Anda di halaman 1dari 14

A.

DEFINISI
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada umur 36 minggu sampai 42
minggu dengan berat badan lahir 2500-4000 gram. Kementrian Kesehatan RI (2010)
bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0-28 hari.
B. TANDA BAYI LAHIR SEHAT
Kementrian Kesehatan RI (2010) menyebutkan bahwa tanda-tanda bayi lahir sehat
adalah:
1. Berat badan bayi 2500-4000 gram
2. Umur kehamilan 37-40 minggu
3. Bayi segera menangis
4. Bergerak aktif, kulit kemerahan
5. Mengisap ASI dengan baik
6. Tidak ada cacat bawaan
C. TATALAKSANA BAYI BARU LAHIR
Kementrian Kesehatan RI (2010) menyebutkah tatalaksana bayi baru lahir meliputi:
1. Asuhan bayi baru lahir pada 0-6 jam:
Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah lahir, dan

diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan yang sama


Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan dengan

ibunya atau di ruangan khusus


Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami
2. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari:
Pemeriksaan neonates pada periode ini dapat

dilaksanakan

di

puskesmas/pustu/polindes/poskesdes dan/atau melalui kunjungan rumah oleh

tenaga kesehatan
Pemeriksaan neonates dilaksanakan di dekat ibu, bayi didampingi ibu atau
keluarga pada saat diperiksa atau diberikan pelayanan kesehatan

D. ASUHAN BAYI BARU LAHIR


Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan
Persalinan Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhan bayi baru
lahir dapat dilaksanakan oleh dokter, bidan, atau perawat. Pelaksanaan asuhan bayi
baru lahir dilaksanakan dalam ruangan yang sama dengan ibunya atau rawat gabung
(ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24
jam). Asuhan bayi baru lahir meliput:
Pencegahan infeksi (PI)
BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal dalam
perawatannya.
1. Cuci tangan sebelum & setelah kontak dengan bayi
2. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
3. Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika
menggunakan bola karet penghisap, pastikan dalam keadaan bersih
1

4. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yg digunakan untuk bayi
dalam keadaan bersih
5. Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop & benda2 lainnya
akan bersentuhan dg bayi dlm keadaan bersih (dekontaminasi setelah
digunakan)

Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi


Pemotongan dan perawatan tali pusat
Cara:
1. Celupkan tangan yg masih mggnakan sarung tangan ke dlm klorin 0,5% untuk
membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya
2. Bilas tangan dengan air matang /DTT
3. Keringkan tangan (bersarung tangan)
4. Letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat
5. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dr pusat dengan menggunakan benang DTT.
Lakukan simpul kunci/ jepitkan
6. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali
pusat & lakukan pengikatan kedua dg simpul kunci dibagian TP pd sisi yg
berlawanan
7. Lepaskan klem penjepit & letakkan di dlm larutan klorin 0,5%
8. Selimuti bayi dg kain bersih & kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi
tertutup

Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit
bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi
Cara:

1.

Keringkan bayi secara seksama

2.

Selimuti bayi dg selimut/kain bersih, kering & hangat

3.

Tutup bagian kepala bayi

4.

Anjurkan ibu untuk memeluk & menyusukan bayinya

5.

Lakukan penimbangan stl bayi mengenakan pakaian

6.

Tempatkan bayi di lingkungan yg hangat

Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal dip aha kiri
Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB0) dosis tunggal dip aha kanan
Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotic dosis tunggal
Memberikan obat tetes mata/salep, diberikan 1 jam pertama by lahir yaitu:
eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%, yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/

neosporin & langsung diteteskan pd mata bayi segera setelah bayi lahir.
Pemeriksaan bayi baru lahir
Pemberian ASI eksklusif
2

E. PEMERIKSAAN BAYI BARU LAHIR


Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada
bayi. Resiko terbesar kematian BBl terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga
jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama.
Waktu pemeriksaan bayi baru lahir yaitu:
Baru lahir sebelum usia 6 jam
Usia 6-48 jam
Usia 3-7 hari
Minggu ke-2 pasca lahir
Langkah-langkah pemeriksaan:

Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)


Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernafasan dan tarikan

dinding dada bawah, denyut jantung serta perut


Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah
memegang bayi
Pemeriksaan Fisik yang Dilakukan
Lihat postur, tonus dan aktivitas
Lihat kulit

