Anda di halaman 1dari 109

KEPEMIMPINAN DR. KH.

TARMIZI TAHER
PADA PIMPINAN PUSAT
DEWAN MASJID INDONESIA ( DMI )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I )

Disusun oleh :
THAMRIN
NIM : 105053001805

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M

KEPEMIMPINAN DR. KH. TARMIZI TAHER PADA


PIMPINAN PUSAT
DEWAN MASJID INDONESIA ( DMI )

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I )

Disusun oleh :
TAMREN
NIM : 105053001805

DIBAWAH BIMBINGAN

Drs. Cecep Castrawijaya. MA


196708181998031002

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 di universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Uiniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Februari 2010

TAMREN

ABSTRAK
THAMRIN
Kepemimpinan Ketua Umum KH.DR Tarmizi Taher Pada Pimpinan Pusat
Dewan Masjid Indonesia ( DMI )
Kepemimpinan dalam Islam, seperti organisasi keagamaan menunjukkan adanya
figur pemimpin yang memiliki kekuatan dalam menjalankan kepemimpinannya.
Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah sebab yang dihadapi adalah manusia
dengan subyektifitas masing-masing.
Alasan penulis dalam melakukan penelitian ini karena Dewan Masjid
Indonesia yang dipimpin oleh KH. DR. Tarmizi Taher ini banyak berkecimpung
dalam kegiatan-kegiatan untuk memakmurkan masjid dan untuk memaparkan
tentang sosok KH. DR. Tarmizi Taher dalam memimpin dan mengembangkan
DMI.
Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Adapun subjek penelitian ini
terdapat pada Dewan Masjid Indonesia ( DMI ), sedangkan objek penelitiannya
adalah kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Taher pada DMI. Penelitian ini
dilakukian dengan mengumpulkan data melalui observasi, wawancara,
dokumentasi dan study kepustakaan yang kemudian akan dianalisis dengan cara
deskriptif interpretative yaitu memaparkan atau menggambarkan seluruh masalah
dengan hasil penelitian apa adanya.
Dari hasil penelitian ini dalam kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Taher
selalu bersikap propesional dan kekeluargaan. Dalam hal kepemimpinan KH. DR.
Tarmizi Taher memiliki tipe kepemimpinan demokratis serta tegas dalam setiap
pengambilan kebijakan. Fungsi kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Taher dalam hal
pengembangan DMI adalah dengan cara memandu, menuntun, membimbing serta
membangun kerja bawahan dengan cara memberikan motivasi kerja, memberikan
pengawasan kerja demi tercapainya tujuan DMI. Gaya kepemimpinan KH. DR.
Tarmizi Taher adalah gaya kepemimpinan dengan orintasi Karyawan ( employee
oriented ) dilakukan dengan cara membangun kebersamaan, mengerjakan semua
dengan tanggung jawab serta saling bekerja sama untuk mewujudkan cita-cita
DMI. Kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Taher sudah dapat dikatakan efektif.
Dalam mengembangkan DMI KH. DR. tarmizi Taher menekankan kepada pola
Idaroh ( manajemen ), Imaroh ( pengelolaan program ) dan Riayah ( pengelolaan
fisik ).

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji dan syukur yang tulus, penulis panjatkan kepada Allah SWT.
Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat penulis susun dan
selesaikan dengan penuh kerja keras, sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana
S1.
Shalwat dan salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW,
karena berkat jasa beliaulah kita bisa membedakan yang hak dan yang bathil,
sehingga kita selalu berada dijalan Allah SWT.
Selesainya penulisan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itulah penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Orang tuaku tercinta yang begitu tulus mencintai dan menyayangi, Kakak
dan adik-adikku tersayang, yang tiada hentinya memberikan motivasi baik
moril ataupun materil yang tidak terhingga selama penulis menuntut ilmu.
2. Bapak DR. Arif Subhan. M.A sebagai dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi
3. Bapak. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA sebagai ketua Jurusan
Manajemen Dakwah yang telah banyak memberikan inspirasi kepada
penulis.
4. Bapak. Drs. Cecep Castrawijaya. MA sebagai Sekretaris Jurusan
Manajemen Dakwah sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak membantu dan memberikan bimbingan dan pengarahan yang
amat berharga dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah banyak


memberikan pengetahuan kepada penulis.
6. Para penguji skripsi ini, yang telah menyediakan waktu dan tenaga serta
fikiran untuk memberikan koreksi, tanggapan, dan saran kepada penulis.
7. Seluruh Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah dan
Komunikasi, yang telah memberikan fasilitas selama penulis kuliah dan
selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Sahabat sekaligus kekasihku Nurhasanah. S.sos.I. yang selalu ada untuk
memberikan motivasi dan telah banyak membantu untuk menyelesaikan
skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan Manajemen Dakwah A angkatan 2005, yang
telah memberikan support kepada penulis untuk segera menyelesaikan
penyusunan skripsi
10. Sahabat-sahabatku, Didin, Rizal, Rival, Idam, Adnan, dan lain-lain.
Terimakasih atas persahabatan kita yang banyak membuahkan kenangan
suka dan duka selama kuliah.
11. Keluarga besar Mahasiswa Rokan Hilir Riau, Insya Allah cita-cita kita
akan tercapai dan menjadi kenyataan.
12. Seluruh pengurus DMI, terutama bapak KH. DR. Tarmizi Taher, Bapak
Drs.H. Natsir zubaidi, Ibu eva serta Ibu Ros, sebagai sumber inspirasi
dalam karya tulis ini dan sekaligus telah banyak membantu dalam
penulisan skripsi ini.

ii

Penulis hanya bisa berdoa semoga kebaikan bapak, ibu, sahabat dan
teman-teman menjadi amal sholeh, semoga mendapat balasan yang berlipat ganda
dari Allah SWT. Amin.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, mudah-mudahan tulisan ini,
menambah perbendaharaan Kahazanah intelektual para pembaca.

Jakarta,

Penulis

iii

2010

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................. iv

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................

D. Metodologi Penelitian.........................................................

E. Tinjauan Pustaka.................................................................

F. Sistematika Penulisan .........................................................

LANDASAN TEORI
A. Pengertian, Hakekat dan Efektifitas Kepemimpinan............ 10
1. Pengertian Kepemimpinan ............................................ 10
2. Hakekat Kepemimpinan................................................ 12
3. Efektifitas Kepemimpinan............................................ 14
B. Fungsi, Tipe dan Gaya Kepemimpinan ............................... 17
1. Fungsi Kepemimpinan .................................................. 17
2. Tipe Kepemimpinan...................................................... 18

iv

3. Gaya Kepemimpinan..................................................... 25
C. Organisasi.. 26
1. Pengertian Organisasi.. 26
D. Masjid ................................................................................ 28
1. Pengertian Masjid ......................................................... 28
2. Peran dan Fungsi Masjid ............................................... 30
E. Organisasi Masjid.. 34
BAB III

PROFIL DR. KH. TARMIZI TAHER DAN GAMBARAN


UMUM DEWAN MASJID INDONESIA
A. Profil DR. KH. Tarmizi Taher............................................ 38
1. Latar Belakang Keluarga............................................... 38
2. Latar Belakang Pendidikan............................................ 39
3. Karir DR. KH. Tarmizi Thaher..................................... 43
4. Penghargaan-penghargaan DR. KH. Tarmizi Taher...... 46
5. Perjalanan dakwah DR. KH. Tarmizi Taher ................. 47
6. Karya-karya DR. KH. Tarmizi Taher ........................... 48
B. Gambaran Umum Dewan Masjid Indonesia ........................ 50
1. Sejarah dan latar belakang Dewan Masjid Indonesia ..... 50
2. Struktur organisasi kepengurusan Dewan Masjid
Indonesia ...................................................................... 53
3. Visi dan misi Dewan Masjid Indonesia ......................... 65
4. Tujuan Dewan Masjid Indonesia ................................... 65
5. Sasaran Dewan Masjid Indonesia .................................. 66

6. Sumber kekayaan dan keuangan Dewan Masjid


Indonesia ...................................................................... 66
BAB IV

ANALISIS KEPEMIMPINAN DR. KH. TARMIZI TAHER


PADA DEWAN MASJID INDONESIA
A. Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher dalam
membangun system
1. Membangun Inovasi, Koordinasi dan Konsep ............... 69
2. Melakukan Langkah-langkah Strategis.......................... 70
B. Efektifitas Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Thaher
Pada Dewan Masjid Indonesia.. 74
C. Gaya Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher pada Dewan
Masjid Indonesia................................................................. 83
D. Tipe Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher pada Dewan
Masjid Indonesia................................................................. 89

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... 97
B. Saran .................................................................................. 98

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang Masalah
Sekarang ini banyak sekali figur seorang pemimpin, baik sebagai
pemimpin negara, pemimpin perusahaan bisnis, pemimpin dalam sebuah
organisasi sosial atau pmimpin organisasi lainnya yang eksis ditengah-tengah
masyarakat. Karakteristik dan modal kepemimpinan pada tiap-tiap organisasi
tersebut dipengaruhi oleh situasi dan tujuan yang berbeda, misalnya seorang
pemimpin negara merupakan pemimpin nasional yang tugasnya memimpin
rakyat, seorang pemimpin perusahaan menjalankan kepemimpinannya kepada
karyawan untuk memajukan perusahaan, seorang pemimpin agama membimbing
ummatnya untuk beribadah kepada tuhan dan sebagainya. Jadi, pribadi seorang
pemimpin dalam situasi yang berbeda memiliki tujuan yang berbeda pula dan
tentu saja memiliki gaya kepemimpinan dan karakter yang berbeda pula.
Kepemimpinan dalam Islam, seperti organisasi keagamaan menunujukkan
adanya figur pemimpin yang memiliki kekuatan kharisma yang tinggi dalam
menjalankan kepemimpinannya.
Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah sebab yang dihadapi adalah
manusia dengan subyektifitas masing-masing. Oleh karena itu seorang pemimpin
hendaknya memiliki sifat, ciri atau nilai-nilai pribadi dalam dirinya antara lain :
1. Berpandangan jauh kemasa depan
2. Bersikap dan bertindak bijaksana
3. Berpengetahuan luas

4. Bersikap dan bertindak adil


5. Berpendirian teguh
6. Mempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil
7. Berhati ikhlas
8. Memiliki kondisi fisik yang baik
9. Mampu berkomunikasi
Kepemimpinan dakwah adalah syarat yang harus dimiliki oleh setiap
pelaku dakwah. Kepemimpinan dakwah adalah suatu sikap atau sifat
kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang yang menyampaikan dakwah yang
mendukung funginya untuk menghadapi publik dalam berbagai situasi.1
Mesjid sebagai pusat Ibadah, dakwah dan peradaban islam dalam
sejarahnya yang panjang, mengalami berbagai macam perubahan dan pergeseran.
Dari perubahan yang positif sampai pergeseran yang bersifat negative. Selama
beada dalam pergeseran yang negative, ia bergeser dari fungsi yang sesungguhnya
sampai pada fungsi yang sangat terbatas. Ia tidak lagi menjadi pusat dakwah dan
peradaban islam, tetapi hanya berfungsi sebagai tempat ibadah mahdah saja.
Bila kita melakukan pengamatan dengan teliti terhadap kenyataan yang
berkembang dewasa ini, pada umumnya masjid-masjid yang akan dapat
dikategorikan dalam dua bagian yaitu, 1. masjid yang sesuai dengan konsep ajaran
islam, atau paling tidak bisa mendekati fungsi masjid yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW, dan 2. masjid yang tidak sesuai lagi dengan profil masjid yang
dikehendaki ajaran islam.
1

Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar manajemen Dakwah, ( Yogyakarta : Al-Amin dan IKFA,


1996 ), cet ke- 1, h, 73

Masjid merupakan wadah yang paling strategis dalam membina dan


menggerakkan potensi ummat islam untuk mewujudkan SDM yang tangguh dan
berkualitas sebagai pusat pembinaan ummat. Eksisitensi masjid kini dihadapkan
pada berbagai perubahan dan tantangan yang terus bergulir dilingkungan
masyarakat. Masjid sebagai symbol eksistensi dari sebuah masyarakat muslim
dalam sebuah komunitas muslim disamping dapat menggambarkan kuantitas
kaum muslimin yang ada juga dapat menggambarkan kuantitas pemahaman dan
pengalaman nilai-nilai islam dan ajarannya.
Kepemimpinan atau leadership pada hakikatnya adalah satu State of mine
dan state of the spirit, suatu sikap hidup dalam fikiran dan sikap kejiawaan yang
merasa terpanggil untuk memimpin dengan segala tindakan,perbuatan, prilaku dan
ucapan mendorong dan mengantarkan yang dipimpin kearah cita-cita luhur dalam
segala bidang kehidupan beragama, berbangsa dan bermasyarakat.2
Penulis menganggap leadership itu ada dalam jiwa KH. DR. Tarmizi
Thaher.seorang pemimpin Dewan Masjid Indonesia.
DMI yang dipimpin oleh KH. DR. Tarmizi Thaher ini banyak
berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan untuk memakmurkan masjid, oleh karena
itu penulis tertarik untuk memaparkan tentang siapa sebenarnya KH. DR. Tarmizi
Thaher, bagaimana beliau memimpin DMI, serta meneliti kepemimpinan beliau
dalam mengembangkan DMI.
Dengan

demikian

penulis

memilih

judul

skaripsi

ini

adalah

Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Thaher pada Pimpinan Pusat Dewan


Masjid Indonesia ( DMI )
2

KE-2 H, 7

Ranoh Ayub, kepemimpinan kharismatik, ( Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia, 1999 ), CET

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Banyak sekali hal yang menarik dan patut diceritakan tentang DR. KH
Tarmizi

Thaher baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin, juga

berbagai aktifitas di lingkungan keluarga, lingkungan tempat kerja, maupun


dilingkungan masyarakat.
Mengingat keterbatasan penulis dan agar pembahasannya terfokus
dalam berbagai hal, maka penulis membatasi permasalahan dalam satu segi
saja yaitu, hanya pada kepemimpinan yang dilakukan KH. DR. Tarmizi
Thaher pada DMI Periode 2006-2011.
2. Perumusan masalah
Adapun masalah yang akan diteliti dan dipaparkan dalam skripsi ini
adalah sekitar :
a. Bagaimana kepemimpinan DR. KH Tarmizi Thaher pada DMI ?
b. Bagaimana respon pengurus terhadap kepemimpinan DR. KH Tarmizi
Thaher pada DMI ?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang kepemimpinan DR.
KH. Tarmizi Thaher pada DMI.
b. Untuk mengetahui respon pengurus terhadap kepemimpinan DR. KH.
Tarmizi Thaher pada DMI

2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian di atas diharapkan penelitian ini dapat
memberikan manfaat antara lain :
a. Manfaat Teoritis
1) Memberikan motivasi kepada masyarakat khususnya civitas
akademika Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk terus
mengadakan penelitian lebih mendalam tentang kepemimpinan
pada lembaga-lembaga dakwah.
2) Memberikan kontribusi Khazanah ilmu pengetahuan kepada
fakultas, jurusan serta mahasisiwa tentang pola kepemimpinan
dakwah
b. Segi Praktis
1) Dapat dijadikan model dan panduan kepemimpinan dakwah
2) Sebagai informasi mengenai aktifitas DMI serta gambaran metode
kepemimpinan yang cocok untuk menghadapi berbagai macam
tantangan dakwah.
3) Untuk

memperkaya

pengetahuan

tentang

model-model

kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Thaher bagi penulis khususnya


dan bagi aktifis dakwah.
D. Metodelogi Penelitian
1. Metode penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunkan pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif yaitu, metode untuk mengungkapkan masalah

dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya dari


penelitian.3
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor lembaga DMI yang beralamat Jl. Taman
Wijaya Kusuma ruang 30, Masjid Istiqlal Jakarta Pusat. Adapun waktu
penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2009.
3. Subjek Dan Objek Penelitian
Subjek adalah orang yang dapat memberikan informasi. Adapun yang
dijadikan sabjek dalam penelitian ini adalah pendiri dan para pengurus
DMI

pimpinan

pusat,

sedangkan

objek

penelitian

ini

adalah

kepemimpinan ketua umum DR. KH. Tarmizi Taher pada pimpinan pusat
Dewan Masjid Indonesia.
4. Tekhnik Pengumpulan Data
Adalah suatu cara yang dapat dihasilkan untuk memperoleh suatu
kebenaran yang diambil dari data yang kita miliki yang bisa dipandang
secara ilmiah dalam suatu penelitian terhadap hasil yang diperoleh secara
keseluruhan. Data yang diambil adalah data primer yaitu data yang
diperoleh dengan wawancara langsung dengan narasumber. Adapun
tekhnik pengumpulan data tersebut sebagai berikut :
a. Wawancara
Yaitu alat suatu pengumpulan data dengan bertemu langsung dengan
pengurus DMI pusat dan diberikan pertanyaan langsung oleh penulis
tentang kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher dan seluk beluk DMI.
3

Winarno S, pengantar penelitian ilmiah dasar, metode dan tekhnik (Bandung : Tarsito,
1989 ) Hal. 138

b. Observasi atau Pengamatan


Tekhnik yang digunakan untuk mengamati langsung kegiatan DMI
Pusat dengan harapan akan mempermudah serta memperoleh suatu
keakuratan data.
c. Study Kepustakaan
merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai bahan bacaan
yang berhubungan dengan objek kajian skripsi ini seperti buku,
catatan-catatan,

artikel

serta

dokumen-dokumen

penting

yang

berkaitan dengan kajian ini, yang diperoleh langsung dari lembaga


bersangkutan maupun yang diperoleh dari sumber lain di luar lembaga
tersebut.
5. Analisa Data
Dalam melakukan analisa data, penulis menggunakan metode analisis
kualitatif, yaitu penulis berusaha menjelaskan mengenai kepemimpinan
DR.

KH.

Tarmizi

Taher,

disertai

kegiatan-kegiatan

dalam

mengembangkan DMI, dan selanjutnya data-data yang ada akan dianalisis


secara komprehensif.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum mengadakan penelitian sebagai langkah awal dalam penyusunan
skripsi yang akan penulis buat, penulis melakukan study kepustakaan untuk
mempelajari skripsi, tesis, disertasi atau karangan lain serta buku-buku yang ada
hubungannya dengan judul yang penulis garap.

Setelah melakukan suatu kajian pustaka, maka penulis menemukan sebuah


skripsi yang hampir sama dengan yang penulis buat saat ini. Tetapi terdapat
beberapa perbedaan. Skripsi itu berjudul Peran DMI DKI Jakarta Dalam
Meningkatkan Masjid Sebagai Pusat Kegiatan Tabligh . Disusun oleh Ahmad
Syafik, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam pada tahun 2007.

Menganalisa

peran DMI untuk meningkatkan masjid sebagai pusat kegiatan tabligh sehingga
dapat menciptakan generasi yang handal dalam menyampaikan ajaran-ajaran
Islam, peduli dan selalu bertakwa kepada Allah SWT.
Sedangkan skripsi penulis yangberjudul Kepemimpinan Ketua Umum
DR. KH. Tarmizi Taher pada Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia, sepanjang
pengamatan penulis karya Ahmad Syafiq lebih terfokus pada peran DMI cabang
DKI jakarta dalam hal tabligh, sedangkan penulis lebih membahas tentang
bagaimana seorang DR. KH. Tarmizi Taher dalam memimpin Dewan Masjid
Indonesia.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan dalam menguraikan dan mengananlisa yang
akan dibahas dan sekaligus agar pembaca dapat memahami uraian selanjutnya,
maka penulis mensistematisasikan pembahasan yang akan ditulis kedalam babbab sebagai berikut :
BAB I

: PENDAHULUAN, Bab ini menjelaskan seputar latar belakang


masalah, perumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, methodologi, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI, bab ini menjelaskan tentang Kepemimpinan


seperti: pengertian kepemimpinan, hakekat kepemimpinan, tipe dan
fungsi kepemimpinan, gaya kepemimpinan dan kepemimpinan yang
efektif, juga menjelaskan tentang masjid seperti : pengertian masjid,
peran masjid dan fungsi masjid.
BAB III : GAMBARAN UMUM

DR. KH. TARMIZI THAHER DAN

PIMPINAN PUSAT DEWAN MASJID INDONESIA ( DMI ). Bab ini


menjelaskan

tentang

latar

belakang

keluarga,

latar

belakang

pendidikan, karir DR. KH. Tarmizi Taher, perjalanan dakwah DR. KH.
Tarmizi Taher, dan karya-karya Tarmizi Taher. Juga menjelaskan
tentang sejarah berdirinya DMI, Latar belakang DMI, maksud dan
tujuan didirikan, visi dan misi DMI, struktur pengurus DMI serta
program kerja DMI.
BAB IV : ANALISIS KEPEMIMPINAN DR. KH. TARMIZI TAHER PADA
DEWAN MASJID INDONESIA. Yang berisi tentang Kepemimpinan
DR. KH. Tarmizi Taher pada Dewan Masjid Indonesia, Respon
pengurus terhadap Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher pada
pimpinan pusat Dewan Masjid Indonesia
BAB V : PENUTUP, yang terdiri dari dua sub yaitu kesimpulan dan saran.
Tekhnik penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku
petunjuk pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Mengingat lebih mudah mengaplikasikannya dalam penulisan skripsi

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian kepemimpinan, Hakekat Kepemimpinan dan efektifitas
kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin yang
berarti membimbing atau dituntun.4 Kepeemimpinan mendapat awalan ke dan
sisipan em serta akhiran anmenurut tata bahasanya awalan ke dan ke-an
berfungsi sebagai pembentuk kata benda abstrak yang mengandung arti menjadi
atau peristiwa. Sedangkan sisipan em pada kata pemimpin berfungsi
membentuk kata baru yang artinya tidak berbeda dengan kata dasarnya. Arti
sisipan em disini mengandung sifat. Jika pemimpin bnerasal dari kata pimpin
yang mendapat awalan pe yang mempunyai arti orang yang melakukan . jadi,
pemimpin adalah orang yang memimpin.5
Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata leadership. Kepemimpinan
berbeda dengan pimpinan, pimpinan adalah orang yang tugasnya memimpin,
sedangkan kepemimpinan adalah bakat atau sifat yang seharusnya dimiliki setiap
pemimpin.6
Leadership asal katanya adalah Lead, sedang lead berasal dari kata Lithan
yang berarti pergi. To lead berarti to guide, to direct in action atau membimbing,

