Makalah Sumber Daya Laut THD Pembangunan Ekonomi
Makalah Sumber Daya Laut THD Pembangunan Ekonomi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya sumber daya alam merupakan aset yang dimiliki suatu
Negara yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan
iklim atau cuaca, hasil hutan, tambang dan hasil laut yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan industri suatu Negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku
produksi. Dengan adanya sumber daya alam yang melimpah dan berpotensi
tinggi sangat mendukung pembangunan ekonomi suatu Negara. Pembangunan
ekonomi adalah usaha usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang
sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riel perkapita.
Di Indonesia saat ini masih tertuju pada revolusi hijau (penghijauan),
sedangkan ekonomi di bidang kelautan (ekonomi kelautan) masih diposisikan
sebagai sektor pinggiran (peripheral sector) serta tidak menjadi arus utama dalam
kebijakan pembangunan nasional. Indonesia sebagai Negara kepulauan tentunya
memiliki potensi besar di sektor kelautan. Secara umum potensi sumberdaya laut
Indonesia antara lain perikanan, terumbu karang, mangrove, tambang minyak
lepas pantai dan masih banyak lagi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut.
1)
2)
3)
4)
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui konsep dari sumber daya laut.
2) Untuk mengetahui potensi sumber daya laut yang dimiliki oleh Indonesia.
3) Untuk mengetahui konsep dari pembangunan ekonomi.
4) Untuk mengetahui kontribusi sumber daya laut terhadap pembangunan
ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sumber Daya Laut
Sumber daya kelautan adalah sumber daya yang meliputi, ruang lingkup
luas yang mencakup kehidupan laut (flora dan fauna, mulai dari organisme
mikroskopis hingga paus pembunuh, dan habitat laut) mulai dari perairan dalam
hingga ke daerah pasang surut di pantai dataran tinggi dan daerah muara yang
luas. Berbagai orang memanfaatkan dan berinteraksi dengan lingkungan laut
mulai dari pelaut, nelayan komersial, pemanen kerang, ilmuwan, dll. Dan
digunakan untuk berbagai kegiatan baik rekreasi, penelitian, industri, dan kegitan
lain yang bersifat komersial.
Secara umum, sumberdaya kelautan terdiri atas sumberdaya dapat pulih
(renewable resources), sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources),
dan jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental services).
a) Sumberdaya dapat pulih terdiri dari berbagai jenis ikan, udang, rumput laut,
termasuk kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut (mariculture).
b) Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi mineral, bahan tambang/galian, minyak
bumi dan gas.
c) Sedangkan yang termasuk jasa-jasa lingkungan kelautan adalah pariwisata dan
perhubungan laut.
2. Potensi Sumber Daya Laut di Indonesia
Secara umum potensi sumberdaya kelautan terdiri atas (1) Sumber daya
dapat pulih (ikan dan biota lainnya, terumbu karang, hutan mangrove, pulau-pulau
kecil). (2) Sumber daya tidak dapat pulih (minyak dan gas, bahan tambang dan
mineral). (3) Energi kelautan (gelombang, pasang surut, Ocean Thermal Energy
Conversion, angin). (4) Jasa lingkungan (media transportasi, komunikasi, iklim,
keindahan alam, penyerap limbah).
Banyak kajian dan laporan tentang potensi kekayaan laut hayati dan nonhayati Indonesia telah dipublikasikan sebagai berikut.
a) Lautan Indonesia merupakan wilayah Marine Mega-Biodiversity terbesar di
dunia, memiliki 8.500 species ikan, 555 species rumput laut dan 950 species
biota yang berasosiasi dengan ekosistim terumbu karang.
tidak kalah bersaing dengan negara lain. Produk andalan tersebut sebisa mungkin
untuk tidak tersaingi dengan negara lain sehingga memiliki harga yang tetap stabil
dan terus dibutuhkan oleh semua negara karena keberadaannya sangat dibutuhkan.
