Dasar Converter DC DC Draff Buku
Dasar Converter DC DC Draff Buku
DC-DC
DC konstan
Chopper
DC
DC variabel
Kelebihannya terutama pada pengubah daya secara jauh lebih efisien dan pemakaian
komponen yang ukurannya lebih kecil. Pengubah daya DC-DC (DC-DC Converter) tipe
peralihan atau dikenal juga dengan sebutan DC Chopper dimanfaatkan terutama untuk
penyediaan tegangan keluaran DC yang bervariasi besarannya sesuai dengan permintaan
pada beban. Daya masukan dari proses DC-DC tersebut adalah berasal dari sumber daya
DC yang biasanya memiliki tegangan masukan yang tetap. Tegangan keluaran DC yang
ingin dicapai adalah dengan cara pengaturan lamanya waktu penghubungan antara sisi
keluaran dan sisi masukan pada rangkaian yang sama. Komponen yang digunakan untuk
menjalankan fungsi penghubung tersebut tidak lain adalah switch (solid state electronic
switch) seperti misalnya Thyristor, MOSFET, IGBT, GTO.
4.1
Dc Chopper
Salah satu aplikasi elektronika daya adalah konverter DC-DC atau yang lazim di
3. Dc chopper kelas C
4. Dc chopper kelas D
5. Dc chopper kelas E
Kuadran operasi dari masing-masing kelas dc chopper dapat dilihat pada gambar
2.2 dibawah ini.
4
2.1.1
Dc chopper Kelas A
Tegangan beban dan arus beban keduanya positif seperti terlihat pada gambar
2.2(a) yang merupakan dc chopper satu kuadran dan dapat dikatakan beroperasi seperti
penyearah. Dc chopper kelas A dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini.
iL
iS
S1
VS
D1
vL
a) Gambar rangkaian
+
Vo
i1
Tegangan beban
Vs
t1
Vs
t2
R
0
Mode 1
i2
i2
i1
i2
Arus beban
i1
kT
Dm
(1 - k)T
kT
c) Bentuk gelombang
E
Mode 2
b) Rangkaian ekivalen
Cara kerja dc chopper dapat dibagi menjadi dua mode. Selama mode 1, dc
chopper akan on dan arus mengalir dari sumber ke beban. Selama mode 2, dc chopper
akan off dan arus beban terus mengalir melewati dioda freewheeling Dm karena adanya
energi yang tersimpan dalam induktor. Rangkaian ekivalen untuk mode-mode ini
ditunjukkan pada gambar 2.3(b) sedangkan bentuk gelombang arus beban dan tegangan
keluaran ditunjukkan pada gambar 2.3(c). [12]
Dengan mengasumsikan arus induktor naik secara linier dari I1 ke I2 pada waktu
t1, maka
V L VO = L
I =
(V S
I 2 I1
I
=L
t1
t1
V L ) t1 VO . t 2
=
dimana I = I2 I1 (2.1)
L
L
t1
= k VS
T
(2.2)
(2.3)
2.1.2
Dc chopper Kelas B
Aliran arus beban keluar pada beban. Tegangan beban positif tetapi arus beban
negatif, seperti gambar 2.2(b), ini juga merupakan dc chopper satu kuadran, tetapi
operasinya pada kuadran dua dan beroperasi seperti inverter. Dc chopper kelas B dapat
dilihat pada gambar 2.4 dimana baterai (E) adalah bagian pada beban dan mungkin emf
balik pada motor dc. [12]
Ketika saklar (S1) on, maka tegangan (E) mengalirkan arus melalui induktor (L)
dan tegangan beban (VL) menjadi nol dan ketika saklar (S1) off, sejumlah energi yang
disimpan dalam induktor dikembalikan ke sumber melalui dioda dan arus menurun. [12]
Dengan mengasumsikan arus induktor naik secara linier dari I1 ke I2 pada waktu
t1,
VL = L
t1 = L
I 2 I1
I
=L
t1
t1
I
VS
. (2.4)
Sedangkan arus induktor turun secara linier dari I2 ke I1 pada waktu t2,
V L VS = L
t2 = L
I1 I 2
I
= L
t2
t2
I
V L VS
(2.5)
I =
V S . t1 ( V L V S ) t 2
=
L
L
(2.6)
V L = VS
V
T
= S
t2 1 k
(2.7)
2.1.3
IL
1 k
(2.8)
Dc chopper Kelas C
Arus beban dapat positif atau negatif sedangkan tegangan beban selalu positif
seperti pada gambar 2.5(c). Hal ini disebut chopper dua kuadran. Dc chopper kelas A dan
B dapat dikombinasikan untuk membentuk dc chopper kelas C seperti pada gambar 2.5
dibawah ini.
