PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejang neonatal adalah masalah umum yang dihadapi oleh dokter dan
perawat yang merawat bayi baru lahir (BBL) dan dalam kondisi sakit. Untuk
mengetahui manifestasi klinis yang sering muncul dan pengobatan kejang serta
penyebab mereka dengan segera, penting untuk mengenali faktor risiko dan
potensi penyebab kejang pada bayi.1
Kejang pada BBL, 85% terjadi pada 15 hari pertama dan lebih kurang 65%
terjadi antara hari kedua dan kelima kelahiran. Angka kejadian kejang pada BBL
yang tepat tidak diketahui karena sulit mengenal kejang pada BBL.2
Gejala klinis kejang sangat bervariasi bahkan sering sulit membedakannya
dari gerakan normal bayi itu sendiri. Meskipun demikian, angka kejadian pada
umumnya berkisar antara 1,5-14,0 per 1.000 kelahiran. Di ruang rawat intensif
bayi berat lahir rendah yang sakit, frekuensi kejang meningkat sampai 25%.2
Ada empat jenis kejang pada BBL, termasuk kejang tersamar, klonik, tonik,
dan mioklonik. Masing-masing bisa fokal, multifokal, dan umum. Penyebab
paling umum dari kejang neonatal adalah hipoksia-iskemik ensefalopati (HIE),
yang menyumbang sekitar 50% dari penyebab kejang neonatal. Penyebab lainnya
perdarahan intrakranial, infeksi intrakranial, gangguan metabolisme, malformasi
SSP, trauma kelahiran, drug withdrawal.3
Kejang adalah salah satu keadaan darurat neonatal langsung, di mana
rencana diagnostik dan terapeutik yang diperlukan karena keterlambatan dalam
terapi sering mengakibatkan hasil neurologis yang buruk.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
2.1 Definisi
Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat karena kejang merupakan
suatu tanda adanya penyakit susunan saraf pusat (SSP), kelainan metabolik, atau
penyakit lain yang dapat menyebabkan kerusakan otak pada BBL berumur hingga
28 hari. Aktivasi kejang yang terjadi pada waktu diferensisasi neuron, mielinisasi,
dan proliferasi glia pada BBL dapat menyebabkan terjadinya kerusakan otak.
Kejang berulang menyebabkan berkurangnya oksigenasi, ventilasi dan nutrisi
otak.2
2.2 Epidemiologi
Kejang neonatal diperkirakan terjadi pada 0,1% menjadi 0,5% dari bayi
yang baru lahir. Di negara-negara terbelakang, perkiraan ini lebih tinggi. Kejang
lebih sering terjadi pada minggu pertama kehidupan dari pada waktu lainnya.
Beberapa faktor menjelaskan tingginya insiden ini, yaitu otak neonatal lebih
rawan terjadi kejang karena faktor kematangan, late gestational dan cedera saat
lahir yang dapat mengakibatkan kejang, cacat bawaan, kelainan genetik, dan
gangguan metabolik akut.1
Di ruang rawat intensif bayi berat lahir rendah yang sakit, frekuensi kejang
meningkat sampai 25%.2
2.3 Manifestasi Klinis
1.1
2.Buku merah
3.3
minggu.7 Pada tahun 2001 WHO merekomendasikan bahwa ASI eksklusif harus
dilanjutkan hingga usia 6 bulan untuk melindungi bayi dari morbiditas dan
mortalitas yang berhubungan dengan gastroenteritis.7-10
Berdasarkan rekomendasi WHO tersebut, maka mulai muncul banyak
pertimbangan mengenai usia yang ideal untuk memulai makanan pendamping ASI
pada bayi.5
Tahun 2001, WHOs Global Strategy for Infant and Young Child merevisi
panduannya dan merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
Rekomendasi ini lalu diterapkan di populasi secara umum dan
didokumentasikan, kemudian didapatkan bahwa ASI ekslusif sampai 6
bulan dapat mengakibatkan defisiensi besi pada beberapa bayi, gangguan
2.
3.
