antigen (K/Vi)
Diagnosa pasti ditegakkan melalui isolasi S. typhi dari
darah
Kultur Darah (+) pada hari minggu pertama perjalanan
penyakit
Biakan feses dan urine (+) biasanya pada minggu kedua
dan ketiga.
Sumsum tulang paling baik karena tidak dipengaruhi
waktu pengambilan ataupun pemberian antibiotika
sebelumnya
Widal Test
Titer O agllutinin sekali periksa 1/200
atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4
x maka diagnosa tifoid dapat ditegakkan
Aglutinin H banyak dikaitkan ddengan
pasca imunisasi atau infeksi masa lampau
Vi antigen dipakai untuk mendeteksi carier
Penatalaksanaan
DOC Chloramfenicol 100mg/kgbb/hari dalam 4 x
pemberian selama 10 14 hari atau sampai 5 7
hari setelah demam turun
Bila disertai malnutrisi diperpanjang sampai 21
hari, 4 6 minggu untuk osteomielitis akut, dan 4
minggu untuk meningitis
Ampisilin 200 mg/kgbb/hari dalam 4 hari IV
Amok 100 mg/Kgbb dibagi dalam 4 kali per oral
Tifoid berat (delirium, obtundasi, stupor, koma
dan shock) dexa iv 3 mg/kg diberikan dalam 30
menit untuk dosis awal, dilanjutkan dengan 1
mg/kg tiap 6 jam sampai 48 jam
2.
3.
Spektrum
Klinis
DD
DBD
SSD
Manifestasi Klinis
Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut: nyeri kepala, nyeri
retroorbita, mialgia, manifestasi perdarahan, dan leukopenia.
Dapat disertai trombositopenia.
Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.
Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia dan nyeri
perut.
Uji torniquet positif.
Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.
Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis,
melena, hematuri.
Hepatomegali.
Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke rongga peritoneal.
Trombositopenia.
Hemokonsentrasi.
Hari ke 4-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat berkembang menjadi syok
Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).
Gejala syok :
Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis.
Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.
Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.
Akral dingin, capillary refill turun.
Diuresis turun, hingga anuria.
Keterangan tabel:
Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan
terutama perdarahan GIT lebih dominan pada DBD.
Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi
perembesan plasma yang mengakibatkan haemokonsentrasi,
hipovolemia dan syok.
Uji torniquet positif : terdapat 10 20 atau lebih petekiae
dalam diameter 2,8 cm (1 inchi persegi) di lengan bawah
bagian depan (volar) dan pada lipatan siku (fossa cubiti).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosis adalah :
Pemeriksaan darah perifer: Hb, leukosit dan hitung jenis,
hematokrit, dan trombosit.
Pada DBD berat/SSD : monitor hematokrit tiap 4-6 jam,
trombosit, AGD, kadar elektrolit, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT,
protein serum, PT dan APTT.
DIAGNOSIS
Diagnosis DD ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
penunjang sesuai tabel 1, dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda
perembesan plasma (hemokonsentrasi, hipovolemia, dan syok).
Sedangkan diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO
sebagai berikut:
Kriteria klinis
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari.
Terdapat manifestasi perdarahan : uji torniquet positif, petekiae, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena.
Hepatomegali.
Syok
Kriteri laboratoris
Trombositopenia (trombosit =100.000 mm3)
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit =20% menurut standar umur dan
jenis kelamin)
Derajat DBD
Derajat Penyakit
Kriteria
DBD derajat I
DBD derajat II
DBD derajat IV
KOMPLIKASI DBD
Pada DD tidak terdapat komplikasi berat
namun anak dapat mengeluh lemah/lelah
(fatigue) saat fase pemulihan.
Komplikasi berat dapat terjadi pada DBD
yaitu ensefalopati dengue, gagal ginjal
akut, atau udem paru akut.
PENATALAKSANAAN
Demam Dengue
Medikamentosa:
Antipiretik (apabila diperlukan) : paracetamol 10 15 mg/kg BB/kali,
3
kali/hari.
Tidak
dianjurkan
pemberian
asam
asetilsalisilat/ibuprofen pada anak yang dicurigai DD/DBD.