Salah satu produk yang dapat diandalkan pada dibukanya pasar bebas di
kawasan ASEAN adalah hasil laut yang dimiliki Indonesia. Negara-negara
ASEAN yang lain meskipun memiliki wilayah laut akan tetapi luasannya sangat
sempit bila dibandingkan dengan luasan wilayah laut yang dimiliki Indonesia
yang memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km2. Bahkan juga ada beberapa negara
yang tergabung dalam kawasan ASEAN yang tidak memiliki wilayah laut. Oleh
karena itu seharusnya Indonesia tidak lagi memandanglaut sebagai sektor yang
terpinggirkan, dan yang perlu dilakukan adalah memanfaatkannya dengan
maksimal agar potensi yang berada di laut dapat membantu meningkatkan
perekonomian negara.
Potensi wilayah laut yang terbarukan termasuk di dalamnya terdapatnya
berbagai jenis perikanan laut seperti Tuna/Cakalang, Udang, Demersal, Pelagis
Kecil, dan lainnya. Setiap tahunnya menghasilkan sekitar 4.948.824 ton, dengan
taksiran nilai US$ 15.105.011.400. Keuntungan yang sangat besar akan diterima
oleh Indonesia jika dapat mengolah potensi terbarukan dari jenis perikanan laut.
Belum lagi tambahan dari potensi terbarukan dari mariculture, perairan umum,
budidaya tambak, budidaya air tawar, dan potensi bioteknologi. Apabila dihitung
secara total potensi sumberdaya perikanan Indonesia senilai US$ 71.935.651.400
dan yang baru sempat digali sekitar US$ 17.620.302.800 (Kusumastanto, 2000).
Potensi wilayah laut tak terbarukan juga tidak kalah dengan dengan
dengan potensi terbarukan jika sudah dikeloah dengan maksimal. Karena pada
saat ini masih terdapat 70 simpanan cadangan minyak bumi yang terdapat pada
cekungan-cekungan kerak bumi yang berada dalam wilayah Indonesia, dimana
sekitar 40 cekungannya berada di wilayah laut. Dari 40 cekungan yang memiliki
potensi cadangan minyak bumi hanya 10 saja yang baru diteliti secara intensif, 11
cekungan masih diteliti sebagian dan 29 lainnya masih belum terjamah. Dari 40
cekungan itu diperkirakan akan menghasilkan 106,2 barel setara minyak dan
sampai saat ini hanya 7,5 miliar barel yang sudah tereksploitasi. Sedangkan
cadangan minyak bumi yang belum terjamah sekitar 90,1 miliar barel yang
diantaranya 57,3 miliar barel berada di lepas pantai dan 32,8 miliar barel berada
dilaut dalam. Potensi tak terbarukan dari gas alam yang terkandung dalam perut
bumi dan terletak di lautan diperkirakan sebesar 123,6 triliun kaki kubik.
Sedangkan potensi barang tambang yang berada di dasar laut seperti aluminium,
mangan, tembaga, zirconium, nikel, kobalt, biji besi non titanium, vanadium, dan
lain sebagainya yang sampai sekarang belum teridentifikasi dengan baik sehingga
diperlukan teknologi yang maju untuk mengembangkan potensi tersebut
(Kusumastanto, 2000).
Potensi pembangunan dari wilayah laut dan pesisir juga sangat
menguntungkan. Potensi pembangunan di wilayah laut dan pesisir dapat
memanfaatkan energi kelautan seperti angin, gelombang, air pasang surut dan
panas matahari di laut. Energi kelautan seperti angina dan gelombang di laut tidak
akan pernah ada habisnya dan akan selalu tersedia. Pergerakan dari angin dan
gelombang laut dapat dimanfaatkan sebagai tenaga untuk menggerakkan turbinturbin pembangkit tenaga listrik. Pembangkit listrik yang mengandalkan tenaga
dari energi kelautan seperti angin dan gelombang laut sangat menguntungkan
karena potensi yang dimiliki dari tenaga yang diberikan oleh alam di wilayah laut
ini memang sangat potensial sebagai energi alternatif sebagai pembangkit tenaga
listrik. Terlebih untuk negara Indonesia yang memiliki wilayah laut dan pesisir
yang begitu besar dan panjang, hal ini juga di dukung dengan model bentuk lahan
marine di Indonesia yang begitu beragam dan amemiliki ciri khas masing-masing
di setiap bentuk lahannya. Tentunya tidak akan mengalami kesulitan jika ingin
dalam segi pemilihan tempat dalam membangun infrastruktur pembangkit listrik
dengan memanfaatkan energi kelautan.
