Anda di halaman 1dari 44

ANGIOFIBROMA NASOFARING

BELIA
OLEH :
CUT INTAN HIDAYAH
FITRIA LASISKA
HAWANUR HUSNA
INDIKA
LIA SAHARA
PUTRI SITI SARIFAH
PEMBIMBING :
DR. FADHLIA,M.KED(ORL-HNS)SP.THT-KL

BAB I

PENDAHULUAN

Pneumonia merupakan proses


inflamasi yang terjadi pada parenkim
paru, distal dari bronkhiolus
terminalis yang mencakup
bronkhiolus respiratorius, dan alveoli
yang berupa infiltrat atau konsolidasi
pada alveoli atau jaringan interstisial

Bronkopneumonia adalah radang paru-paru


yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya
bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh
mikroorganisme, aspirasi dari cairan
lambung, benda asing, hidrokarbon, bahanbahan lipoid, dan reaksi hipersensitivitas

PENDAHULUAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
EPIDEMIOLOGI

TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI

ANATOMI

TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI

ANATOMI

TINJAUAN PUSTAKA
ETIOLOGI

TINJAUAN PUSTAKA
MANIFESTASI KLINIK

Hidung tersumbat (unilateral)

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Klasifikasi Sessions
Stadium IA

Klasifikasi Fisch
Stadium I

PENATALAKSANAAN
TERAPI HORMONAL
RADIASI
KEMOTERAPI
PEMBEDAHAN
INJEKSI
AGEN SKLEROSING

DIAGNOSIS BANDING

PROGNOSIS

Rata-rata kesembuhan untuk pembedahan primer


mendekati 100% dengan reseksi lengkap dari
angiofibroma nasofaring ekstrakranial dan 70%
dengan tumor intrakranial. Rerata kesembuhan 90%
berhubungan dengan pembedahan kedua jika terjadi
kekambuhan.

BAB II

Laporan Kasus
INDENTITAS PENDERITA
Nama
: Bustanul Arifin

Umur
: 22 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Alamat
: Aceh Barat
Tanggal Masuk : 05 Maret 2015
Jaminan
: JKRA
Nomor CM :1041000

Anamnesa
Keluhan Utama

Hidung tersumbat sebelah kiri


Keluhan Tambahan

Sulit bernafas, tidur mendengkur, suara sengau


Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan dari Rumah Sakit di Aceh Barat ke RSUDZA Banda Aceh dengan keluhan

hidung tersumbat. Keluhan ini dirasakan sejak lebih kurang 2 tahun yang lalu. Dan memberat
dalam dua bulan terakhir. Hidung tersumbat tidak dipengaruhi oleh cuaca maupun
perubahan posisi. Pasien juga mengeluhkan hidung sering sulit mecium bau sesuatu dan sakit
kepala karena keluhan tersebut. Hidung berair dan secret berbau disangkal. Dalam 2 bulan
terakhir, pasien sering tidur mendengkur, ini membuat pasien sering terbangun saat tidur
karena sulit bernafas, namun sesak nafas dan nyeri dada disangkal. Selain itu pasien juga
mengeluhkan sulit menelan, dan suara berubah menjadi sengau dalam satu bulan terakhir.

Anamnesa
Riwayat penyakit dahulu:

disangkal
Riwayat pemakaian Obat:

Pernah diberi obat untuk hidung tersmbat tetapi pasien


lupa nama obatnya
Riwayat penyakit keluarga:

Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami sakit yang sama.
Riwayat kebiasaan sosial
Pasien adalah perokok aktif sejak lebih kurang 3 tahun terakhir. Pasien

sehari-hari bekerja sebagai pekerja tambang batu bara

Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan Umum
sedang
Kesadaran
Heart rate
Respiratory rate
Temperatur

: Pasien tampak sakit


: Compos mentis
: 86x / menit
: 19x / menit
: 36,7C

Pemeriksaan fisik
Kepala

: Normocephali
Mata : konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-)
Telinga : Serumen (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), hiperemis (-/-)
Tenggorokan : Mukosa hiperemis (+), Sianosis(-)

Tonsil : Hiperemis (-/-), T1 T1

S/L : Faring : Hiperemis (+) tampak berwarna


keunguan, arcus faring mendatar (+/+) udem (+/+)
Palatum mole terdorong hingga menutupi sebagian
orofaring

Pemeriksaan fisik
Leher
Inspeksi
Palpasi

: Simetris
: TVJ (N) R-2 cm H2O.