2.1.4
[10]
(2.9)
Dc chopper Kelas D
Arus beban selalu positif. Tegangan beban dapat positif atau negatif, seperti pada
gambar 2.2(d). Dc chopper kelas D dapat juga beroperasi sebagai penyearah atau
pembalik, yang ditunjukkan pada gambar 2.6 dibawah ini
Ketika saklar (S1 dan S4) on maka arus mengalir melalui beban, vL dan iL menjadi
positif dan saat saklar (S1 dan S4) off maka arus beban iL akan akan terus mengalir untuk
beban induktif yang tinggi melalui dioda (D2 dan D3) dengan arah tetap tetapi tegangan
keluaran (VL) berbalik arah.
Besarnya tegangan keluaran rata-rata(VL) untuk dc chopper kelas D adalah
VL =
2.1.5
k
VS
1k
[10]
(2.10)
Dc chopper Kelas E
Arus beban dan tegangan beban dapat positif atau negatif seperti pada gambar
2.2(e). Hal ini dikenal dengan dc chopper empat kuadran. Dua dc chopper kelas C dapat
dikombinasikan untuk membentuk chopper kelas E, seperti pada gambar 2.7(a), polaritas
tegangan dan arus beban ditunjukkan pada gambar 2.7(b). Peralatan yang beroperasi pada
macam-macam kuadran ditunjukkan pada gambar 2.7(c). untuk operasi pada kuadran
keempat, arah baterai (E) harus dibalik. [12]
S1
D1
iL
VS
S2
D3
S4
D4
S3
vL
D2
a) rangkaian
vL
Inverting
vL +ve
iL -ve
Rectifying
vL +ve
iL +ve
vL -ve
iL -ve
Rectifying
vL -ve
iL +ve
Inverting
iL
b) polaritas
S2,D4
D4,D1
S1,S4
D2,D4
S3,S2
S2,D4
S4,D2
D2,D3
c) devais penghubung
[10]
(2.11)
= 2kVS
Gambar. (a) Skema buck converter (b) Bentuk gelombang tegangan switching
Keuntungan pada konfigurasi Buck antara lain adalah efisiensi yang tinggi, rangkaiannya
sederhana, tidak memerlukan transformer, tingkatan stress pada komponen switch yang
rendah, riak (ripple) pada tegangan keluaran juga rendah sehingga penyaring atau filter
yang dibutuhkan pun relatif kecil.
Kekurangan yang ditemukan misalnya adalah tidak adanya isolasi antara masukan dan
keluaran, hanya satu keluaran yang dihasilkan, dan tingkat ripple yang tinggi pada arus
masukan. Metoda Buck sering digunakan pada aplikasi yang membutuhkan sistim yang
berukuran kecil.
