Oleh:
Vinsentius Geraldo Halim
NIM. 1930912310074
Pembimbing:
• Tumor pada laring tumor jinak dan tumor ganas karsinoma laring.
• Kebanyakan karsinoma laring karsinoma sel skuamosa.
• Tumor dapat berkembang di atas, bawah atau setinggi plika vokalis tumor supraglotik, glotik atau
pun subglotik.
• Karsinoma laring paling sering pada laki-laki daripada wanita (5,8 kasus setiap 100.000 : 1,2
kasus setiap 100.000).
• Sekitar 60% pasien yang datang untuk berobat stadium lebih lanjut yaitu stadium III atau IV
hasil pengobatan yang diberikan seringkali kurang memuaskan.
• Angka harapan hidup untuk 5 tahun kedepan pada penyakit ini menurun selama 40 tahun 66%
menjadi 63%.
2
DEFINISI
• Karsinoma laring keganasan yang terjadi di laring, baik pada tingkatan supraglotik, glotik
atau pun subglotik.
• Hampir semua kasus karsinoma laring berasal dari epitel skuamosa.
3
ETIOLOGI
4
MANIFESTASI KLINIS
• Suara parau gejala utama karsinoma laring gejala paling dini tumor pita suara gangguan fungsi
fonasi laring.
• Suara parau kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa
afoni karena nyeri, sumbatan jalan napas atau paralisis komplit.
5
DIAGNOSIS
• Anamnesa suara parau, nafas berbunyi, sulit bernafas, nyeri tenggorok, batuk berdarah, sulit menelan
dan kadang–kadang ditemukan bau mulut, penurunan berat badan.
• Pemeriksaan laring kaca laring atau laringoskop. Pemeriksaan ini menilai lokasi tumor, penyebaran
tumor, kemudian dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patologi anatomi.
• Radiologi foto torak diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan
metastasis di paru.
• Ct scan laring memperlihatkan keadaan tumor dan laring lebih seksama perjalanan tumor pada tulang
rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.
6
TATALAKSANA
Ada 3 cara penanggulangan tumor laring pembedahan, radiasi, obat sitostatika ataupun
kombinasinya stadium penyakit dan keadaaan umum pasien.
• Stadium 1 radiasi
• Stadium 2 dan 3 operasi
• Stadium 4 operasi dengan rekonstruksi
Jenis pembedahan laringektomi totalis ataupun parsial tergantung lokasi dan penjalaran
tumor diseksi leher radikal bila terdapat penjalaran ke kelenjar limfa leher.
7
KOMPLIKASI
Tumor yang terlokalisir di glotis survival rate tergolong stabil pada tahun 1977-1978 hingga
2001-2002.
Pasien dengan gejala regional dan metastase pada kanker glotis penurunan survival rate
signifikan pada 30 tahun terakhir.
8
LAPORAN KASUS
9
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 62 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pekerjaan : Pensiunan buruh
Alamat : Jl. Purnasakti gang delima no 58 banjarmasin
10
ANAMNESIS
Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis, GCS = E4 V5 M6
Tanda vital
Tekanan darah : 130/70 mmhg
Denyut nadi : 82 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit, reguler
Temperatur aksila : 36,6oc
Spo2 : 97% room air
13
PEMERIKSAAN FISIK
Status lokalis
Telinga
Inspeksi : kelainan kongenital (-/-), massa (-/-), fistula (-/-)
Palpasi : nyeri tekan preaurikular (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik aurikular (-/-), massa (-/-)
MAE : serumen(+/+) minimal, sekret(-/-), hiperemi(-/-), udem(-), furunkel(-/-), perdarahan (-/-)
MT : intak (+/+), refleks cahaya (+/+), suram dan keruh (-/-), hiperemis (-/-), bulging (-/-), air fluid level (-/-)
Test pendengaran
Test rinne :+/+
Test weber : lateralisasi tidak ada
Test schwabach : normal/normal
14
Kesimpulan : normal/normal
PEMERIKSAAN FISIK
Hidung
Inspeksi : deformitas(-), hiperemis(-), massa(-), sekret (-/-), epistaksis(-/-), allergic crease (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-)
Sinus parasanal : nyeri tekan sinus frontalis (-/-), sinus maksilaris (-/-), sinus etmoidalis (-/-)
Rinoskopi anterior :
Vestibulum nasi : hiperemis (-/-), massa (-/-), edema (-/-)
Kavum nasi : lapang(-/-),massa(-/-),hiperemis(-/-), edema (-/-), sekret (-/-)
Transluminasi : tidak dilakukan
Rinoskopi posterior : tidak dilakukan
15
PEMERIKSAAN FISIK
Tenggorok
Rongga mulut
Bibir : simetris, mukosa lembab, hiperemis (-), ulkus (-)
Gingiva : hiperemis (-), ulkus (-), massa (-), perdarahan (-)
Gigi geligi : lengkap, karies (-)
Lidah : deviasi (-), massa (-), ulkus (-), pseudomembran (-)
Palatum : massa (-), ulkus (-), skisis (-), bulging (-)
Uvula : deviasi (-), pseudomembran (-), ulkus (-), hiperemi (-)
Orofaring : post nasal drip(+), refleks muntah (+), edema (-/-), massa (-/-)
Tonsil : hiperemis (-/-), ukuran (T1/T1), warna (normal/normal), permukaan licin (+/+), pelebaran kripte (-/-),
detritus (-/-) 16
PEMERIKSAAN FISIK
Leher
Inspeksi: terpasang trakeokanul, tidak ada darah pada trakeokanul, pembesaran KGB (-/-), massa
(+) sebesar telur puyuh ukuran 0,8x0,7x1,5 cm, hiperemis (-/-)
Palpasi: pembesaran KGB (-/-), pembesaran tiroid (-), benjolan (+) sebesar telur puyuhukuran
0,8x0,7x1,5 cm
17
Pemeriksaan penunjang
CT-Scan laring
endoskopi laring
biopsi laring menggunakan panendoskopi
Diagnosis kerja
Suspek karsinoma laring
18
TATALAKSANA
- Menginformasikan kepada pasien dan keluarga bahwa gejala-gejala yang dialami pasien
disebabkan karena penyakit keganasan.
