Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejang neonatal adalah masalah umum yang dihadapi oleh dokter dan
perawat yang merawat bayi baru lahir (BBL) dan dalam kondisi sakit. Untuk
mengetahui manifestasi klinis yang sering muncul dan pengobatan kejang serta
penyebab mereka dengan segera, penting untuk mengenali faktor risiko dan
potensi penyebab kejang pada bayi.1
Kejang pada BBL, 85% terjadi pada 15 hari pertama dan lebih kurang 65%
terjadi antara hari kedua dan kelima kelahiran. Angka kejadian kejang pada BBL
yang tepat tidak diketahui karena sulit mengenal kejang pada BBL.2
Gejala klinis kejang sangat bervariasi bahkan sering sulit membedakannya
dari gerakan normal bayi itu sendiri. Meskipun demikian, angka kejadian pada
umumnya berkisar antara 1,5-14,0 per 1.000 kelahiran. Di ruang rawat intensif
bayi berat lahir rendah yang sakit, frekuensi kejang meningkat sampai 25%.2
Ada empat jenis kejang pada BBL, termasuk kejang tersamar, klonik, tonik,
dan mioklonik. Masing-masing bisa fokal, multifokal, dan umum. Penyebab
paling umum dari kejang neonatal adalah hipoksia-iskemik ensefalopati (HIE),
yang menyumbang sekitar 50% dari penyebab kejang neonatal. Penyebab lainnya
perdarahan intrakranial, infeksi intrakranial, gangguan metabolisme, malformasi
SSP, trauma kelahiran, drug withdrawal.3
Kejang adalah salah satu keadaan darurat neonatal langsung, di mana
rencana diagnostik dan terapeutik yang diperlukan karena keterlambatan dalam
terapi sering mengakibatkan hasil neurologis yang buruk.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1

2.1 Definisi
Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat karena kejang merupakan
suatu tanda adanya penyakit susunan saraf pusat (SSP), kelainan metabolik, atau
penyakit lain yang dapat menyebabkan kerusakan otak pada BBL berumur hingga
28 hari. Aktivasi kejang yang terjadi pada waktu diferensisasi neuron, mielinisasi,
dan proliferasi glia pada BBL dapat menyebabkan terjadinya kerusakan otak.
Kejang berulang menyebabkan berkurangnya oksigenasi, ventilasi dan nutrisi
otak.2
2.2 Epidemiologi
Kejang neonatal diperkirakan terjadi pada 0,1% menjadi 0,5% dari bayi
yang baru lahir. Di negara-negara terbelakang, perkiraan ini lebih tinggi. Kejang
lebih sering terjadi pada minggu pertama kehidupan dari pada waktu lainnya.
Beberapa faktor menjelaskan tingginya insiden ini, yaitu otak neonatal lebih
rawan terjadi kejang karena faktor kematangan, late gestational dan cedera saat
lahir yang dapat mengakibatkan kejang, cacat bawaan, kelainan genetik, dan
gangguan metabolik akut.1
Di ruang rawat intensif bayi berat lahir rendah yang sakit, frekuensi kejang
meningkat sampai 25%.2
2.3 Manifestasi Klinis
1.1
2.Buku merah
3.3

2.2 Sejarah Pemberian MP-ASI


Sejak 1994, umur 4-6 bulan telah dipertimbangkan sebagai waktu ideal
untuk memulai pemberian makanan Pendamping ASI. Pendapat ini banyak
menimbulkan kesalahan interpretasi oleh para pelaku kesehatan dengan memaknai
bahwa bayi harus mulai diberikan makanan pendamping ASI pada usia 16

minggu.7 Pada tahun 2001 WHO merekomendasikan bahwa ASI eksklusif harus
dilanjutkan hingga usia 6 bulan untuk melindungi bayi dari morbiditas dan
mortalitas yang berhubungan dengan gastroenteritis.7-10
Berdasarkan rekomendasi WHO tersebut, maka mulai muncul banyak
pertimbangan mengenai usia yang ideal untuk memulai makanan pendamping ASI
pada bayi.5

2.2.1 Kronologis rekomendasi usia untuk memulai pemberian makanan


pendamping ASI pada bayi 10 tahun terakhir di dunia.5
1.

Tahun 2001, WHOs Global Strategy for Infant and Young Child merevisi
panduannya dan merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
Rekomendasi ini lalu diterapkan di populasi secara umum dan
didokumentasikan, kemudian didapatkan bahwa ASI ekslusif sampai 6
bulan dapat mengakibatkan defisiensi besi pada beberapa bayi, gangguan

2.

pertumbuhan, dan defisiensi mikronutrien lainnya.


Tahun 2001, The UK Scientific Advisory Comitte on Nutrition (SACN)
melakukan ulasan terhadap bukti-bukti dari rekomendasi WHO, dan
menyarankan:
Terdapat bukti-bukti yang cukup kuat bahwa ASI ekslusif selama 6 bulan
memberikan nutrisi yang adekuat. SACN juga menyatakan rekomendasi
tentang makanan pendamping ASI ini harus fleksibel, tetapi sebaiknya
makanan pendamping ASI tidak diperkenalkan kepada bayi sebelum akhir
usia 4 bulan (17 minggu).

