Anda di halaman 1dari 22

ANATOMI DAN FISIOLOGI KORPUS

VITREUS

A.PENDAHULUAN
Korpus vitreous menempati sekitar 80% dari volume bola mata yaitu sekitar 4 ml dengan
berat 4 g dan berat jenis 1,0053-1,0089. Pada bagian anterior korpus vitreus berbatasan dengan
korpus ciliaris, zonula,dan lensa,sedangkan pada bagian posterior berbatasan dengan retina.
Korpus vitreus memiliki beberapa fungsi fisiologis, namun sebagai dasar untuk memahami
fisiologi dan patofisiologi dari korpus vitreus tersebut kita harus memahami anatomi, biokimiawi
dan biofisika dari korpus vitreus.1,2,3,4
Pemeriksaan dari korpus vitreus baik struktur maupun fungsinya dihambat oleh dua hal
yang sangat mendasar sehingga menyulitkan untuk memahami fisiologi dan patofisiologi dari
korpus vitreus tersebut. Yang pertama, adanya kesukaran dalam memvisualisasikan morfologi
dari korpus vitreus mengingat strukturnya yang invisible. Yang kedua, berbagai tehnik yang telah
dicoba untuk menggambarkan struktur dari korpus vitreus yang dikombinasi dengan berbagai
artifact ternyata memberikan interpretasi yang sulit untuk dibuktikan kebenarannya secara
invivo.1
Dalam sari pustaka ini akan dibahas lebih lanjut mengenai embriologi, anatomi, dan
fisiologi dari korpus vitreus.
B. EMBRIOLOGI KORPUS VITREUS
B.1. Perkembangan struktural

Mata berkembang dari tiga lapisan embrional primitif yaitu:ectoderm permukaan, termasuk
derivatnya yaitu krista neuralis,ektoderm neuralis dan mesoderm. Korpus vitreus dalam hal ini
berasal dari krista neuralis ektoderm. Korpus vitreus mulai terbentuk antara minggu ketiga dan
minggu ke enam masa gestasi, ruangan antara vesikel lensa dan lapisan dalam dari mangkuk
optik akan diisi dengan fibril, sel mesenkim dan jaringan vaskular dari sistem hialoid.5
Adapun tahap-tahap perkembangan embriologi dari korpus vitreus dibagi sebagai berikut:
1.Tahap pertama
Vitreus primer ( tahap 4,5-13 mm atau 3-6 minggu). Sekitar tahap 4,5 mm, sel- sel
mesenkim dan fibroblast yang berasal dari mesenkim pada tepian mangkuk optik akan
berhubungan dengan vaskuler hialoid dan bersama-sama dengan sebagian kecil dari lensa
embrional dan lapisan dalam vesikel optik akan membentuk serabut-serabut vitreus dari vitreus
primer. Akhirnya vitreus primer terletak tepat dibelakang kutub posterior lensa bersama-sama
sisa-sisa pembuluh hialoid (kanal Cloquet). Kanal Cloquet berbentuk S berjalan dari suatu titik
nasal posterior pole dari lensa (Mittendorf dot) menuju ke pinggir papil nervus optik.4 ,5

Gambar 1 Perkembangan embriologi korpus vitreus tahap pertama 2,4

2. Tahap kedua
Vitreus sekunder ( tahap 13-65 mm atau 6-10 minggu). Serabut-serabut dan sel-sel
(hialosit) dari vitreus sekunder diduga berasal dari vitreus primer vaskuler. Pada bagian anterior,
perlekatan vitreus sekunder yang erat pada membrane limitans interna retina merupakan tahaptahap awal pembentukan vitreus base. Sistem hialoid mengembangkan satu set pembuluhpembuluh vitreus, selain adanya pembuluh-pembuluh pada permukaan kapsula lentis (tunika
vasculosa lentis). Sistem hialoid paling berkembang pada tahap 40 mm dan kemudian beratrofi
dari posterior ke anterior.4,5

Gambar 2 perkembangan embriologi korpus vitreus tahap kedua 2


3.Tahap ketiga
Vitreus tersier (tahap 65mm atau 10 minggu keatas). Selama bulan ketiga,

terbentuk

berkas-berkas marginal dari Drualt. Ini terdiri dari kondensasi fibrilar vitreus yang merupakan
penjuluran bakal epitel siliaris dari mangkok optik ke equator lensa. Kondensasi itu kemudian

membentuk ligamentum suspensorium dari lensa, yang telah berkembang baik pada tahap 100
mm atau 4 bulan. Sistem hialoid berartrofi seluruhnya selama tahap ini.