Ada kedaruratan:
Syok
Muntah terus menerus
Kejang
Kesadaran turun
Muntah darah
Berak hitam
Hematokrit cenderung meningkat
setelah 2 kali pemeriksaan berturutturut
Hemokonsentrasi (Ht meningkat =
20%)
BRONKIOLITIS
Terjadi < 2 Tahun Dgn Insidensi Tertinggi 6 bulan
Etiologi : RSV (Respiratory Sintitial virus)
Gx klinis ;
Didahului ISPA dgn batuk pilek
Tanpa demam atau hanya subfesis
Ekspirasi memanjang, mengi
Terapi :
O2 1-2 L/i
IVFD
PNEUMONIA
TRIAS :
Demam
Sesak (PCH)
Ronchi basah
Kriteria WHO : Retraksi dan napas cepat (Kapsel 467)
Terapi :
O2 1-2 L/i
Untuk kasus pneumonia community base;
Ampi 100 mg/kgbb/hr 4 x pemberian
Kloramfenikel 75 mg/kgbb/hr dlm 4 x pemberian
Utk kasus pneumonia hospital base
Sefotaksim 100 mg/kgbb/hr dlm 2x pemberian
Amikasin 10-15 mg/kgbb/hr dlm 2x pemberian
TUBERKULOSIS
Tanda /GX :
GX umum/non spesifik TB anak adalah:
BB turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan
gizi
Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik sec. Adekuat(failure to
thrive)
Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malariaa atau inf
sal. Nafas akut, dapat disertai keringat malam)
Pembesaran kel. Limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel
Batuk lama lebih dari 30 hari
Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare
Uji tuberkulin
Pembacaan setelah 48-72 jam
+ > 10 mm
Meragukan 5 9 mm
BCG
(+) bila indurasi > 15 mm
Kontak erat dengan Pend. TB aktif-> 5 mm-> +
Anergi k/ keadaan inf. Berat, pemberian
imunosupresan, peny. Keganasan(leukimia),
dapat pula o/ gibur, morbili, varisela dan peny. Inf.
Lain
Sistem Scoring Tb
Parameter
Kontak TB
0
Tidak jelas
2
Laporan
keluarga (BTA
negatif
atau
tidak jelas)
Uji tuberkulin
Negatif
Berat
badan/keadaan
gizi
Demam tanpa
sebab jelas
Batuk
Pembesaran
kelenjar limfe
koli,
aksila,
inguinal
Pembengkakan
tulang/sendi
panggul, lutut,
tulang
Foto toraks
2 minggu
3 minggu
1 cm, jumlah >
1, tidak nyeri
Ada
pembengkakan
Normal/kelaina
n tidak jelas
Gambaran
sugestif TB *
3
BTA (+)
Dx
DidiagnosisTB bila jumlah skor >6 (skor
maksimal 14
Kemoprofilaksis
Primer : Uji tuberkulin (-) ,tetapi kontak
dengan TB aktif. INH 5 10 mg/kgbb/hari
selama 2 3 bulan
Sekunder : Uji tuberkulin +, tanpa gx . klinis,
Ro normal, tetapi memiliki resiko menjadi
tB aktif. Mis ; k/ pengobatan K.steroid atau
Imunosupresan, keganasan, virus HIV,
Morbili, gibur, masa akil balik, inf. baru TB->
INH 5 - 10 mg/kgbb/hari selama 6 12
bulan
Terapi
TB Paru : 2 RHZ + 4 RH
TB ekstra Pulmoner dan Milier : 2 RHZE + 10
RH
Dosis (mg/kgBB/hari)
INH
5 10
300 mg
Rifampisin
10 15
600 mg
Pirazinamid
25 35
2 gram
Streptomisin
15 30
750 mg
Etambutol
15 20
2.5 gram
Asma
GINA mendefenisikan Asma sebagai
gangguan inflamasi kronis saluran napas
dengan banyak sel yang berperan, antara
lain : sel mast, eosinofil, dan limfosist T
Faktor pencetus :alergen, inf (tu sal. Napas
bagian atas), iritan, cuaca, kegiatan
jasmani, refleks gastroesofagus dan psikis
Klasifikasi Asma
1. Klasifikasi Derajat Penyakit Asma
. Konsensus
Internasional
Penanggulangna Asma Anak membagi
asma berdasarkan keadaan klinis dan
keperluan obat menjadi 3 golongan, yaitu
asma episodik jarang, persisten sering,
dan persisten berat
2. Klasifikasi Derajat Serangan Asma
. Dibagi menjadi derangan ringan, sedang,
berat
Parameter
Fungsi
Laboratorium
Aktivitas
Klinis,
paru,
Bicara
Sedang
Berat
Berajalan,
Bayi Berbicara, Bayi tangis Istirahat,
menangis keras
pendek dan lemah
berhenti makan
Kalimat
Penggal kalimat
Kata kata
AncamanHenti Napas
bayi
Kesadaran
Sianosis
Mengi
Mungkin teragitasi
Tidak ada
Sedang, hanya pada
akhir ekspirasi
Biasanya teragitasi
Tidak ada
Nyaring,
sepanjang
eks+ins
Biasanya tidak
Biasanya ya
Biasanya teragitasi
Ada
Sangat
nyaring,
terdengar
tanpa
stetoskop
Ya
Retraksi
Dangkal,
interkostal
Meningkat
40 60%
60 80%
< 40%
< 60%
91 95%
< 90%
Laju napas
Laju nadi
Gerakan
paradox
torakoabdominal