Potensi wisata laut merupakan potensi yang perlu pengembangan secara
berkelanjutan agar turut meningkatkan perekonomian Indonesia. Wisata bahari
(laut) merupakan salah satu tempat wisata yang paling digemari oleh wisatawan
mancanegara meskipun masyarakat Indonesia sendiri juga banyak yang
menggemarinya. Pemanfaatan yang kurang maksimal dan terbatas membuat
sektor pariwisata bahari (laut) perannya sangat sedikit dalam membantu
meningkatkan perekonomian Indonesia. Sehingga sampai saat ini wisata bahari
diibaratkan raksasa ekonomi yang masih tidur.
setiap
tahunnya
berbagai
daerah
di
wilayah
Indonesia
adanya
pertambahan
penduduk
disertai
adanya
perubahan
menyebabkan ada fluktuasi kegiatan usaha perikanan yang sangat jelas. Pada
akhirnya hal ini akan mempengaruhi aktifitas nelayan (petani ikan) dalam
berusaha. Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk yang
besar, strategi pembangunan dengan basis sumber daya alam dapat pulih (seperti
sektor perikanan) merupakan suatu hal yang tepat. Hal ini di karenakan (1) potensi
sumber daya Indonesia yang sangat besar; (2) keterkaitan industri hulu
(backward-linkages industri) dan keterkaitan industri hilir (foward-linkages
industries) yang kuat dan diharapkan dapat menciptakan efek ganda (multiplier
efects) yang besar; (3) penyerapan tenaga kerja yang besar; (4) dapat mengatasi
ketimpangan pembangunan antar wilayah dikarenakan kegiatan ekonomi berbasis
sumber daya alam yang dapat pulih bisa dan biasanya berlangsung di daerah
pedesaan; (5) karena bersifat dapat pulih, maka bisa mewujudkan pola
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (Dahuri, 2002).
Menurut Kusumastanto (2000), salah satu persoalan yang mendasar dalam
perencanaan pengembangan sektor perikanan adalah lemahnya akurasi data
statistik perikanan. Hal ini menyebabkan kendala dalam penerapan kebijakan
sektor perikanan. Selain itu, untuk menjadikan sektor perikanan sebagai motor
penggerak sektor riil, dalam pengembangnya harus memperhatikan kaidah
ekonomi dengan memperhatikan keterkaitan dengan berbagai sektor ekonomi.
Menurut Fauzie (2007), perencanaan pembangunan kelautan dan
perikanan didasarkan pada konsepsi pembangunan berkelanjutan yang didukung
oleh pengembangan industri berbasis sumber daya alam dan sumber daya manusia
dalam mencapai daya saing yang tinggi. Tiga hal pokok yang akan dilakukan
terkait arah pembangunan sektor perikanan ke depan, yaitu (1) membangun sektor
perikanan yang berkeunggulan kompetitif (competitive advantage) berdasarkan
keunggulan komparatif (comparative advantage); (2) menggambarkan sistem
ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan; (3)
mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat dengan
memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi daerah. Dalam konteks pola
pembangunan tersebut, ada tiga fase yang harus dilalui dalam mentransformasi
keunggulan komparatif menjadi keunggulan dalam hal daya saing, yaitu (a) fase
pembangunan yang digerakkan oleh kelimpahan sumber daya alam (resources
10
driven); (b) fase kedua adalah pembangunan yang digerakan oleh investasi
(investment driven) dan; (c) fase ketiga pembangunan yang digerakkan oleh
inovasi (inovation driven).