4,5

Selama masa kanak-kanak korpus vitreus berkembang secara significant. Panjang dari korpus
vitreus pada mata bayi baru lahir adalah sekitar 10,5 mm, dan pada umur 13 tahun panjang dari
vitreus meningkat menjadi 16,1 mm dan pada orang dewasa panjang korpus vitreus 16,5 mm1,2

Gambar 3 perkembangan embriologi korpus vitreus tahap ketiga 2


B.2. Perkembangan molekular dan selular
Ada dua komponen utama dari vitreus yaitu kolagen dan hyaluronic acid, yang
dihasilkan pada tahap perkembangan primer dan sekunder korpus vitreus. Pada perkembangan
vitreus primer pada awal produksinya akan dihasilkan suatu substansi selain hyaluronic acid,
seperti galactosaminoglicans, yang kemudian pada tahap selanjutnya hyaluronic acid menggeser
dan menjadi predominan.1,2,4,6,7
Pada vitreus primer mengandung sel-sel yang dapat berdiferensiasi pada vitreus sekunder
menjadi suatu hialosit dan fibroblast. Hialosit di temukan pada cortex vitreus, sekitar 20 m
sampai 50 m dari internal limiting membrane (ILM), dengan densitas paling tinggi pada vitreus
base dan posterior pole.

Hialosit berbentuk kumparan dan berdiameter 10 sampai 15m,

memiliki nukleus berlobus, badan golgi yang berkembang baik, reticulum endoplasma halus dan

kasar, lisosom dan fagosom. Menurut Balazs hialosit berlokasi pada daerah dengan konsentrasi
hyaluronic acid yang tinggi dan diperkirakan sel ini bertanggung jawab dalam pruduksi
hyaluronic acid yang merupakan glikosaminoglikans.1,8,9
Meskipun fungsi dari fibroblast belum diketahui dengan pasti, tapi diduga terlibat dalam
pembentukan kolagen selain

retina yang juga diduga merupakan sumber

sintesis kolagen. 1

Gambar 4 Hialosit1

C. ANATOMI CORPUS

VITREUS

C.1.Anatomi dari korpus vitreus matur


Korpus vitreus adalah suatu struktur tidak berwarna, merupakan gel transparan yang mengisi
suatu kavitas yang disebut kavitas vitreus. Korpus vitreus mempunyai bentuk hampir spheris,
kecuali bagian anterior yang mempunyai bentuk konkaf karena adanya lensa kristalina. Korpus
vitreus merupakan gel transparan, tapi transparannya tidak homogenous. Korpus vitreus dibagi
dalam dua bagian yaitu Bagian paling luar dari korpus vitreus (atau Hyaloid), disebut kortex
yang dibagi dalam kortex anterior dan kortex posterior dan bagian dalam yang disebut
nukleus.1,4,10
Kortex vitreus
Kortex vitreus berbatasan dengan retina pada bagian posterior dan mempunyai Densitas
fibril kolagen lebih besar pada bagian perifer. Kondensasi dari fibril kolagen ini akan membentuk
suatu membrane anatomik palsu yang disebut membrane hyaloids anterior (terletak pada anterior
dari ora serrata) dan membrane hyaloids posterior (terletak pada bagian posterior dari ora

serrata). Pada daerah antara vitreus anterior dan kapsul lensa posterior terdapat suatu daerah yang
disebut Bergers space atau disebut juga ruang retrolental erggelet. Perlekatan kuat antara
membrane hyaloid anterior dengan kapsula lensa posterior membentuk suatu ligament yang
disebut Weigerts ligament atau juga dikenal sebagai Eggers line (hyaloideo-capsular ligament).
Suatu ruangan didaerah prepapilary yang terdapat pada bagian posterior korpus vitreus,dekat
permukaan diskus optik disebut Mortegiani space.1,10
Suatu bagian dari vitreous sekitar 2 sampai 3 mm anterior dari ora serrata, dimana tempat
ini merupakan tempat perlekatan paling kuat dari vitreus dan memiliki ketebalan bebarapa
millimeter. Daerah ini disebut Vitreus base. Vitreous base ini juga disusun oleh fibril kolagen
yang padat.1,10
Korpus Vitreus utama (Nukleus)
Nukleus merupakan bagian dari korpus vitreus yang kepadatan densitasnya kurang (tidak
sepadat kortex) sehingga membentuk struktur gel yang disebut sebagai true biological gel.
Hyaloid canal yang berjalan dari discus optic (area Martegiani) ke posterior pole dari lensa
dapat dilihat pada nukleus korpus vitreus . Disekitar area Martegiani, lebar kanal sekitar 1-2
mm dan diarea fossa patellaris yaitu sekitar 4-5 mm. Pada fetus dibelakang dari Cloquets canal
berjalan arteri hyaloids, dan arteri ini akan menghilang 6 minggu sebelum lahir dan hyaloids
canal terisi oleh cairan.1