WJS, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1982
), Cet. Ke-4 h. 754
5
Abdullah Ambari, Inti Sari Tata Bahasa Indonesia, ( Bandung: Dajtmika, t.t ), h. 70-72
6
Alex S. Nitisemito, ManajemenSuatu Dasar dan Pengantar, ( jakarta : Ghalia Indonesia,
1989 ) Cet, ke-3 h, 140

10

11

mengarahkan dalam tindakan.7 Leader adalah orang yang membimbing atau


mengarahkan orang lain. Sedangkan leadership atau kepemimpinan adalah sifat
yang dimiliki seseorang sehingga mampu membimbing orang lain, atau
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang lain dengan kemauan
sendiri mau berbuat seperti yang dikehendaki.8
Secara terminologis, menurut Cheppy Hari Cahyo kepemimpinan adalah
merupakan kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bekerjasama dalam rangka
mencapai tujuan yang mereka kehendaki.9
Menurut Zaini Muchtarom, seraya mengutip dari pendapat GR. Terry
kepemimpinan

adalah

hubungan

dimana

seseorang

atau

pemimpin

mempengaruhi orang-orang untuk mengerjakan tugas bersama dengan kemauan


mereka guna mencapai tujuan yang dikehendaki pemimpin.10
Adapun menurut Abdul Syani kepemimpinan adalah merupakan suatu
proses pemberian pengaruh dan pengarahan dari seorang pemimpin terhadap
orang lain ( sekelompok orang ) atau melakukan aktifitas tertentu sesuai dengan
kehendaknya.11
Secara umum dan sederhana kepemimpinan didefinisikan sebagai seni
atau proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi
atau mengontrol fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain sehingga mereka
mau melakukan usaha atau keinginan untuk bekerja dalam rangka mencapai suatu
7

Harbangan Siagian, Manajemen Suatu Pengantar, ( Semarang : Satya Wacana, 1993 ).


Cet. Ke-4 h. 127
8
Ibid. h. 128
9
Cheppy Hari Cahyono, Psikologi kepemimpinan, ( Surabaya : Usha Nasional, 1984 ), cet
ke-1 h.
10
Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, ( Yogyakarta : al-Amin dan IKFA,
1996 ) cet ke-1 h. 15
11
Abdul Syani, Manejemen Organisasi, ( Jakarta : PT. Bina Aksara, 1994 ) cet ke-1 h. 231

12

tujan tertentu. Konsep ini lalu diperluas lagi bahwa yang dimaksud dengan
keinginan untuk bekerja disini adalah keinginan bekerja yang disertai dengan
penuh semangat dan kepercayaan.12
Dari

beragam

pendapat

diatas

penulis

menyimpulkan

bahwa

kepemimpinan adalah sebuah sifat pemimpin dalam proses mempengaruhi orangorang atau bawahan dalam rangka untuk mencapai sebuah tujuan yang telah
ditentukan.
2. Hakekat Kepemimpinan
Yang

dimaksud

hakekat

kepemimpinan

adalah

kepengikutan

(Followership) yaitu berarti adanya keinginan orang-orang untuk mengikuti yang


akan membuat seseorang menjadi pemimpin.13 Dengan kata lain hakekat
kepemimpinan adalah kepengikutan bawahan kepada pimpinan, dimana tingkah
laku bawahan menjadi searah dengan kemauan dan aspirasi pemimpin karena
pengaruh interpersonal.pimpinan terhadap bawahannya tersebut.
Proses kepemimpinan adalah perwujudan perubahan yang terjadi antara
pengikut dan pemimpin dalam situasi perubahan ini haruslah memberi kepuasan
kepada dua belah pihak.14 Untuk itu hubungan antara pemimpin dan pengikut
hendaknya hubungan yang bersifat timbal balik dan terbuka atau bersifat
komunikatif. Dalam hal ini, pemimpin dapat menerima yang dipimpin dan
begitupun sebaliknya.

12

Wahjosumidjo, Kiat Kepemimpinan Dalam Teori dan Praktek, ( Jakarta : PT. Harapan
Masa PGRI, 1994 ), cet ke1 h. 23
13
Harold Koonz, manajemen Jilid 2, ( Jakarta : penerbit erlangga, 1990 ), cet ke-4 h. 147
14
Ibid, h. 23

13

Hakikat kepemimpinan menurut Wahjosumidjo dalam bukunya kiat


kepemimpinan

dalam

teori

dan

praktek

menjelaskan

bahwa

hakekat

kepemimpinan adalah kepengikutan, yaitu yang menyebabkan seseorang menjadi


pemimpin adalah jika adanya kemauan orang lain untuk mengikuti.15 dimana
tingkah laku bawahan searah dengan kemauan pemimpin karena pengaruh
interpersonal pemimpin terhadap bawahannya tersebut. Sebab sekelompok orang
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan memrlukan seorang pemimpin (leader)
agar kerjasama tersebut bias menjadi efektif.
Sejarah manusia dalam bekerjasama atau berorganisasi menunjukkan
keberhasilan mencapai tujuan sebagian besar ditentukan oleh pemimpin dan
efektifitas kepemimpinan. Oleh karena itu kepemimpinan merupakan hal yang
sangat sentral dalam sebuah organisasi. Senang atau tidaknya seseorang dalam
suatu organisasi, dan tercapai atau tidaknya tujuan organisasi sebagian ditentukan
oleh tepat atau tidaknya seseorang yang diangkat sebagai pemimpin dan efektif
atau tidaknya kepemimpinan yang diterapkan.16 Oleh karena itu, untuk menjadi
seorang pemimpin harus dapat memahami dan mengendalikan anggota yang
terdiri dari banyak orang dengan segala perbedaannya.17
Terkait mengenai hal ini Wahjosumidjo menyatakan bahwa dalam
kehidupan sebuah kelompok ( organisasi ) diperlukan adanya keterkaitan antara
tiga unsure kepemimpinan,18 sebagai berikut :

15

Ibid, h. 22
Uber Silalahi, Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen, ( Bandung : CV. Manda
Maju, 2002) cet ke-2 h. 302
17
Panji Anoraga, Psikologi Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), cet ke-2 h. 4
18
ibid
16

14

a. Kemampuan untuk memahami, bahwa manusia dan situasi yang berbeda


mempunyai kekuatan motivasi yang berbeda pula.
b. Kemampuan untuk menghidupkan motivasi pengikat agar menggunakan
kapasitas mereka secara penuh dalam pekerjaan
c. Kemampuan untuk menrapkan perilaku dan iklim yang serasi, hal ini dapat
dipandang sebagai suatu kepemimpinan.
Dengan

kata

lain

penulis

dapat

menyimpulkan

bahwa

hakikat

kepemimpinan adalah kepengikutan bawahan kepada atasan atau pimpinan, yang


dimana seorang pemimpin harus memahami bawahannya supaya tujuam bersama
dalam organisasi dapat tercapai.
3. Efektiftifitas Kepemimpinan
Permasalahan permasalahan yang dihadapi beberapa kelompok akhir
akhir ini tidak dapat dipecahkan tanpa adanya organisasi yang sukses. Tapi
organisasi tidak akan sukses tanpa adanya kepemimpinan yang efektif. Para
pemimpin saat ini menghadapi keadaan yang sangat sulit, dimana laju globalisasi
yang meningkat dengan cepat, akibatnya kegiatan kepemimpinan mencadi begitu
rumit dalam situasi armada kerja adalah majemuk sehingga efektifitas
kepemimpinan sangat diperlukan dalam menjawab tantangan kedepan. Oleh
karena itu, menurut Muhammad Ramadhan kepemimpinan yang efektif yaitu
kepemimpinan yang mempu mengadaptasi gayanya agar sesuai dengan situasi
tertentu. Hal ini erat hubungan nya dengan tingkat perkembangan dan kematangan
bawahan dalam melaksanakan tugas tertentu.

15

Efektifitas seorang

pemimpin tidak ditentukan oleh gaya atau tipe

kepemimpinan yang digunakannya, tetapi tergantung pada caranya menerapkan


gaya atau tipe kepemimpinannya tersebut dalam situasi yang dihadapinya.
Semakin efektif interaksi pimpinan dengan bawahan terutama melalui
pendekatan manusiawi ( Human approach) menunjukan kecendrungan semakin
tinggi dan tebina suatu sikap saling pengertian dan keeratan hubungan emosional
antara pimpinan dengan bawahan, dan keadaan ini menjadi potensi untuk
bersama. Interaksi yang dilakukan terhadap pimpinan dapat berlangsung secara
formal atau informal tergantung sesuai dengan tuntutan situasi, tempat dan
kepentingan.
Sedangkan menurut Yayat M. Herujito dalam bukunya yang berjudul
Dasar dasar Manajemen mengatakan :
Factor factor yang mempengarui efektifitas pemimpin antara lain sebagai
berikut :
a. Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin
b. Harapan dan prilaku atasan
c. Kebutuhan tugas
d. Karakteristik, pengharapan dan prilaku bawahan
e. Iklim dan kebijakan organisasi
f. Harapan dan prilaku rekan
Semua faktor faktor ini mempengarui pemimpin melakukan fungsi
kepemimpinannya.19

19

Yayat M Harujito, Dasar-dasar Manajemen, ( Jakarta : PT. Gramedia, 2004 ) cet ke-2

16

Edwin Giseli menyebutkan ada beberapa syarat atau sifat dari


kepemimpinan efektif yaitu :
a. Kemampuan pengawasan dalam kedudukan atau pelkasanaan fungsi
manajeman, terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain
b. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan , pemikiran kreatif dan daya
pikir
c. Kecerdasan, mencakup kebijaksanaan, pemikiran kreatif dan daya pikir
d. ketegasan atau kemampuan membuat keputusan dan memecahkan
masalah dengan cakap dan tepat
e. Kepercayaan diri atau pandangan kepada dirinya dalam menghadapi
masalah masalah
f.

Inisiatif

atau

kemampuan

untuk

bertindak,

tidak

tergantung,

mengembangankan suatu aktifitas dan menemukan cara cara baru dan


inovasi.
Jadi, fungsi kepemimpinan yang efektif menjadikan bawahann bekerja
efektif, kearah pencapaian tujuan dan karenanya organisasi menjadi efektif.
Dengan demikian menurut penulis kepemimpinan yang efektif tergantung
bagaimana

kemampuan

seorang

pemimpin

dapat

menyesuaikan

gaya

kepemimpinannya pada situasi dan kondisi yang dihadapi. Dapat menyesuaikan


diri

yaitu

dapat

mendelegasikan

wewenag

secara

efektif

dengan

memmpertimbangkan kemampuan mereka, kemampuan bawahan dan tujuan yang


harus diselesaikan.

17

B. Fungsi,Tipe dan Gaya Kepemimpinan


1. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi berasal dari kata function yang berarti fungsi jabatan kedudukan.
Kata fungsi adalah kata benda menyatakan suatu posisi, dengan kata lain kata
fungsi mencerminkan suatu yang statis. Dari pengertian fungsi dan kepemimpinan
yang telah diterangkan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
fungsi

kepemimpinan

adalah

suatu

posisi

dimana

seorang

pemimpin

memfungsikan dirinya sebagai orang yang memimpin.


