Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL SKRIPSI

PERANCANGAN FIXTURE UNTUK PROSES


PEMBUBUTAN PISTON HIGHT DOME SEPEDA MOTOR

Disusun Oleh :
AGUNG PRASETYA AJI
101.03.1085

PROGRAM STUDI STRATA 1


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2015

HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI

PERANCANGAN FIXTURE UNTUK PROSES


PEMBUBUTAN PISTON HIGHT DOME SEPEDA MOTOR
Disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi di
Jurusan Teknik Mesin Jenjang Strata 1, Fakultas Teknologi Industri
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Disusun Oleh :
Nama

: Agung Prasetya Aji

No. Mhs

: 101.03.1085

Jurusan

: Teknik Mesin

Fakultas

: Teknologi Industri
Yogyakarta,
Menyetujui

Pembimbing I

Pembimbing II

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin

Drs. H Khairul Muhajir, M.T


NIP. 195609091983031001

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah


Piston adalah salah satu komponen yang terdapat pada kendaraan bermotor
atau mesin pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara masuk dan
penerima tekanan hasil pembakaran pada ruang bakar,piston terhubung ke poros engkol
(crankshaft) melalui batang piston (connecting rod). Pada umumnya piston terbuat dari
bahan yang ringan dan tahan terhadap tekanan, aluminium paduan biasanya digunakan
sebagai bahan pembuat piston sedangkan proses pembentukan piston dilakukan dengan
cara die casting namun pada perkembangannya proses die casting sudah mulai
tergantikan oleh proses tempa atau sering disebut forged, yang hasilnya lebih sempurna
dibanding die casting.
Namun pada

pembahasan

ini

bukan

pembahasan

mengenai

proses

pembentukan piston dari bahan mentah sampai jadi sebuah piston, melainkan
pembentukan piston setelah jadi. Biasanya pembentukan piston setelah jadi ini
dilakukan oleh para mekanik sepeda motor balap khususnya balap di kelas 125cc
sampai 250 cc yaitu pada piston hight dome untuk menaikan kompresi ruang bakar,
sebenarnya sudah banyak produk piston jadi yang sudah hight dome namun biasanya
perlu dilakukan pengurangan atau pembentukan dome pada piston after market dengan
proses pembubutan konfensional agar piston tersebut bisa pas di ruang bakar, jarak
dome dengan cylinder head bisa dibatasi dan bentuk dome mengikuti desain kubah
cylinder head. Belajar dari pengalaman dan pengamatan, dimana pegamatan tersebut
dilakukan pada banyak bengkel atau jasa pengerjaan bubut, yang menjadi permasalahan
adalah saat proses pembubutanny, karena pada mesin bubut untuk memegang benda
kerja pasti harus di letakan pada chuck, disinilah letak permasalahannya dikarenakan
benda kerja berupa piston dan harus mulus pada bagian badan piston. Biasanya para

tenaga ahli yang menangani proses pembubutan mengalami kesulitan saat menangani
benda kerja berupa piston, karena jika pengencangan chuck untuk memegang piston
terlalu kencang maka mengakibatkan cacat pada badan piston dan berakibat fatal jika
cacat itu terjadi. Sebenarnya untuk mengurangi resiko cacat pada badan piston akibat
pencengkraman, tenaga ahli bubut sudah berinovasi seperti membuat pelapis dari
lembaran palat logam untuk membungkus badan piston sebelum dicekam namun cara
tersebut hasilnya kurang maksimal dan masih bisa terjadi cacat pada badan piston.
Melihat permasalahan tersebut maka proses pemegangan benda kerja harus dibantu
menggunakan alat bantu agar tidak cacat setelah selese proses pembubutannya.
Alat bantu yang dimaksud adalah fixture untuk memegang piston, untuk itu
judul yang peneliti ajukan yaitu Perancang Fixtur Untuk Proses Pembubutan Piston
Hight Dome Sepeda Motor.
2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Dengan Fixture, proses pembubutan benda kerja berupa piston lebih mudah
dilakukan.
2. Dapat mengetahui fungsi fixture secara menyeluruh.
3. Dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan penggunaan fixture pada proses
pembubutan piston.
4. Membandingkan penggunaan fixture dengan penggunaan plat logam pelapis piston
pada saat pengerjaan bubut.
5. Dapat mengetahui hasil akhir pembubutan yang dibantu fixture.
3. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang tidak mungkin dibahas secara rinci dan
menyeluruh, dan agar tidak terjadi penyimpangan dari pokok permasalahan maka perlu
di buat batasan masalah untuk perancang Fixtur Untuk Proses Pembubutan Piston Hight
Dome Sepeda Motor Balap, batasan masalahnya sebagai berikut :