Pembesaran KGB

: Tidak ada

d. Thorax
Statis : Simetris, bentuk normochest
Dinamis : Pernafasan abdominothorakal,
Retraksi suprasternal (-), Retraksi intercostals (-),

Pemeriksaan fisik
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di Intercostal V 1 jari lateral

dari Linea
Midclavicula Sinistra.
Perkusi : Atas
: Intercostal III Midclavicula Sinistra

Kiri : Intercostal V Linea Midclavicula Sinistra

Kanan : Intercostal V Linea Parasternal Dextra


Auskultasi : BJ I > BJ II kesan normal, regular,
bising(-).

Pemeriksaan fisik
Abdomen
Inspeksi

: Simetris, distensi (+), tumor(-),


vena collateral(-)
Palpasi
: Nyeri tekan(-) organomegali (-)
Perkusi
: Timpani
Auskultasi : Peristaltik normal

Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax PA
Ekspertise :
Jantung tidak nampak

membesar, aorta dan hillus


normal.
Tidak ada infitrat/nodul di
kedua paru.
Sinus kostofrenikus, diafragma
dan jaringan lunak normal.
Kesan : tidak tampak kelainan
pada cor dan pulmo

Pemeriksaan Penunjang
CT Scan Nasopharynx tanpa kontras

Ekspertise :
Tampak gambaran massa pada daerah nasopharynx
(fossa rosen muller kana dan kiri tertutup)
Ukuran massa 5,9 x 7,4 x 6,2 cm, batas massa tegas
deanga tepi yang tidak rata.
Kesimpulan : angiofibrinoma nasopharynx

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang
CT-SCAN nasopharynx dengan kontras

Ekspertise :
Tampak gambaran massa pada daerah nasopharynx

(fossa rosen muller kana dan kiri tertutup)


Ukuran massa 5,9 x 7,4 x 6,2 cm, batas massa tegas
deanga tepi yang tidak rata. Dengan pemberian
kontras tampak mixed contrast enhancement.
Kesimpulan : angiofibrinoma nasopharynx

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang
27-2-2015

5-3-2015

6-3-2015

Normal

Hemoglobin

15,0 g/dL

14,5 g/dL

12,7 g/dL

14,0-17,0 g/dL

Hematokrit

44 %

43 %

37 %

45-55 %

Eritrosit

5,4.104/mm3

5,1.104/mm3

4,5.104/mm3

4,7-6,1.104/mm3

Leukosit

6,0.103/mm3

6,3.103/mm3

21,4.103/mm3

4,5-10,5.103/mm3

Trombosit

157.103U/L

153.103U/L

136.103U/L

150-450.103U/L

diftell

4/0/1/47/8

3/0/53/36/8

0/0/92/2/5

Darah rutin

MCV

82

80-100 fL

MCH

28

27-31 pg

MCHC

34

32-36 %

27/2/2014

5/3/2015

6/3/2015

Normal

Elektrolit
Natrium

133 mmol/L

135-145 mmol/L

Kalium

5,2 mmol/L

3,5-4,5 mmol/L

Klorida

107 mmol/L

90-110 mmol/L

KGDS/GDP/G
D2PP

-/76/87 mg/dL

<200 mg/Dl

Ur

25 mg/dl

25-60 mg/dl

Cr

0,6 mg/dl

0,6-1,1 mg/dl

CT/BT

8/3

Diagnosis Banding

Angiofibroma Nasofaring
Belia

Ca. Nasofaring

Tumor Palatum

DIAGNOSA KERJA

Angiofibroma Nasofaring
Belia

PLANNING

-Rencana operasi transpalatal


-Foto thoraks
-Konsul kardiologi
-Konsul anastesi
-Cross match

TATALAKSANA
Post Operasi

Pre Operasi
Ivfd RL 20 gtt/menit
Cefotaxime 1 gr/ 8 jam

Puasa 6 jam post op/hingga pasien sadar

penuh
IVFD RL 500 gtt/8 jam
Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam
Inj.transamin 500 mg/8 jam
Inj.dexamethasone 5 mg/8 jam selama 3
hari
Inj. Ranitidine 50 mg/8 jam
Inj. Ketorolac 3% 30mg/8 jam
Betadine kumur
Pertahankan NGT

ANALISA KASUS
Diagnosa
Laki-laki 22 tahun, datang dengan
keluhan hidung tersumbat.