Mengenai fungsi kepemimpinan Kartini Kartono dalam bukunya
pemimpin dan kepemimpinan menjelaskan bahwa fungsi kepemimpinan ialah
memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau menggunakan
motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjlin jaringan komunikasi
yang baik, memberikan supervise / pengawasan yang efisien, dan membawa para
pengikutnya kepada sasaran yang dituju, sesuai dengan ketentuan waktu
perencanaan.20
Lebih jelas lagi J. Riberu dalam bukunya Dasar-Dasar Kepemimpinan
telah menerangkan dan membagi fungsi kepemimpinan kepada tiga bagian yaitu :
a. Tugas menanggapi situasi hidup masyarakat
b. Tugas menilai situasi hidup masyarakat
c. Tugas menetukan sikap / tindakan terhadap situasi hidup21

20

1998

21

Kartono Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada,
Riberu, Dasar-dasar Kepemimpinan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1992

18

Seorang pemimpin bertugas menanggapi situasi yang terjadi ditengah tengah masyarakat atau kelompoknya . sesorang pemimpin harus mengetahui
masalah masalah yang terjadi di masyarakat dan harus mengetaui keinginan
keinginan masyarakat.
Agar satu kelompok dapat dipimpin secara efektif, seoarang pemimpin
paling sedikit harus menjalankan dua fungsi utama yaitu :
a. Fungsi Pemacahan Sosial ( problem solving function ) fungsi ini
berhubungan dengan tugas atau pekerjaan yaitu memberikan jalan
keluar, pendapat dan informasi terhadap masalah yang dihadapi
kelompok.
b. Fungsi Sosial, fungsi ini berhubungan dengan kehidupan kelompok,
yaitu memberikan dorongan kepada anggota kelompok untuk mencapai
tujuan dan menciptakan suasana bagi kelompoknya.
Dari beberapa definisi diatas penulis mencoba menyimpulkan bahwa
fungsi kepemimpinan adalah seorang pemimpin yang memfungsikan poisinya
sebagai orang yang memimpin yang menjadi Penggerak utama dalam
keberlangsungan sebuah organisasi.
2. Tipe Kepemimpinan
Yang dimaksud dengan tipe kepemimpinan adalah suatu bentuk atau pola
seseorang dalam memimpin. Segala bentuk yang dilakukan seorang pemimpin
dapat dijadikan pola untuk mencocokkan tipe apa yang dipakai seorang pemimpin
dalam menjalankan kepemimpinannya.

19

Ada beberapa tipe pokok kepemimpinan yaitu:


a. Tipe Kepemimpinan Authoratic ( Otokratis )
Tipe kepemimpinan ini mengutamakan kekuatan dan posisi
formalnya. Pemimpin yang sangat authoritarian biasanya kurang
memperhatikan kebutuhan bawahan dan lebih memntingkan penyelesaian
tugas, semua aktifitas ditentukan oleh atasan; dan komunikasinya hanya
satu arah saja, yaitu kebawah saja.22
Ciri-ciri kepemimpinan ini adalah sebagai berikut :
a) Mengaggap bahwa organisasi adalah milik pribadi
b) Mengidentikkan tujuan pribadi dari pada tujuan organisasi
c) Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata
d) Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena ia
menganggap dialah yang paling benar
e) Selalu bergantung pada kekausaan formal
f) Dalam menggerakkan bawahan sering menggunakan pendekatan
(approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.23
Dari sifat-sifat yang dimiliki tipe pemimpin otokratis tersebut
diatas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak

menghargai hak-hak dari

manusia.
b. Tipe Kepemimpinan Laissez-Faire ( free reign )

22

h. 168

23

Basu Swastha, Azas-Azas Manajemen Modern, ( Yogyakarta : Liberty, 1985 ). Cet ke-1

http://id.shvoong.com/business-management/management/2152411-tipe-tipekepemimpinan/

20

Tipe kepemimpinan ini membiarkan para bawahan mengatur diri


mereka sendiri, pemimpin hanya menetukan kebijaksanaan dan tujuan
umum. Sedangkan bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan dan
pencapaian tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok. Meskipun
gaya kepemimpinan seperti ni menciptakan masalah besar namun masih
ada situasi-situasi yang cocok untuk penerapan secara efektif.24
c. Tipe Kepemimpinan Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan
seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin dalam
organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah
bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :
a) Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah
mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama
b) Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan
jabatan
c) Senang pada formalitas yang berlebihan
d) Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
e) Tidak mau menerima kritik dari bawahan
f) Mengemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

24

Op cit , h. 169

21

dari sifat-sifat yang dimiliki pemimpin militeristis jelaslah bahwa tipe


pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.
d. Tipe Kepemimpinan Fathernalistis
Tipe pemimpin fathernalistis mempunyai ciri-ciri tertentu yaitu
bersifat fathernal atau kebapakan. Kepemimpinan seperti ini menggunakan
pengaruh yang bersifat kebapakan dan menggerakkan bawahan untuk
mencapai tujuan terkadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu
sentimental.
Sifat-sifat umum dari tipe kepemimpinan fathernalistis adalah
sebagai berikut :
a) Menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak dewasa
b) Bersikap terlalu melindungi bawahan
c) Jarang memberikan

keempatan

kepada

bawahannya

untuk

mengambil keputusan
d) Jarang

memberikan

kesempatan

kepada

bawahan

untuk

mengembangkann inisiatif daya kreasi


e) Sering menganggap dirinya maha tahu.25
Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini
sangat diperlukan akan tetapi ditinjau dari segi negatifnya pemimpin
fathernalistis kurang menunjukkan kontinuitas terhadap organisasi yang
dipimpinnya.
e. Tipe Pemimpin Kharismatis

25

Ibid, hal. 170

22

Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menemukan


sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memilikim kharisma. Hal yang
diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mempunyai daya tarik yang
sangat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar.
Mengapa mereka mengikuti pemimpin seperti ini, pengetahuan
tentang faktor penyebeb karena kurangnya seorang pemimpin yang
kharismatik, maka sering hanya dikatakan pemimpin yang demikian hanya
diberkahi dengan kekuatan ghaib ( Super Natural Power ), perlu
dikemukakan bahwa kenyataan umur, kesehatan, profil pendidikan dan
sebgainya tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin
kharismatis.
f. Tipe Kepemimpinan Partisipatif ( Democratic )
Tipe pemimpin yang demokratis yaitu tipe kepemimpinan dimana
pemimpin menempatkan manusia sebagai factor utama dan terpenting
dalam setiap organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi perilaku
pelindung, penyelamat, dan perilaku yang cenderung memajukan dan
mengembangkan organisasi.
Tipe kepemimpinan ini melibatkan bawahan dalam perencanaan
dan pengambilan keputusan. Disini pemimpin lebih memperhatikan
kebutuhan bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Pemimpin
juga memberikan kemungkinan kepada bawahan untuk berpartisipasi
dalam bentuk pemberian informasi, pendapat dan usul-usul.
Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan yng
demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang paling baik. Hal ini

23

disebabkan

karena

tipe

kepemimpinan

ini

selalu

mendahulukan

kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu.


Beberapa ciri dari kepemimpinan demokratis adalah sebagai
berikut :
a) Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari
pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia didunia
b) Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan
kepentingan organisasi
c) Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya
d) Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan membrikan
pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan
tidak mengurangi daya kretifitas, inisiatif dan prakarsa dari bawahan.
e) Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh pemimpin, tipe demokratis
dijelaskan bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.
g. Tipe kepemimpinan menurut Haidar Nawawi dan Martin Handari
Menurut Haidar Nawawi dan M Martin Handari terdapat juga tipe
kepemimpinan pelengkap yang merupakan turunan dari tipe-tipe kepemimpinan
pokok yaitu :26
1) Tipe Kepemimpinan Simbol
Tipe kepemimpinan ini menempatkan seorang pemimpin sekedar
lambang / symbol tanpa menjalankan kegiatan kepemimpinan yang
26

2003

Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Yogyakarta : UGM Press,

24

sebenarnya, walaupun demikian kedudukannya tidak dapat digantikan oleh


orang lain.
2) Tipe Kepemimpinan Pengayom
Tipe kepemimpinan ini yang menempatkan seseorang sebagai
kepala yang layknya sebagaimana berfungsi sebagai kepala keluarga.
Pemimpin memiliki kesediaan dan kesungguhan dalam mengayomi
anggotanya, dengan berbuat segala sesuatu yang layak dan diperlukan
organisasinya.
3) Tipe Kepemimpinan Ahli
Tipe kepemimpinan ini harus dujalankan oleh seorang yang
memiliki keahlian atau keterampilan tertentu yang sesuai dengan bidang
garapan yang dikelola oleh organisasinya. Dengan kata lain pemimpin
harus professional dibidangnya.
4) Tipe Kepemimpinan Organisatoris
Tipe kepemimpinan ini dijalankan oleh para pemimpin yang
senang

dan

memiliki

kemampuan

mewujudkan

kerjasama

yang

pelaksanaannya berlangsung secara sistematis dan terarah dan ada tujuan


yang jelas. Pemimpin bekerja secara berencana, bertahap, dan tertib.
5) Tipe Kepemimpinan Agigator
Tipe kepemimpinan ini adalah tipe kepemimpinan yang diwarnai
dengan kegiatan pemimpin dalam bentuk tekanan-tekanan, adu domba,
memperruncing perselisihan, menimbulkan dan memperbesar perpecahan /
potensi konflik dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Agitasi yang dilakukan terhadap kelompok atau orang yang berada diluar

25

organisasinya semata-mata untuk kepentingan orgnisasinya bahkan untuk


kepentingan pribadinya.
3. Gaya Kepemimpinan
Kata gaya berasal dari bahasa inggris yaitu kata stayle yang berarti gaya
;cara ( hidup, bertindak dan sebagainya ).27 Yang dimaksud dengan gaya
kepemimpinan menurut istilah ialah cara bagaimana seorang pemimpin membawa
dirinya sebagai seorang pemimpin cara ia bergerak dan tanpil dalam
menggunakan kekuasaannya.28
Leadership

stayle

dapat

diartikan

dengan

gaya

kepemimpinan.