Gambar. (a) Skema boost converter (b) Bentuk gelombang tegangan inductor dan arus
kapasitor
Gambar. Grafik tegangan out-put vs duty ratio untuk boost converter tidak ideal
Boost juga memiliki efisiensi tinggi, rangkaian sederhana, tanpa transformer dan tingkat
ripple yang rendah pada arus masukan. Namun juga Boost tidak memiliki isolasi antara
masukan dan keluaran, hanya satu keluaran yang dihasilkan, dan tingkatan ripple yang
tinggi pada tegangan keluaran. Aplikasi Boost mencakup misalnya untuk perbaikan
faktor daya (Power Factor), dan untuk penaikan tegangan pada baterai
tegangan keluaran memiliki tanda berlawanan dengan tegangan masukan. Oleh karena itu
metoda ini pun ditemui pada aplikasi yang memerlukan pembalikan tegangan (voltage
inversion) tanpa transformer. Walaupun memiliki rangkaian sederhana, metoda BuckBoost memiliki kekurangan seperti tidak adanya isolasi antara sisi masukan dan keluaran,
dan juga tingkat ripple yang tinggi pada tegangan keluaran maupun arus keluaran.
4.1.4. H-BRIDGE CONVERTER
Kekurangan yang ditemui misalnya tidak adanya isolasi antara sisi masukan dan keluaran
serta tegangan keluaran memiliki riple yang tinggi. SEPIC sering digunakan pada aplikasi
perbaikan faktor daya (Power Factor).
tegangan (voltage inversion) tanpa transformer, namun dengan kelebihan tingkat ripple
yang rendah pada arus masukan maupun arus keluaran.
TRAFO PENGISOLASI.
Trafo Pemisah
Operasi dasar trafo dalam konverter daya dapat dimengerti dengan menggantikan
trafo dengan sebuah model sederhana seperti tampak pada gambar 2.14
[24]
. Model ini
terdiri dari trafo ideal ditambah dengan sebuah induktor shunt yang dikenal dengan
induktansi magnetik LM (magnetizing inductance). Induktor ini memodelkan magnetisasi
inti trafo.
Keseimbangan volt-second (volt-second balance) harus terbentuk dalam
induktansi magnetik. Selanjutnya, karena tegangan dari semua belitan pada trafo ideal
adalah sebanding, keseimbangan volt-second harus terbentuk pada masing-masing
belitan. Kesalahan dalam pencapaian keseimbangan volt-second mengakibatkan trafo
saturasi dan dapat merusakkan konverter. Tercapainya keseimbangan vol-second
selanjutnya disebut sebagai mekanisme reset trafo (transformer reset mechanism).
Gambar 2.14 Rangkaian ekivalen suatu trafo dalam konverter dc-dc off-line.
Perancangan trafo daya pada regulator pensaklaran meliputi pemilihan inti yang
disesuaikan dengan nilai daya yang akan disalurkan. Langkah selanjutnya
adalah menentukan jumlah belitan primer hingga memenuhi nilai volt-second
(E-T) berdasarkan siklus tugas maksimal (Dmaks) yang direncanakan dan
frekuensi pensaklaran pensaklaran (fs) sebagai berikut:
E T =
1
f 10 6
( Dmaks )(Vmin )
(2.30)
E T 10 2
B Ae
(2.31)
atau:
Np
V DC min Ton(max)
10 4
B Ae
(2.32)
Dimana Ae adalah luas inti, dan B adalah nilai fluks yang digunakan seperti
diindikasikan dalam kurva histerisis, seperti pada gambar 2.15.
Dalam rangkaian forward seperti pada gambar 2.12 dan 2.13, trafo beroperasi
dalam kuadran pertama kurva histerisis. Nilai fluks dari inti ferit yang digunakan, B (B
maks) adalah 2400 gauss atau B yang digunakan untuk persamaan adalah 1200 gauss.
Pulsa unipolar diumpankan oleh komponen semikonduktor menyebabkan inti trafo
terkemudi dari nilai BR-nya menuju saturasi. Saat pulsa beralih ke nol, inti akan kembali
ke nilai BR-nya. Untuk mendapatkan efisiensi tinggi, induktansi primer dijaga tetap tinggi
agar mengurangi arus magnetisasi dan mengurangi rugi tembaga. Hal ini berarti inti harus
mempunyai celah nol atau seminimal mungkin.