1. Pembuatan desain fixture menggunakan software inventor sesuai ukuran benda


2.
3.
4.
4.

kerja yang dipakai.


Perancangan fixture sesuai ukuran benda kerja yang dipakai.
Pemilihan material perancanga fixture.
Pengujian fixture.
Tujuan
Tujuan dari Perancang Fixtur Untuk Proses Pembubutan Piston Hight Dome

Sepeda Motor adalah :


1. Sebagai syarat menyelesaikan studi S1 di Jurusan Teknik Mesin Institut Sains &
2.
3.
4.
5.
1.

Teknologi AKPRIND Yogyakarta.


Meningkatkan kreativitas.
Meningkatkan efisiensi biaya dan waktu pengerjaan bubut.
Merancang fixture untuk pembubutan piston.
Manfaat
Bagi Mahasiswa
a. Mengembangkan ide perancangan sampai tahap realisasi ide yang tepat guna
berupa fixture untuk pembubutan piston.
b. Memotivasi untuk perancanan alat atau mesin tepat guna yang memiliki nilai

jual.
c. Sebagai bentuk aplikasi mata kuliah yang didapat selama ini.
2. Bagi dunia pendidikanh
a. Menambah model jenis alat tepat guna yang bisa di aplikasikan dikemudian
waktu.
b. Mengembangkan ilmu di bidang manufaktur.
3. Bagi masyarakat
1. Mengenalkan pada masyarakat (para penyedia jasa mesin bubut) tentang alat
bantu pegang (fixture) untuk menghemat waktu dan mendapat hasil yang baik.
2. Memberikan alternative alat untuk proses produksi.
3. Memudahkan set up benda kerja sebelum di kerjakan.

B. Landasan Teori
Penelitian pembuatan skripsi tentang fixture ini ditujukan untuk mengatasi
masalah yang sudah disebutkan pada latar belakang masalah diatas dan di khususkan
bagi para penyedia jasa pembubutan, oleh karena itu penelitian ini menggunakan teori
yang telah dikembangkan agar sesuai dengan proses perancangan, perumusan masalah,
batasan masalah, tujuan,dan manfaat.