retraksi Sedang,
ditambah Dalam,
ditambah Dangkal/hilang
retraksi suprasternal nafas cuping hidung
Meningkat
Meningkat
Menurun
Pulsus paradoksus
PEFR atau FEV1(% nilai
60%
dugaan)
80%
Pra bronkilator
Pascabronkilator
SaO2%
>95%
Kebingungan
Nyata
Sulit/tidak terdengar
PaO2
Normal
60 mmHg
PaCO
< 45 mmHg
< 45 mmHg
< 60 mmHg
45 mmHg
Serangan Ringan
Nebuliser 1 3 kali
Prednison Oral bila sebelumnya minum/tid ak
ada kemajuan
Boleh pulang :
Bekali obat agonis (hirupan/oral)
Jika sudah ada obat pengendali, teruskan
Dapat diberikan kortikosteroid
Serangan Berat
Nebuliser 2 agonis
O2
Prednison Oral
Gagal Nafas
Intubasi + Ventilator
02 100%
Nebuliser 2 agonis
K.steroid iv
O2 diteruskan
Atasi dehidrasi dan asidosis jika
Steroid IV tiap 6 8 jam
Nebulisasi tiap 1 2 jam
Aminofilin IV awal, alnjutkan dengan rumatan
Jika membaik dalam 4 6x nebulisasi, interval jadi 4 6 jam
Jika dengan steroid dan aminofilin parenteral tidak membaik,
bahkan timbul ancaman henti nafas, alih rawat ke ruang rawat
intensif
Frek. Serangan
Lama serangan
Intensitas
serangan
Diantara
serangan
Tidur
dan
aktivitas
Pemeriksaan
fisis
di
luar
serangan
Asma episodik
jarang
(asma ringan)
< 1 x / bulan
< 1 minggu
Asma episodik
sering
(asma sedang)
>1 x /bulan
1 minggu
Ringan
Biasany sedang
Tanpa gx
Sering ada gx
Tidak
terganggu
Normal
(tidak
ditemukan
kelainan)
Sering
terganggu
Mungkin
terganggu
(ditemukan
kelainan)
Perlu,nonsteroi
d
Obat
Tidak perlu
pengendali
(anti intlamasi)
Faal
diparu PEF/FEV,> 80%
diluar serangan
Asma persisten
(asma berat)
Sering
Hampir
sepanjang
tahun tidak ada
remisi
Berat
Gejala
Siang
dan malam
Sangat
terganggu
Tidak
pernah
normal
Perlu,streoid
PEF/FEV, 60 80 PEF/FEV,
<
%
60%variabelitas
Dosis Aminofilin
Pemberian aminofilin Iv pada serangan
berat/status asmatikus dipertimbangkan.
Bila dengan obat obat standar belum ada
perbaikan berikan loading dose 4 5
mg/kgbb, diencerkan dengan Nacl 0.9%
dan diberikan perlahan lahan dalam
waktu 10 menit, dilanjutkan dengan dosis
rumatan 0.7 0.9 mg/kgbb/jam atau 5 6
mg/kgbb/8 jam
Ikterus neonatorum
-Pewarnaan kuning pada sklera dan kulit yang
disebabkan oleh penumpukan bilirubin
-Terlihat pada kulit bila kadar >5 mg/dl
-Terlihat pada >50% neonatus
- Pada bayi prematur > bayi cukup bulan
Muka
4 -8
Dada/punggung
5 -12
Perut dan paha 8 -16
Tangan dan kaki
11-18
Telapal tangan/kaki >15
semua
< 24 jam
10-14
< 2500 g
> 2500 g
> 2500 g
>24 jam
15-19
(observasi)
>48 jam
Transfusi tukar
Indikasi :
kadar bil
Berat lahir
Usia
10-14 mg/dl <2500 g
<24 jam
15- 19
semua
<48 jam
>20
semua
>72 jam
hiperbilirubinemia neonatorum
5-9
10-14
<2500
<24J
<24J
Sinar
Transf
15-19
>2500
<24J
<24J
Sinar
Obs
<48J
>48J
Transf
Sinar
>20
Transf
Imunisasi dasar
Keracunan
Keracunan Jengkol
Minum banyak dengan air soda/natrium bikarbonat 4
x 1 2 gr
Keracunan Singkong
Na Tiosulfat dalam konsentrasi 10% diberikan
pelan2 dengan dosis sekitar 0.5 ml/kgbb/x (sekitar
10 50 ml) dan natrium nitrit 3% ml, iv pelan2. Bila
tidak ada Na nitrit, Na tiosulfat sudah cukup
Keracunan Botolismus
Antitoksin botulisme iv 10 50 ml setelah skin test
Kuanidin hidroklorid utk melawan blokade
neuromuskular dengan dosis 15 35/kgBB dibagi 3
dosis
Keracunan Organopospat
Dosis awal pada anak 0.05 mg/kgbb,
disusul dosis pemeliharaan 0.02 0.05
mg/kgBB tiap 10 30 menit secara iv
sampai atropinisasi
Atropinisasi : pupil melebar, mukosa mulut
mengering, kulit menjadi hangat, merah
dan kering
Sindrom Nefrotik
Penyakit
dengan
gejala
edema,
proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia,
Etiologi autoimun,
Gejalanya berupa edema terkadang sampai edem
anasarka, tedapat proteinuria terutama albumin (85
95%) sebanyak 10 15 gram/hari, selama edema masih
masih banyak biasanya produksi urin berkurang, berat
jenis urin meninggi. Sediman dapat normal atau berupa
torak hialin, granula, lipoid, terdapat pula sel darah putih
dalam urin, double reftractile bodies.