Anda di halaman 1dari 3

1.

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam cerpen Perihal Orang Miskin yang Bahagia
Unsur Intrinsik
1. Tema
: Kehidupan Ekonomi
2. Tokoh dan Penokohan
:
- Orang miskin Mau menerima nasibnya, ulet, bekerja keras
- Istri orang miskin Tabah
- Aku Selalu ingin tahu
- Anak-anak orang miskin
- Dukun
- Pencuri
- Perawat
3. Latar
:
a. Tempat :
-Rumah orang miskin
-Tempat dukun
-Warung pinggir kali
-Tempat pengajian
-Kampung
-Mall
-Kelurahan
b. Waktu :
-Malam hari
-Sore hari
c. Suasana
-Menyedihkan
-Memprihatinkan
-Membingungkan
-Mengejutkan
4. Alur
: Maju
5. Sudut pandang : Orang pertama
6. Amanat
: - Jangan jadikan status orang miskin sebagai alasan untuk tidak
mau berusaha
- Jangan menyalahgunakan layanan kartu tanda miskin untuk halhal yang tidak benar.

Unsur Ekstrinsik
1. Ekonomi

2. Sosial

: Pengarang menceritakan bagaimana kisah keidupan orang miskin di


kehidupan sehari-hari. Bagaimana orang miskin itu bersikap,
menghadapi masalah, dan menyelesaikan masalah yang
dihadapinya terutama masalah perekonomian.
: Ditunjukkan saat orang miskin itu berinteraksi dan berhubungan
dengan warga kampong dan tokoh aku

2. Masalah yang ada dalam cerpen Perihal Orang Miskin yang Bahagia
1.) Ketika si orang miskin merasa bosan menjadi orang miskin, ia pernah berniat
memelihara tuyul atau babi ngepet dan hendak jadi pelawak

2.) Ketika orang miskin itu kerja jadi badut tetapi anak-anak yang menyaksikan
atraksinya selalu menangis ketakutan.
3.) Ketika orang miskin itu merasa sedih dan lapar
4.) Ketika rumah orang miskin dimasuki seorang pencuri
5.) Ketika orang miskin dituduh sebagai pencuri
6.) Ketika tubuh orang miskin digerogoti penyakit
7.) Ketika orang miskin mendadak mati
3. Mencari jawaban atau solusi atas cerpen tersebut
1. Orang miskin itu pernah kerja jadi badut. Kostumnya rombeng dan mennnyedihkan.
Akhirnya ia dipecat.
2. Orang miskin itu suka menghibur diri di depan kaca dengan gerakan gerakan badut
paling lucu yang tak pernah bisa membuatnya tertawa.
3. Setiap kali lapar berkunjung, orang miskin itu selalu mengajaknya berkelakar untuk
sekedar melupakan penderitaan. Atau, orang miskin itu mengajak lapar bermain teka
teki untuk menghibur diri
4. Dengan ketakutan si orang miskin menjawab "aku malu, karena aku tak punya apa pun
yang bisa kamu curi"
5. Sejak itu, setiap kali ada yang kecurian orang miskin itu selalu mengakui ia pelakunya.
Dengan harapan ia kembali dipukuli.
6. Setelah tanpa pernah di periksa doktet, ia disuruh pulang. Ia pulang dengan riang. Kini
tak akan pernah lagi takut pada sakit.
7. Karena bingung mesti beli kain kafan, nisan, sampai harus bayar lunas kuburan.
Seharian perempuan itu pontang panting cari utangan, tetapi tetap saja uangnya tak
cukup buat biaya pemakaman. Karena merasa hanya bikin susah dan merepotkan,
maka orang miskin itu pun memutuskan untuk hidup kembali

4. Menemukan kelogisan di dalam memecahkan masalah


Menurut kelompok kami, dalam cerita pendek Perihal Orang Miskin Yang Bahagia
tidak ditemukan kelogisan dalam penyelesaian masalah yang dibuat oleh pengarang.
Cerpen tersebut mengambil tema kemanuiaan dengan bermaksud menceritakan kehidupan
orang miskin di Indonesia. Namun pengarang juga memasukkan unsur fantasi atau
khayalan kedalam cerpen.
Seperti terlihat dalam penyelesaian masalah di bagian akhir cerita (ending)
menceritakan, bahwa si Orang Miskin tersebut mendadak mati, kemudian keluarganya
bingung untukuntuk menguburkannya. Karena terlalu lma, para peziarah pun bosan
menungu, dan akhirnya pergi menggerutu. Dan membuat si Orang Miskin tersebut hidup

kembali. Bagian ini sangat tidak masuk akal, karena orang yang sudah mati namun bisa
hidup kembali dengan semaunya.
Kemudian di paragraf terakhir juga terdapat cerita yang menyebutkan bahwa, Pada
suatu hari si Orang Miskin berubah menjadi anjing, yang membuat istri serta anak-anaknya
senang karena bisa menyembelihnya dan menjadikannya makanan. Cerita ini juga tidak
masuk akal karena si Orang Miskin dapat berubah menjadi anjing dan akhirnya mati
disembelih dan dimakan oleh keluarga kecilnya.

Anda mungkin juga menyukai