3.

Global Strategy for Infant and Young Child Feeding (GSIYCF, 2002
dikatakan bahwa 2/3 kematian anak balita yang terkait malnutrisi
disebabkan tidak tepatnya tata cara pemberian makan pada bayi dan anak
sehingga GSIYCF mengeluarkan pedoman tentang pemberian MP-ASI (3)

4.

Tahun 2003, Departemen Kesehatan di UK menyatakan ASI adalah


sumber nutrisi yang terbaik bagi bayi. ASI eksklusif sampai 6 bulan (26

5.

minggu) cukup untuk meyediakan semua kebutuhan nutrisi bayi.


Bukti-bukti terbaru

Rekomendasi ESPGHAN (2008) :


The European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and
Nutrition dan North American Society for Pediatric Gastroenterology,
Hepatology, and Nutrition melakukan ulasan literatur tentang makanan
pendamping ASI untuk bayi yang sehat pada tahun 2008 dan
merekomendasikan:
- ASI eksklusif sampai dengan usia 6 bulan adalah tujuan utama
- Pemberian makanan pendamping ASI sebaiknya dimulai pada usia 6
bulan tetapi tidak boleh diberikan sebelum usia 4 bulan.
- ASI tetap dilanjutkan selama pemberian makanan pendamping ASI
- Pengenalan makanan yang mengandung gluten antara usia 4-7 bulan
selama pemberian ASI dapat mengurangi resiko penyakit celiac,
diabetes tipe 1, dan alergi gandum.
- Makanan yang berpotensi menimbulkan alergi yang tinggi seperti telur
dan ikan tidak perlu dihindari sampai usia lebih dari 6 bulan karena
tidak ada bukti yang cukup kuat bahwa menghidari makanan tersebut
akan menguangi resiko timbulnya alergi.
Rekomendasi American Association of Pediatrics untuk makanan bayi: 11
- ASI adalah makan utama yang ideal untuk bayi dan sebaiknya
diberikan setidaknya sampai satu tahun pertama.
- Fortifikasi besi sebaiknya diberikan kepada bayi yang tidak
mendapatkan ASI dan bayi usia lebih dari 6 bulan yang jumlah kalori
makanan pendampingnya tidak dapat memenuhi kebutuhannya.
- Air dan jus tidak diperlukan untuk bayi yang mendapatkan ASI selama
6 bulan pertama.
- Makanan padat sebaiknya diperkenalkan setelah usia 6 bulan setelah
refleks ekstrusi bayi menghilang dan kemampuan untuk menelan
makan mulai berkembang.
- Susu sapi dapat diberikan saat akhir usia 1 tahun sebagai tambahan
dengan pemberian makanan padat seperti sereal, sayur, buah dan
makanan lainnya sebagai sumber vitamin C dan zat besi.
- Alergen seperti gandum, putih telur, jus jeruk, kacang, dan cokelat
sebaiknya tidak diberikan pada makanan padat pertama namun
diberikan nanti setelah bayi mampu mentoleransi makanan tersebut.
- Madu sebaiknya tidak diberikan pada bayi yang berusia di bawah 1
tahun karena telah dilaporkan terdapat spora botulinum di dalam madu
dan kapasitas sistem imun tubuh bayi tidak dapat melawan infeksi ini.

- Makanan dengan resiko tinggi menyebabkan tersedak dan aspirasi


seperti kacang, anggur, wortel, dan kacang kenari dan permen
sebaiknya hanya diberikan pada anak yang sudah cukup besar dan tidak
diberikan pada bayi.
2.2.2 Makanan Pendamping ASI di Indonesia
Undang-Undang

No.36

tahun

2009

tentang

Kesehatan

telah

mengamanatkan bahwa pentingnya pemberian ASI Eksklusif kepada bayi secara


tegas tercantum dalam pasal 129 yaitu perlunya suatu Peraturan Pemerintah (PP)
yang mengatur tentang pemberian ASI Eksklusif yang saat ini sedang diproses.
Sesuai dengan Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM) 2010-2014
terdapat 8 (delapan) sasaran indikator kinerja pembinaan gizi masyarakat di
antaranya berkaitan dengan ASI Eksklusif dan MPASI. Pada tahun 2014 target
bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif akan mencapai 80% dan
penyediaan buffer stock MP-ASI sebesar 100 % setiap tahunnya untuk
menyelamatkan balita di daerah bencana dan rawan gizi. 12
Pemberian makanan pendamping ASI juga dijelaskan dalam peraturan
pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI
eksklusif. Di dalam penjelasan mengenai peraturan tersebut, dinyatakan bahwa
(c) memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat sejak genap
umur 6 (enam) bulan; dan (d) meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur
2 (dua) tahun. Penerapan pola pemberian makan ini akan meningkatkan status
gizi Bayi dan anak serta mempengaruhi derajat kesehatan selanjutnya. 13
2.3 Prinsip Pemberian MP-ASI 4,14
Menurut Global Strategy for Infant and Young Child Feeding (GSIYCF,
2002) :
1. Berikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan, selanjutnya
tambahkan MP-ASI mulai usia 6 bulan (180 hari) sementara ASI
diteruskan.
2. Lanjutkan ASI on demand sampai usia 2 tahun atau lebih.
3. Lakukan responsive feeding dengan menerapkan prinsip asuhan
psikososial.