Maksudnya, cara yang diambil seseorang dalam rangka memperaktekkan


kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan bukan bakat. Oleh karena itu, gaya
kepemimpinan dapat dipelajari dan diperaktekkan dan dalam penerapannya harus
disesuaikan dengan situasi yang dihadapi.29
Sehubungan dengan itu Agus Dharma seperti yang dikutip Hadari Nawawi
dalam bukunya Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi mendefinisikan bahwa
gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang ditunjukkan seseorang pada
saat ia mencoba mempengaruhi orang lain.30
Menurut T. Hani Handoko dalam bukunya manajemen membagi gaya
kepemimpinan menjadi dua yaitu :

27

Wajo Waswito dan WJS poerwadarminta, kamus lengkap inggris Indonesia-indonesia


inggris, ( Jakarta : hasta, 1974 ) Cet ke-2 h. 218
28
Riberu, Dasar-Dasar Kepemimpinan, ( Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1992 ) h. 7
29
Yayat M Harujito, Dasar-dasar Manajemen, ( Jakarta : PT. Gramedia, 2004 ) cet ke-2
h. 188
30
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, ( Yogyakarta : UGM Press,
2003 ) Cet ke-1 h. 115

26

a. Gaya dengan orientasi tugas ( Task Oriented ). Pemimpin berorientasi


tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk
menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai dengan yang diinginkan,
pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan
pelaksanaan pekerjaan dari pada perkembangan dan pertumbuhan
karyawan.
b. Gaya dengan orintasi karyawan ( employed oriented ). Pemimpin yang
berorintasi pada karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan
disbanding mengawasi mereka. Mereka mendorong para angota
kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan
kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan,
menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling
mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.31
C. Organisasi
A. Pengertian Organisasi
Organisasi secara etimologi berasal dri kata organum yakni alat, bagian
dari anggota atau badan. Sedangkan secara terminologi bisa diartikan :
1. Susunan yang teratur dan berdsiplin
2. Persatuan sesuatu atau keadaan dipersatkan sehingga orang bisa bekerja
sama.
3. Caranya bagian-bagaian dari suatu eseluruha disusun
4. Kelompok manusia yang bersatu untuk melakukan pekerjaan tertentu
31

Handoko Hani T, Manajemen, yogyakarta : BPFE, 1998

27

5. Perpaduan

secara

sistematis

dariada

bagian-bagian

yang

saling

ketergantungan atau keterkaitan untuk membantu suatu kesatuan yang


bulat mengenai kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha
mencapai tujuan yang telah ditentukan
6. Aktiitas-aktivitas

menyusun

dan

membentuk

hubungan

sehingga

terwujudlah kesatuan-kesatuan usaha dalam mencapai maksud dan tujuan


7. Suatu sistem kerjasama yang dilaksanakan oleh dua orang atau lebih untuk
mencapai tujuan bersama
8. Berhimpunnya sejumlah orang untuk melakukan kerjasama dengan
seorang pemimpin, lainnya sebagai anggota dan terikat oleh aturan tertentu
untuk mancapai tujuan tertentu.
9. Setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama
atau secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah
ditentukan dalam ikatan mana terdapat orang/beberapa orang yang disebut
atasan dan seorang atau sekelompok orang disebut bawahan.32
Suatuperkumpulan juga dapat disebut organisasi bila memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut :
a. Pimpinan
b. Anggota
c. Peraturan yang mengikat, biasanya ada AD dan ART.

32

Fadli Ahmad HS. Organisasi Dan Manajemen, (Jakarta: MANHALUN NASYI-IN PRESS ,
2008) Cet ke-4 Hal : 1-3

28

Yang menjadi dasar organisasi bukan siapanya akan tetapi apanya


yang berarti bahwa yang dipentingkan bukan siapa orang yang akan memegang
organisasi, tetapi apakah tugaspekerjaan dari organisasi.
Jika kita sudah mengetahui tugas-tugas organisasi, barulah kemudian kita
mencarai orang-orang yang akan memegang atau menangani tugas-tugas yang ada
di dala organisasi itu.
Organisasi sebagai wadah atau tempat daripada manajemen mempunyai hubungan
yang erat sekali dengan manajemen dan saling mempengaruhi, kalau organisasi
baik akan tetpi manajemen tidak baik maka akan berpengaruh sehingga organisasi
tidak dapat bergerak sebagaimana mestinya. Demikian pula sebaliknya, kalo
manejemen baik tetapi organisasinya tidak baik maka akan menimbulkan
mismanajemen. Hubungan antara manajemen dan organisasi dapat dianalogikan
sebagai hubungan antra badan dan jasmaniyah dengan nyawa atau jiwa
D. Masjid
1. Pengertian Masjid
Masjid berasal dari kata sajada yaasjudu sujuudan masjidan yang berarti
tempat merendah diri, tempat menyembah tuhan, tempat sujud, setiap tempat
yang dipakai untuk sujud, setiap tempat yang dipakai untuk ibadah kepada Allah
SWT, dan setiap tempat yang dipakai untuk menunduk kepada Allah SWT.
Pengertian masjid menurut Istilah adalah tempat sujud, yaitu tempat
ummat islam mendirikan shalat, Dzikir kepada Allah SWT dan untuk hal-hal yang
berhubungan dengan dakwah islamiah. Masjid secara umum seringkali
diidentikkan dengan tempat shalat bagi mereka yang mengaku islam sebagai

29

agamanya. Sejak zaman Nabi, masjid selain difungsikan sebagai tempat


pelaksanaan Ibadah juga sebagai pusat kebudayaan, pusat pengaturan strategi
perang dan damai, serta pusat pembinaan dan pengembangan sumber daya ummat
secara keseluruhan.

Masjid berarti tempat sujud, secara terminologi masjid juga

dapat diartikan sebagai tempat beribadah ummat islam, khususnya dalam


melaksanakan shalat. Masjid sering disebut dengan sebutan Baitullah (rumah
Allah) yaitu rumah yang dibangun sebagai sarana mengabdi kepada Allah SWT.33
M. HR. Songge menyatakan masjid secara terminologis bermakna sebagai
tempat para hamba yang beriman bersujud melakukan Ibadah Mahdhah berupa
Shalat wajib dan berbagai Shalat sunnah lainnya kepada Allah SWT. Sedangkan
masjid dalam makna terminologinya adalah tempat diamana para hamba
melakukan segala aktivitas baik yang bersifat vertikal maupun horizontal dalam
kerangka beribadah kepada Allah SWT.34
Prof. TM. Hasbi Ash-Shiddiqhi berpendapat bahwa pengertian masjid
tidaklah khususnya mendirikan shalat Jumat saja, bahwa perkataan masjid itu
mengenai segala tempat yang dijadikan tempat umum untuk menegakkan shalat
dan jamaah.35
Syekh Sayid Syabiq dalam bukunya Fiqhu Sunnah mengartikan masjid
sebagai berikut : sebagaimana Allah telah mengkhususkan kepada ummat ini,
yaitu menjadikan bumi dalam keadaan suci dan sebagai masjid, dimana saja orang

33

Siswanto, Ir, Panduan Praktis Organisasi Masjid, ( Jakarta : Pustaka Al-Kautsar 2005 ),
cet ke 1, hal. 23
34
M. HR. Songge, Pesan Risalah Msyarakat Madani, ( Jakarta : PT. Mediacita, 2001 ) Hal.
12-13
35
Hasbi Ash Shidiqi TM Prof, Koleksi Hadis-Hadis Hukum, ( Bandung : PT. al-Maarif, 1979
) Jilid 2 cet ke-3

30

muslim telah sampai pada waktu shalat maka shalatlah dimana ia berada atau
mendapatinya.36
Dalam pengertian sehari-hari masjid merupakan bangunan tempat suci
kaum muslimin. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan
patuh, maka hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang
mengandung kepatuhan kepada Allah SWT semata. Didalam Al-Quran
ditegaskan :


Artinya : Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah karena itu
janganlah menyembah selain Allah sesuatu apa pun ( QS. Al-Jin : 18 )
Dari beberapa pendapat diatas penulis berkesimpulan bahwa masjid
disamping tempat mendirikan shalat, juga mempunyai peran ganda dalam
pengembangan dakwah Islam dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
2. Peran dan Fungsai Masjid
Ketika masjid hendak kita maksimalkan peran dan fungsinya sebagai
tempat ibadah dan pembinaan ummat, maka ada sisi aktivitas yang harus
dikembangkan, tegasnya semua anggota masyarakat yang menjadi jamaah masjid
harus mendapat pembinaan dari masjid sehingga meningkatkan ketakwaan kepada
Allah SWT.37
Apabila masjid dituntut berfungsi membina ummat, tentu sarana yang
dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik semua ummat baik dewasa,

36
37

Sayid Syabiq, Fiqhus-sunnah, ( Beirut : Dar al-fik, 1981 ), jilid 1, cet ke 3, hal-209
Ahmad Yani, Menuju Masjid Idel, ( LP2SI : Haramain, 2001 ), cet ke1, hal-19

31

anak-anak, tua, muda, laki-laki, perempuan, yang terpelajar maupun yang tidak
terpelajar, sehat atau sakit serta kaya atau miskin.38
Al-Quran menyatakan fungsi masjid antara lain dalam Firman Nya :

Artinya : Bertasbihlah kepada Allah dimasjid-masjid yang telah diperintahkan


untuk dimuliakan dan disebut namanya didalamnya pada waktu pagi
dan petang, orang-orang yang tidak ( pula ) jual beli, atau aktivitas
apapun. Dan mengingat Allah, dan ( dari ) kendirikan shalat
membayar zakat mereka takut kepada suatu hari yang ( dihari itu )
hati dan pengelihatan menjadi guncang. ( QS. An-Nuur : 36-37 )
Masjid telah mengalami perkembangan pesat, baik dalam bentuk
bangunan maupun fungsi dan perannya. Hamper dapat dipastikan bahwa dimana
komunitas ummat muslim berada disitu ada masjid. Memang ummat islam tidak
bias terlepas dengan masjid. Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut
ilmu, bertukar pengalaman, pusat dakwah dan lain sebagainya disamping sebagai
tempat ibadah.
Saat ini masjid memiliki fungsi dan peranan yang semakin terasa penting
dalam kehidupan ummat islam, diantaranya sebagai berikut :
a. Tempat Beribadah
sesuai dengan namanya masjid adalah tempat sujud. Maka diketahui
bahwa makna masjid didalam islam adalah sebagai tempat ibadah shalat.
Sebagaimana menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan

38

Quraisy Syihab, Wawasan Al-Quran, ( Bandung : Mizan, 2004), cet ke 15, hal-461

32

untuk memperoleh ridho Allah, maka fungsi masjid selain tempat untuk
shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran
islam.
b. Tempat Menuntut Ilmu
masjid berfungsi sebagai tempat belajar mengajar, khususnya ilmu agama
yang merupakan fardhu Ain bagi ummat islam. Disamping itu juga ilmuilmu lainnya baik ilmu alam, social, keterampilan dan sebagainya.
c. Tempat Pembinaan Jamaah
dengan adanya ummat islam disekitarnya, masjid perlu mengaktualkan
perannya dalam mengkoordinir mereka, baik untuk ibadah maupun
aktivitas lainnya dalam rangka menyatukan potensi dan kepemimpinan
ummat. Selanjutnya, ummat yang tewrkoordinir secara rapi oleh pengurus
masjid ( dalam hal ini Takmir masjid / DKM / HJM ) dibina keimanan,
ketakwaan, ukhuwah dan dakwah islamiyah.
d. Pusat Dakwah dan Kebudayaan
masjid merupakan jantung kehidupan ummat islam, yang selalu berdenyut
untuk menyebar luaskan dakwah islamiyah dan budaya islami. Dimasjid
pula seharusnya direncanakan, diorganisir , dikaji, dilaksanakan atau
dikembangkan dakwah dan kebidayaan islam yang menyahuti kebutuhan
masyarakat.39

39

Ibid hal-27

33

e. Pusat Kaderisasi
sebagai tempat Pembina jamaah dan kepemimpinan ummat, masjid
memerlukan

aktivitas

yang

berjuang

menegakkan

islam

secara

berkesinambungan, patah tumbuh hilang berganti, karena itu, pembinaan


kader perlu disiapkan dan dipusatkan dimasjid sejak mereka masih kecil
sampai dewasa, diantaranya melalui wadah TPA.
f. Basis kebangkitan ummat islam adad 15 hijriah ini telah dicanangkan
ummat islam sebagai abad kebangkitan ummat islam. Ummat islam yang
telah sekian lama tertidur dan tertinggal dalam percaturan peradaban
dunia, berusaha untuk bangkit dengan berlandaskan ajaran islam.
g. Tempat Kegiatan Masayarakat
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masjid merupakan
pusat ibadah dalam pengertian luas yang mencakup juga pusat pusat
kegiatan muamalat. Dimasjid kita dapat melakukan akad nikah. Ketika
rencana kehidupan rumah tangga fimulai. Dari masjid kita dapat petuah
dan wejangan tentang bagaimana kehidupan rumah tangga dijalankan.
Dari masjid juga diperoleh kejelasan bagaimana kehidupan Islami dapat
dijalankan baik menyangkut aspek ekonomi, soail,politik maupun
budaya.40
Dalam rangka untuk pencapaian maksud tersebut maka perlu optimalisasi
peran masjid sebagai pusat ibadah dan pengembangan masyarakat dalam
meningkatkan keimanan, ketakwaan, pendidikan, keterampilan, kecerdasan, dan
40

Hal.50-51

Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah, ( Jakarta : Al-Mawardi Prima, 2002 ), Cet ke-1

34

pembinaan persatuan ummat (Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Basyariah, dan


Ukhuwah Wathoniah).
E. Organisasi Masjid
Organisasi adalah merupakan kerja sama di antara beberapa orang untuk
mencapai suatu tujuan dengan mengadakan pembagian dan peraturan kerja. Yang
menjadi ikatan kerja sama dalam organisasi adalah tercapainya tujuan secara
efektif dan efisien. Dari definisi tersebut dapat diambil pengertian, bahwa
organisasi Masjid adalah merupakan wadah kerja sama yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih yang memiliki keterkaitan dengan Masjid untuk mencapai tujuan
bersama. maka peran organisasi ini adalah memakmurkan Masjid.

