Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

Suspek Karsinoma Laring

Oleh:
Vinsentius Geraldo Halim
NIM. 1930912310074

Pembimbing:

dr. Rusina Hayati, Sp.THT-KL

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN ULM-RSUD ULIN
BANJARMASIN
Januari, 2022
PENDAHULUAN

• Tumor pada laring  tumor jinak dan tumor ganas karsinoma laring.
• Kebanyakan karsinoma laring  karsinoma sel skuamosa.
• Tumor dapat berkembang di atas, bawah atau setinggi plika vokalis  tumor supraglotik, glotik atau
pun subglotik.
• Karsinoma laring  paling sering pada laki-laki daripada wanita (5,8 kasus setiap 100.000 : 1,2
kasus setiap 100.000).
• Sekitar 60% pasien yang datang untuk berobat  stadium lebih lanjut yaitu stadium III atau IV 
hasil pengobatan yang diberikan seringkali kurang memuaskan.
• Angka harapan hidup untuk 5 tahun kedepan pada penyakit ini  menurun selama 40 tahun  66%
menjadi 63%.
2
DEFINISI

• Karsinoma laring  keganasan yang terjadi di laring, baik pada tingkatan supraglotik, glotik
atau pun subglotik.
• Hampir semua kasus karsinoma laring berasal dari epitel skuamosa.

3
ETIOLOGI

Etiologi karsinoma laring belum diketahui secara pasti.


Para ahli  perokok dan peminum  resiko tinggi terhadap karsinoma laring.
Penelitian epidemiologik menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya
karsinoma laring yang kuat ialah:
A. Rokok
B. Alkohol
C. Terpajan oleh sinar radioaktif.

4
MANIFESTASI KLINIS
• Suara parau  gejala utama karsinoma laring  gejala paling dini tumor pita suara  gangguan fungsi
fonasi laring.
• Suara parau  kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa
 afoni karena nyeri, sumbatan jalan napas atau paralisis komplit.

5
DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

• Anamnesa  suara parau, nafas berbunyi, sulit bernafas, nyeri tenggorok, batuk berdarah, sulit menelan
dan kadang–kadang ditemukan bau mulut, penurunan berat badan.
• Pemeriksaan laring  kaca laring atau laringoskop. Pemeriksaan ini  menilai lokasi tumor, penyebaran
tumor, kemudian dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patologi anatomi.
• Radiologi  foto torak diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan
metastasis di paru.

• Ct scan laring  memperlihatkan keadaan tumor dan laring lebih seksama  perjalanan tumor pada tulang
rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.
6
TATALAKSANA

Ada 3 cara penanggulangan tumor laring  pembedahan, radiasi, obat sitostatika ataupun
kombinasinya  stadium penyakit dan keadaaan umum pasien.
• Stadium 1  radiasi
• Stadium 2 dan 3  operasi
• Stadium 4  operasi dengan rekonstruksi
Jenis pembedahan  laringektomi totalis ataupun parsial  tergantung lokasi dan penjalaran
tumor  diseksi leher radikal bila terdapat penjalaran ke kelenjar limfa leher.

7
KOMPLIKASI

Tumor yang terlokalisir di glotis  survival rate tergolong stabil pada tahun 1977-1978 hingga
2001-2002.
Pasien dengan gejala regional dan metastase pada kanker glotis  penurunan survival rate
signifikan pada 30 tahun terakhir.

8
LAPORAN KASUS

9
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. B
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 62 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pekerjaan : Pensiunan buruh
Alamat : Jl. Purnasakti gang delima no 58 banjarmasin
10
ANAMNESIS