4.

Terapkan perilaku hidup bersih dan higienis serta penanganan makanan

5.

yang baik dan tepat.


Mulai pemberian MP-ASI pada usia 6 bulan dengan jumlah sedikit,

bertahap dinaikkan sesuai usia bayi, sementara ASI tetap sering diberikan.
6. Bertahap konsistensi dan variasi ditambah sesuai kebutuhan dan
kemampuan bayi.
Menurut Nelson Textbook of Pediatric 18th Edition, prinsip pemberian MP-ASI:
15

1. Dimulai usia 6 bulan


2. Hindari makanan yang berpotensi menimbulkan alergi seperti susu sapi,
telur, ikan , kacang-kacangan
3. Di usia yang tepat, ajarkan anak untuk menggunakan gelas dibanding
botol susu
4. Perkenalkan satu makanan dalam satu waktu
5. Kepadatan energi yang diberikan harus lebih banyak dari ASI
6. Berikan makanan yang mengandung zat besi (daging, cereal dengan
suplemen besi)
7. Kebutuhan Zinc juga harus dimasukkan ke dalam makanan seperti
daging, gandum, dan nasi
8. ASI harus dilanjutkan sampai usia 12 bulan , lalu bisa diganti dengan susu
sapi atau susus formula. Pemberian susu sapi tidak boleh lebih dari 24 oz/
hari
9. Minuman selain ASI atau susu formula sebaiknya dibatasi. Pemberian jus
buah tidak boleh lebih dari 4-6 oz/hari. Tidak boleh diberikan soda.
2.3.1 Pemberian MP-ASI pada Anak Sakit 16
2.3.1.1 Pemberian makanan pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

ASI pada ibu yang mempunyai anak BBLR sudah memenuhi kebutuhan

anak tersebut
Susu yang baik untuk BBLR, termasuk bayi yang lahir prematur adalah

susu dari ibunya sendiri


Tetap sering menyusui bayi, agar bayi terbiasa dengan ASI, dan menjaga

agar air susu ibu tetap tersedia


Makanan secara perlahan-lahan diperbolehkan.
Jika bayi tidur terlalu lama, kita bisa membangunkan bayi dengan mebuka

selimut atau bajunya agar dia terbangun.


Berikan ASI sebelum bayi menangis.

Tanda-tanda anak lapar : menjadi gelisah, membuka mulut dan memutarmutar kepala, mengeluarkan lidah ke dalam dan keluar, menghisap jari
atau benda-benda yang ada disekitarnya.

2.3.1.2 Pemberian makanan pada bayi sakit usia kurang dari 6 bulan

Menyusui dengan ASI lebih sering selama bayi sakit untuk membantu bayi
melawan sakitnya, mengurangi kehilangan berat badan, dan sembuh lebih

cepat.
Pemberian ASI secara langsung juga menyediakan kenyamanan bagi bayi
yang sakit. Jika bayi menolak unutk menyusu, tetap berikan ASI samapai

bayi tersebut mau menyusui lagi.


Jika bayi terlalu lemah untuk menghisap, tetap berikan ASI dengan cara
yang lain. Ini menjaga agar suplai ASI tetap ada dan mencegah kesulitan

menyusui nantinya.
Setelah sembuh dari sakit, tingkatkan frekuensi pemberian ASI untuk

memulihkan kesehatan bayi dan menambah berat badannya.


Ketika ibu sakit, tetap berikan ASI pada bayi. Ibu mungkin memerlukan
makanan tambahan selama sakit.

2.3.1.3 Pemberian makanan pada bayi sakit usia lebih dari 6 Bulan

Berikan ASI lebih sering selama bayi sakit, termasuk sakit diare, ini akan
membantu bayi melawan sakitnya, mengurangi kehilangan berat badan ,

dan sembuh lebih cepat


Bayi membutuhkan makanan dan cairan yang lebih banyak ketika sakit
Jika nafsu makan anak berkurang, berikan motivasi pada anak untuk tetap

makan walaupun dalam jumlah sedikit.


Berikan makanan seperti bubur dan hindari makanan yang berlemak dan

pedas. Jika anak menderita diare, usahakan anak tersebut tetap makan,.
Setelah anak sembuh, berikan motivasi pada anak untuk makan satu
makanan padat tambahan setiap hari selama dua minggu. Ini akan

membantu mengembalikan berat badan anak yang hilang akibat sakit


Ketika ibu sakit, ibu tetap bisa melanjutkan menyusui bayi. Ibu mungkin
membutuhkan makanan tambahan selama sakit. Selama sakit, ibu juga
membutuhkan banyak cairan