Keadaan Normal
Posisi tungkai dengan lengan fleksi
Bayi sehat dan bergerak aktif
Wajah, bibir dan selaput lender, dada
harus berwarna merah muda, tanpa

adanya kemerahan atau bisul


Hitung pernapasan dan lihat tarikan Frekuensi normal 40-60x/menit
dinding dada bawah ketika bayi sedang Tidak ada tarikan dinding dada bawah
yang dalam
tidak menangis
Hitung
denyut
jantung
dengan Frekuensi denyut jantung normal 120meletakkan

stetoskop

setinggi apeks kordis


Lakukan pengukuran

di

dada

suhu

dengan thermometer
Lihat dan raba bagian kepala

kiri

160x/menit

ketiak Suhu normal adalah 36,5-37,5C


Bentuk

kepala

terkadang

asimetris

karena penyesuaian pada saat proses


persalinan, umumnya hilang dalam 48
jam
Ubun-ubun

besar

rata

atau

tidak

menonjol, dapat sedikit menonjol saat


Lihat mata
Lihat bagian dalam mulut

bayi menangis
Tidak ada kotoran/secret
Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak

ada bagian terbelah

Nilai
kekuatan isap bayi. Bayi akan
Masukkan satu jari yang menggunakan
3

sarung tangan ke dalam mulut, raba


langit-langit
Lihat dan raba perut
Lihat tali pusat

mengisap kuat jari pemeriksa

Perut bayi datar, teraba lemas


Tidak ada perdarahan, pembengkakan,
nanah, bau yang tidak enak pada tali

Lihat

punggung

belakang
Pemeriksaan

dan

raba

ekstremitas

atas

bawah

pusat, atau kemerahan sekitar tali pusat


tulang Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang
dan benjolan pada tulang belakang
dan Tidak terdapat sindaktili, polidaktili,
siemenline, dan kelainan kaki (pes
equino varus da vagus)

Lihat lubang anus

Hindari memasukkan alat atau jari Terlihat lubang anus dan periksa apakah
dalam memeriksa anus
mekonium sudah keluar
Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam
BAB
Lihat dan raba alat kelamin luar

setelah lahir
Bayi perempuan kadang terlihat cairan

Tanyakan kepada ibu apakah bayi


vagina berwarna putih atau kemerahan
Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada
sudah BAK
ujung penis. Teraba testis di skrotum
Pastikan bayi sudah BAK dalam 24 jam
setelah lahir
Yakinkan tidak ada kelainan alat kelamin,
missal.hipospadia, rudimenter, kelamin
ganda
Berat lahir 2,5-4 kg
Timbang bayi dengan menggunakan Dalam minggu pertama, BB mungkin
turun dahulu (tidak melebihi 10% dalam
selimut, hasil peimbangan dikurangi
waktu 3-7 hari) baru kemudian naik
berat selimut
Timbang bayi

kembali
Mengukur panjang dan lingkar kepala Panjang lahir normal 48-52 cm
Lingkar kepala normal 33-37 cm
bayi
F. APGAR SCORE
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5
variabel (pernafasan, frekuensi jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek),
ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950). Dilakukan pada: 1 menit kelahiran yaitu
untuk memberi kesempatan pada bayi untuk memulai perubahan, menit ke-5, dan
menit ke-10. Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu

tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada


masa mendatang, nilai yang rendah berhubungan dengan kondisi neurologis

Preosedur penilaian APGAR

Pastikan pencahayaan baik

Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan.
Jumlahkan hasilnya

Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya

Ulangi pada menit kelima

Ulangi pada menit kesepuluh

Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai


Penilaian
Setiap variabel dinilai: 0, 1 dan 2, nilai tertinggi adalah 10

Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik


Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan

tindakan resusitasi
Nilai 0 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan
resusitasi segera sampai ventilasi

G. PERUBAHAN BAYI BARU LAHIR


1. Respirasi Neonatus.
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas harus
melalui paru bayi. Sebelum terjadi pernafasan, neonatus dapat mempertahankan
hidupnya dalam keadaan anoksia lebih lama karena ada kelanjutan metabolisme
anaerob. Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama ialah tekanan mekanis
dari toraks sewaktu melalui jalan lahir. Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2
merangsang kemoreseptor terletak disinus karotikus, rangsangan dingin di daerah
muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan.
5