Keluhan utama : benjolan di leher sejak 3 bulan yang lalu


Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke poli THT RSUD ulin ingin melepas trakeo kanul yang terpasang di leher akibat operasi trakeotomi 3
bulan yang lalu. Awalnya pasien saat sebelum operasi mengeluhkan terdapat benjolan pada leher sebesar kelereng
yang semakin lama semakin membesar. Tidak ada nyeri pada benjolan. Keluhan ini membuat aktivitas terganggu
pasien sulit bernafas, sehingga pasien harus dioperasi trakeotomi untuk membantu jalan nafas pasien. Pasien masih
bisa tidur. Suara pasien parau sejak 3 bulan yang lalu, keluhan menetap dan tidak bertambah berat. Nyeri
tenggorok (-), sulit menelan (-), rasa mengganjal (-), batuk pilek (-).
Keluhan hidung tersumbat (-), gangguan penghidu (-), keluar cairan dari hidung(-), perdarahan hidung (-) dan bersin-
bersin disangkal.
Keluhan telinga berdenging (-), penurunan pendengaran (-), keluar cairan dari telinga (-), pusing berputar (-) dan
nyeri telinga disangkal.
11
ANAMNESIS

Riwayat penyakit dahulu:


Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Riwayat asma, DM, hipertensi disangkal. Pasien memiliki
riwayat operasi trakeotomi 3 bulan yang lalu.
Riwayat penyakit keluarga:
Riwayat asma di sangkal, riwayat gangguan penghidu di sangkal. Riwayat alergi di keluarga pasien tidak ada.
Riwayat pengobatan :
Pasien belum pernah berobat ke rumah sakit maupun puskesmas sebelumnya. Pasien baru konsul ke RSUD ulin
mengenai keluhan yang dialami 3 bulan yang lalu sebelum operasi.
Riwayat kebiasaan:
Pasien sering memiliki kebiasaan merokok dari usia 17 tahun sebanyak 1 bungkus per hari dan baru berhenti
merokok 2 tahun yang lalu
12
PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis, GCS = E4 V5 M6
Tanda vital
Tekanan darah : 130/70 mmhg
Denyut nadi : 82 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit, reguler
Temperatur aksila : 36,6oc
Spo2 : 97% room air
13
PEMERIKSAAN FISIK
Status lokalis
Telinga
Inspeksi : kelainan kongenital (-/-), massa (-/-), fistula (-/-)
Palpasi : nyeri tekan preaurikular (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik aurikular (-/-), massa (-/-)
MAE : serumen(+/+) minimal, sekret(-/-), hiperemi(-/-), udem(-), furunkel(-/-), perdarahan (-/-)
MT : intak (+/+), refleks cahaya (+/+), suram dan keruh (-/-), hiperemis (-/-), bulging (-/-), air fluid level (-/-)
Test pendengaran
Test rinne :+/+
Test weber : lateralisasi tidak ada
Test schwabach : normal/normal
14
Kesimpulan : normal/normal
PEMERIKSAAN FISIK

Hidung
Inspeksi : deformitas(-), hiperemis(-), massa(-), sekret (-/-), epistaksis(-/-), allergic crease (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-)
Sinus parasanal : nyeri tekan sinus frontalis (-/-), sinus maksilaris (-/-), sinus etmoidalis (-/-)
Rinoskopi anterior :
Vestibulum nasi : hiperemis (-/-), massa (-/-), edema (-/-)
Kavum nasi : lapang(-/-),massa(-/-),hiperemis(-/-), edema (-/-), sekret (-/-)
Transluminasi : tidak dilakukan
Rinoskopi posterior : tidak dilakukan
15
PEMERIKSAAN FISIK
Tenggorok
Rongga mulut
Bibir : simetris, mukosa lembab, hiperemis (-), ulkus (-)
Gingiva : hiperemis (-), ulkus (-), massa (-), perdarahan (-)
Gigi geligi : lengkap, karies (-)
Lidah : deviasi (-), massa (-), ulkus (-), pseudomembran (-)
Palatum : massa (-), ulkus (-), skisis (-), bulging (-)
Uvula : deviasi (-), pseudomembran (-), ulkus (-), hiperemi (-)
Orofaring : post nasal drip(+), refleks muntah (+), edema (-/-), massa (-/-)
Tonsil : hiperemis (-/-), ukuran (T1/T1), warna (normal/normal), permukaan licin (+/+), pelebaran kripte (-/-),
detritus (-/-) 16
PEMERIKSAAN FISIK