2.4 Persyaratan MP-ASI 3,16

Pada GSIYCF dinyatakan bahwa MP-ASI harus memenuhi syarat sebagai berikut
ini :
1. Tepat waktu (Timely): MP-ASI mulai diberikan saat kebutuhan energi dan
nutrien melebihi yang didapat dari ASI.
2. Adekuat (Adequate): MP-ASI harus mengandung cukup energi, protein, dan
mikronutrien.
3. Aman (Safe): Penyimpanan, penyiapan, dan sewaktu diberikan, MP-ASI harus
higienis.
4. Tepat cara pemberian (Properly): MP-ASI diberikan sejalan dengan tanda
lapar dan nafsu makan ditunjukkan bayi serta frekuensi dan cara
pemberiannya sesuai dengan usia bayi.
2.5 Waktu Pemberian MP-ASI 4
Beberapa faktor perlu dipertimbangkan ketika akan memulai pemberian MP-ASI,
yaitu :
1. Kesiapan/ kematangan saluran cerna: perkembangan enzim pencernaan sudah
sempurna pada usia bayi 3-4 bulan.
2. Perkembangan keterampilan oromotor: kesiapan bayi untuk menerima
makanan padat bervariasi antara 4-6 bulan.
3. Kebutuhan nutrisi selain dari ASI: tidak diperlukan sebelum usia 6 bulan
karena ASI masih dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, kecuali bila terbukti
lain yang ditunjukkan dengan adanya gangguan pertumbuhan/ kenaikan berat
badan yang kurang tanpa penyebab jelas (sakit, dan lain-lain).
4. Kebutuhan akan variasi dan perubahan tekstur sejalan dengan perkembangan
oromotornya, dalam 1 tahun pertama bayi perlu dikenalkan dengan berbagai
variasi rasa, aroma, tekstur dan konsistensi. Selain untuk pemberian selera,
juga untuk melatih keterampilan makan (mengunyah) yang mulai timbul pada
usia 6 bulan. Usia 6-9 bulan merupakan periode kritis dalam perkembangan
keterampilan makan. Bila pada periode ini bayi tidak dilatih untuk makan yang
semakin padat dan kasar, maka di usia selanjutnya bayi hanya dapat makan
yang cair atau lembut saja dan tidak mampu menerima makanan keluarga
sehingga timbul masalah makan.

Bayi akan menunjukkan tanda-tanda bahwa dirinya siap untuk menerima


makanan selain ASI. Sebaliknya setiap petugas kesehatan dan para ibu atau
pengasuh bayi mampu mengenali tanda tersebut agar dapat memberikan MP-ASI
tepat waktu dan sesuai dengan perkembangan keterampilan makannya.
1. Kesiapan fisik:

Refleks ekstrusi telah sangat berkurang atau sudah menghilang


Keterampilan oromotor :
- Dari hanya mampu menghisap dan menelan yang cair menjadi
menelan makanan yang lebih kental dan padat.
- Memindahkan makanan dari bagian depan ke bagian belakang mulut.
Mampu menahan kepala tetap tegak.
Duduk tanpa/hanya dengan sedikit bantuan dan mampu menjaga
keseimbangan badan ketika tangan meraih benda di dekatnya.
Tabel 1. Perkembangan keterampilan makan pada bayi

Umur

Perkembangan Oromotor

Perkembangan motorik

Keterampilan makan

umum
0-4 bulan

Refleks rooting
Refleks menghisap

menelan
Refleks ekstrusi
Arah gerakan rahang dan

dan

kepala,

Tangan,

4-6 bulan

dengan baik
Gerakan refleks menghilang
Arah gerakan rahang dan
lidah ke depan-belakang dan

6-9 bulan

atas-bawah
Menarik bibir bawah ketika
sendok ditarik dari mulut
Memindahkan makanan dari
bagian depan mulut ke
belakang untuk ditelan
Menggigit dan mengunyah

makanan

leher dan punggung

yang

belum

tetapi

mendorong

keluar

makanan

terkontrol

dengan baik

cair

(ASI),

yang padat

lidah : ke depan & ke


belakang
Mulut belum dapat menutup

Menelan

Duduk

dengan

Dapat

mengontrol

bantuan,

kepala

posisi

makanan

tegak
Tangan dapat meraih

dalam mulut
Menelan makanan

objek/

tanpa tersedak

benda

di

dekatnya
Mengambil makanan
dari sendok
Duduk sendiri atau

Mampu

makan

gerakan rahang ke atas dan

hanya dengan sedikit

makanan lumat atau

ke bawah
Menelan

bantuan
Mulai menggunakan

cincang
Makan

pakai

ibu jari dan telunjuk

sendok

dengan

tertutup
Menempatkan makanan di

untuk

mudah

antara

objek/ benda

dengan

rahang

atas

mulut

dan

mengambil

bawah
9-12 bulan

Gerakan lidah ke samping

Duduk

kiri

dengan mudah
Memegang makanan

dan

kanan

serta

memutar
Mulai mencakupkan bibir

pada cangkir

sendiri

dan memakannya
Memegang sendok
sendiri

12-23 bulan

Gerakan

mengunyah

Berjalan, bicara

berputar, rahang stabil

Mampu

makan

makanan

lunak,

cincang kasar
Mulai
mencoba
makan

dengan

tangannya sendiri
Makanan keluarga
Makan
sendiri
tetapi masih dengan

bantuan.
Sumber : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik Jilid 1. IDAI 2011
2. Kesiapan psikologis:
Bayi akan memperlihatkan prilaku makan lanjut:

Dari reflektif ke imitatif


Lebih mandiri dan eksploratif
Pada usia 6 bulan bayi mampu menunjukkan:
- Keinginan makan dengan cara membuka mulutnya.
- Rasa lapar dengan memajukan tubuhnya ke depan/ ke arah
-

makanan.
Tidak berminat atau kenyang dengan menarik tubuh ke belakang/

menjauh.
Frekuensi pemberian MP-ASI semakin sering sejalan dengan
bertambahnya usia bayi.