Neurovascularisasi
Korpus vitreus tidak memiliki pembuluh darah dan serabut saraf, sehingga meskipun
pathogen telah berlangsung multipel, tidak akan mengganggu untuk waktu yang relatif lama
sebelum akhirnya muncul suatu respon immune dari struktur didekatnya.11

Gambar 5 anatomi korpus vitreus11

Gambar 6 Skematik korpus vitreus bagian anterior

Keterangan gambar :
OP = Orbiculo Posterior capsular fibers, OS = Ora Serata, OA = Orbiculo-anterior
capsular fibers, CP = Cilio-posterior capsular fibers, CA = Cilio-equatorial capsular
fibers, V = Vitreus, W = Hyaloidea - capsular ligament of Wieger, P = Canal of Petit, H =
Canal of Hannover.

C.2.Vitreoretinal interface
Vitreoretinal interface dapat diamati secara tegas dengan menggunakan mikroskop electron,
yang merupakan bagian paling luar dari kortex vitreus (posterior hyaloid),yang terdiri dari fibril
berbentuk jangkar dari vitreus dan Inner Limitan Membrane (ILM) retina. ILM dari retina
merupakan suatu struktur yang mempunyai tebal 1 sampai 3 m, merupakan suatu membran
basement yang mana satu sisi melekat pada muller cell (footplates dari permukaan dalam retina)
dan pada sisi yang lain melekat pada korteks vitreus. Komponen yang telah diidentifikasi pada
ILM ini adalah kolagen tipe IV, kolagen tipe XVIII, laminin, nidogen-1,agrin,perlecan dan
proteoglycans.1,7
Kortex vitreus melekat dengan kuat pada ILM didaerah vitreous base, sekitar discus optic,
dibelakang lensa kristalina yaitu pada ligamentum hyloidocapsular dari Wiegerts dan daerah
sekitar foveola dengan diameter sekitar 500 m. Bila kondisi tidak normal,pada daerah
vitreoretinal interface dapat ditemukan ikatan antara fibrils kolagen dari kortex korpus vitreus
dan ILM akan melonggar.1,9

D.ULTRASTRUKTURAL DAN ASPEK BIOKIMIAWI


Korpus vitreus mengandung lebih dari 99% air, dan sisanya disusun oleh zat padat solid
sehingga bentuknya menyerupai gel seperti yang telah disebutkan diatas. Untuk menjaga
stabilitas dari gel ini keseimbangan dari air dan zat padat harus terjaga. Struktur gel dihasilkan
dari susunan yang panjang, tebal, dan tidak bercabang dari fibril kolagen. Fibril kolagen
digantung pada suatu jaringan dari hyluronic acid, yang berguna untuk menjaga stabilitas
struktur gel dan penyesuaian bentuk fibril kolagen.1
Fibril kolagen pada vitreus berukuran tipis, dengan diameter sekitar 10 sampai 20 nm.
Fibril kolagen yang paling banyak menyusun vitreus adalah kolagen tipe II. Kolagen ini tersusun
dari tiga -chains yang identik yang membentuk suatu triple helix. Tipe kolagen lain yang juga
ditemukan pada vitreus adalah kolagen tipe IX yang berfungsi sebagai jembatan yang mengikat
fibril kolagen tipe II. Pada daerah kortex vitreus mempunyai lebih banyak kolagen dari pada
nukleus vitreus.1
Tipe kolagen lain yang bersifat hybrid yang ditemukan pada vitreus yaitu kolagen tipe V/XI
yang mengisi sepuluh persen dari vitreus dan dipercaya sebagai inti dari kolagen-kolagen utama
dalam vitreus. Tipe kolagen ini merupakan heterotrimer. Kolagen ini akan berinteraksi dengan
kolagen tipe II membentuk fibril kolagen.1,7
Hyaluronic acid adalah glycosaminoglycan utama yang ditemukan dalam korpus vitreus ,
dengan berat molekul 3 sampai 4,5 X 10