Dalam topologinya, pengubah Forward dapat menggunakan satu switch seperti pada
Gambar 9 atau dengan dua switch seperti pada Gambar 10. Keduanya memiliki
karakteristik tegangan keluaran yang ripplenya rendah, namun ripple arus masukan yang
tinggi. Konfigurasi Forward dapat digunakan pada aplikasi yang membutuhkan keluaran
lebih dari satu (multiple outputs).
Jika kombinasi yang diinginkan adalah seperti Buck-Boost namun menggunakan isolasi
antara sisi masukan dan keluaran, maka konfigurasi yang dapat dipakai adalah Flyback.
The concept behind the foward converter is that of the ideal transformer converting
the input AC voltage to an isolated secondary output voltage. For the circuit in Fig.
15, when the transistor is ON, Vin appears across the primary and then generates
The diode D1 on the secondary ensures that only positive voltages are applied to the
output circuit while D2 provides a circulating path for inductor current if the
transformer voltage is zero or negative.
The problem with the operation of the circuit in Fig 15 is that only positive voltage is
applied across the core, thus flux can only increase with the application of the
supply. The flux will increase until the core saturates when the magnetising current
increases significantly and circuit failure occurs. The transformer can only sustain
operation when there is no significant DC component to the input voltage. While the
switch is ON there is positive voltage across the core and the flux increases. When
the switch turns OFF we need to supply negative voltage to rset the core flux. The
circuit in Fig. 16 shows a tertiary winding with a diode connection to permit reverse
current. Note that the "dot" convention for the tertiary winding is opposite those of
the other windings. When the switch turns OFF current was flowing in a "dot"
terminal. The core inductance act to continue current in a dotted terminal, thus
Flyback memiliki ripple yang tinggi pada tegangan keluarannya dan sering dijumpai pada
aplikasi daya rendah, dan juga pada aplikasi yang membutuhkan keluaran banyak
(multiple outputs).
4.2.5. ISOLATED SEPIC CONVERTER
pensaklaran
DC-DC
menggunakan
satu
atau
lebih
saklar
untuk
Modulasi lebar pulsa merupakan suatu teknik modulasi dimana nilai sampel dari suatu
gelombang digunakan untuk menentukan lebar sinyal pulsa setelah dilewatkan
pada komparator. Rangkaian ini mengubah tegangan masukan menjadi pulsapulsa dengan lebar pulsa sebanding dengan besarnya sinyal masukan. Prinsip
dasar modulasi lebar pulsa dapat dilihat pada gambar 2.23.
Tegangan
Referensi
V CC
+
VO
Tegangan
Input
V EE
CC
+
t
+V
CC
R1
R2
-V
EE
Gambar 2.21 Rangkaian Pembangkit Pulsa Dengan Lebar Pulsa Dapat Diatur
Rangkaian dasar modulasi lebar pulsa ini menggunakan sebuah penguat operasional (OpAmp)
yang
berfungsi
sebagai
komparator
atau
pembanding
untuk
ton
x100% ... (2.13)
Ts
2.3.1
meningkat, mengalir melintas induktor filter L, kapasior filter C, dan tahanan beban R.
Ragam dua berawal ketika Q1 beralih OFF saat t = t1. Dioda freewhelling Dm
menghantarkan energi yang tersimpan dalam induktor dan arus induktor terus mengalir
melintas L, C, beban, dan dioda Dm. Arus induktor turun sampai transistor Q1 beralih on
lagi dalam siklus berikutnya. Operasi regulator buck dan bentuk gelombang tegangan dan
arus diperlihatkan pada gambar 2.7.