Global Strategy for Infant and Young Child Feeding (GSIYCF, 2002
dikatakan bahwa 2/3 kematian anak balita yang terkait malnutrisi
disebabkan tidak tepatnya tata cara pemberian makan pada bayi dan anak
sehingga GSIYCF mengeluarkan pedoman tentang pemberian MP-ASI (3)
4.
5.
No.36
tahun
2009
tentang
Kesehatan
telah
4.
5.
bertahap dinaikkan sesuai usia bayi, sementara ASI tetap sering diberikan.
6. Bertahap konsistensi dan variasi ditambah sesuai kebutuhan dan
kemampuan bayi.
Menurut Nelson Textbook of Pediatric 18th Edition, prinsip pemberian MP-ASI:
15
ASI pada ibu yang mempunyai anak BBLR sudah memenuhi kebutuhan
anak tersebut
Susu yang baik untuk BBLR, termasuk bayi yang lahir prematur adalah
Tanda-tanda anak lapar : menjadi gelisah, membuka mulut dan memutarmutar kepala, mengeluarkan lidah ke dalam dan keluar, menghisap jari
atau benda-benda yang ada disekitarnya.
2.3.1.2 Pemberian makanan pada bayi sakit usia kurang dari 6 bulan
Menyusui dengan ASI lebih sering selama bayi sakit untuk membantu bayi
melawan sakitnya, mengurangi kehilangan berat badan, dan sembuh lebih
cepat.
Pemberian ASI secara langsung juga menyediakan kenyamanan bagi bayi
yang sakit. Jika bayi menolak unutk menyusu, tetap berikan ASI samapai
menyusui nantinya.
Setelah sembuh dari sakit, tingkatkan frekuensi pemberian ASI untuk
2.3.1.3 Pemberian makanan pada bayi sakit usia lebih dari 6 Bulan
Berikan ASI lebih sering selama bayi sakit, termasuk sakit diare, ini akan
membantu bayi melawan sakitnya, mengurangi kehilangan berat badan ,
pedas. Jika anak menderita diare, usahakan anak tersebut tetap makan,.
Setelah anak sembuh, berikan motivasi pada anak untuk makan satu
makanan padat tambahan setiap hari selama dua minggu. Ini akan
Pada GSIYCF dinyatakan bahwa MP-ASI harus memenuhi syarat sebagai berikut
ini :
1. Tepat waktu (Timely): MP-ASI mulai diberikan saat kebutuhan energi dan
nutrien melebihi yang didapat dari ASI.
2. Adekuat (Adequate): MP-ASI harus mengandung cukup energi, protein, dan
mikronutrien.
3. Aman (Safe): Penyimpanan, penyiapan, dan sewaktu diberikan, MP-ASI harus
higienis.
4. Tepat cara pemberian (Properly): MP-ASI diberikan sejalan dengan tanda
lapar dan nafsu makan ditunjukkan bayi serta frekuensi dan cara
pemberiannya sesuai dengan usia bayi.
2.5 Waktu Pemberian MP-ASI 4
Beberapa faktor perlu dipertimbangkan ketika akan memulai pemberian MP-ASI,
yaitu :
1. Kesiapan/ kematangan saluran cerna: perkembangan enzim pencernaan sudah
sempurna pada usia bayi 3-4 bulan.
2. Perkembangan keterampilan oromotor: kesiapan bayi untuk menerima
makanan padat bervariasi antara 4-6 bulan.
3. Kebutuhan nutrisi selain dari ASI: tidak diperlukan sebelum usia 6 bulan
karena ASI masih dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, kecuali bila terbukti
lain yang ditunjukkan dengan adanya gangguan pertumbuhan/ kenaikan berat
badan yang kurang tanpa penyebab jelas (sakit, dan lain-lain).
4. Kebutuhan akan variasi dan perubahan tekstur sejalan dengan perkembangan
oromotornya, dalam 1 tahun pertama bayi perlu dikenalkan dengan berbagai
variasi rasa, aroma, tekstur dan konsistensi. Selain untuk pemberian selera,
juga untuk melatih keterampilan makan (mengunyah) yang mulai timbul pada
usia 6 bulan. Usia 6-9 bulan merupakan periode kritis dalam perkembangan
keterampilan makan. Bila pada periode ini bayi tidak dilatih untuk makan yang
semakin padat dan kasar, maka di usia selanjutnya bayi hanya dapat makan
yang cair atau lembut saja dan tidak mampu menerima makanan keluarga
sehingga timbul masalah makan.