Untuk merealisasikan fungsi dan peran Masjid diperlukan organisasi


Masjid yang mampu mengadopsi prinsip-prinsip organisasi dan management
modern. Sehingga aktivitas yang diselenggarakan dapat menyahuti kebutuhan
umat serta berlangsung secara efektif dan efisien. Kebutuhan akan organisasi
Masjid yang profesional semakin tidak bisa ditawar lagi mengingat kompleksitas
kehidupan umat manusia yang semakin canggih akibat proses globalisasi,
kemudahan transportasi, kecepatan informasi dan kemajuan teknologi.41

Organisasi Masjid secara kuantitas sudah banyak, namun sebagian besar


kinerjanya masih sangat memprihatinkan. Hal ini terlihat dengan kurang
profesionalnya Pengurus maupun minimnya aktivitas yang diselenggarakan.
Banyak faktor yang mempengaruhi kurang profesionalnya kebanyakan Pengurus

41

TIM WEB INSTITUT MANAJEMEN MASJID 2007. Hal. 1

35

Masjid, di antara yang penting adalah minimnya pengetahuan dan kemampuan


berorganisasi.

Organisasi dan management telah menjadi bagian yang menyatu dengan


kehidupan manusia. dengan memanfaatkannya suatu lembaga, termasuk
organisasi Masjid, dapat bekerja mencapai tujuan secara efektif dan efisien, serta
dapat mengantisipasi perkembangan organisasi ke depan. Orang-orang modern
telah mengaplikasikan dalam berbagai aktivitas, baik yang bertujuan komersial
maupun sosial, dan nyata-nyata telah memberi banyak sumbangan bagi kemajuan
lembaga. Organisasi Masjid bila ingin maju harus mengadopsi ilmu organisasi
dan management modern.42

Pada dasarnya penerapan organisasi dan management dalam sistim organisasi


Masjid adalah untuk mempermudah usaha mencapai tujuan. Dengan menerapkan
prinsip-prinsipnya, maka akan diperoleh beberapa keuntungan, di antaranya:

1. Semua aktivitas dilakukan secara terencana dan direncanakan berdasarkan


pertimbangan rasional serta dapat dipertanggungjawabkan.

2. Aktivitas diselenggarakan secara terorganisir dengan menghindari


terjadinya tumpang tindih.

3. Dalam melaksanakan aktivitas lebih terkoordinasi dengan sistim


kepemimpinan dan tanggungjawab yang jelas.

42

Ibid. Hal. 3

36

4. Pelaksanaan aktivitas maupun hasilnya dapat mudah diawasi dan


diarahkan sesuai dengan tujuan penyelengaraannya.43

Di Indonesia telah berkembang organisasi Masjid, atau dengan nama


lainnya seperti: Dewan Kesejahteraan Masjid, Dewan Kepengurusan Masjid,
Dewan Kemakmuran Masjid, dewan masjid indonesia atau Pengurus Masjid; yang
menjadikan Masjid sebagai titik pusat perhatiannya. Sementara faktor umat
sebagai satu kesatuan jamaah masih belum tersentuh dengan baik, sehingga
menimbulkan kesenjangan dalam pembinaannya.

Saat ini perlu dihadirkan organisasi Masjid yang mampu menyatukan Masjid,
jamaah dan imamah dalam suatu komunitas muslim. Konsep ini menekankan
bukan hanya Masjid sebagai tempat aktivitas ibadah, tetapi juga umat Islam
sebagai subyek sekaligus obyek dari aktivitas tersebut. Umat Islam di sekitar
suatu Masjid membentuk satu kesatuan jamaah, dan dibimbing oleh imamah
Pengurus Tamir Masjid. Karakter yang ingin dikembangkan adalah demokratis,
egaliter dan penuh partisipasi dengan dilandasi nilai-nilai Islam.

Format organisasi Masjid ini memanfaatkan prinsip-prinsip organisasi dengan


lebih serius, seperti adanya tujuan, visi dan misi yang jelas, departementasi dalam
bidang-bidang kerja, hirarki kepengurusan yang diikuti adanya hak, wewenang
dan tanggungjawab, pendelegasian tugas dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip
management juga diaplikasikan dengan sungguh-sungguh, misalnya planning,
organizing, actuating dan controlling (POAC).
43

http://www.immasjid.com/?pilih=lihat&id=1162

37

Pemikiran mendasar yang melatarbelakangi format organisasi Masjid adalah


karena semakin beragamnya kebutuhan dawah Islamiyah dan keinginan untuk
melibatkan seluruh potensi umat dalam upaya-upaya memakmurkan Masjid serta
kebutuhan dalam menyahuti kebangkitan Islam yang telah dicanangkan.

38

BAB III
PROFIL DR. KH TARMIZI TAHER
DAN GAMBARAN UMUM DEWAN MASJID INDONESIA ( DMI )
A. Profil DR. KH Tarmizi Taher
1. Latar Belakang Keluarga.
Nama lengkap Tarmizi Thaher adalah Tarmizi Thaher. Beliau dilahirkan
di Padang, Sumatera Barat pada 7 Oktober 1936. Beliau lahir dari pasangan
Taher Marah Sutan dengan isteri keduanya Djawanis, istri pertama Thaher
Marah Sutan wafat, saat menikah dengannya. Dengan isteri pertamanya, Thaher
Marah sutan tidak memiliki anak. Saat Tarmizi Thaher dilahirkan, Thaher marah
Sutan berusia 55 tahun, sementara Djawarnis masih berusia 20 tahun.44
Thaher Marah Sutan

merupakan sosok yang berjiwa nasionalis dan

berintelektual tinggi. Maka tak mengherankan kalau saat ini Tarmizi Thaher
menjadi seorang dai yang sukses dalam berdakwah untuk membawa ummat
manusia di era modern ini agar ( ummat islam ) menjadi cerdas.
Intelektual asal minang ini sejak kecil hidup dalam keluarga bahagia
karena mempunyai orang tua yang terdidik dan berada. Karena itu, Tarmizi
Thaher dilahirkan tidak dirumah dan juga tidak oleh dukun beranak, tetapi
dirumah sakit ibu dan anak ( IDA ). Yang sekarang menjadi rumah sakit tentara di
kota padang, Sumatera Barat. Ini sesuatu yang masih jarang terjadi dimasa
penjajahan, sebab orang tua Tarmizi Thaher adalah orang pribumi. 45

44
45

Nurul Badruttamam, M.A. Dakwah Kalaboratif Tarmizi Thaher. Hal. 67


Iibid, hal 67

39

Tarmizi Thaher memiliki seorang istri dan empat orang anak. Tiga
diantaranya laki-laki, sedangkan yang kedua adalah perempuan. Keempat anaknya
telah menikah dan meiliki putra putri ( cucu Tarmizi Thaher ).
Istri Tarmizi Thaher bernama Hj. Djoesma Tarmizi Thaher, lahir di
Padang 13 Juli 1940. Anak pertamanya bernama Dipl. Ing. H. Afghan lulusan
Braubschweigh Jerman. Adiknya bernama Ir. H. Sakina, M. Sc, alumni IPB yang
merupakan salah satu staf UNDP. Putra ketiga Tarmizi Thaher bernama Dipl. Ing.
H. Halbana, M. Sc, yang juga keluaran Achen Jerman. Sedangkan putera
keempatnya bernama H. Digantoro, SE. dari lulusan UI. Menantu pertama
Tarmizi Thaher bernama Hj. Ilona. Menantu keduanya bernama dr. H. Eka .S
Utama, dengan anaknya Dina Rahmatika dan Nabila Farakhika. Sedangkan
menantu ketiganya bernama Dr. Hj. Shanti Budhiasih dengan putranya Moh.
Ihsan. Dan menantu terakhir Dr. Hj. Ratri Ainulfa, yang memiliki anak Moh.
Faruqi dan Nasfah Aisyah Rahmah.46
2. Latar Belakang Pendidikan
Tarmizi Thaher merupakan orang yang sukses dalam mengarungi
kehidupan. Sejak kecil, Tarmizi Thaher dididik kedua orang tuanya untuk menjadi
orang yang berjiwa nasionalis dan siap membangaun bangsa, hal ini terlihat dari
dunia pendidikan yang beliau tempuh. Tarmizi Taher menempuh SD dari tahun
1943 sampai 1949.