1. Tool Design
Edward G. Hoffman (2001). Proses perancangan dan pengembangan alat,
metode, dan teknik yang diperlukan untuk memperbaiki efisiensi dan produktifitas
proses manufaktur disebut dengan tool design. Denang tool design bisa bermunculan
banyak mesin mesin industri dan special tool dengan kecepatan dan volume yang
tinggi, dengan tujuan akhir berupa kualitas produksi, lebih ekonomis dan menjamin
biaya produk tetap kompetitif.
Selain bagian penting dari proses manufaktur tool design berada pada posisi
Antara desan produk dan produksi produk, sehingga tujuan utama tool design adalah
menurunkan biaya manufaktur, dengan mempertahankan kualitas produk dan
meningkatkan produksi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut tool design harus
memenuhi syarat berikut :
a. Menyajikan design tool yang simple dan mudah di operasikan untuk mendapat
efisiensi maksimum.
b. Mengurangi biaya manufaktur dengan memproduksi parts dengan biaya sekecil
mungkin.
c. Design tool yang konsisten agar dapat memproduksi parts dengan kualitas tinggi.
d. Meningkatkan tingkat produksi dengan adanya machine tools.
e. Design tool dibuat mudah dalam pembuatannya agar mencegah terjadinya
kesalahan dalam penggunaannya.
f. Pemilihan material yang sesuai agar umur tool lama.
g. Mempertimbangkan keselamatan pekerja dalam mendisain tool.
2. Pengertian Umum Jig dan Fixture
Edward G. Hoffman (2001), jig dan fixture merupakan alat bantu produksi
yang digunakan pada proses manufaktur, sehingga menghasilkan duplikasi part yang
akurat. Jig dan fixture biasanya dibuat secara khusus sebagai alat bantu proses produksi
untuk mempermudah dalam penyetingan material yang menjamin keseragaman bentuk
dan ukuran dalam jumlah banyak (mass product) serta mempersingkat waktu produksi.

Jig didefinisikan sebagai peralatan khusus yang memegang, menyangga, atau


ditempatkan pada komponen yang akan dimesin. Alat bantu produksi yang dibuat tidak
hanya menempatkan dan memegang benda kerja tetapi juga mengarahkan alat potong
ketika operasi berjalan.
Fixture adalah peralatan produksi yang memampatkan, memegang dan
menyangga benda kerja secara kuat sehingga pekerjaan permesinan yang diperlukan
bisa dilakukan. Fixture harus dipasang tetap ke meja mesin dimana benda kerja
diletakan. Keduanya memegang benda kerja. Tetapi jig mengarahkan alat potong ketika
operasi berjalan, sedangkan fixture tidak. Fixture dibuat lebih kuat dan berat dari jig
dikarenakan gaya perkakas yang lebih tinggi.
1. Ukuran
Jig biasanya ringan, dan tidak selalu tetap pada meja mesin. Hal ini karena jig harus
bererak mengarahkan alat potong, tidak seperti fixture yang dijepit pada meja.
Selain itu perlengkapan yang cukup besar dalam konstruksi dan membantu
menahan pada posisinya. Fixture dipatenkan pada meja adalah untuk memastikan
benda kerja tidak bergerak saat mesin mulai beroprasi.
2. Aplikasi
Fixture ditetapkan pada aplikasi yang lebih luas dibandingkan dengan jig. Beberapa
contoh fixture secara umum diantaranya lathe fixture, miling fixture, grinding
fixture, dan sawing fixture. Fixture juga dapat dimanfaatkan dalam operasi setiap
mesin yang menuntut hubungan yang tepat antara posisi alat terhadap benda kerja.
3. Akurasi
Jig lebih akurat dibandingkan fixture, karena jig digunakan pada pembuatan part
yang lebih rumit baik dari segi ukuran dan proses pengerjaan dalam proses
produksi, sehingga yang lebih rumit baik dari segi ukuran dan proses pengerjaan
dalam proses produksi, sehingga bisa mendekati bahkan mencapai tujuan yang
diinginkan. Keduanya membantu dalam mengontrol biaya dan kualitas, artinya