2. Jantung dan Sirkulasi.


Pada masa fetus darah plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke hati,
sebagian langsung ke serambi kiri jantung kemudian ke bilik kiri jangtung, dari bilik
darah dipompa melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah dipompa
sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus aorta. Setelah bayi lahir
paru akan berkembang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara
fungsional, hal ini terjadi pada jam-jam pertama, setelah kelahiran. Tekanan darah
pada waktu lahir dipengaruhi oleh sejumlah darah yang melalui transfusi plasenta
dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi
konstan kira-kira 85/40 mmHg.
3. Traktus Digestivus.
Traktus digestivus pada neonatus relatif lebih berat dan panjang
dibandingkan orang dewasa. Pada neonatus traktus digestivus mengandung zat
yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut
mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama. Dan dalam 4
hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim traktus digestivus
biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas, aktifitas lipase
telah ditemukan pada fetus 7 8 bulan.
4. Hati dan Metabolisme.
Segera setelah lahir hati menunjukan perubahan biokimia dan morfologis,
yaitu kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel
hemopoetik juga mulai berkurang walaupun memakan waktu agak lama. Luas
permukaan neonatus terlahir lebih besar daripada orang dewasa, sehingga
metabolisme basal per kg BB lebih besar, pada jam pertama energi didapatkan
dari pembakaran karbohidrat. Pada hari kedua energi berasal dari pembakaran
lemak, setelah mendapatkan susu lebih kurang pada hari keenam, energi 60 %
didapatkan dari lemak dan 40 % dari karbohidrat.
5. Produksi Panas.
Bila suhu sekitar turun, ada 3 cara tubuh untuk meninggikan suhu, yaitu:
aktifitas otot, shivering, non shivering thermogenesis (NST). Pada neonatus cara
untuk meninggikan suhu terutama dengan NST, yaitu dengan pembakaran Brown
Fat yang memberikan lebih banyak energi per gram dari pada lemak biasa.
6. Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal.
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium
relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan
ekstraselular luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur
belum sebanyak orang dewasa, ada ketidakseimbangan antara luas permukaan
glomerolus dan volume tubulus proksimal Renal Blood Flow pada neonatus relatif
kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
6

7. Kelenjar Endokrin.
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi
baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi. Misalnya dapat dilihat
pembesaran kelenjaran air susu pada bayi laki-laki ataupun perempuan. Kadangkadang dapat dilihat pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid pada
bayi perempuan, kelenjar tyroid sudah sempurna terbentuk sewaktu lahir dan
sudah mulai berfungsi sejak beberapa hari sebelum lahir.
8. Susunan Saraf Pusat.
Sewaktu lahir fungsi motorik terutama ialah subkortikol. Setelah lahir jumlah
cairan otak berkurang sedangkan lemak dan protein bertambah.
9. Imunoglobulin.
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang dan lamina
proprianeum dan apendiks plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari
antigen dan stress imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat globulin
gamma G, yaitu imunologi dari ibu yang dapat melalui plasenta karena berat
molekulnya kecil, tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta seperti illeus,
taksoplasma, herpes simpleks dan penyakit virus lainnya, reaksi imunologi dapat
terjadi dengan pembentukan sel plasma dan anti body gamma A, gamma G,
gamma M, imunologi dalam kolostrum berguna sebagai proteksi lokal dalam
traktus digestivus, misalnya terhadap beberapa strain E. Colli.
H. REFLEKS BAYI BARU LAHIR

I.

PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR


1. Identitas: nama ayah-ibu, alamat
2. Riwayat persalinan: BB/TB ibu, tempat persalinan
3. Keadaan bayi saat lahir: tanggal dan jam lahir, jenis kelamin, kelahiran
4.
5.
6.
7.
8.