Analisa
Tumor ini umumnya terjadi pada
laki-laki pada usia antara 7 19 tahun
namun jarang terjadi pada usia lebih
dari 25 tahun.
Gejala dan tanda juvenile
angiofibroma nasofaring terkait
dengan perluasan tumor ke rongga
hidung, orbita dan basis kranii. Gejala
yang khas adalah obstruksi hidung
unilateral yang progresif (80-90 %)
dengan rhinorrhea dan epistaksis
unilateral berulang (45-60 %). Gejala
yang lain adalah sakit kepala (25 %),
nyeri wajah, otitis media unilateral,
rinosinusitis kronis, proptosis dan
gangguan penglihatan

ANALISA KASUS
Pemeriksaan rhinoskopi

posterior didapatkan mukosa


hiperemis, faring hiperemis,
berwarna keunguan, arcus
faring mendatar, palatum
terdorong hingga menutupi
orofaring

Hal ini sesuai seperti teori yang

menyebutkan bahwa pada


pemeriksaan rhinoskopi posterior
akan terlihat massa tumor yang
konsistensinya kenyal, warnanya
bervariasi dari abu-abu sampai
merah muda. Sedangkan bagian
yang meluas ke luar nasofaring
berwarna putih atau abu-abu. Pada
usia muda warnanya merah muda,
pada usia lebih tua warnanya
kebiruan, karena lebih banyak
komponen fibromanya. Mukosanya
mengalami hipervaskularisasi dan
tidak jarang ditemukan adanya
ulserasi.

ANALISA KASUS
Gambaran Ct scan (tanpa

kontras) : tampak massa


di daerah nasofaing
berbatas tegas dengan
tepi tidak rata ukuran
5,9x7,4x6,2

Pada literatur menyatakan bahwa,

pemeriksaan radiologi memegang


peranan penting dalam diagnosis,
penentuan stadium,
penatalaksanaan, dan dapat
menunjukkan perluasan tumor
primer, khususnya dalam menilai
invasi sphenoid karena merupakan
tempat utama terjadinya
kekambuhan. CT scan merupakan
pemeriksaan sebelum operasi yang
paling penting karena dapat
menunjukkan destruksi struktur
tulang dan pelebaran foramen dan
fisura pada basis kranii akibat
penyebaran tumor.

ANALISA KASUS
Dilakukan tindakan

pembedahan dengan
teknik transpalatal. Hal
ini dipilih karena tumor
lebih meluas ke daerah
palatum, dan tumor msih
terbatas pada daerah
nasofaring, rongga
hidung dan sinus
sphenoid.

Dalam kepustakaan dikatakan

bahwa pemilihan pendekatan


operasi pada kasus penyakit ini
umumnya berdasarkan lokasi dan
besar tumor, perluasan tumor
kejaringan sekitar, usia dan
keadaan umum pasien,
keberhasilan tindakan embolisasi
sebelum pembedahan serta
pengalaman ahli bedah. Rute
rinotomi lateral, transpalatal,
transmaksila, atau
sphenoethmoidal digunakan
untuk tumor-tumor yang kecil
(klasifikasi fisch stadium I atau
II).

KESIMPULAN

Telah dilaporkan satu kasus angiofibroma


nasofaring belia pada seorang laki-laki usia 20 tahun
yang ditegakan diagnose berdasarkan pemeriksaan
fisik dan Pemeriksaan Ct-scan nasofaring kontras
dan tanpa kontras, dan telah dilakukan tindakan
operasi transpalatal dengan hasil yang baik

KESIMPULAN 2
Bersadarkan SKDI 2012 kasus angiofibroma
nasofaring belia merupakan kompetensi 2 bagi dokter
umum. Dimana diharapkan dokter umum mampu
mengenal gejala dari angiofibroma nasofaring belia
sehingga dapat merujuk kepada ahlinya sesegera
mungkin. Dimana pada tingkat kemampuan 2 ini
dokter umum diharapkan mampu membuat diagnosis
klinis terhadap penyakit tersebut dan menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindak
lanjuti sesudah kembali dari rujukan

TERIMAKSIH

Anda mungkin juga menyukai