2.6 Alasan Mengapa MP-ASI Harus Diberikan Tepat Waktu


Alasan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 4 6 bulan adalah
kebutuhan energi bayi untuk pertumbuhan dan aktivitas fisik makin bertambah,
sedangkan produksi ASI relatif tetap. Pada usia 4 bulan bayi sudah mengeluarkan

10

air liur lebih banyak dan produksi enzim amilase lebih banyak sehingga bayi siap
menerima makanan lain selain ASI. Dalam proses menelan pada usia tersebut,
apabila makanan disuapkan ke dalam mulutnya bayi sudah dapat menutup
mulutnya dengan rapat dan menggerakkan lidah ke muka dan ke atas untuk
mendorong makanan ke belakang,untuk ditelan. Pada saat inilah bayi diberikan
kesempatan mempraktekkan kepandaiannya tersebut dengan memberikan
makanan lumat.17,18
Dengan bertambah matangnya kemampuan oromotor, bayi usia 69 bulan
mulai belajar mengunyah dengan menggerakkan rahang ke atas dan ke bawah,
sehingga dapat diberikan makanan yang lebih kasar. Demikian juga dengan
kemampuan motorik halus pada awalnya bayi memegang dengan kelima jari
tangannya kemudian pada umur 9 bulan bayi sudah dapat menjimpit, maka untuk
mengembangkan kemampuan tersebut, bayi dapat diberikan makanan yang dapat
dipegang sendiri atau makanan kecil yang dapat dijimpit. Pada usia 6 7 bulan
bayi sudah dapat duduk, sehingga dapat diberikan makanan dalam posisi duduk.
Pada usia 6 9 bulan bibir bayi sudah dapat mengatup rapat pada cangkir,
sehingga dapat dilatih minum memakai cangkir atau gelas yang dipegang oleh
orang lain.17,18
Pada saat bayi berusia 6 bulan, umumnya kebutuhan nutrisi tidak lagi
terpenuhi oleh ASI semata khususnya energi, protein, dan beberapa mikronutrien
terutama zat besi (Fe), Seng (Zn), dan Vitamin A. 4,8 Dari usia 6 bulan, kebutuhan
bayi tidak dapat terpenuhi hanya dengan ASI, sehingga bayi memasuki periode
kritis atau vulnerable period, dimana bayi mengalami masa transisi dengan
mengenal makanan keluarga. Insiden malnutrisi meningkat secara tajam selama
periode 6-18 bulan di hampir seluruh negara.19
Pemberian MP ASI yang tidak tepat waktu, terlalu dini diberikan (kurang
dari 4 bulan) ataupun terlambat ( sesudah usia 7 bulan) dapat mengakibatkan halhal ynag merugikan seperti tampak pada tabel dibawah ini : 4
Tabel 2 : Kerugian pemberian MP ASI berdasarkan waktu
Terlalu dini (< 4 bulan)

Terlambat ( > 7 bulan )

11

Resiko diare, dehidrasi

Potensial

untuk

terjadinya

gagal

tumbuh

Produksi ASI menurun

Defisiensi zat besi

Sensitisasi alergi

Gangguan tumbuh kembang

Gangguan tumbuh kembang

Sumber : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik Jilid 1. IDAI 2011
Pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini ataupun terlambat dapat
menyebabkan malnutrisi. Pemberian makanan tambahan sebelum usia 6 bulan
dapat menyebabkan displacement of breastmilk dan meningkatkan resiko
infeksi seperti diare, yang nantinya dapat menyebabkan penurunan berat badan
dan malnutrisi.20
2.7 Makanan Yang Sebaiknya Diberikan Kepada Bayi Sebagai MP-ASI 4
Mengingat nutrien yang paling tidak terpenuhi kebutuhannya setelah usia
6 bulan adalah zat besi (Fe), maka pilihan utama adalah memberikan makanan
yang kaya akan zat besi. Selain itu makanan padat pertama yang terbaik adalah
yang terbuat dari beras karena beras merupakan bahan makanan yang paling
hipoalergenik, sehingga kemungkinan terjadinya reaksi simpang paling kurang.
Gandum dan campuran serealia lainnya yang mengandung gluten sebaiknya
ditnda hingga usia 8 bulan untuk menghindari timbulnya reaksi alergi dan
masalah pencernaan. Putih telur dapat diberikan sebelum bayi berusia 1 tahun
karena tidak cukup bukti bahwa penundaan pemberian telur di atas usia 1 tahun
dapat menghindarkan reaksi alergi. Kuning telur dan daging dapat dimulai
diberikan pada usia 8 bulan, bahkan ada yang menganjurkan daging diberikan
lebih awal karena merupakan sumber zat besi yang baik
Tabel 3. Bahan makanan sumber zat besi
Besi heme
Hati sapi/ ayam
Daging sapi/ daging merah lainnya