. Hyaluronic acid yang menyusun korpus vitreus

dibagi dalam dua bagian yaitu nonhydrated hyaluronic acid dan hydrated hyaluronic acid.
Nonhydrated hyaluronic acid memiliki volume sekitar 0,66 cm 3/g dan hydrated hyaluronic acid
volumenya sekitar 2000 sampai 3000 cm3/g

Gambar 7 hubungan antara hyaluronic dengan fibril kolagen2


Fibril kolagen
hyaluronic

acid

jembatan

akan
paling

berhubungan

dengan

banyak

melalui

glucoprotein.

viskoelastic

Propertie

dari

vitreus gel tidak dihasilkan

molekul

tersebut secara sendiri, tapi

interaksi

keduanya yang mana fibril

kolagen memberikan

resistensi terhadap tekanan dan

kekenyalan

pada

korpus vitreus dan hyaluronic

menahan

tekanan dan memberikan sifat

dari

dua

melalui

acid

viskoelastik. 1

Gambar 8 Interaksi kolagen-HA Korpus Vitreus1

Secara kimiawi disamping kolagen dan hyaluronan dalam vitreus juga ditemukan strukturstruktur yang bersifat non-kolagen seperti fibrillin, opticin, asam amino dan soluble protein, Vit 1
dan asam askorbat yang kesemuanya diduga menyokong stabilitas dari vitreus.1,7
Pada korpus vitreus juga ditemukan substansi organik dan inorganik yang larut dalam air
yang didapatkan pada kelinci percobaan. Terdapat perbedaan jumlah substansi tersebut antara
plasma dan korpus vitreus yang terjadi karena perbedaan gradient antara plasma dan vitreus.
Gradient ini dihasilkan dari beberapa mekanisme yaitu : adanya blood ocular barrier,
metabolisme retina dan badan ciliaris, dan proses difusi dari korpus vitreus.1

Tabel 1 Perbandingan konsentrasi substansi plasma dan


vitreus mata kelinci (mmol/kg H2O) 1

Vitreus
Plasma
Vitreus
Plasma

SUBSTANSI INORGANIK
Na
K
Ca
Mg
Cl
134
9,5
5,4
2,3
105
143
5,6
9,9
2,2
97
SUBSTANSI ORGANIK
Ascorbate
Glukose
0,46
3,0
0,04
5,7

P
2
0,4

Ph
7,29
7,41

Lactate
12,0
10,3

E.SUMBER KOLAGEN VITREUS


Dengan menggunakan suatu hybridisasi in situ, beberapa laboratorium telah melakukan
penelitian terhadap mRNA expression dari kolagen vitreus tipe II dan tipe IX pada
perkembangan mata. Linsenmayer dkk, menemukan bahwa pada mata embrio ayam, terlihat
bahwa mRNA kolagen tipe II terekspresi seluruhnya pada lapisan dalam optic cup dari embrio
3,5 5 hari dan mRNA kolagen tipe IX (COL9A1) terekspresi predominan pada pinggir anterior

optic cup berbatasan dengan lensa. Daerah ini merupakan regio bakal korpus siliaris. Setelah 7
hari mRNA kolagen tipe II yang telah terekspresi akan terlokalisasi pada bakal korpus siliaris
dan setelah 13-15 hari, dimana korpus siliaris mulai terbentuk, mRNA dari kolagen tipe II dan
tipe IX yang telah terekspresi hanya akan terlihat pada region tersebut. Pada mata anak ayam,
mRNA kolagen tipe II dan IX juga terekspresi pada stroma kornea primer.7
Hal yang serupa juga ditemukan oleh Dhawan dan Beebe, menemukan bahwa paling banyak
ekspresi COL9A1 selama perkembangan embrio ayam berlokasi pada pinggir anterior optic cup.
Bagaimanapun, disini perlu dicatat bahwa ekspresi COL9A1 juga ditemukan pada optic cup
sebelum 2,5 hari (stage 15 mm) dan kemudian ditemukan dalam level rendah pada retina selama
perkembangan mata.7
Pada suatu penelitian beberapa tahun lalu, untuk mempelajari ekspresi dari kolagen tipe II
dan tiga gen yang merupakan encoding dari kolagen tipe IX (COL9A1, COL9A2,COL9A3) pada
embrio tikus 17,5 hari dan mata tikus dewasa. Dalam penelitian tersebut didapatkan bahwa
ekspresi dari mRNA kolagen tipe IX predominan berlokasi pada region korpus siliaris. Pada
mata tikus dewasa ekspresi ini terutama pada epitel ciliaris non-pigment, meskipun levelnya
lebih rendah dari yang ditemukan pada korpus siliaris embrio.7
Thut dkk juga mendemonstrasikan adanya ekspression COL9A1 secara eksklusive pada
korpus siliaris embrio tikus yang berumur 14,5 hari sampai pada tikus yang berumur 2 hari tapi
tidak ada studi tentang tikus dewasa Dari penelitian ini disimpulkan bahwa nampaknya korpus
siliris dan epitel ciliaris non pigment, merupakan sumber utama kolagen vitreus.7