- Menginformasikan kepada pasien dan keluarga mengenai rencana terapi yang akan diberikan.
Menjelaskan mengenai laringektomi dan apa saja yang harus diperhatikan setelah laringektomi .
Pembedahan: laringektomi
19
PEMBAHASAN
Kasus Teori
• Laporan kasus ini dilaporkan kasus seorang laki-laki atas • Karsinoma laring merupakan keganasan yang sering
nama tn. B berusia 62 tahun datang ke poli THT RSUD ulin
dijumpai di bidang THT saling mempengaruhi
ingin melepas trakeo kanul yang terpasang di leher akibat
operasi trakeotomi 3 bulan yang lalu.
kesembuhan penyakit ini antara lain kecepatan dan
ketepatan diagnosa, penentuan stadium tumor, fasilitas
• Awalnya pasien saat sebelum operasi mengeluhkan terdapat
dan sarana yang ada, kondisi pasien serta pilihan
benjolan pada leher sebesar kelereng yang semakin lama
semakin membesar. Tidak ada nyeri pada benjolan.
pengobatan yang diberikan.
• Keluhan ini membuat aktivitas terganggu dan pasien sulit • Etiologi karsinoma laring belum diketahui secara pasti.
bernafas, sehingga pasien harus dioperasi trakeotomi untuk Dikatakan oleh para ahli beberapa hal yang diduga
membantu jalan nafas pasien. menyebabkan terjadinya karsinoma laring yang kuat
• Pasien didiagnosis suspek karsinoma laring rokok, alkohol dan terpajan oleh sinar radioaktif
20
PEMBAHASAN
Kasus Teori
• Pada kasus ini pasien mengeluhkan benjolan di leher • Munculnya benjolan di leher beberapa kondisi
sejak 3 bulan yang lalu sebesar kelereng yang atau gangguan kesehatan, antara lain: pembesaran
semakin lama semakin membesar. kelenjar getah bening, infeksi bakteri dan virus,
gondok, abses parafaring dan tumor atau kanker.
• Pada tumor atau kanker, benjolan di leher
kebanyakan bersifat jinak kondisi tersebut juga
dapat disebabkan oleh tumor ganas atau kanker.
• Kanker yang dapat menyebabkan benjolan di leher
kanker tiroid, limfoma atau kanker getah bening,
dan kanker tenggorok
21
PEMBAHASAN
Kasus Teori
Pada kasus ini pasien mengeluhkan suara parau sejak Suara parau suatu kondisi yang menyebabkan
3 bulan yang lalu yang menetap dan tidak kesulitan produksi, perubahan serta penurunan
bertambah berat kualitas suara.
Beberapa faktor risiko suara parau merokok,
lingkungan udara tidak bersih, refluks gastroesofagus,
penggunaan pita suara berlebihan, penggunaan
steroid jangka panjang, batuk dan lainnya.
22
PENUTUP
Telah dilaporkan kasus suspek karsinoma laring pada seorang pasien Tn. B usia 62 tahun dengan
keluhan utama berupa benjolan di leher sejak 3 bulan yang lalu sebesar kelereng yang semakin
lama semakin membesar. Tidak ada nyeri pada benjolan. Keluhan ini membuat aktivitas terganggu
dan pasien sulit bernafas, sehingga pasien harus dioperasi trakeotomi untuk membantu jalan nafas
pasien. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan sebesar telur puyuh ukuran 0,8x0,7x1,5 cm
23
TERIMA KASIH
24