dengan menggunakan jig dan fixture biasa membantu untuk menghemat tenaga
kerja secara efektif.
3. Pertimbangan Penggunaan Fixture
Pertimbangan penggunaan fixture dalam proses pembubutan piston hight dome
sepeda motor dibagi menjadi dua aspek, yaitu :
1. Aspek Teknis / Fungsi
a. Mendapatkan kepresisian / ketepatan dalam ukuran.
b. Membantu untuk menghemat tenaga kerja secara efektif.
2. Aspek Ekonomi
a. Mengurangi biaya produksi dengan menghemat waktu proses.
b. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat atau mesin.
c. Optimalisasi mesin yang kurang teliti.
4. Jenis Jenis Fixture
Fixture adalah peralatan yang berfungsi untuk menahan bendakerja dan
mendukung pekerjaan sehingga operasi pemesinan dapat dilakukan. Jenis fixture
dibedakan terutama oleh bagaimana alat bantu ini dibuat. Perbedaan utama dengan jig
adalah beratnya. Fixture dibuat lebih kuat dan berat dari jig dikarenakan gaya perkakas
yang lebih tinggi. Untuk jenis fixture bisa dibagi menjadi beberapa jenis seperti :
1. Plate fixture
Bentuk paling sederhana dari fixture, dibuat dari pelat datar yang mempunyai
variasi klem dan locator untuk memegang dan memposisikan benda kerja.
Konstruksinya sederhana sehingga bisa digunakan pada hampir semua proses
pemesinan.

Gambar 2.1 Plate fixture (Hoffman,2001)

2. Angle plate fixture

Merupakan variasi dari fixture pelat, dengan fixture jenis ini biasanya dimensi pada
sudut tegak lurus terhadap lokatornya.

Gambar 2.2 Angle plate fixture (Hoffman,2001)

Gambar 2.3 Angle plate fixture modifikasi (Hoffman,2001)

3. Vise jaw fixture


Digunaka untuk permesinan komponen kecil, sedangkan jaw bisa diganti dengan
jaw yang dibentuk sesuai dengan benda kerja.

Gambar 2.4 Vise jaw fixture (Hoffman,2001)

4. Indexing fixture

Mempunyai bentuk yang hampir sama dengan indexing jig, jenis fixture ini
digunakan untuk permesinan komponen yang mempunyai detil pemesinan
berongga.

Gambar 2.5 Indexing fixture (Hoffman,2001)

5. Multistattion fixture
Adalah jenis fixture untuk kecepatan tinggi, dan volume produksi tinggi dimana
siklus pemesinan kontinyu.
6. Profiling fixture
Digunakan mengarahkan perkakas untuk permesinan kontur yang tidak terjangkau
atau tidak bisa dilakukan oleh mesin. Kontur bisa internal atau eksternal.

Gambar 2.6 Profiling fixture (Hoffman,2001)

C. Metode Rancangan

Metode perancangan yaitu berupa prosedur, teknik teknik, bantuan bantuan,


atau peralatan untuk merancang. Metode perancangan menggambarkan aktifitas dengan
jelas yang memungkinkan perancangan menggunakan dan mengkombinasikan proses
secara keseluruhan. Walaupun beberapa metode perancangan masih konvensional, telah
terjadi pertumbuhan yang pesat pada beberapa tahun ini, dimana prosedur yang tidak
lagi konvensional lebih dikelompokan bersama dan dikenal dengan metode perancangan
(Cross, 1994). Metode perancangan menurut (Cross, 1994) seperti metode kreatif, yaitu
metode perancangan yang bertujuan untuk membantu menstimulasi pemikiran kreatif
dengan cara meningkatkan produksi gagasan, menyisihkan hambatan mentsl terhadap
kreatifitas, atau dengan cara memperluas area pencarian solusi. Ada beberapa metode
kratif yang dikenal, seperti Brainstorming, Synectics, Perluasan daerah penelitian, dan
Proses kreatif.
Proses kreatif inilah yang digunakan sebagai metode rancangannya. Karena proses
kreatif adalah rangkaian pemikiran yang agak mirip terjadi, proses kreatif juga memiliki
pola pola yang harus dipakai, antara lain :
a. Recognition adalah realisasi pertama ataupun pengakuan bahwa masalah itu ada.
b. Preparationi aplikasi dari usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk memahami
masalah tersebut.
c. Incubation adalah periode untuk meninggalkan pemikiran tersebut dalam pikiran,
yang membuat alam bawah sadar mulai bekerja.
d. Illumination adalah persepsi ataupun formulasi dari ide inti.
e. Vertification adalah kerja keras untuk mengembangkan dan menguji ide tersebut.
1. Prinsip Rancangan Fixture
Pada buku ajar Teknologi Manufaktur, Teknik Mesin IST AKPRIND
Yogyakarta, prinsip dasar untuk merancang fixture meliputi beberapa faktor seperti :
1. Lokasi
a. Harus dipastikan bahwa benda kerja diberikan keterbatasan yang diinginkan.
b. Lokator harus ditempatkan dengan cara tertentu sehingga tatal / geram tidak
akan menyebabkan keselahan penempatan benda kerja.

