PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kita tidak pernah tahu keadaan emergensi apa yang akan datang kepada kita,
yang kita bisa lakukan adalah memikirkan apa yang akan kita lakukan ketika keadaan
emergensi itu datang. Seperti kasus letusan gunung merapi di jogja pada oktober lalu,
yang merupakan letusan terbesar dalam satu abad belakangan ini, banyak korban
yang berjatuhan, keadaan panik, dan akhirnya mahasiswa pun akan diturunkan dalam
lapangan. sebelum melakukan terapi definitif, penting untuk melakukan seleksi
korban dilapangan, untuk menentukan prioritas mana korban yang harus
diselamatkan terlebih dahulu.
Kata Triage berasal dari bahasa perancis trier yang berarti memisahkan, memilah,
dan memilih. Triase atau triage adalah proses seleksi korban untuk menentukan
prioritas penanganan berdasarkan pada kriteria tertentu, sedang pananganan prarumah sakit adalah tahap penanganan yang dilakukan sebelum korban mencapai
rumah sakit. Bebeda dengan fase pra-rumah sakit yang mengutamakan tindakan
resusitasi dan stabilisasi, pada fase rumah sakit juga direncanakan penanganan
sampai tahap definitif. Ketiga proses tersebut, triase penanganan pra-rs
penanganan intra rs, merupakan proses yang berurutan, sehingga memerlukan
kesamaan konsep dan koordinasi yang baik dari para petugasnya. Sesuai dengan
situasi yang dihadapi dan sumber daya yang tersedia, maka proses triase dapat
dilakukan dalam beberapa metode, yang kesemuanya berdasar pada filosofi yang
sama, yaitu memilih tindakan yang akan memberikan manfaat bagi kelompok
terbesar korban.Walaupun demikian, setelah triase dilakukan, prinsip-prinsip
pananganan korban sebagai individu tetap harus dijalankan. Penanganan pra-rumah
sakit meliputi penanganan di tempat kejadian dan selama transportasi. Ditempat
kejadian, pertolongan dimulai dari tindakan penyelamatan ( rescue ) dan evakuasi
korban dari tempat kejadian, misalnya gedung yang runtuh, yang umumnya
dilakukan oleh petugas penyelamat dan bukan oleh petugas medis. Setelah itu baru
1
dilakukan proses triase oleh petugas medis, sebelum dialkukan tindakan lebih lanjut.
Jadi selain di rumah sakit, triase juga dilakukan ditempat kejadian, sehingga
diperlukan kerja sama yang baik antara petugas penyelamat dan petugas medis.
Dalam triase, secara umum korban akan dikelompokkan menjadi 4 kelompok,
yaitu kelompok Merah untuk korban yang memerlukan tindakan life saving, Kuning
untuk kelompok yang tindakannya dapat ditunda, Hijau untuk kelompok yang tidak
memerlukan tindakan emerjensi, serta Hitam untuk korban yang meninggal.
Penentuan prioritas penanganan ini dilakukan oleh Pimpinan Triase atau Triage
Officer, sedangkan tindakan pertolongan dilakukan oleh petugas lain dalam tim
tersebut. Walaupun singkat, proses triase memerlukan waktu, sehingga kalau terlalu
banyak jumlah korban yang di triase oleh seorang pimpinan triase, maka korban
terakhir akan menunggu cukup lama untuk mendapat giliran diperiksa, dan hal ini
bisa berakibat fatal.
Untuk melakukan dasar triage tersebut seseorang petugas gawat darurat juga
dituntut untuk mampu dengan cepat menilai tanda tanda dan kondisi vital dari
korban, menentukan kemungkinan kebutuhan medisnya, menilai kemampuan
keselamatannya, menilai perawatan medis yang ada ditempat, memprioritaskan
managemen korban dan memberikan pasien label warna sesuai dengan prioritas.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang kami angkat
adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.3 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI TRIAGE
Triage berasal dari kata Perancis yaitu Trier yang berarti membagi dalam 3
group.
3
Pertama
kala
dikenalkan
pada
awal
1800-an
yang
ditujukan
untuk
memprioritaskan pasien dan memberikan perawatan segera kepada korban yang terluka
parah.
Baron Dominique Jean Larrey, seorang ahli bedah pada pasukan Napoleon,
merancang suatu metode evaluasi dan kategorisasi yang cepat pada pasukan yang terluka
dimedan pertempuran dan kemudian mengevakuasi mereka secepatnya.
Pada tahun 1950-1960 triage digunakan diruang gawat darurat karena 2 alasan
yaitu: meningkatkan kunjungan, meningkatkan penggunaan untuk non urgen.
Triase merupakan suatu sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi korban
dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian di berikan prioritas untuk dirawat
dan di evakuasi ke fasilitas kesehatan.
Triage adalah suatu sistem seleksi pasien yang menjamin supaya tidak ada pasien
yang tidak mendapatkan perawatan medis. Proses khusus memilah pasien berdasarkan
beratnya cedera atau penyakit : menentukan jenis perawatan gawat darurat serta
transportasi.
Triage adalah proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan. Triage
inisial dilakukan petugas pertama yang tiba. Nilai ulang terus menerus karena status
dapat berubah. Triage adalah pengelompokan korban/pasien berdasarkan berat ringannya
trauma atau penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahan.
Triage adalah suatu proses yang mana pasien digolongkan menurut tipe dan
tingkat kegawatan kondisinya.
Triase (Triage) adalah Tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban
berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan tindakan berdasar
sumber daya (SDM dan sarana) yang tersedia.
2.2 TUJUAN TRIAGE
Tujuan triage adalah :
sebanyak mungkin.
Untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan
pertolongan kedaruratan
lanjutan
Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
Trauma ringan
Sudah meninggal
Tag Triase
Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas
triase untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik
terhadap korban.
Triase dan pengelompokan berdasar Tagging.
Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan
tidak mungkin diresusitasi.
Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan
penilaian cepat serta tindakan medik dan transport segera untuk tetap
hidup (misal : gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala
atau maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar
berat).
Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien memerlukan bantuan, namun
dengan cedera yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami
ancaman jiwa dalam waktu dekat. Pasien mungkin mengalami cedera
dalam jenis cakupan yang luas (misal : cedera abdomen tanpa shok,
cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok,
cedera kepala atau tulang belakang leher tidak berat, serta luka bakar
ringan).
Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidak
membutuhkan stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama
sederhana namun memerlukan penilaian ulang berkala (cedera
jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera maksilofasial tanpa gangguan jalan nafas, serta gawat darurat psikologis).
Prioritas Keempat (Biru) yaitu kelompok korban dengan cedera atau
penyaki kritis dan berpotensi fatal yang berarti tidak memerlukan
tindakan dan transportasi, dan Prioritas Kelima (Putih)yaitu kelompok
8
mental
2. Prioritas 2 Kuning
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang
mengalami keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas atau
kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidak dapat berjalan,
cedera punggung.
3. Prioritas 3 Hijau
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai
Walking Wounded atau orang cedera yang dapat berjalan sendiri.
4. Prioritas 0 Hitam
dokter
Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan utama
Evaluasi terbatas
Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera
mendapat perawatan pertama
Triage Labelling
Untuk efisiensi, hasil triage harus diketahui oleh tim
-
Mudah dilihat, sesuai dengan kategori standar, mudah dan aman dipakai, dapat
diubah dengan mudah sesuai dengan perubahan kondisi klien, memungkinkan untuk
pencatatan klinis.
-
P
1
P
2
P
3
P
0
Keterangan:
P1 : Immediate
P2 : Urgent
P3 : Delayed
P0 : Dead
Biasanya diikat pada kaki penderita, Sulit mengubah kategori, tidak ideal untuk
triage dinamis
b. Cruciform label
P3
P1
P0
P2
Keuntungan :
Dapat dilipat sesuai prioritas yg diperlukan, cocok untuk triage yg dinamis
Kerugian :
Lipatan harus rapi sehingga tidak membingungkan, mekanisme lipat dapat
membingungkan pengguna, tidak memungkinkan untuk pemantauan pasien yg gerak.
13
c. Mettag
Gunakan kode warna sesuai dengan prioritas. Bagian bawah tag dapat dirobek untuk
situasi akut.
- Minor injuries
- Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan
Prioritas 0 Kasus Meninggal
- Tidak ada respon pada semua rangsangan
- Tidak ada respirasi spontan
- Tidak ada bukti aktivitas jantung
- Tidak ada respon pupil terhadap cahaya
2.9 ASPEK LEGAL DALAM PELAKSANAAN TRIAGE
Triage adalah sesuatu yang menarik, tantangan subspesialis dari perawatan
emergensi.
Perawat yang memimpin triage :
Merupakan kewenangan perawat untuk mentriage pasien secara
independen
Perawat triage membuat keputusan akhir dari triage
Hanya perawat yang memiliki pendidikan khusus yang di ijinkan
melakukan triage
Pengkajian Triage
Melibatkan teknik pertanyaan yang benar untuk mendapatkan data
subyektif yang cukup dari pasien
Memiliki arti sebuah pengkajian yang hati-hati dalam menilai data
obyektif
Membutuhkan perawat yang mampu berpikir kritis dalam menentukan
prioritas berdasarkan keakutannya
Legal Concern
Catatan triage harus cukup lengkap untuk kebenaran keputusan triage
Rekam medik merupakan dokumen yang legal
15
Key points
-
Menggambarkan keluhan utama seakurat mungkin. Gunakan katakata yang bisa dimengerti pasien
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Triage adalah pengelompokan atau digolongkan menurut tipe dan tingkat kegawatan,
kondisi korban/pasien berdasarkan berat ringannya trauma atau penyakit serta kecepatan
penanganan atau pemindahan. Triase merupakan suatu sistem yang digunakan dalam
mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian di berikan
prioritas untuk dirawat dan di evakuasi ke fasilitas kesehatan.
17
Prinsip Triage adalah Time Saving Is Life Saving (Respon Time Diusahakan Sependek
Mungkin), The Right Patient, To The Right Place At The Right Time Serta melakukan Yang
Terbaik. Metode triase yang dianjurkan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau
sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
Penanganan triase dikelompokan berdasarkan non disaster dan disaster. Perawat yang
memimpin triage merupakan kewenangan perawat untuk mentriage pasien secara independen,
Perawat triage membuat keputusan akhir dari triage, Hanya perawat yang memiliki pendidikan
khusus yang di ijinkan melakukan triage.
3.2 SARAN
Sebagai
seorang
perawat
hendaknya
dapat
memahami
konsep
triage
dan
mengaplikasikannya ke lapangan sesuai prinsip yang berlaku baik penanganan korban disaster
ataupun non disaster.
ketrampilan dalam pelaksanaan manajemen triase dan harus dapat menentukan organ mana
terganggu dan dapat menyebabkan kematian serta menentukan penanggulangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimity. --- . Tindakan Triase Saat Keadaan Bencana http://bencanakesehatan.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=101&Itemid=106&lang=id. diakses tanggal
11 September 2013
Anonimity. 2009. Triage, Disaster Management.
http://onesoliha.wordpress.com/2009/02/16/triage-disaster-management/. diakses
tanggal 11 September 2013
18
19