Besi non-heme
Sayuran hijau (brokoli, bayam, sawi
hijau, asparagus )
Kacang-kacangan

12

(Kacang

koro,

Daging unggas, bagian yang berwarna kedelai, kacang ijo )


gelap

Biji-bijian (almond)

Tuna

Buah yang dikeringkan (apel, apricot,

Ikan Cod

prune)

Udang
Tiram
Kuning telur
Sumber : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik Jilid 1. IDAI 2011
2.8 Cara Memperkenalkan Makanan Pada Bayi 4
Pengenalan jenis, tekstur, dan konsisten makanan harus secara bertahap, demikian
pula dengan frekuensi dan jumlah makanan yang diberikan. Berikut ini, beberapa
hal penting yang berkaitan dengan hal tersebut
-

Tes Makanan pertama kali: bubur tepung beras yang diperkaya zat besi
merupakan makanan yang dianjurkan sebagai makanan pertama yang
diberikan kepada bayi. Dapat ditambahkan ASI atau susu formula yang

biasa diminumnya setelah bubur dimasak.


Sebaiknya diberikan mulai 1-2 sendok teh saja dulu, sesudah bayi minum
sejumlah ASI atau formula, kecuali bila selalu menolak maka diberikan
sebelumnya. Selanjutnya jumlah makanan ditambah bertahap sampai
jumlah yang sesuai atau yang dapat dihabiskan bayi .

2.9 Panduan Dasar Pemberian Makan1


1. Urutan pemberian :
- Menurut American Association of Pediatric (AAP) tidak ada urutan
khusus dalam pengenalan jenis bahan makanan yang diberikan kepada
-

bayi.
Yakini makanan tersebut aman, bergizi dengan tekstur yang sesuai

kemampuan bayi.
2. Tekstur dan konsistensi :

13

Dimulai dengan tekstur yang lembut/ halus dan konsistensi masih agak
encer, selanjutnya secara bertahap tekstur dan konsistensinya ditingkatkan

menjadi makin kental sampai padat dan kasar


3. Jumlah :
- Mulai dengan jumlah sedikit (1-2 sendok teh) pada saat pengenalan jenis
makanan
- Bertahap ditingkatkan sampai jumlah yang sesuai usia
4. Jarak waktu antara pemberian makanan baru
2.10 Pemberian Makanan harus dilakukan secara Responsive Feeding 4
Pemberian makan bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan zat gizi.
Saat makan juga merupakan periode pembelajaran dan pemberian kasih sayang,
berbicara dan kontak mata selama memberi makan akan dirasakan sebagai
suasana yang menyenangkan bagi anak.(4) WHO menyatakan bahwa penerapan
prinsip responsive feeding sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang
akan diberikan pada bayi.21
Responsive feeding

adalah perilaku pemberian dengan menerapkan

prinsip asuhan psikososial, antara lain:21,22,23


1. Beri makan secara langsung dan dampingi anak sewaktu makan,
ibu/pengasuh harus peka terhadap tanda lapar dan kenyang yang
ditunjukkan anak.
Tabel 5. Tanda Bayi Lapar atau Kenyang
Lapar
Riang/