46

Riwayat hidup Tarmizi Thaher

40

Prestasi gemilang selalu didapatkan Tarmizi Thaher dalam mengarungi


dunia pendidikannya. Dengan begitu, tak mengherankan kalau ada salah satu guru
SD nya yang mengakui prestasinya karena kecerdasannya.
Sewaktu SD Tarmizi Thaher duduk satu kelas dengan Tabrani ( kakaknya
). Beliau menempuh SD di tiga tempat. Pada 1945, Tarmizi Thaher sekolah
dipadang, tempat sekolah Muhammad Yamin. Ketika perang meletus di Padang ,
1946-1947, Tarmizi Taher dan keluarga pindah ke Padang Panjang, Sumatera
Barat. Cerita kecil Tarmizi Thaher masih bisa didapatkan dari guru SD nya Ibu
Retno Gundam. Setiap berada di padang Panjang ia selalu menjenguk gurunya
tersebut , termasuk setelah menjabat Menteri Agama RI. Ibu Retno Gundam
mengakui bahwa Tarmizi Taher seorang anak yang cerdas. Kecerdasan itu bukan
sekedar pengakuan tetapi dibuktikan dengan predikat juara kelas. Bahkan ketika
tamat SD Tarmizi Thaher menjadi juara I tingakat Kabupaten Tanah Datar (
Ketika itu masih Padang Panjang ).47
Setelah lulus, Tarmizi Thaher pun melanjutkan pendidikannya di Jakarta,
yaitu di SMPN 4 Jakarta. Pada tahun 1949 sampai tahun 1952, yang kini terletak
dijalan Perwira, samping gedung Departemen Agama Pusat, Lapangan Banteng.
Kemudian beliau meneruskan di SMA 2 Wijaya Kusuma Surabaya pada tahun
1952 sampai tahun 1959.
Tarmizi Taher pernah mengikuti latihan kilat militer PPKD Surabaya,
pada tahun 1960, sebelum akhirnya memasuki Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga ( UNAIR ) Surabaya. Yang tamat tahun 1964. Semasa dibangku kuliah,

47

Ibid, hal. 73-74

41

Tarmizi Taher merupakan seorang aktivis yang berkecimpung diberbagai


organisasi. Dari mulai organisasi mahasiswa hingga organisasi penerbitan.
Beliau pernah menjabat Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa UNAIR
Surabaya ( 1960-1962 ). Ditahun 1962-1963 beliau menjadi Ketua Senat
Mahasiswa di Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga. Satu tahun kemudian,
terpilih menjadi Ketua Umum Dewan Mahasiswa, posisi tertinggi ditingkat
Universitas ( 1963-1964 ). Dan pada tahun 1958-1960, menjadi Ketua Dewan
Redaksi Majalah Mahasiswa Embriyo, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya.
Seusai lulus dari Fakultas kedokteran UNAIR Surabaya, Tarmizi Taher
melanjutkan study yang berkonsentrasi dibidang kemiliteran. Beliau mengikuti
latuhan kemiliteran pertama Sispa XIII Kobangdikal/AAL Surabaya, tahun 1965
sampai dengan tahun 1966.48
Setelah menyelesaikan latihan kemiliteran, Tarmizi Thaher mendapatkan
beberapa kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di luar
negeri. Tarmizi Thaher banyak mendapatkan pengalaman dan salah satunya
menjadi peserta terbaik selama belajar diluar negeri.
Beliau menjadi peserta training pekerja yang diadakan oleh tentara AS di
Sandiego, California Amerika Serikat pada tahun 1972 -1973. Setelah mendapat
sertifikat, ditahun 1975 beliau ikut serta untuk bergabung dalam program study
kesehatan untuk perwira tinggi, yang disponsori oleh TNI AS di Washington D.C.
beliau pernah mengikuti Navy Staff of comment school for the armed forces of
the republic Indonesia, pada tahun 1976. Disini Tarmizi Thaher mendapatkan
predikat terbaik, nomor 1 di lebih dari 100 siswa. Selain itu, Tarmizi Thaher
48

Biografi Tarmizi Thaher

42

pernah mengikuti training and development program IMDI ( Internasional


Manajemen Development Instituted ), Graduate School of Public and
Internasional Affairs, university of Pittsburgh, Pennsylvania. Amerika Serikat
pada tahun 1991 dan Introduction to Computers IMDI, university of Pittsburgh,
Computer Learning Center, pada tahun 1991.
Tarmizi Thaher pun telah banyak memiliki pengalaman. Dari sinilah
terlihat kalau Tarmizi Taher merupakan orang yang cerdas dan cerdik dalam
menentukan masa depannya. Apa yang menjadi cita-cita kedua orang tuanya pun
dapat dicapai semua.
Hal itu bisa dilihat dari sikap dan cita-cita ayahnya yang berjiwa nasionalis
serta memiliki intelektul yang tinggi. Sementara Ibunya adalah seorang
Muballighoh

yang

tekun

mempelajari

agama.

Betapa

tidak,

ayahnya

menginginkan ia menjadi seorang dokter sedangkan ibunya mengharapkan ia


menjadi tokoh agama. Kedua keinginan ayah dan ibunya tersebut telah
dipenuhinya. Sebagai dokter, nama Tarmizi Thaher cukup popular dimata para
pasiennya. Sedangkan sebagai Muballigh Tarmizi taher tidaklah asing dimata
ummat. Terlebih setelah ia menjabat sebagai Menteri Agama RI dalam Kabinet
Pambangunan VI.
Setelah pandai di dunia pendidikan, didalam percakapan ternyata Tarmizi
taher menguasai empat bahasa asing secara aktif. Diantaranya bahasa Inggris,
Bahasa Belanda, Bahasa Jerman dan Bahasa Arab. Maka tak mengherankan kalau
KH. DR. Tarmizi Thaher memiliki hasil karya dalam bahasa asing.

43

B. Karir Tarmizi Taher


DR. KH. Tarmizi Thaher adalah sosok yang gemilang dalam mengarungi
kehidupan. Hal ini bisa terlihat dari aktifitas DR. KH. Tarmizi Thaher dalam
meniti karir. Disamping kemiliteran dan pelayanan masyarakat, DR. KH. Tarmizi
Thaher pun aktif diberbagai organisasi pemerintahan.
Diorganisasi pemerintahan, DR. KH. Tarmizi Taher pernah menjabat
Seretaris Jendral Department Agama ( 1987-1993 ). Setelah itu, beliau mendapat
kepercayaan untuk menjadi Mentri Department Agama ( 1993-1998 ). Selang satu
tahun, DR. KH. Tarmizi Thaher menjadi Duta Besar RI untuk Norwegia ( 19992002 ).DR. KH. Tarmizi Thaher juga menjadi anggota MPR, mewakili Fraksi TNI
dalam bidang keagamaan ( 1978-1982 dan 1982-1987). Selama menjadi dokter
medis, ditahun 1975, beliau menjadi kepala deputi Asosiasi Pemberantasan
Tuberculosis Indonesia.
Sedang dibidang kemiliteran, selama DR. KH. Tarmizi Thaher menjadi
Purnawirawan TNI, jabatan terakhir militernya adalah Laksamana Muda. Bahkan
sebelum DR. KH. Tarmizi Thaher mengikuti latihan kemiliteran pertama Sispa
XIII Kobangdikal/ AAL Surabaya ( 1965-1966 ). Tahun 1964, beliau bergabung
di TNI sebagai petugas kesehatan. Di tahun 1979 beliau menjabat Kepala
Pelayanan Bimbingan Mental di TNI. Satu tahun kemudian beliau dipromosikan
menjadi Kepala Deputi Pusat untuk bimbingan mental ABRI.
Dalam jajaran TNI AL / ABRI, mulai menapaknya dari Jabatan Kepala
Department Kesehatan KRI Iran ( 1964-1965 ), kepala kesehatan Denma Armada
( 1965 ), kepala kesehatan KRI Halmahera ( 1965-1966 ), kepala kesehatan

44

Kojenjelru ( 1968 ), Kepala Kesehatan Daerah ( 1968-1972 ), Kepala Bagian


Kesehatan Preventif Diskesal ( 1975- 1976 ), Asisten Pembinaan Jinkesal ( 19761978 ), Kepala Kesehatan Preventif AL ( 1977), Perwira Pembinaan Perencanaan
Kesehatan AL, Kepala Dinas Pembinaan Mental TNI AL ( 1979-1980 ), Wakil
Kepala Pusat Pembinaan Mental ABRI ( 1980-1982 ), dan Kepala Pusbintal ABRI
( 1982-1987 ).
Sejak kecil beliau memiliki latar belakang keislaman yang kuat dan sangat
berbakat dibidang Psikologi. Maka tak heran jika DR. KH. Tarmizi Thaher
kemudian menjadi aktif diberbagai penyuluhan dibidang keagamaan . setelah
lulus, DR. KH. Tarmizi Thaher aktif di aktifitas-aktifitas dakwah Islam diberbagai
tingkat masyarakat Muslim Indonesia. Dan ditahun 1972 beliau menjadi Ketua
Dewan Pendidikan tertinggi untuk Islamic Cell. DR. KH. Tarmizi Thaher menjadi
salah satu anggota Badan Pengurus Harian Majlis Ulama Indonesia ( MUI ) pada
tahun 1982-1987, dan selanjutnya menjadi Ketua MUI pusat pada tahun 19851993.
Selama DR. KH. Tarmizi Thaher menjabat sebagai Mentri Agama, karya
nyata yang ia tampilkan antara lain memasyarakatkan kerukunan hidup beragama,
bukan saja pada tingkat nasional tetapi juga internasional. DR. KH. Tarmizi
Thaher mendirikan LPKUD ( Lembaga Pengkajian Kerukunan Ummat Beragama
), lembaga tempat bergumulnya para pakar dan cendikiawan berbagai agama pada
Oktober 1993.
DR. KH. Tarmizi Thaher pernah menjadi instruktrur diberbagai training.
Sejak tahun1984 hingga 1998, beliau menjadi instruktur tingkat nasional Program

45

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ( P4 ), dan Rektor di School of


Military Staff Comment TNI. Pernah menjadi Ketua Korps Nasional Muballigh
Muhammadiyah, sebagai presiden direktur LSM NU-Muhammadiyah dengan
nama Indonesian War Against Narkotics and HIV/AIDS, sebagai Presiden
Direktur LSM NU-Muhammadiyah Center for Moderate Moslem ( CMM ), dan
sebagai Ketua Dewan Masjid INDONESIA ( DMI ) dari tahun 2006 sampai
sekarang.dan menjabat ketua II Ikatan Dokter Indonesia ( IDI ) Surabaya, ketua
satu pengurus besar Perkumpulan Pemberantasan Turbekulosa Indonesia ( PPTI ).
Beliau juga telah melanglangbuana kemancanegara untuk menghadiri berbagai
konfrensi kedokteran dan telah mengunjungi semua Negara di Timur Tengah
dalam rangka tugas negara. Salah satu prestasi terbaik di dunia internasionalnya
adalah ketika DR. KH. Tarmizi Thaher terpilih menjadi Ketua Konfrensi MentriMentri Agama se-dunia Islam pada tahun 1997.
Dibidang akademik, saat ini DR. KH. Tarmizi Thaher menjadi Rektor di
Universitas Islam Az-Zahra ( UNIA ) dari tahun 2004. Beliau pernah menjadi
Dosen Sekolah Komando ( SESKO ) ABRI dan SESKO AL, Dosen Lembaga
Pertahanan Nasional, Dosen Tamu Fakultas kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Rektor Universitas Bangkalan Madura ( kini
Universitas Negeri Trunojoyo ), Dosen Luar Biasa Fakultas Kedokteran dan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, dan Dosen
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta.
Diluar

keaktifannya

dibidang

akademik,

kemiliteran,

penyuluhan

masyarakat dan organisasi pemerintahan, DR. KH. Tarmizi Thaher aktif

46

diberbagai acara taraf internasional, baik sebagai pembicara maupun sebagai


peserta. Dibawah ini adalah pengalaman DR. KH. Tarmizi Thaher pada taraf
Internasional :
1. Peserta, Center Society Meeting, California, Amerika Serikat
2. Peserta, Perwira Project Trial Rimactawe, ABRI ( kerja sama
Hankam,Depkes- Ciba Geigy Swiss
3. Pembicara, Conference of Internasional ( Union Against ), Brussel
4. Ketua Delegasi Indonesia, Kongres TBC dunia, Brussel, Jerman
5. Peserta dari TNI AL, Seven Asians Occupational Conference
6. Peserta, Eastern Religion of I.U.A.T Hongkong.
7. Pembicara, seminar on Islam and Violence, United Nations University, Bali
8. Peserta, Spiritual Leaders and Expert Participants, Consultative Meeting on
the Question of Peace, Development, Populationts and Environment.
9. Pembicara Konferensi Internasional, sumbangan Islam kepada peradaban.
Kairo Mesir.
10. Pembicara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Iskandariyah, Kairo
11. Pembicara Dialog Keliling Forum Antar Agama Indonesia, Singapura
12. Dll.
C. Penghargaan-penghargaan DR. KH. Tarmizi Taher
Apa yang selama ini menjadi kerja keras DR. KH. Tarmizi Thaher tidaklah
sia-sia. Semua yang dilakukan mendapat penghargaan, baik dibidang kemiliteran
maupun dibidang keagamaan ( Dakwah ). Berikut ini merupakan penghargaan
yang telah diraihnya :