Menurut Dahuri (2001), proses pemanfaatan sumber daya perikanan ke
depan harus ada kesamaan visi pembangunan perikanan yaitu suatu pembangunan
perikanan yang dapat memanfaatkan sumber daya ikan beserta ekosistemnya
secara optimal bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia, terutama
petani ikan dan nelayan secara berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan visi
pembangunan perikanan tersebut, ada tiga syarat mutlak yang harus dipenuhi.
Pertama, sektor perikanan harus mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi
secara nasional melalui peningkatan devisa, peningkatan pendapatan rata-rata para
pelakunya serta mampu meningkatkan sumbangan terhadap PDB. Kedua, sektor
perikanan harus mampu memberikan keuntungan secara signifikan kepada
pelakunya dengan cara mengangkat tingkat kesejahteraan para pelaku perikanan.
Ketiga,
pembangunan
perikanan
yang
akan
dilaksanakan
selain
dapat
11
dan
pengelolaan
sumber
daya
menyebabkan
Indonesia
belum
mengoptimalkan manfaat dari potensi sumber daya yang ada (KKP, 2010).
12
dapat
KESIMPULAN
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan memiliki
luas wilayah laut yang sangat besar, bahkan luas wilayah lautannya lebih besar
bila dibandingkan dengan luas wilayah daratannya. Hal ini membuat Indonesia
memiliki keuntungan dari potensi alam yang dimilikinya terutama di sektor laut.
Potensi yang begitu besar dan melimpah yang terkandung dalam wilayah laut
belum termanfaatkan secara maksimal, sehingga peran sumberdaya laut kurang
berperan dalam membantu meningkatkan perekonomian Indonesia. Terlebih
selama ini pemerintah Indonesia cenderung tidak serius dalam mengolah
sumberdaya alam yang berada di lautan.
Laut merupakan raksasa ekonomi yang masih tertidur, hal ini didasarkan
pada potensi laut yang menyimpan begitu banyak potensi alam baik yang
terbarukan maupun yang tidak dan kesemuanya siap untuk dieksploitasi dan
dimanfaatkan secara sebaik-baiknya dalam mendukung kegiatan perekonomian
negara. Salah satunya potensi kekayaan laut yang dapat diandalkan dalam
perdagangan bebas kawasan ASEAN yang mulai dibuka pada thun 2015. Potensipotensi yang terdapat pada sektor laut harus dimanfaatkan secara maksimal
mengingat keuntungna yang dapat diraup sangat besar dan sangat membantu
meningkatkan
perekonomian
Indonesia.
Dengan
semakin
meningkatnya
13
DAFTAR PUSTAKA
Aiza._.
Sumber
Daya
Kelautan.
(online)
(https://www.scribd.com/doc/64483619/SUMBER-DAYA-KELAUTAN)
diakses tanggal 17 Oktober 2015
Dahuri, R. 2001. Sektor Perikanan dan Kelautan Sebagai Pilar Kemandirian
Ekonomi Nasional. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Rencana Strategis Kementerian
Kelautan dan Perikanan 2010 2014. Jakarta: Kementerian Kelautan dan
Perikanan
Kusumastanto, Tridoyo. 2000. Pengembangan Sumber Daya Kelautan dalam
Memperkokoh
Perekonomian
Nasional
Abad
21.
(Online),
Alternatif
Pembangunan
Indonesia
Masa
Depan.
(Online),
(http://www.bappenas.go.id/files/4113/6082/9494/kebijakanpesisirmaskur_
20081123092621_1031_0.pdf), diakses 17 Oktober 2015
Sanjoto, Suhartono. 2014. Ekonomi Kelautan dan Rekonstruksi Pembangunan
Ekonomi.
(Online),
(porosmaritim.com/ekonomi-kelautan-dan-
Dedy
Heryadi.
2012.
Potensi
Ekonomi
Kelautan
Mampu
14