+
iS, IS
Q1
L
+ iC,IC
DM
VC
Kendali
VC
_
B
e
b
a
n
iO,IA
di
dt
(2.9)
dengan anggapan arus induktor meningkat secara liner dari I1 ke I2 dalam waktu t1,
I I2
I
V s Va = L 1
=L
t1
t1
(2.10)
atau
t1 =
I L
V s Va
(2.11)
dan arus induktor turun secara liner dari I2 ke I1 dalam waktu t2,
Va = L
I
t2
(2.12)
atau:
t2 =
I L
Va
(2.13)
dimana I adalah aruas riak puncak ke puncak dari induktor L. Nilai I dapat
dicari dengan persamaan 2.10 dan 2.12 sehingga menjadi persamaan berikut:
(V V ) t V t
I = s a 1 = a 2
(2.14)
L
L
Dengan mengganti t1 = kT dan t2 = (1-k)T, akan menjadikan tegangan output rataVa = kVs .
rata
Dengan
anggapan
transistor
saklar
tanpa
rugi-rugi,
maka
T=
I L Vs
1
I L I L
= t1 + t 2 =
+
=
f
V s Va
Va
Va ( V s Va )
(2.15)
VD
VS
I2
is=IL
iC
io=Ia
I2 - I a
I1 - I a
IC
DM
Io=Ia
Beban
VC = V O
VC
kT
Va
Ia
Ragam 2
kT
iC
iS
IL
kT
I2
I1
0
Ragam 1
iL
IL
I1
0
Beban
VS
kT
Io
kT
Bentuk Gelombang
atau
V ( V Va )
I = a s
f L Vs
(2.16)
Vs k ( 1 k )
f L
(2.17)
I =
Dengan menggunakan hukum arus Kirchoff, kita dapat menyatakan arus beban sebagai
berikut:
i L = ic + i o
Jika kita menganggap bahwa arus riak beban io, adalah sangat kecil dan dapat diabaikan,
iL = ic. Arus kapasitor rata-rata, yang mengalir selama t1/2 + t2/2 = T/2, adalah:
Ic =
I
4
1
i c dt + vc ( t = 0 )
C
1
C
T /2
I
4
dt =
I T
8 C
I
8 C f
(2.18)
dengan memasukkan nilai I dari persamaan 2.16 atau 2.17 ke dalam persamaan 2.18,
dihasilkan persamaan berikut:
Vs =
Va ( V s V a )
8 L C f 2 Vs
(2.19)
atau
Vs =
2.5.1
Vs k ( 1 k )
8 L C f 2
(2.20)
dc-dc. Ragam konverter buck dengan trafo pemisah antara lain adalah konverter fullbridge, half-bridge, forward, dan push-pull. Rangkaian konverter forward seperti
diperlihatkan pada gambar 2.12.
menyebabkan arus magnetisasi trafo meningkat. Saat transistor Q1 beralih off, arus
magnetisasi trafo membias maju dioda D1, dan kemudian tegangan -Vg diumpankan ke
belitan sekunder. Tegangan negatif ini menyebabkan arus magnetisasi berkurang. Saat
arus magnetisasi mencapai nol, dioda D1 beralih off. Keseimbangan volt-second
terbentuk pada belitan-belitan trafo jika arus magnetisasi mencapai nol sebelum akhir
periode pensaklaran. Hal tersebut membatasi siklus tugas dengan persamaan sebagai
berikut:
D
1
n
1+ 2
n1
(2.28)
1
2
Sehingga disini siklus tugas maksimal dibatasi. Jika batas ini dilewati, maka waktu off
transistor tidak cukup untuk mereset trafo. Tegangan keluaran konverter dapat ditemukan
dengan persamaan :
n
Vo = 3 D V g
n1
2.5.2
(2.29)
Dalam kendali ragam tegangan hanya tegangan keluaran yang disensor untuk
mendapatkan tingkat tegangan yang diinginkan. Selanjutnya penguat kesalahan
membandingkan tegangan keluaran tersebut dengan tegangan acuan internal dan
menghasilkan tegangan kesalahan yang diumpankan ke komparator.