antusias

sewatu

Kenyang
didudukkan Memalingkan muka, atau menutup mulut

dikursi makannya

ketika melihat sendok berisi makanan

Gerakan mengisap atau mengecapkan

Menutup mulut dengan tangannya

bibir

Rewel atau menangis karena terus diberi

Membuka mulut ketika melihat sendok


atau makanan

makan
Tertidur

Memasukkan tangan ke dalam mulut


Menangis atau rewel karena ingin makan

14

Mencondongkan tubuh ke arah makanan


atau berusaha menjangkaunya

Sumber : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik Jilid 1. IDAI 2011
2. Untuk membantu anak memahami rasa lapar, buatlah jadwal makan secara
teratur. Jangan memberikan snack, jus, atau susu 3-4 jam sebelum jam
makan.
3. Beri makan dengan sabar, dorong anak untuk makan, bukan dengan
paksaan. Bicaralah sewaktu pemberian makan, pelihara kontak mata.
4. Hindari atau sedikit mungkin adanya distraktor (hal-hal yang dapat
mengalihkan perhatian) selama pemberian makan seperti menonton TV,
memberikan mainan
5. Bila anak menolak makan, cobalah dengan makanan lain yang berbeda
tekstur dan rasanya
6. Makan tidak boleh lebih dari 30 menit, walaupun saat itu asupan porsi
makan mereka sangat sedikit. Anak-anak akan menambah porsi makan
mereka dengan sendirinya di waktu yang akan datang
7. Sediakan porsi kecil dan biarkan anak menambahkan beberapa kali apabila
mereka menginginkan. Hal ini akan membuat anak tertarik dalam proses
makan dan mencegah mereka menjadi bosan atau merasa kenyang terlebih
dahulu dengan melihat begitu banyak makanan di dalam piring mereka.
2.11 Jenis MP-ASI
2.11.1 MP-ASI lokal 1
MP-ASI lokal adalah MP-ASI yang diolah di rumah tangga atau di Posyandu,
terbuat dari bahan makanan yang tersedia setempat, mudah diperoleh dengan
harga terjangkau oleh masyarakat, dan memerlukan pengolahan sebelum
dikonsumsi sasaran.
2.11.1.1 Pemberian MP-ASI Lokal 1
Pemberian MP-ASI Lokal dilakukan dengan proses, yaitu :
a. Diberikan sebulan sekali pada hari pelaksanaan posyandu :
1. MP-ASI lokal dibuat di posyandu sebulan sekali oleh ibu sasaran dibantu
kader posyandu.
2. Bahan makanan diperoleh dari kader posyandu
3. Kader memberikan penyuluhan kepada peserta posyandu

15

4.

Bidan di desa memantau pelaksanaan

5.

Apabila seluruh bayi dan anak usia 6-24 bulan yang hadir di Posyandu
akan diberikan MP-ASI.

b. Diberikan seminggu sekali dalam kelompok sasaran :


Dalam 1 (satu) bulan kegiatan kelompok dilakukan sebanyak 3 kali, karena 1 kali
telah dilaksanakan pada hari pelaksanaan posyandu.
1. MP-ASI lokal dibuat oleh ibu secara berkelompok
2. MP-ASI lokal dibagikan kepada masing-masing sasaran
3.

Kader memberikan penyuluhan

4.

Bidan di desa memantau pelaksanaan

Pemberian MP-ASI dalam kelompok dimaksudkan sebagai proses pembelajaran


tentang MP-ASI dan sekaligus sebagai sarana komunikasi antaribu sasaran.
c. Diberikan setiap hari di rumah masing-masing yaitu :
1. MP-ASI lokal dibuat oleh ibu di rumah masing-masing
2. Ibu memperoleh bahan makanan dari kader atau dana pembeli bahan
makanan dari kader.
3.

Kader dan Bidan di desa melakukan pemantauan. Pemberian MP-ASI di


rumah

tangga

dimaksudkan

sebagai

upaya

untuk

meningkatkan

keterampilan dan kesinambungan pemberian MP-ASI secara mandiri.


Ketiga proses pemberian MP-ASI merupakan satu kesatuan yang harus
dilaksanakan. Apabila diperlukan untuk meningkatkan efisiensi, maka frekuensi
pemberian MP-ASI lokal dalam kelompok dan di rumah tangga dapat disesuaikan
dengan situasi dan kondisi daerah setempat
Beberapa persyaratan pembuatan MP-ASI di bawah ini yang perlu diperhatikan :
1. Bahan makanan mudah diperoleh
2. Mudah diolah
3. Harga terjangkau
4. Dapat diterima sasaran dengan baik
5. Kandungan zat gizi memenuhi kecukupan gizi sasaran
6. Mutu protein dapat memacu pertumbuhan fisik ( Protein Eficiency
Ratio/PER lebih besar atau sama dengan 70% mutu casein, setara dengan
> 1,75 )

16

7. Jenis MP-ASI disesuaikan dengan umur sasaran


8. Bebas dari kuman penyakit, pengawet, pewarna, dan racun
9.

Memenuhi nilai sosial, ekonomi, budaya, dan agama

Selain itu beberapa zat gizi yang yang terkait erat dengan tumbuh kembang anak
yang perlu diperhatikan antara lain:

Kepadatan Energi/Densitas

Tidak kurang dari 0,8 Kal per gram

Protein

Tidak kurang dari 2 gr per seratus


Kalori

Tidak lebih dari 5.5 gr per seratus Kal

Mutu protein tidak kurang dari 70%


Kasein standar

Range antara 1,5 gr 4,5 gr per seratus


Kal

Lemak

Sumber : Departemen Kesehatan RI. 2006


2.11.2 MP-ASI Pabrikan1
MP-ASI Pabrikan adalah MP-ASI yang diolah di pabrik makanan, terbuat dari
bahan makanan yang sudah diolah sedemikian rupa dengan berbagai komposisi.