(tunggal/gemeli)
Nilai APGAR
Pengkajian fisik
Status neurologi
Nutrisi
Data lain yang menunjang

J. PATHWAY
Bayi baru lahir
Pemotongan tali
pusat

Tekanan mekanis
dari toraks

Air ketuban tertelan


bayi

Perubahan suhu
lingkungan

Diskontinuitas
jaringan

Penurunan PaO2
dan peningkatan
PaCO2

Masuk ke saluran
pernafasan

Adaptasi tubuh
BBL

Menyumbat
saluran pernafasan

Penghasilan panas
belum maksimal

Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas

Hipotermi

Terbukanya port
de entry kuman
Resiko infeksi

Merangsang
pernafasan
Inspirasi dan
ekspirasi tidak
maksimal

Ketidakefektifan
pola nafas
K. MASALAH KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
3. Hipotermia
4. Resiko infeksi
L. INTERVENSI
1. Ketidakefektifan pola nafas
Tujuan
:
Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan pola nafas BBL
kembali efektif
Kriteria hasil :
BBL menunjukkan

Kemudahan bernafas dan kedalaman inspirasi


Ekspansi dada simetris
Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
Tidak ada bunyi nafas tambahan
Nafas pendek tidak ada
INTERVENSI
Pantau adanya pucat dan sianosis
Pantau kecepatan, irama, kedalaman
dan usaha respirasi
Auskultasi bunyi nafas, perhatikan
area penurunan/tidak adanya ventilasi
dan adanya bunyi nafas tambahan
Lakukan pengisapan sesuai dengan
kebutuhan
untuk
membersihkan
sekresi
Kolaborasi:
Berikan Non re-breathing mask
dengan oksigen

RASIONAL
Sianosis
menunjukkan
adanya
gangguan pada pernafasan BBL
Mengetahui perkembangan kondisi
BBL
Mengetahui adanya kelainan dalam
pernafasan BBL
Secret
yang
menumpuk
dapat
mengakibatkan ketidakefektifan pola
nafas
Memenuhi kebutuhan oksigen BBL

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


Tujuan
:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam BBL menunjukkan
keefektifan jalan nafas
Kriteria hasil :
BBL mudah untuk bernafas
Kegelisahan, sianosis, dan dispnea tidak ada
RR dalam batas normal
INTERVENSI
Kaji keefektifan pemberian oksigen
dan perawatan yang lain
Auskultasi bagian dada anterior dan
posterior untuk mengetahui adanya

RASIONAL
Mengevaluasi keberhasilan terapi yang
diberikan
Bunyi
tambahan
seperti
ronkhi
mengindikasikan adanya secret yang
9

penurunan atau tidak adanya ventilasi


dan adanya bunyi tambahan
Pantau status oksigen BBL
Jelaskan pada BBL dan keluarga
tentang penggunaan peralatan: O2,
suction, inhalasi
Lakukan fisioterapi dada sesuai
kebutuhan
Kolaborasi:
Berikan
udara/oksigen yang telah
dihumidifikasi

menyumbat jalan nafas


Jika SaO2 < 80% mengindikasikan
adanya ketidakefektifan jalan nafas
Meningkatkan pemahaman keluarga

Memudahkan
sekret

dalam

pengeluaran

Kelembaban menurunkan kekentalan


secret

3. Hipotermia
Tujuan
:
Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan hipotermia tidak
terjadi
Kriteria hasil :

BBL menunjukkan termoregulasi neonates (keseimbangan antara panas


yang dihasilkan, peningkatan panas, dan kehilangan panas selama periode
neonatus)
INTERVENSI
Pantau suhu tubuh basal secara terus
menerus, sesuai kebutuhan
Pantau suhu paling sedikit setiap 2
jam, sesuai kebutuhan
Pantau suhu bayi lahir sampai stabil
Ajarkan indikasi hipotermia dan
tindakan kedaruratan yang diperlukan
sesuai dengan kebutuhan
Selimuti bayi segera setelah dilahirkan
Gunakan tutup kepala pada bayi baru
lahir
Tempatkan bayi baru lahir dalam
incubator atau dibawah penghangat
sesuai kebutuhan

RASIONAL
Pada jam pertama setelah bayi lahir,
metabolism basal lebih besar, sehingga
panas yg dihasilkan lebih sedikit
Suhu tubuh bayi baru lahir mudah
mengalami penurunan
Suhu tubuh bayi baru lahir mudah
mengalami penurunan
Pemahaman tentang kondisi hipotermi
dapat mencegah terjadinya hipotermi
Mencegah kehilangan panas
Mencegah kehilangan panas
Menjaga suhu tubuh agar tetap hangat