Komparator membandingkan tegangan kesalahan dengan suatu gelombang
ramp yang dibentuk oleh osilator internal dan menghasilkan suatu gelombang
termodulasi lebar pulsa (PWM), dan selanjutnya komparator ini disebut
komparator PWM. Gelombang PWM kemudian mengemudikan saklar daya
untuk bergerak on/off.
Kendali ragam tegangan dengan frekuensi tetap seperti diperlihatkan pada gambar
2.16. Contoh rangkaian terpadau dengan tipe ini adalah MC34060, MC34166, dan
TL494. Selain itu juga terdapat kendali mode tegangan dengan frekuensi variabel seperti
yang digunakan dalam catu daya pensaklaran quasi-resonant. Pengaturan lebar pulsa
dengan waktu on tetap waktu off variabel (ZVS), atau waktu on variabel waktu off tetap
(ZCS) Contoh rangkaian terpadu untuk kendali ragam tegangan frekuensi variabel adalah
MC3406666P (ZCS) dan MC34067P(ZVS).
OSC
REF
Komparator
_ PWM
Q1
Penguat
Kesalahan
CLOCK
Acuan
VCC
VOUT
Penguat
Kesalahan
VERROR
VOUT
Komparator
PWM
S
R
Q
LATCH
RSENSE
Beberapa keuntungan diperoleh dari penggunaan kendali ragam arus[8, 24, 26].
Pertama, meningkatnya karakteristik masukan tegangan umpan maju. Rangkaian
kendali dengan seketika mengkoreksi perubahan tegangan masukan tanpa
menggunakan jangkah dinamis penguat kesalahan. Sehingga regulasi saluran
sangat baik dan penguat kesalahan hanya ditugaskan sepenuhnya untuk
mengkoreksi perubahan beban.
Dalam suatu konverter dengan arus konduktor kontinyu, mengendalikan
arus puncak hampir sama dengan mengendalikan arus rata-rata. Sehingga ketika
konverter menerapkan kendali ragam arus, induktor dapat diperlakukan sebagai
suatu sumber arus yang dikendalikan tegangan kesalahan. Tanggapan frekuensi
kendali ke keluaran dua pole dari konverter ini berkurang menjadi tanggapan satu
pole (kapasitor dipararel dengan beban). Hasil yang didapatkan adalah kompensasi
penguat kesalahan dapat dirancang untuk menghasilkan tanggapan ikal tertutup
dengan lebarpita penguatan yang lebih besar. Pengaruh pada catu daya adalah
tanggapan terhadap perubahan beban semakin cepat.
Kompensasi kesalahan menjadi sederhana, seperti diperlihatkan pada gambar
2.18. Kapasitor Ci dan resistor Riz pada gambar 2.18(a) menambah zero frekuensi rendah
yang membatalkan satu dari dua pole kendali ke keluaran dari konverter ragam tegangan.
Untuk perubahan beban yang besar, dimana tanggapan konverter dibatasi oleh kecepatan
induktor, penguat kesalahan akan saturasi selama induktor menyesuaikan beban. Selama
waktu tersebut, Ci akan termuati.. Ketika arus induktor mencapai level yang diperlukan,
tegangan pada Ci akan menyebabkan kesalahan yang berpengaruh pada tegangan
keluaran. Waktu pemulihan adalah RizCi yang cukup panjang. Kendali ragam arus
menggantikan pole induktor sehingga jaringan kompensasi menjadi sederhana seperti
pada gambar 2.18(b). Pole yang terbentuk dari Rf dan Cf digunakan untuk menggagalkan
zero yang terbentuk dari kapasitor tapis keluaran dan tahanan seri ekivalen kapasitor
tersebut.
Rf
Cf
Ci
VO
Rf
Rip
Riz
Vref
+
Rd
(a)
E/A
Cf
VC
VO
R1
+
Rd
Vref
(b)
E/A
VC
26]
. Gambar 2.19