Tabel 2 Tipe kolagen , Chains dan Encode Chains yang


menyusun Fibril kolagen Korpus Vitreus7
-Chains yang mengikat
KOLAGEN
TIPE II
TIPE IX

TIPE V/XI

KOLAGEN MONOMER
(1) II

ENCODE -Chains
COL2A1

(1)IX

COL9A1

(2)IX

COL9A2

(3)IX

COL9A3

(1)XI

COL11A1

(2)V

COL5A2

F. FISIOLOGI KORPUS VITREUS


F.1. Fungsi Korpus Vitreus
Fungsi dari korpus vitreus dapat dibagi dalam 5 group utama : 1,12
1.
2.
3.
4.
5.

Membantu fungsi dari retina dan meningkatkan fungsi dari kavitas korpus vitreus.
Sebagai barrier difusi antara segment anterior dan segment posterior bola mata
Berfungsi sebagai buffer metabolic
Menstabilkan perjalanan cahaya (Media refrakta)
Konsumsi dan distribusi dari molekul oksigen

1.Membantu fungsi dari retina dan meningkatkan fungsi dari kavitas korpus vitreus

Pada suatu kondisi normal, korpus vitreus yang intak dapat memproteksi retina dari
berbagai gangguan. Suatu korpus vitreus yang intak yang mana mengisi bagian dalam kavitas
korpus vitreus dapat menahan atau mencegah meluasnya suatu retinal detachment. Diduga
bahwa korpus vitreus dapat juga menyerap kekuatan eksternal yang mengenai bola mata dan
juga mengurangi kerusakan mekanik terhadap bola mata, misalnya saat terjadi trauma. Korpus
vitreus yang intak juga dapat membantu lensa selama trauma terhadap kerusakan yang lebih
parah. Namun demikian mekanisme ini belum sepenuhnya benar, karena ternyata didapatkan
bahwa vitreus yang telah digerakkan melalui vitrektomi ternyata masih berfungsi normal dan
tidak terjadi retinal detachment.1,7
2.Sebagai barier antara segment anterior dan posterior bola mata
Pemahaman bahwa korpus vitreus adalah berbentuk gel memberikan dugaan bahwa korpus
vitreus adalah merupakan barier untuk pergerakan paling besar antara substansi-substansi
segment posterior dan anterior dari mata.1
Substansi yang berasal dari segment anterior pada mata akan sangat sukar untuk mencapai
konsentrasi tinggi pada bagian posterior mata ketika korpus vitreus masih intak sebab difusi
melalui korpus vitreus lambat dan pergerakan alirannya terbatas oleh strukturnya yang berbentuk
gel. Suatu vitreus yang intak juga mencegah pemberian obat topikal untuk mencapai retina dan
nervus optik dengan konsentrasi yang significant. Pemberian antibiotik dari aliran darah ke pusat
korpus vitreus juga dihalangi oleh vitreus normal.

3.Berfungsi sebagai buffer metabolic

Pada suatu kondisi normal, ILM dan kortex posterior tidak berfungsi sebagai barier untuk
molekul yang berukuran kecil. Karena hubungan anatomi yang rapat dari retina dan korpus
siliaris, maka korpus vitreus dapat berfungsi sebagai suatu buffer metabolik dan pada tahap
tertentu dapat merupakan reservoir dari metabolisme korpus siliaris dan terutama retina. Karena
adanya blood retinal barier, maka water soluble substance yang berlokasi pada retina dapat
dengan mudah memasuki korpus vitreus daripada ke aliran darah jika transport yang melewati
barier terbatas. 1
Substansi yang ada dalam retina atau yang juga diproduksi oleh retina dapat berdifusi masuk
ke korpus vitreus. Glukosa dan glikogen pada korpus vitreus dapat merupakan supplement untuk
metabolism retina terutama dalam kondisi anoksia. Vitreus juga dapat berkontak dengan muller
cells, dengan fungsinya sebagai suatu buffer pada fungsi fisiologis dari muller cell, contohnya
dalam homeostasis potassium dari retina.1
4.Media refrakta
Fungsi fisiologis normal dari korpus vitreus sebagai media refrakta disebabkan oleh
sifatnya yang transparan, sehingga cahaya yang visible light dapat sampai ke retina. Fungsi yang
penting dari korpus vitreus adalah bagaimana ia dapat menjaga transparansinya, yang secara
primer dihasilkan oleh konsentrasi rendah dari struktur makromolekul (kurang dari 0,2% berat
per volume) dan soluble protein. Transparansi dapat juga dijaga oleh kolagen spesifik atau
konfigurasi hyaluronic acid, yang dianalogikan dengan kornea dalam menjaga transparansinya.
peranannya sebagai media refrakta memberikan indeks refraktif sekitar 1,33 yang mana hampir
sama dengan indeks refraktif humor aquous.1,3

5.Konsumsi dan distribusi molekul oksigen

Konsentrasi dari ascorbat pada vitreus manusia adalah relatif terdapat dalam konsentrasi
tinggi. Pada mata dengan gel vitreus yang intak, konsentrasi rata-rata ascorbat sekitar 2 mM.
Blood levels hanya 50 sampai 60 M. Tingginya konsentrasi ascorbat dipertahankan oleh suatu
Sodium- dependent ascorbate transporter (SLC23A2) pada lapisan pigmen epitel ciliaris.
Peranan fisiologis dari ascorbate pada vitreus manusia didapatkan dari investigasi dan spekulasi
experimental, tapi hasil yang didapat tidak dapat di jelaskan. Shui dan kawan-kawan menemukan
bahwa metabolisme molekular oksigen vitreus pada suatu ascorbate-dependent , meregulasi
tekanan oksigen intraokuler.12
Sifat gel dari vitreus dengan ukuran yang luas dan berlokasi disentral dari mata, dan dengan
adanya vaskularisasi retina memberikannya oksigenasi yang tinggi dan dengan oksigenasi yang
tinggi tersebut dapat memproteksi jaringan yang lebih sensitif terhadap oksidatif stress, seperti
lensa dan trabekular meshwork. Molekul oksigen berdifusi ke korpus vitreus dari vaskularisasi
retina akan diikat oleh ascorbat sebelum sampai ke lensa dan segment anterior. 12
Suatu hal yang tidak kalah penting, Shui dan kawan-kawan juga menemukan bahwa vitreus
gel mempunyai konsentrasi ascorbat lebih tinggi dan mengkonsumsi oksigen lebih cepat
daripada vitreus cair (misalnya pada gel vitreus yang mengalami liquefaction atau surgical
removal). Dengan demikian mempertahankan sifat gel dari korpus vitreus adalah sangat penting.
Pergerakan transvitreal dari molekul kecil seperti oksigen tergantung pada beberapa mekanisme
seperti difusi, tekanan hidrostatik, tekanan osmotik, konveksi dan transport aktif dari jaringan
sekitar.12
Barton dan kawan-kawan baru-baru ini menunjukkan bahwa difusi molekul kecil yang
melewati vitreus gel sama dengan ketika melewati suatu cairan. Perbedaan kritis antara
pergerakan oksigen pada gel dan liquid terletak pada arus konveksion dan cepatnya aliran dari

mata. Saat vitreus dalam keadaan gel statis, maka difusi oksigen dari retina ke gel vitreus
meningkat hanya pada yang dekat dengan jaringan retina, yang dapat ditunjukkan dengan
oksigen mikroelektrode pada penelitian expremental pada binatang percobaan. Bagaimanapun
saat vitreus mengalami pencairan maka oksigen dari pembuluh darah retina akan didistribusikan
ke mata oleh aliran cairan dan dapat terjadi oleh karena pergerakan mata atau kepala.12
Baik oksigen maupun ascorbat akan dipakai pada reaksi dalam korpus vitreus untuk
metabolisme bola mata. Jika transport aktif ascorbat ke dalam mata konstan, maka efek
pencampuran