4. Resiko infeksi
Tujuan

10

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam resiko infeksi tidak
menjadi aktual
Kriteria hasil

BBL bebas dari tanda dan gejala infeksi


Jumlah leukosit dalam batas normal
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
INTERVENSI
Pantau tanda/gejala infeksi (missal.suhu
tubuh, denyut jantung, pembuangan,
penampilan luka, sekresi, penampilan urin,
suhu kulit, lesi kulit, keletihan, malaise)
Kaji faktor yg meningkatkan serangan
infeksi (missal.usia lanjut, tanggap imun
rendah, dan malnutrisi)
Pantau hasil laboratorium (DPL, hitung
granulosit absolut, hasil-hasil yg berbeda,
protein serum, dan albumin)
Ajarkan keluarga BBL teknik mencuci
tangan yg benar
Ajarkan kepada keluarga BBL tanda/gejala
infeksi dan kapan harus melaporkannya
ke pusat kesehatan
Berikan terapi antibiotic bila diperlukan

RASIONAL
Mengetahui tanda infeksi secara dini
memungkinkan pencegahan terhadap
infeksi dan mengurangi keparahan
infeksi yg mungkin sudah terjadi
Faktor pemberat dapat mengakibatkan
infeksi berkembang leboh cepat
Perubahan
hasil
laboratorium
mengidentifikasikan adanya infeksi
Cuci tangan dengan benar
mencegah transmisi organism
Perubahan hasil laboratorium
mengindikasikan adanya infeksi

dapat
dapat

Mencegah infeksi

11

PATHWAY
Adaptasi Bayi Baru Lahir
Respirasi
Teknis mekanis
di thoraks saat
melahirkan
PaO2 menurun,
PaCO2
meningkat
Merangsang
kemoreseptor
di sinus
karotikus

Secret pada
jalan nafas
Ketidakefe
ktifan
bersihan
jalan nafas

Rangsangan
dingin pada
kulit
Merangsang
saraf nafas
Gerakan
pernafasan

Kardiovaskular
Ekspansi paru
Alveolus terisi
O2
Resistensi
vascular paru
menurun

Endokrin
Sisa
hormone
estrogen
dari ibu
Pembesaran
kelenjar air
susu

Darah paru
mengalir

GIT
Produksi
ADH <<
Sering
berkemih
Dehidrasi
Deficit
volume
cairan

Tekanan arteri
pulmonalis
menurun

Ekspansi paru
tidak maksimal

Tekanan
atrium kiri
meningkat

Gangguan
pola nafas

Penutupan
foramen oval

Membatasi
penyerapan
asam lemak

Adaptasi
hangat ke
dingin

Foramen
oval tidak
menutup

Defek
septum
atrium

Hipotermi

Diskontinuitas
jaringan

Kegagalan
peningkatan
panas

Port de entry
kuman

Aktivitas otot

Metabolisme

Gangguan
sekresi

Menangis,
menggigil

Nonshivering
thermogenesis

Oksidasi
metabolik dari
glukosa, lemak,
protein

Pembakaran
lemak coklat

Kebutuhan
asupan gizi
meningkat

Hipoksia
jaringan

Resiko
infeksi

Menghangatkan tubuh

Pengeluaran ASI
belum maksimal

Diare
Percampuran
darah yg kaya
O2 dan CO2

Pemotongan
tali pusat

Inflamasi usus

Feses cair

Tekanan
atrium kiri
tidak
adekuat

Proses
kehilangan panas
(konduksi,
evaporasi,
kenveksi, radiasi)
Mengingkatkan
panas

Gangguan
absorbsi

Sekresi air &


elektrolit
dalam usus
meningkat

Tekanan
atrium kanan
menurun
Aliran darah
paru masuk
jantung

Enzim lipase <

Termoregulasi

Gangguan
perfusi
jaringan
perifer

Bayi tidak dapat


minum banyak
ASI
Ketidakefektifan
pola menyusui
12

13

DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan
Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak.
NANDA Intl. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2002-2014.
Jakarta. EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Diterjemahkan oleh: Widyawati, dkk. Jakarta. EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai