BAB I
PENDAHULUAN
kongenital yang merupakan akibat dari gagalnya regresi dari vitreus primer
10% dari total kasus. PFV dapat diklasifikasikan menjadi bentuk anterior,
pembedahan katarak pada pasien dengan PFV lebih sulit untuk dilakukan dan
sekunder pada visual aksis dan respons inflamasi yang berlebihan dengan
semua kasus kebutaan. PFV biasanya dijumpai pada bayi yang cukup bulan.
Kelainan pada anak dapat dideteksi pada waktu lahir atau seminggu setelah
lahir.11,12
1
Tanda-tanda yang paling umum adalah leukoria dan mikroftalmia. Selain
Presentasi klinis dapat bervariasi. Selain itu, dilatasi pupil sering tidak
mata dari komplikasi PFV apabila tidak diobati (terutama glaukoma dan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Korpus vitreous menempati sekitar 80% dari volume bola mata yaitu
usia gestasi 4 hingga 5 minggu saat arteri hialoid masuk ke dalam cup
terbentuk vitreus primitif yang kaya akan pembuluh darah. Pada tahap
3
Gambar 1. Embryologi Vitreus
mesoderm. Korpus vitreus dalam hal ini berasal dari krista neuralis ektoderm.
Korpus vitreus mulai terbentuk antara minggu ketiga dan minggu ke enam masa
gestasi, ruangan antara vesikel lensa dan lapisan dalam dari mangkuk optik akan
diisi dengan fibril, sel mesenkim dan jaringan vaskular dari sistem hialoid.5
berikut:
1.Tahap pertama
Vitreus primer ( tahap 4,5-13 mm atau 3-6 minggu). Sekitar tahap 4,5
mm, sel- sel mesenkim dan fibroblast yang berasal dari mesenkim pada
bersama-sama dengan sebagian kecil dari lensa embrional dan lapisan dalam
4
berbentuk S berjalan dari suatu titik nasal posterior pole dari lensa
2. Tahap kedua
dan sel-sel (hialosit) dari vitreus sekunder diduga berasal dari vitreus
anterior.4,5
5
Gambar 3 perkembangan embriologi korpus vitreus tahap kedua 2
3.Tahap ketiga
Vitreus tersier (tahap 65mm atau 10 minggu keatas). Selama bulan ketiga,
fibrilar vitreus yang merupakan penjuluran bakal epitel siliaris dari mangkok
suspensorium dari lensa, yang telah berkembang baik pada tahap 100 mm
atau 4 bulan. Sistem hialoid berartrofi seluruhnya selama tahap ini. 4,5
Panjang dari korpus vitreus pada mata bayi baru lahir adalah sekitar 10,5 mm,
dan pada umur 13 tahun panjang dari vitreus meningkat menjadi 16,1 mm dan
6
Gambar 4 perkembangan embriologi korpus vitreus tahap ketiga 2
Ada dua komponen utama dari vitreus yaitu kolagen dan hyaluronic
limiting membrane (ILM), dengan densitas paling tinggi pada vitreus base
7
hyaluronic acid yang tinggi dan diperkirakan sel ini bertanggung jawab
diduga terlibat dalam pembentukan kolagen selain retina yang juga diduga
Gambar 5 Hialosit1
paling luar dari korpus vitreus (atau Hyaloid), disebut kortex yang dibagi
dalam kortex anterior dan kortex posterior dan bagian dalam yang
disebut nukleus.1,4,10
8
Kortex vitreus berbatasan dengan retina pada bagian posterior dan
anterior dari ora serrata) dan membrane hyaloids posterior (terletak pada
bagian posterior dari ora serrata). Pada daerah antara vitreus anterior dan
kapsul lensa posterior terdapat suatu daerah yang disebut Berger’s space
suatu ligament yang disebut Weigert’s ligament atau juga dikenal sebagai
serrata, dimana tempat ini merupakan tempat perlekatan paling kuat dari
Vitreus base. Vitreous base ini juga disusun oleh fibril kolagen yang
padat.1,10
gel yang disebut sebagai true biological gel. Hyaloid canal yang berjalan
dari discus optic (area Martegiani) ke posterior pole dari lensa dapat
9
kanal sekitar 1-2 mm dan diarea fossa patellaris yaitu sekitar 4-5 mm.
Pada fetus dibelakang dari Cloquet’s canal berjalan arteri hyaloids, dan
arteri ini akan menghilang 6 minggu sebelum lahir dan hyaloids canal
a b
10
Gambar 7 Skematik korpus vitreus bagian anterior
Keterangan gambar :
OP = Orbiculo – Posterior capsular fibers, OS = Ora Serata, OA =
Orbiculo-anterior capsular fibers, CP = Cilio-posterior capsular fibers, CA
= Cilio-equatorial capsular fibers, V = Vitreus, W = Hyaloidea - capsular
ligament of Wieger, P = Canal of Petit, H = Canal of Hannover.
2.2 Fisiologi
Fungsi dari korpus vitreus dapat dibagi dalam 5 group utama : 1,12
1. Membantu fungsi dari retina dan meningkatkan fungsi dari kavitas korpus
vitreus.
2. Sebagai barrier difusi antara segment anterior dan segment posterior bola
mata
11
5. Konsumsi dan distribusi dari molekul oksigen
2.2.1 Membantu fungsi dari retina dan meningkatkan fungsi dari kavitas korpus
vitreus
memproteksi retina dari berbagai gangguan. Suatu korpus vitreus yang intak
yang mana mengisi bagian dalam kavitas korpus vitreus dapat menahan atau
vitreus dapat juga menyerap kekuatan eksternal yang mengenai bola mata
dan juga mengurangi kerusakan mekanik terhadap bola mata, misalnya saat
terjadi trauma. Korpus vitreus yang intak juga dapat membantu lensa selama
ini belum sepenuhnya benar, karena ternyata didapatkan bahwa vitreus yang
2.2.2 Sebagai barier antara segment anterior dan posterior bola mata
mata.1
Substansi yang berasal dari segment anterior pada mata akan sangat sukar
untuk mencapai konsentrasi tinggi pada bagian posterior mata ketika korpus
vitreus masih intak sebab difusi melalui korpus vitreus lambat dan
vitreus yang intak juga mencegah pemberian obat topikal untuk mencapai
12
retina dan nervus optik dengan konsentrasi yang significant. Pemberian
antibiotik dari aliran darah ke pusat korpus vitreus juga dihalangi oleh
vitreus normal.
Pada suatu kondisi normal, ILM dan kortex posterior tidak berfungsi
anatomi yang rapat dari retina dan korpus siliaris, maka korpus vitreus dapat
berfungsi sebagai suatu buffer metabolik dan pada tahap tertentu dapat
Karena adanya blood retinal barier, maka water soluble substance yang
Substansi yang ada dalam retina atau yang juga diproduksi oleh retina
dapat berdifusi masuk ke korpus vitreus. Glukosa dan glikogen pada korpus
dalam kondisi anoksia. Vitreus juga dapat berkontak dengan muller cells,
dengan fungsinya sebagai suatu buffer pada fungsi fisiologis dari muller
light dapat sampai ke retina. Fungsi yang penting dari korpus vitreus adalah
oleh konsentrasi rendah dari struktur makromolekul (kurang dari 0,2% berat
13
per volume) dan soluble protein. Transparansi dapat juga dijaga oleh
memberikan indeks refraktif sekitar 1,33 yang mana hampir sama dengan
dalam konsentrasi tinggi. Pada mata dengan gel vitreus yang intak,
dari investigasi dan spekulasi experimental, tapi hasil yang didapat tidak
Sifat gel dari vitreus dengan ukuran yang luas dan berlokasi disentral
oksigenasi yang tinggi dan dengan oksigenasi yang tinggi tersebut dapat
dari vaskularisasi retina akan diikat oleh ascorbat sebelum sampai ke lensa
14
Suatu hal yang tidak kalah penting, vitreus gel mempunyai konsentrasi
vitreus cair (misalnya pada gel vitreus yang mengalami liquefaction atau
sekitar.12
Baik oksigen maupun ascorbat akan dipakai pada reaksi dalam korpus
vitreus untuk metabolisme bola mata. Jika transport aktif ascorbat ke dalam
dan menyebabkan lebih banyak molekul oksigen yang sampai ke lensa. Jika
lensa kristalina diganti dengan suatu intraocular lens, maka lebih banyak
2.3 Definisi
2.4 Epidemiologi
yang sangat jarang dijumpai. Kondisi ini biasanya terjadi secara unilateral,
15
yaitu sebanyak 90% dan terisolasi (tanpa temuan sistemik yang berhubungan).
Sebuah studi tentang penyebab kebutaan pada anak dan kehilangan penglihatan
semua kasus kebutaan. PVF biasanya dijumpai pada bayi yang cukup bulan.
Kelainan pada anak dapat dideteksi pada waktu lahir atau seminggu setelah
lahir.
2.5 Etiologi
primer untuk beregresi pada masa fetus. Kegagalan regresi ini dapat terjadi
sebagian atau seluruhnya, sehingga dapat ditemui gambaran PFV anterior atau
diduga terjadi karena gangguan regulasi apoptosis, ekspresi genetic yang tidak
normal (terutama VEGF, angiopoietin-2 dan beta FGF), atau ekspresi gen
2.6 Patogenesis
dan belakang dari lensa berisi sistem vaskular (arteri hyaloid) yang
hyaloid dan vitreous primer seharusnya mundur pada trimester ketiga sewaktu
Vitreous primer terbentuk antara lapisan dalam dari optic cup dan dengan
terjadi pada kira-kira minggu ke-3 sampai minggu ke-6 yang membentuk
16
terletak di belakang kutub posterior lensa bersama sisa-sisa pembuluh
hyaloid.12
vitreous, selain dari pembuluh darah pada permukaan kapsula lentis (tunica
posterior ke anterior.12
Vitreous tersier dimulai sebagai akumulasi serat kolagen antara ekuator lensa
dan bagian badan siliar dan akhirnya berdiferensiasi menjadi dasar vitreous
17
Gambar 8. Mata pada usia gestasi 3 bulan.7
Gambar 9. Pada perkembangan mata yang normal pada usia gestasi 8 minggu
tunica vasculosa lentis dan arteri hyaloid mulai menghilang hingga pada saat lahir
PHPV pada satu mata tidak dianggap sebagai kelainan genetik, oleh
karena itu tidak boleh diturunkan oleh anak-anak yang terkena dampak.
2.7 Klasifikasi
a. PVF anterior1,2,5,6
18
Pada PHPV anterior, sisa-sisa vaskular terlihat berada pada posterior
lensa tetapi tidak mencapai saraf optik. Varian ini lebih sering, pupil putih
lensa. Gangguan penglihatan baik yang ringan atau berat tergantung pada
bisa juga terbentuk tulang rawan pada lensa tetapi kasusnya jarang.
Jaringan parut pada retrolentikular menarik proses siliar ke tengah dan ini
akan terlihat dalam pupil. Pertumbuhan mata akan terlambat. Hal ini
sangat penting. Pada retinoblastoma selalu tidak jelas kelihatan saat lahir,
19
Gambar 8 PHPV anterior, suatu massa fibrovaskular disuplai oleh arteri hyaloid
yang persisten yang letaknya berdekatan dengan permukaan posterior dari lensa.
b PVF posterior1,3,5,6
saraf optik tapi tidak mencapai lensa sehingga biasanya tidak menyebabkan
retina, saraf optik, maskula, vitreal stalk, dan membran vitreal. Retina
sekitarnya dapat terjadi parut atau terpisah. Jika ada keterlibatan signifikan
dari saraf optik dan/atau retina, penglihatan yang baik tidak mungkin
20
premature, ocular toxocariasis, dan familial exudative vitreoretinopathy.
Gambar 10. PHPV posterior, terlihat septum linier dari saraf optik ke lensa.
dan berlokasi di sentral atau dapat meluas kearah luar menempel 360 derajat
Dalam lebih dari 90% kasus PVF adalah unilateral. Dilaporkan juga 13%
pasien mempunyai ukuran bola mata yang normal dan hampir 26%
dangkal dari yang normal sehingga meninggalkan sedikit ruang antara iris
anak.
21
Pada kasus ringan dapat ditemukan sisa pembuluh darah hialoid, titik
papillae (sisa arteri hialoid pada papil saraf optik). Pada kasus lanjut, timbul
plak retrolental tebal serta jaringan fibrotik. Jika pupil didilatasi dapat
permukaan iris.
2.9 Diagnosis
(Cloquet canal), massa retrolental, mikroftalmia, dan lensa yang kecil atau
22
irregular. FA pada PFV dapat menentukan lokasi vaskulatur abnormal dan
lensa dengan sebuah band hyperechoic memanjang dari bagian posterior dari
Cloquet. Arteri hyaloid dapat dilihat pada kanal ini dengan pemeriksaan
perdarahan.1,9
bagian apeks, terlihat sebuah band linier atau septum meluas ke posterior
23
Gambar 12. PHPV pada anak usia 2 tahun dengan mata kiri yang abnormal pada
kontras intravena yang menunjukkan septum vertikal posterior lensa kiri yang
meluas ke posterior.9
vitreous body dapat dilihat, ini selalu dikaitkan dengan jaringan vibrovaskular
abnormal dan kecil, transparan, atau bulat karena edema. Kalsifikasi tidak
ditemukan.1,6,9
Lensa yang abnormal, elongasi prosessus ciliary, dan massa retrolental bisa
maka differential diagnosis dari PFV merupakan semua kondisi yang dapat
24
umum, PFV terjadi pada mata yang mikroftalmos, sedangkan retinoblastoma
Disease. Jika terjadi total retinal detachment dan jaringan fibrosa retrolental,
2.10 Penatalaksanaan
dengan ekstraksi lensa, refraksi dan terapi amblyopia. Anterior PFV diterapi
kombinasi atau posterior PFV, setelah lensectomy dan vitrectomy pun, hitung
jari merupakan hasil akhir terbaik yang dapat diprediksi. Selama operasi
kauterisasi.15,16,17
dilakukan secepat mungkin. terdapat dua tahap dalam tindakan bedah pada
25
pemotong vitreous dan gunting halus intraokular, vitrektomi menjadi satu
(jelly bening seperti kaca) dari dalam bola mata. Vitrektomi merupakan
secara lokal atau umum. Untuk prosedur yang lebih rumit dilakukan anestesi
umum. Dua atau tiga sayatan tipis pada sklera akan dibuat agar beberapa alat
vitreous, gunting halus intraokular, dan alat laser pada bagian pars plana.
Cairan vitreous akan digantikan bahan lain seperti larutan garam yang mirip
dengan cairan tubuh, udara, atau gas. Cairan vitreous tidak akan terbentuk
lagi dan mata dapat berfungsi tanpa vitreous. Pada akhir operasi sayatan tadi
akan dijahit kembali dan akan sembuh perlahan-lahan. Operasi terdiri dari
Ini adalah operasi yang halus. Operasi ini dilakukan bila penglihatan
instrumen ini. Tindakan bedah pada kasus PVF posterior jarang dilakukan
pasien yang tidak bisa dioperasi, penggunaan lensa kontak pupil hitam
diperlukan.6
26
2.11 Komplikasi
sehingga prognosis dari anterior PFV jauh lebih baik daripada posterior PFV.
visus yang baik, 13 kali lebih mungkin untuk mendapatkan visus hitung jari
27
BAB III
KESIMPULAN
kegagalan pada regresi vitreous primer dan pembuluh darah hyaloid pada waktu
Selain itu bisa dijumpai katarak, strabismus, glaukoma, hyphema dan uveitis.
Untuk mendiagnosis bisa didapat dari presentasi klinis dan dengan bantuan dari
mempertahankan ketajaman visual supaya tetap ada dan mencapai hasil kosmetik
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Alexandrakis G, Scott IU, Flynn HW Jr, Murray TG, Feuer WJ. Visual acuity
outcomes with and without surgery in patients with persistent fetal vasculature.
Ophthalmo- logy. 2000;107(6):1068-72.
2. Dhir L, Quinn AG. Persistent fetal vasculature and spontaneous hyphema in a
patient with Klippel-Trénaunay-Weber syndrome. J AAPOS 2010;14(2):190-2.
3. Kumar A, Jethani J, Shetty S, Vijayalakshmi P. Bilateral persistent fetal
vasculature: a study of 11 cases. J AAPOS. 2010;14(4):345-8.
4. Sisk RA, Berrocal AM, Feuer WJ, Murray TG. Visual and anatomic outcomes
with or without surgery in persistent fetal vasculature. Ophthalmology.
2010;117(11): 2178-83.e1-2.
5. Müllner-Eidenböck A, Amon M, Moser E, Klebermass N. Persistent fetal
vasculature and minimal fetal vascular remnants: a frequent cause of unilateral
congenital cataracts. Ophthalmology. 2004;111(5):906-13.
6. Müllner-Eidenböck A, Amon M, Hau W, Klebermass N, Abela C, Moser E.
Surgery in unilateral congenital cataract caused by persistent fetal vasculature
or minimal fetal vascular remnants: age-related ndings and management
challenges. J Cataract Refract Surg. 2004;30(3):611-9
7. Paysse EA, McCreery KM, Coats DK. Surgical management of the lens and
retrolenti- cular brotic membranes associated with persistent fetal vasculature. J
Cataract Refract Surg. 2002;28(5):816-20. Comment in J Cataract Refract
Surg. 2003;29(7): 1250.
8. Vasavada AR, Vasavada SA, Bobrova N, Praveen MR, Shah SK, Vasavada
VA, et al. Out- comes of pediatric cataract surgery in anterior persistent fetal
vasculature. J Cataract Refract Surg. 2012;38(5):849-57.
9. Vasavada VA, Dixit NV, Ravat FA, Praveen MR, Shah SK, Vasavada V, et al.
Intraoperative performance and postoperative outcomes of cataract surgery in
infant eyes with microphthalmos. J Cataract Refract Surg. 2009;35(3):519-28.
29
10. Anteby I, Cohen E, Karshai I, BenEzra D. Unilateral persistent hyperplastic
primary vitreous: course and outcome. J AAPOS. 2002;6(2):92-9.
30