Umur
Perkembangan Oromotor
Perkembangan motorik
Keterampilan makan
umum
0-4 bulan
Refleks rooting
Refleks menghisap
menelan
Refleks ekstrusi
Arah gerakan rahang dan
dan
kepala,
Tangan,
4-6 bulan
dengan baik
Gerakan refleks menghilang
Arah gerakan rahang dan
lidah ke depan-belakang dan
6-9 bulan
atas-bawah
Menarik bibir bawah ketika
sendok ditarik dari mulut
Memindahkan makanan dari
bagian depan mulut ke
belakang untuk ditelan
Menggigit dan mengunyah
makanan
yang
belum
tetapi
mendorong
keluar
makanan
terkontrol
dengan baik
cair
(ASI),
yang padat
Menelan
Duduk
dengan
Dapat
mengontrol
bantuan,
kepala
posisi
makanan
tegak
Tangan dapat meraih
dalam mulut
Menelan makanan
objek/
tanpa tersedak
benda
di
dekatnya
Mengambil makanan
dari sendok
Duduk sendiri atau
Mampu
makan
ke bawah
Menelan
bantuan
Mulai menggunakan
cincang
Makan
pakai
sendok
dengan
tertutup
Menempatkan makanan di
untuk
mudah
antara
objek/ benda
dengan
rahang
atas
mulut
dan
mengambil
bawah
9-12 bulan
Duduk
kiri
dengan mudah
Memegang makanan
dan
kanan
serta
memutar
Mulai mencakupkan bibir
pada cangkir
sendiri
dan memakannya
Memegang sendok
sendiri
12-23 bulan
Gerakan
mengunyah
Berjalan, bicara
Mampu
makan
makanan
lunak,
cincang kasar
Mulai
mencoba
makan
dengan
tangannya sendiri
Makanan keluarga
Makan
sendiri
tetapi masih dengan
bantuan.
Sumber : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik Jilid 1. IDAI 2011
2. Kesiapan psikologis:
Bayi akan memperlihatkan prilaku makan lanjut:
makanan.
Tidak berminat atau kenyang dengan menarik tubuh ke belakang/
menjauh.
Frekuensi pemberian MP-ASI semakin sering sejalan dengan
bertambahnya usia bayi.
10
air liur lebih banyak dan produksi enzim amilase lebih banyak sehingga bayi siap
menerima makanan lain selain ASI. Dalam proses menelan pada usia tersebut,
apabila makanan disuapkan ke dalam mulutnya bayi sudah dapat menutup
mulutnya dengan rapat dan menggerakkan lidah ke muka dan ke atas untuk
mendorong makanan ke belakang,untuk ditelan. Pada saat inilah bayi diberikan
kesempatan mempraktekkan kepandaiannya tersebut dengan memberikan
makanan lumat.17,18
Dengan bertambah matangnya kemampuan oromotor, bayi usia 69 bulan
mulai belajar mengunyah dengan menggerakkan rahang ke atas dan ke bawah,
sehingga dapat diberikan makanan yang lebih kasar. Demikian juga dengan
kemampuan motorik halus pada awalnya bayi memegang dengan kelima jari
tangannya kemudian pada umur 9 bulan bayi sudah dapat menjimpit, maka untuk
mengembangkan kemampuan tersebut, bayi dapat diberikan makanan yang dapat
dipegang sendiri atau makanan kecil yang dapat dijimpit. Pada usia 6 7 bulan
bayi sudah dapat duduk, sehingga dapat diberikan makanan dalam posisi duduk.
Pada usia 6 9 bulan bibir bayi sudah dapat mengatup rapat pada cangkir,
sehingga dapat dilatih minum memakai cangkir atau gelas yang dipegang oleh
orang lain.17,18
Pada saat bayi berusia 6 bulan, umumnya kebutuhan nutrisi tidak lagi
terpenuhi oleh ASI semata khususnya energi, protein, dan beberapa mikronutrien
terutama zat besi (Fe), Seng (Zn), dan Vitamin A. 4,8 Dari usia 6 bulan, kebutuhan
bayi tidak dapat terpenuhi hanya dengan ASI, sehingga bayi memasuki periode
kritis atau vulnerable period, dimana bayi mengalami masa transisi dengan
mengenal makanan keluarga. Insiden malnutrisi meningkat secara tajam selama
periode 6-18 bulan di hampir seluruh negara.19
Pemberian MP ASI yang tidak tepat waktu, terlalu dini diberikan (kurang
dari 4 bulan) ataupun terlambat ( sesudah usia 7 bulan) dapat mengakibatkan halhal ynag merugikan seperti tampak pada tabel dibawah ini : 4
Tabel 2 : Kerugian pemberian MP ASI berdasarkan waktu
Terlalu dini (< 4 bulan)
11
Potensial
untuk
terjadinya
gagal
tumbuh
Sensitisasi alergi
Sumber : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik Jilid 1. IDAI 2011
Pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini ataupun terlambat dapat
menyebabkan malnutrisi. Pemberian makanan tambahan sebelum usia 6 bulan
dapat menyebabkan displacement of breastmilk dan meningkatkan resiko
infeksi seperti diare, yang nantinya dapat menyebabkan penurunan berat badan
dan malnutrisi.20
2.7 Makanan Yang Sebaiknya Diberikan Kepada Bayi Sebagai MP-ASI 4
Mengingat nutrien yang paling tidak terpenuhi kebutuhannya setelah usia
6 bulan adalah zat besi (Fe), maka pilihan utama adalah memberikan makanan
yang kaya akan zat besi. Selain itu makanan padat pertama yang terbaik adalah
yang terbuat dari beras karena beras merupakan bahan makanan yang paling
hipoalergenik, sehingga kemungkinan terjadinya reaksi simpang paling kurang.
Gandum dan campuran serealia lainnya yang mengandung gluten sebaiknya
ditnda hingga usia 8 bulan untuk menghindari timbulnya reaksi alergi dan
masalah pencernaan. Putih telur dapat diberikan sebelum bayi berusia 1 tahun
karena tidak cukup bukti bahwa penundaan pemberian telur di atas usia 1 tahun
dapat menghindarkan reaksi alergi. Kuning telur dan daging dapat dimulai
diberikan pada usia 8 bulan, bahkan ada yang menganjurkan daging diberikan
lebih awal karena merupakan sumber zat besi yang baik
Tabel 3. Bahan makanan sumber zat besi
Besi heme
Hati sapi/ ayam
Daging sapi/ daging merah lainnya
Besi non-heme
Sayuran hijau (brokoli, bayam, sawi
hijau, asparagus )
Kacang-kacangan
12
(Kacang
koro,
Biji-bijian (almond)
Tuna
Ikan Cod
prune)
Udang
Tiram
Kuning telur
Sumber : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik Jilid 1. IDAI 2011
2.8 Cara Memperkenalkan Makanan Pada Bayi 4
Pengenalan jenis, tekstur, dan konsisten makanan harus secara bertahap, demikian
pula dengan frekuensi dan jumlah makanan yang diberikan. Berikut ini, beberapa
hal penting yang berkaitan dengan hal tersebut
-
Tes Makanan pertama kali: bubur tepung beras yang diperkaya zat besi
merupakan makanan yang dianjurkan sebagai makanan pertama yang
diberikan kepada bayi. Dapat ditambahkan ASI atau susu formula yang
bayi.
Yakini makanan tersebut aman, bergizi dengan tekstur yang sesuai
kemampuan bayi.
2. Tekstur dan konsistensi :
13
Dimulai dengan tekstur yang lembut/ halus dan konsistensi masih agak
encer, selanjutnya secara bertahap tekstur dan konsistensinya ditingkatkan
antusias
sewatu
Kenyang
didudukkan Memalingkan muka, atau menutup mulut
dikursi makannya
bibir
makan
Tertidur
14
Sumber : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik Jilid 1. IDAI 2011
2. Untuk membantu anak memahami rasa lapar, buatlah jadwal makan secara
teratur. Jangan memberikan snack, jus, atau susu 3-4 jam sebelum jam
makan.
3. Beri makan dengan sabar, dorong anak untuk makan, bukan dengan
paksaan. Bicaralah sewaktu pemberian makan, pelihara kontak mata.
4. Hindari atau sedikit mungkin adanya distraktor (hal-hal yang dapat
mengalihkan perhatian) selama pemberian makan seperti menonton TV,
memberikan mainan
5. Bila anak menolak makan, cobalah dengan makanan lain yang berbeda
tekstur dan rasanya
6. Makan tidak boleh lebih dari 30 menit, walaupun saat itu asupan porsi
makan mereka sangat sedikit. Anak-anak akan menambah porsi makan
mereka dengan sendirinya di waktu yang akan datang
7. Sediakan porsi kecil dan biarkan anak menambahkan beberapa kali apabila
mereka menginginkan. Hal ini akan membuat anak tertarik dalam proses
makan dan mencegah mereka menjadi bosan atau merasa kenyang terlebih
dahulu dengan melihat begitu banyak makanan di dalam piring mereka.
2.11 Jenis MP-ASI
2.11.1 MP-ASI lokal 1
MP-ASI lokal adalah MP-ASI yang diolah di rumah tangga atau di Posyandu,
terbuat dari bahan makanan yang tersedia setempat, mudah diperoleh dengan
harga terjangkau oleh masyarakat, dan memerlukan pengolahan sebelum
dikonsumsi sasaran.
2.11.1.1 Pemberian MP-ASI Lokal 1
Pemberian MP-ASI Lokal dilakukan dengan proses, yaitu :
a. Diberikan sebulan sekali pada hari pelaksanaan posyandu :
1. MP-ASI lokal dibuat di posyandu sebulan sekali oleh ibu sasaran dibantu
kader posyandu.
2. Bahan makanan diperoleh dari kader posyandu
3. Kader memberikan penyuluhan kepada peserta posyandu
15
4.
5.
Apabila seluruh bayi dan anak usia 6-24 bulan yang hadir di Posyandu
akan diberikan MP-ASI.
4.
tangga
dimaksudkan
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan
16
Selain itu beberapa zat gizi yang yang terkait erat dengan tumbuh kembang anak
yang perlu diperhatikan antara lain:
Kepadatan Energi/Densitas
Protein
Lemak
17
RINGKASAN
Makanan Pendamping ASI/ MP-ASI adalah makanan atau minuman selain
ASI yang mengandung nutrient yang diberikan kepada bayi selama periode
pemberian makanan peralihan (complementary feeding) yaitu pada saat makanan/
minuman lain diberikan bersama pemberian ASI. Periode peralihan dari ASI
eksklusif ke makanan keluarga dikenal pula sebagai masa penyapihan (weaning)
yang merupakan suatu proses dimulainya pemberian makanan khusus selain ASI
secara bertahap jenis, jumlah, frekuensi maupun tekstur dan konsistensinya
sampai seluruh kebutuhan nutrisi anak dipenuhi oleh makanan keluarga.
Pengenalan jenis, tekstur, dan konsisten makanan harus secara bertahap,
demikian pula dengan frekuensi dan jumlah makanan yang diberikan. Alasan
pemberian MP ASI:
a. Kebutuhan anak semakin meningkat seiring bertambahnya usia sehingga
pemenuhan nutrisi tidak dapat dilakukan dengan pemberian ASI saja
b. Pemberian makanan pendamping ASI dapat menstimulasi perkembangan anak
sesuai umurnya.
Pemberian MP ASI akan memberikan manfaat optimal bila diberikan pada
usia yang tepat pada anak. Di Indonesia, pemberian MP ASI dimulai saat anak
berusia 6 bulan. Hal ini sesuai dengan rekomendasi WHO. Prinsip pemberian MP
ASI dengan memberikan ASI ekslusif sejak lahir hingga usia 6 bulan (180 hari),
sementara ASI on demand dilanjutkan hingga usia 2 tahun. Syarat pemberian MP
ASI itu adalah timely, adequate, safe, dan properly dengan menggunakan metode
responsive feeding.