oksigen

akan

menurunkan

konsentrasi

ascorbate

pada

cairan

vitreus,memperlambat konsumsi oksigen dan menyebabkan lebih banyak molekul oksigen yang
sampai ke lensa. Jika lensa kristalina diganti dengan suatu intraocular lens, maka lebih banyak
oksigen yang ditemukan pada trabecular meshwork.12
Hipothesis oksigen ini konsisten dengan adanya observasi bahwa konsentrasi ascorbate
vitreus lebih rendah dan tekanan oksigen lebih tinggi pada mata dengan pencairan vitreus atau
mata yang telah diperlakukan suatu vitrektomi. Sebagai tambahan ,bukti adanya kekonsistenan
ini didapatkan pada protektif terhadap lensa kristaline dari resiko komplikasi jangka lama post
vitrektomi OAG.1

F.2.Mekanisme molekular vitreus dikaitkan dengan pertambahan umur

Korpus vitreus diduga mengalami perubahan fisiologis sepanjang hidup dari manusia,
perubahan ini memberikan perubahan yang besar terhadap fungsinya. Suatu pola transisi dapat

terlihat pada perubahan fisiologis vitreus karena umur dan perubahan degeneratif pada vitreus
(misalnya pada retinitis pigmentosa,wagner disease).1,6
Korpus vitreus pada postnatal normal adalah gel homogen yang mengalami perkembangan
dan konstruksi biokimia. Sebagai dasar perubahan yang terjadi sejalan dengan pertambahan
umur yaitu adanya suatu disintegrasi dari struktur gel, yang biasa

disebut liquefaction atau

synchysis, terutama pada nukleus dari vitreus, yang mana didapatkan konsentrasi kolagen paling
rendah. Liquefaction dimulai pada awal dari kehidupan dan meningkat secara linear dengan
meningkatnya volume vitreus liquid dikaitkan dengan pertambahan umur. Liquefaction dimulai
biasanya pada daerah posterior pole dan menghasilkan daerah atau ruangan yang disebut
premacular bursa atau precortical vitreus pocket.1
Mekanisme yang menyebabkan terjadinya liquefaction tidak dikatahui secara pasti tapi
diduga terkait dengan adanya perubahan formasi dari kolagen. Secara nyata , berat molekul dari
korpus vitreus akan meningkat sejalan dengan pertambahan umur. Adapun mekanisme yang
dapat menyebabkan Liquefaction adalah: (a) adanya aktifitas enzymatic dan nonenzymatic yang
melewati ikatan kolagen fibers,(b) kerusakan kolagen fibers oleh aktifitas radikal bebas, dan (c)
penurunan densitas jaringan kolagen. Semua hal tersebut menurunkan stabilitas dari vitreus
gel.1,10

Proses liquefaction yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur adalah merupakan efek
kumulatif dari light exposure dan nonenzymatic glycosylation yang dianggap sebagai penyebab
terbanyak. Nonenzymatic glycosylation dapat dihasilkan dari jaringan lain yang memiliki suatu a
slow turnover dari protein seperti pada lensa.

Hyaluronic acid dan kolagen juga dapat

mengalami kerusakan oleh efek radikal bebas yang dilepaskan dari suatu photosensitizer seperti
riboflavin setelah irradiasi dengan white light.1
Dari kepustakaan ada yang berpendapat bahwa meningkatnya konsentrasi hyaluronic
acid, akan meningkatkan stabilitas dari gel, dan dianggap dengan menurunnya hyaluronic acid
akan memicu mekanisme liquefaction. Mekanisme lain yang dianggap berperanan adalah
meningkatnya soluble protein yang dikarenakan meningkatnya kebocoran dari blood retinal
barrier yang merupakan proses fisiologis normal karena pertambahan umur atau pada suatu
kondisi pathologis seperti retinophaty diabetic.1
Dalam beberapa penelitian dengan menggunakan manipulasi pharmakologi terhadap
vitreus gel menunjukkan bahwa dengan menggunakan hyaluronidase terjadi suatu liquefaction
tanpa menginduksi terjadinya PVD (Posterior Vitreous Detachment). Plasmin dan microplasmin
juga dapat menyebabkan terjadinya liquefaction dan menginduksi terjadinya PVD pada beberapa
pasien. 12
Dari berbagai keterangan diatas, bagaimanapun masih sulit untuk memahami mekanisme
liquefaction

korpus vitreus dengan baik, karena kurangnya pemahaman dan kurangnya

penelitian tentang hal tersebut, sangat sulit menggunakan binatang percobaan dalam penelitian
korpus vitreus. Sebagai alternatif, para peneliti mulai
mengeksplore kemungkinan menggunakan suatu substitute vitreus artificial. Dan untuk
kedepannya diharapkan substitute ini dapat digunakan untuk mempelajari secara jelas tentang
struktur dan fungsi dari vitreus gel, termasuk kemampuannya dalam meregulasi tekanan
intraocular.

E. PENUTUP
Mata berkembang dari tiga lapisan embrional primitif yaitu ektoderm permukaan
termasuk derivatnya krista neuralis, ektoderm neuralis, dan mesoderm. korpus vitreus sendiri
berasal dari krista neuralis.
Secara anatomi korpus vitreus terbagi dalam dua bagian besar yaitu kortex dan nukleus.
kortex terdiri dari dua bagian yaitu kortex anterior dan kortex posterior.

Korpus vitreus pada bagian anterior berbatasan dengan lensa, corpus siliaris dan zonula, dan
pada bagian posterior berbatasan dengan retina.
Korpus vitreus melekat kuat pada daerah vitreus base, kapsul posterior lensa pada
ligamentum Wiegerts,sekitar discus optik dan sekitar area fovea.
Fungsi dari korpus vitreus dibagi dalam lima group yaitu :
1.
2.
3.
4.

Membantu fungsi dari retina dan meningkatkan fungsi dari kavitas korpus vitreus
Sebagai barrier difusi antara segment anterior dan segment posterior bola mata
Berfungsi sebagai buffer metabolic
Menstabilkan perjalanan cahaya (Media refrakta)

5. Konsumsi dan distribusi dari molekul oksigen


Adapun mekanisme yang dapat menyebabkan Liquefaction adalah: (a) adanya aktifitas
enzymatic dan nonenzymatic yang melewati ikatan kolagen fibers,(b) kerusakan kolagen
fibers oleh aktifitas radikal bebas, dan (c) penurunan densitas jaringan kolagen yang
kesemuanya menurunkan stabilitas dari vitreus gel.1,10

DAFTAR PUSTAKA
1. J. Sebag; The vitreus, in Adlers physiology of the Eye, 10th ed. Mosby,
Missouri.2002;293-313.
2. Chibis,W.G, Beaver, H.A., Jhons K., Kaushal, S.,Tsai, J.C., Beretska,J.S. Fundamentals
and Principles of Opthalmology, Basic and Clinical Science Course, Section 2, AAO,
San Fransisco, 2008-2009;89-92.
3. James W. Karesh; Topographic anatomy of the eye; an overview, in: Duanes clinical
ophthalmology on CD-Rom, Lippincott Williams & Wilkins, 2003.
4. Snell RS and Lemps MA; Clinical anatomy of the eye, 2 nd Ed. Blackwell science,
London, 1998; 2-207

5. Vaughan DG, Asburg T, Paul Riodan-Eva. Anatomi and Embriologi of The Eye in :
General Ophthalmology. 16th Edition. Mc. Graw Hill Companies. USA. 2004: 5-6, 2527.
6. Peyman GA, Intravitreal Surgery. Prentice-Hall International Inc. United stated, 1994; 112
7. Bishop PN, Takanosu M, Goff le M, Mayne R; The role of the posterior Ciliary Body in
the biosynthesis of vitreus humour, in: Cambride Ophthalmological Symposium. Nature
Publishing Group, 2002;444-58.
8. J.Sebag; Vitreus : from biochemistry to clinical relevance; In: Duanes clinical
ophthalmology on CD-Rom, Lippincott Williams & wilkins, 2003
9. Green WR, Sebag J; Vitreoretinal interface, In: Retina 3 rd Ed, Mosby, Toronto 2001;
1882-91.
10. A K Khurana; Comprehensive Ophthalmology, 4 Ed,New Age International Limited,
New Delhi India, 2007; 243-8
Lang G K; Ophthalmology A Short textbook, Thieme, Stuttgart New York, 2000; 280-81
11. Holekamp MN; The Vitreous Gel: More than Meets the Eye, In American Journal of
Ophthalmology, Elsevier Inc,2010; 149:32-36

Anda mungkin juga menyukai