Leher
Inspeksi: terpasang trakeokanul, tidak ada darah pada trakeokanul, pembesaran KGB (-/-), massa
(+) sebesar telur puyuh ukuran 0,8x0,7x1,5 cm, hiperemis (-/-)
Palpasi: pembesaran KGB (-/-), pembesaran tiroid (-), benjolan (+) sebesar telur puyuhukuran
0,8x0,7x1,5 cm

17
Pemeriksaan penunjang
CT-Scan laring
endoskopi laring
biopsi laring menggunakan panendoskopi
Diagnosis kerja
Suspek karsinoma laring
18
TATALAKSANA

- Menginformasikan kepada pasien dan keluarga bahwa gejala-gejala yang dialami pasien
disebabkan karena penyakit keganasan.
- Menginformasikan kepada pasien dan keluarga mengenai rencana terapi yang akan diberikan.
Menjelaskan mengenai laringektomi dan apa saja yang harus diperhatikan setelah laringektomi .
Pembedahan: laringektomi

19
PEMBAHASAN

Kasus Teori
• Laporan kasus ini dilaporkan kasus seorang laki-laki atas • Karsinoma laring merupakan keganasan yang sering
nama tn. B berusia 62 tahun datang ke poli THT RSUD ulin
dijumpai di bidang THT  saling mempengaruhi
ingin melepas trakeo kanul yang terpasang di leher akibat
operasi trakeotomi 3 bulan yang lalu.
kesembuhan penyakit ini antara lain kecepatan dan
ketepatan diagnosa, penentuan stadium tumor, fasilitas
• Awalnya pasien saat sebelum operasi mengeluhkan terdapat
dan sarana yang ada, kondisi pasien serta pilihan
benjolan pada leher sebesar kelereng yang semakin lama
semakin membesar. Tidak ada nyeri pada benjolan.
pengobatan yang diberikan.

• Keluhan ini membuat aktivitas terganggu dan pasien sulit • Etiologi karsinoma laring belum diketahui secara pasti.
bernafas, sehingga pasien harus dioperasi trakeotomi untuk Dikatakan oleh para ahli  beberapa hal yang diduga
membantu jalan nafas pasien. menyebabkan terjadinya karsinoma laring yang kuat 
• Pasien didiagnosis suspek karsinoma laring rokok, alkohol dan terpajan oleh sinar radioaktif
20
PEMBAHASAN

Kasus Teori

• Pada kasus ini pasien mengeluhkan benjolan di leher • Munculnya benjolan di leher  beberapa kondisi
sejak 3 bulan yang lalu sebesar kelereng yang atau gangguan kesehatan, antara lain: pembesaran
semakin lama semakin membesar. kelenjar getah bening, infeksi bakteri dan virus,
gondok, abses parafaring dan tumor atau kanker.
• Pada tumor atau kanker, benjolan di leher
kebanyakan bersifat jinak  kondisi tersebut juga
dapat disebabkan oleh tumor ganas atau kanker.
• Kanker yang dapat menyebabkan benjolan di leher
 kanker tiroid, limfoma atau kanker getah bening,
dan kanker tenggorok
21
PEMBAHASAN

Kasus Teori

Pada kasus ini pasien mengeluhkan suara parau sejak Suara parau  suatu kondisi yang menyebabkan
3 bulan yang lalu yang menetap dan tidak kesulitan produksi, perubahan serta penurunan
bertambah berat kualitas suara.
Beberapa faktor risiko suara parau  merokok,
lingkungan udara tidak bersih, refluks gastroesofagus,
penggunaan pita suara berlebihan, penggunaan
steroid jangka panjang, batuk dan lainnya.

22
PENUTUP

Telah dilaporkan kasus suspek karsinoma laring pada seorang pasien Tn. B usia 62 tahun dengan
keluhan utama berupa benjolan di leher sejak 3 bulan yang lalu sebesar kelereng yang semakin
lama semakin membesar. Tidak ada nyeri pada benjolan. Keluhan ini membuat aktivitas terganggu
dan pasien sulit bernafas, sehingga pasien harus dioperasi trakeotomi untuk membantu jalan nafas
pasien. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan sebesar telur puyuh ukuran 0,8x0,7x1,5 cm

23
TERIMA KASIH

24

Anda mungkin juga menyukai