Dalam menentukan waktu pemberian MP ASI, harus dipertimbangkan:
kesiapan dan kematangan saluran cerna, perkembangan keterampilan oromotor,
18
dan kebutuhan nutrisi selain ASI termasuk mempertimbangkan variasi rasa dan
teksturnya. MP ASI dapat diberikan dalam bentuk makanan olahan rumah tangga
maupun pabrik dengan memperhatikan komposisi dan nilai gizi yang sesuai
dengan kebutuhan anak sesuai dengan usianya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman umum pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI)
lokal. Departemen Kesehatan RI. 2006.
2. Ahmed T, Hossain M, Sanin KI. Global burden of maternal and child
undernutrition and micronutrient deficiencies. Ann Nutr Metab. 2012;6(1):8
17.
3. Atmawikarta A. Pengaruh pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI) formula tempe terhadap diare, aktivitas fisik, dan pertumbuhan bayi
status gizi baik usia 6-12 bulan di Bogor Jawa Barat. Gizi Indon. 2007;
30(2):73-97.
4. Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Buku ajar nutrisi pediatrik dan
penyakit metabolik. IDAI. 2011. h.117-125.
5. More J, Jenkins Catherine, King C, Shaw V. Weaning infants onto solid foods.
April. 2010.
6. Europeran Food Safety Authority. Scientific opinion on the appropriate age for
introduction of complementary feeding of infants. EFSA Journal. 2009
7(12):1423.
7. H. Brown, Kenneth. Complementary feeding in developing countries: factors
affecting energy intake. Proceedings of The Nutrition Society. 2006;56:139148.
8. Santika O, Fahmida U, Ferguson EL. Development of food based
complementary feeding recommendations for 9-to 11- month- old periurban
indonesian infant using linear programming. The Journal of Nutrition
2009;139:135-41.
9. Reilly JJ, Wells JC. Duration of exclusive breast-feeding: introduction of
complementary feeding may be necessary before 6 months of age. British
Journal of Nutrition. 2006;94:869872.
19
10. Symon B, Bammann M. Feeding in the first year of life: emerging benefit of
introducing complementary solids from 4 months. Australian Family
Physician. 2012 Apr;41(4):226-9.
11. Nix S. Williams basic & nutrition diet therapy. 13th Edition. Missouri: 2009.
12. Pedoman pemberian makanan pendamping ASI. Departemen Kesehatan RI.
2006.
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 33 tahun 2012 tentang
pemberian air susu eksklusif.
14. Dewey KG., Adu A. Systematic review of the efficacy and effectiveness of
complementary feeding intervention in developing countries in maternal and
child nutrition. Blackwell Publishing. 2008.
15. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbook of
pediatric. 18th Ed. Chapter 42 The Feeding of Infants and Children.
Saunders, Elsevier. 2007
16. Strategi peningkatan makanan bayi dan anak. Kementerian Kesehatan RI.
2010.
17. Complementary food, in focus: complementary food at the 65th world Health
assembly. International Food Manufactured. 2012.
18. Soepardi S, Winda F. Pemberian makanan pendamping ASI pada bayi yang
berkunjung ke Unit Pediatri Rawat Jalan. Sari Pediatri. Maret 2007;8(4):27075.
19. Narendra, Moersintowati B. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi
Pertama. IDAI. Jakarta: 2007. h.27.
20. Complementary feeding, report of the global consultation summary of guiding
principles. WHO. 2006.
21. Feeding the non-breastfed child 6-24 months of Aae. WHO/FCH/CAH.
Geneva. 2008.
22. Cameron SL, Heath ALM, Taylor RW. How feasible is baby-led weaning as
an approach to infant feeding? a review of the evidence. Nutrients
2012;4:1575-1609.
23. Rao S, Swathi PM, Unnikrishnan B, Hedge A. Study of complementary
feeding practices among mothers of children aged six months to two years-a
study from coastal south India. in Australas Med J. 2011;4(5):252-7.
24. PAHO. Guiding principles for complementary feeding of the breastfed child.
WHO. 2007.
20
Lampiran
21
22