c. Bila sebuah benda kerja dari casting atau forging kasar sedang dikerjakan
dengan mesin, titik titk lokasi harus dibuat mudah disetel.
d. Masukan alat alat proofing misalnya fouling pin, proyeksi, dan sebagainya
untuk mencegah penempatan benda kerja yang tidak tepat.
e. Buat titik titik lokasi yang bisa dilihat operator dari posisi kerjanya.
f. Buat lokasi yang progresif (yaitu menentukan lokasi pada satu lokator dan
kemudian yang lain).
2. Clamping
a. Clamp harus diposisikan untuk memberikan ketahanan terbaik terhadap
kekuatan potong.
b. Clamping harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
deformasi benda kerja.
c. Bila mungkin, menjadikan clamp sebagai bagaian integral dengan bodi fixture.
d. Buat semua gerak clamping dan penentu lokasi mudah dan wajar ketika
dilakukan.
3. Celah (Clerance)
a. Ruang rugi yang cukup besar harus disediakan untuk memungkinkan variasi
ukuran benda kerja.
b. Ruang rugi yang berlebihan harus disediakan untuk kemudahan (tangan)
operator.
c. Pastikan tersedia cukup ruang rugi yang memadai.
4. Stabilitas dan Kekakuan
a. Sediakan empat kaki sehingga bisa dihindari dudukan (seating) yang tidak rata.
b. Buat peralatan sekuat mungkin untuk operasi ini.
c. Sediakan sarana penempat dan pengikat dengan baut pada peralatan ke meja
atau sepindel, bila perlu.
5. Penanganan
Buat peralatan ringan dan mudah ditangani, pastikan tidak ada sudut yang tajam,
dan bila berat berikan titik titik pengangkatan.
6. Umum
a. Pertahankan desain yang sederhana sehingga minimal.
b. Gunakan seku cadang standar sebanyak mungkin.
c. Metode lokasi dan pengikat harus dibuat sedemikian sehingg waktu idle
minimal.

d. Desain untuk keamanan.


2. Gambaran Umum Perancangan Fixture
Piston sepeda motor dengan spesifikasi high dome yang biasanya diperuntukan
untuk sepeda motor balap harus melalui beberapa penyesuaian terutama bentuk dome
agar piston tersebut tidak menabrak katup in dan ex, selain menghidari hal tersebut para
mekanik membentuk dome agar performa sepeda motor balapnya bertambah. Untuk
mencapai hal tersebut proses bubut harus dilakukan pada bagian dome dari piston.
Untuk memegang benda kerja pada mesin bubut biasanya harus dicekam pada chuck,
hal ini tidak mungkin dilakukan pada benda kerja berupa piston jika harus
mencekamnya pada chuck, maka perlu adanya peralatan tambahan berupa alat bantu
pegang benda kerja (fixture).
Fixture ini bersinggungan langsung dengan benda kerja dan chuck mesin
bubut, bagian belakang fixture dicekam pada chuck sedangkan bagian depan sebagai
tempat piston. Fixture ini berbentuk silinder berongga pada bagian tengahnya, rongga
ini sebagai tempat batang torak untuk mengikat piston pada badan fixture dan bentuknya
juga cukup sederhana.