17

RINGKASAN
Makanan Pendamping ASI/ MP-ASI adalah makanan atau minuman selain
ASI yang mengandung nutrient yang diberikan kepada bayi selama periode
pemberian makanan peralihan (complementary feeding) yaitu pada saat makanan/
minuman lain diberikan bersama pemberian ASI. Periode peralihan dari ASI
eksklusif ke makanan keluarga dikenal pula sebagai masa penyapihan (weaning)
yang merupakan suatu proses dimulainya pemberian makanan khusus selain ASI
secara bertahap jenis, jumlah, frekuensi maupun tekstur dan konsistensinya
sampai seluruh kebutuhan nutrisi anak dipenuhi oleh makanan keluarga.
Pengenalan jenis, tekstur, dan konsisten makanan harus secara bertahap,
demikian pula dengan frekuensi dan jumlah makanan yang diberikan. Alasan
pemberian MP ASI:
a. Kebutuhan anak semakin meningkat seiring bertambahnya usia sehingga
pemenuhan nutrisi tidak dapat dilakukan dengan pemberian ASI saja
b. Pemberian makanan pendamping ASI dapat menstimulasi perkembangan anak
sesuai umurnya.
Pemberian MP ASI akan memberikan manfaat optimal bila diberikan pada
usia yang tepat pada anak. Di Indonesia, pemberian MP ASI dimulai saat anak
berusia 6 bulan. Hal ini sesuai dengan rekomendasi WHO. Prinsip pemberian MP
ASI dengan memberikan ASI ekslusif sejak lahir hingga usia 6 bulan (180 hari),
sementara ASI on demand dilanjutkan hingga usia 2 tahun. Syarat pemberian MP
ASI itu adalah timely, adequate, safe, dan properly dengan menggunakan metode
responsive feeding.
Dalam menentukan waktu pemberian MP ASI, harus dipertimbangkan:
kesiapan dan kematangan saluran cerna, perkembangan keterampilan oromotor,

18

dan kebutuhan nutrisi selain ASI termasuk mempertimbangkan variasi rasa dan
teksturnya. MP ASI dapat diberikan dalam bentuk makanan olahan rumah tangga
maupun pabrik dengan memperhatikan komposisi dan nilai gizi yang sesuai
dengan kebutuhan anak sesuai dengan usianya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman umum pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI)
lokal. Departemen Kesehatan RI. 2006.
2. Ahmed T, Hossain M, Sanin KI. Global burden of maternal and child
undernutrition and micronutrient deficiencies. Ann Nutr Metab. 2012;6(1):8
17.
3. Atmawikarta A. Pengaruh pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI) formula tempe terhadap diare, aktivitas fisik, dan pertumbuhan bayi
status gizi baik usia 6-12 bulan di Bogor Jawa Barat. Gizi Indon. 2007;
30(2):73-97.
4. Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Buku ajar nutrisi pediatrik dan
penyakit metabolik. IDAI. 2011. h.117-125.
5. More J, Jenkins Catherine, King C, Shaw V. Weaning infants onto solid foods.
April. 2010.
6. Europeran Food Safety Authority. Scientific opinion on the appropriate age for
introduction of complementary feeding of infants. EFSA Journal. 2009
7(12):1423.
7. H. Brown, Kenneth. Complementary feeding in developing countries: factors
affecting energy intake. Proceedings of The Nutrition Society. 2006;56:139148.
8. Santika O, Fahmida U, Ferguson EL. Development of food based
complementary feeding recommendations for 9-to 11- month- old periurban
indonesian infant using linear programming. The Journal of Nutrition
2009;139:135-41.
9. Reilly JJ, Wells JC. Duration of exclusive breast-feeding: introduction of
complementary feeding may be necessary before 6 months of age. British
Journal of Nutrition. 2006;94:869872.

19

10. Symon B, Bammann M. Feeding in the first year of life: emerging benefit of
introducing complementary solids from 4 months. Australian Family
Physician. 2012 Apr;41(4):226-9.
11. Nix S. Williams basic & nutrition diet therapy. 13th Edition. Missouri: 2009.
12. Pedoman pemberian makanan pendamping ASI. Departemen Kesehatan RI.
2006.
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 33 tahun 2012 tentang
pemberian air susu eksklusif.
14. Dewey KG., Adu A. Systematic review of the efficacy and effectiveness of
complementary feeding intervention in developing countries in maternal and
child nutrition. Blackwell Publishing. 2008.
15. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbook of
pediatric. 18th Ed. Chapter 42 The Feeding of Infants and Children.
Saunders, Elsevier. 2007
16. Strategi peningkatan makanan bayi dan anak. Kementerian Kesehatan RI.
2010.
17. Complementary food, in focus: complementary food at the 65th world Health
assembly. International Food Manufactured. 2012.
18. Soepardi S, Winda F. Pemberian makanan pendamping ASI pada bayi yang
berkunjung ke Unit Pediatri Rawat Jalan. Sari Pediatri. Maret 2007;8(4):27075.
19. Narendra, Moersintowati B. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi
Pertama. IDAI. Jakarta: 2007. h.27.
20. Complementary feeding, report of the global consultation summary of guiding
principles. WHO. 2006.
21. Feeding the non-breastfed child 6-24 months of Aae. WHO/FCH/CAH.
Geneva. 2008.
22. Cameron SL, Heath ALM, Taylor RW. How feasible is baby-led weaning as
an approach to infant feeding? a review of the evidence. Nutrients
2012;4:1575-1609.
23. Rao S, Swathi PM, Unnikrishnan B, Hedge A. Study of complementary
feeding practices among mothers of children aged six months to two years-a
study from coastal south India. in Australas Med J. 2011;4(5):252-7.
24. PAHO. Guiding principles for complementary feeding of the breastfed child.
WHO. 2007.

20

Lampiran

21

22

Anda mungkin juga menyukai