3. Gambar Perancangan

Gambar 4.1 Desain fixture

D. Sistematika peyusunan Laporan Skripsi


Halaman Judul
Halaman Pengesahan

Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
BAB I
: Pendahuluan
Bab ini menjelaskan Latar belakang masalah, Perumusan masalah,
Batasan masalah, Tujuan Skripsi, Manfaat Skripsi, Sistematika
BAB II

penyusunan Skripsi.
: Dasar Teori
Bab ini menjelaskan tentang Landasan teori yang berkaitan dengan
tema Skripsi, paradigm, cara pandang, tinjauan pustaka terhadap
penulis terdahulu yang ada kaitan dengan tema Skripsi, teori dasar yang

dipakai dalam perancangan.


BAB III : Perancangan
Bab ini berisikan gambar perancangan, ide / pemikiran mengenai
Skripsi tersebut, gambaran umum prisip kerja alat yang akan dibuat,
metode metode yang telah ada atau akan digunakan.
BAB IV : Perhitungan dan Pembahasan
Bab ini memuat perhitungan pada rancangan yang dibuat dengan
mengacu ke dasar teori. Melakukan analisa perhitungan dan membahas
hasil perhitungan dan rancangan.
: Penutup
Bab ini berisi Simpulan serta Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB V

E. Daftar Pustaka
Adithan, M., dan Gupta A.B. 1996. Manufacturing Technology. New Delhi : New
Age Internationa Pte Ltd.
Amsted B H dkk. 1981. Teknologi Mekanik edisi 7 jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Amsted B H dkk. 1981. Teknologi Mekanik edisi 7 jilid 2. Jakarta : Erlangga.

DeGarmo, E.P. 1979. Materials and Processes in Manufacturing. New York :


MacMillan Publishing Co.
Giesecke, Mitchell, Spencher, Hill, Dygdon, Novak. 2000. Gambar Teknik edisi 11
jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Giesecke, Mitchell, Spencher, Hill, Dygdon, Novak. 2000. Gambar Teknik edisi 11
jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Hoffman Edward G. 2001. Jig and Fixture Design 4

th

Edition. Cincinnati :

International Thomson Publishing Company.


Purwanto Adi. 2013. Buku Ajar Teknologi Manufaktur Jig dan Fixture.
Yogyakarta : Teknik Mesin IST AKPRIND.

F. Jadwal Pelaksanaan
No

Tahapan
Kegiatan
Pengajuan
proposal Skripsi

September
I

II

III

Oktober
IV

II

III

November
IV

II

III

IV

Penyusunan
Laporan Skripsi,
Pembuatan
2

Gambar
Rancangan,
Pembuatan
Fixture

Analisa Fixture

Penyusunan
4

Daftar Pustaka
dan Lampiran

G. Rincian Perkiraan Biaya


NO
1

NAMA BAHAN
Aluminium Paduan

HARGA
Rp. 1

BANYAKNYA /

JUMLAH

UKURAN
Diameter 100
mm x Panjang

2
3
4
5

Connecting rod
Piston Hight Dome
Baut + Mur M10
Jasa Permesinan dan
Las

Rp. 110.000
Rp. 135.000
Rp. 5000
Rp. 100.000

100 mm
1
1
2
-

Rp. 110.000
Rp. 135.000
Rp. 10.000
Rp. 100.000

Harga Total
H. Biodata
Nama
Nomor Mahasiswa
Tempat Tanggal Lahir
Alamat Asal
Alamat di Yogyakarta
Nomor HP
Asal SMK

Rp. 355000

: Agung Prasetya Aji


: 101.03.1085
: Banjarnegara, 06 Juli 1992
: Desa Kandangwangi RT 04 RW 01, Kecamatan
Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara, Jawa
Tengah, 53461
: Dusun Dabag RT 03 RW 27, Desa
Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten
Sleman
: 085741223006
: SMK Panca Bhakti Banjarnegara

Anda mungkin juga menyukai