47

1. Satyalencana Dwidya Sistha Penegak, 1981


2. Satyalencana Dwida Sistha Kesetiaan VIII, 1987
3. Satyalencana Dwidya Sistha Dwikora, 1989
4. Bintang Funun Wal Qanun ( seni dan budaya ) dibidang dakwah dari
Presiden Mesir Husni Mubarok, 1993
5. Bintang Mahaputra Adipradana, Agustus 1996
6. Jalasena Neraya, 1997
7. Doktor Honoris Causa Temple university Amerika Serikat, 1998
8. Doktor Honoris Causa Dalam bidang Dakwah Islam dari UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 200349
E. Perjalanan Dakwah DR. KH Tarmizi Thaher
Kelihaian DR. KH. Tarmizi Thaher dalam berdakwah berawal dari sejak
kecil. Dilingkungan keluarganya, DR. KH. Tarmizi Thaher selalu diajarkan
tentang ajaran agama. Pendalaman materi tentang kandungan nilai-nilai ajaran
agama, DR. KH. Tarmizi Thaher pelajari dari buku-buku.
Dilihat dari pendidikannya, DR. KH. Tarmizi Taher tidak pernah sekolah
Madrasah maupun Pesantren. Untuk mendapatkan ilmu agama beliau pelajari
diluar sekolah formal. Itu sebabnya sampai saat ini DR. KH. Tarmizi Thaher tidak
mau mendaulat dirinya sebagai seorang Kyai atau Ulama dan lebih senang
mengaku sebagai seorang Muballigh, atau Juru Dakwah. Namun atas permintaan
jamaahnya di Jawa Timur akhirnya beliau mengalah memakai gelar Kyai Haji
yang dikalangan Muhammadiyah tidak dikenal istilah itu.

49

Riwayat hidup tarmizi thaher

48

Ceramah DR. KH Tarmizi Thaher terus berlangsung sampai ia dewasa.


Bertambahnya usia, membuat DR. KH. Tarmizi Thaher semakin lihai dalam
berdakwah. Meskipun saat menjadi Mentri Agama RI, DR. KH. Tarmizi Thaher
tetap memberikan berbagai ceramah. Dalam setiap ceramahnya yang bersemangat
DR. KH . Tarmizi Taher tidak lupa memasukkan lelucon segar.
Ilmu yang dimiliki DR. KH. Tarmizi Thaher semakin didalami, bahkan
beliau sering diminta tampil untuk memberikan ceramah agama dilingkungan TNI
AL. selain itu, DR. KH. Tarmizi Thaher tampil pula dalam meyampaikan ceramah
diluar lingkungan ABRI. Berbagai mesjid dan tempat kegiatan keagamaan
dikunjungi DR. KH. Tarmizi Thaher. Nama beliau sudah terjadwal di berbagai
mesjid di DKI Jakarta sebagai Khatib Jumat, pemberi Ceramah Ramadhan,
Kuliah Shubuh dan Juga Khatib Idul Fitri dan Idul Adha.
Dengan aktifitas dakwah yang dijalankan selama ini, DR. KH. Tarmizi
Thaher merasa bangga dan syukur karena bisa mengikuti jejak ibunya. Dan dalam
ceramahnya DR. KH. Tarmizi Thaher tidak hanya menjadi Dai lokal saja di luar
negeri pun beliau tetap berdakwah. Dengan demikian apa yang dilakukan DR.
KH. Tarmizi Thaher ini ( dalam dakwahnya ) benar-benar memperkenalkan
Islam.
F. Karya-karya DR. KH. Tarmizi Thaher
DR. KH. Tarmizi Thaher merupakan orang yang produktif. Pemikiranpemikiran yang maju telah ia kemas dalam bentuk buku. Semua pemikiran Itu
tidak lepas dari pengetahuan yang beliau miliki. Dengan demikian tidaklah heran
kalau DR. KH. Tarmizi Taher memiliki banyak karya di media cetak.

49

Ada beberapa buku yang telah ia terbitkan, yaitu :


1. Aspiring for Middle Part : Religious Harmony in Indonesia, ( Jakarta :
Center for Study of Islam and Society, 1997 )
2. Masyarakat Cina, Ketahanan Nasional dan Integrasi Bangsa Indonesia (
Jakarta : Center for Study of Islam and Society, 1998)
3. Menyegarkan Akidah Tauhid Insani ( MATI ) di Era Klenik ( Jakarta :
Gema Insani Press, 2002 )
4. Medical Ethic : Manual Praktis Etika Dokter untuk Mahasiswa, Dokter dan
Tenaga Kesehatan ( Jakarta : Gramedia pustaka utama, 2003 )
5. Agenda Kritis Pembangunan Indonesia ( Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 2003 )
6. Islam Across Boundaries, Prospect and Problem of Islam in the Future of
Indonesia ( Jakarta : Republika Press, 2003 )
7. Membumikan Ajaran Ketuhanan ( Jakarta : Hikamah, 2003 )
8. Meredam Gelombang Radikalisme ( Jakarta : Mizan, 2004 )
9. Muhammadiyah Sebagai Tenda Bangsa ( Jakarta : Penerbit Grafindo
Kahazanah Ilmu, 2005 )
Dalam perjalanan hidupnya hingga sekarang, DR. KH. Tarmizi Thaher
sudah cukup banyak menghasilkan karya-karya ilmiah baik yang berupa buku,
majalah, buletin, makalah dan beberapa artikel yang tersebar dibeberapa media
cetak bertaraf nasional maupun internasional.

50

B. Gambaran Umum Dewan Masjid Indonesia ( DMI )


1. Sejarah Dan Latar Belakang Berdirinya Dewan Masjid Indonesia
Dewan Masjid Indonesia adalah organisasi kemasyarakatan dan wahana
komunikasi pengelola masjid seluruh Indonesia yang melaksanakan gerakan
dakwah, serta menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan pembinaan aqidah,
ibadah, akhlak, ukhuwah, keilmuan, keterampilan dan kesejahteraan umat.
Dewan Masjid Indonesia adalah organisasi independen yang mandiri dan tidak
terkait secara struktural dengan organisasi sosial kemasyarakatan dan organisasi
sosial politik manapun.50
Dewan Masjid Indonesia merupakan lembaga mental spiritual yang
menjadi mitra kerja strategis yang mempunyai peran dan fungsi serta tujuan
pokok yaitu mengkoordinir pelayanan, pemenuhan kebutuhan ummat dibidang
Manajemen Masjid, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam, pengembangan
dakwah dan pendidikan ekonomi, kesehatan serta social budaya ummat yang
bertujuan mewujudkan fungsi masjid sebagai pusat ibadah, pengembangan
masyarakat serta persatuan ummat dalam rangka meningkatkan keimanan ,
ketakwaan, akhlak mulia, keserdasan ummat dan tercapainya masyarakat adil
yang diridhoi Allah SWT.
Masjid didirikan semata-mata untuk mengabdi kepada Allah atas dasar
takwa, mencapai ridho Allah, membina ummat yang berakhlakul karimah dan
melaksanakan amar maruf nahi mungkar.

50

Profil Dewan Masjid Indonesia.

51

Dalam upaya berpartisipasi aktif pada proses pembangunan bangsa untuk


mencapai masyarakat adil dan makmur, material dan spiritual berdasarkan
pancasila dan UUD 1945, sangatlah perlu mengoptimalkan peran serta Masjid
dalam mewujudkan persatuan ummat Islam Indonesia.
Terwujudnya profil masjid di Indonesia sebagai pusat pembinaan mental
spiritual dan pusat pemberdayaan ummat Islam, terwujudnya organisasi sebagai
good public institution

melalui peningkatan kinerja, baik perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan maupun evaluasi program yang sesuai dengan


situasi dan kondisi masyarakat setempat dan kebijakan pemerintah.
Latar belakang dari ide dibentuknya Dewan Masjid Indonesia bermula dari
pertemuan tokoh-tokoh Islam yang dihadiri oleh Bpk. H. Ruslan dari Dirjen
Bimas Islam dan Wakil Ketua Jakarta pusat Bpk. H. Edi Djajang Djaatmadja
membentuk panitia untuk mendirikan Dewan Kemakmuran Masjid Seluruh
Indonesia ( DKMSI ). Pada tanggal 16 Juni 1970 disusunlah formatur yang
diketuai oleh KH. MS. Rahardjo Dikromo yang beranggotakan H. Sudirman, KH.
Hasan Basri, Muchtar Sanusi, KH. Hasyim Adnan, BA dan KH. Ichsan. Untuk itu
pada tanggal 10 Djumadil Ula1392 H, atau bertepatan dengan tanggal 22 Juni
1972 didirikannya organisasi yang bernama Dewan Masjid Indonesia, disingkat
menjadi DMI.
Pendirian DMI dipelopori oleh sejumlah organisasi kemasjidan di
Indonesia, yaitu :51
a) Persatuan Masjid Indonesia (PERMI)

51

Ketetapan hasil mukatamar Dewan Masjid Indonesia masa bakti 2006-2011. Hal. 5

52

b) Ikatan Masjid dan Mushalla Indonesia (IMAMI)


c) Ikatan Masjid Indonesia (IKMI)
d) Majelis Ta'miril Masjid Muhammadiyah
e) Hai'ah Ta'miril Masjid Indonesia (HTMI)
f) Ikatan Masjid dan Mushalla Indonesia Muttahidah (IMMIM)
g) Majelis Kemasjidan AI- Washliyah
h) Majelis Kemasjidan Majelis Dakwah Islamiyah (MDI)
Organisasi kemasjidan dirintis oleh para ulama-ulama antara lain :
a) KH. Taufiqrahman
b) May-Jend. H. Sudirman
c) Jend.Polisi (purn) H.Sutjipto Judodihardjo
d) Kol. H. Karim Rasyid
e) Brig.Jend.Raharjo dikromo
f)

Kolonel.H.Soekarsono

g) H.Syarbaini Karim dan lain-lain


Dengan tekad dan harapan DMI menjadi organisasi kemasyarakatan dan
wahana komunikasi pengelola masjid seluruh Indonesia yang melaksanakan
gerakan dakwah, serta menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan pembinaan
aqidah, ibadah, akhlak, ukhuwah, keilmuan, ketrampilan dan kesejahteraan umat.
Pada tanggal 10 Jumadil Ula 1392 H. bertepatan dengan tanggal 22 Juni
1972 akhirnya dibentuklah organisasi Dewan Masjid Indonesia dengan asas Islam
dan bersifat sebagai organisasi independen yang mandiri dan tidak terkait secara
struktural dengan organisasi sosial kemasyarakatan dan organisasi sosial politik
manapun.

53

Untuk mencapai tujuan yang

ingin dicapai Dewan Masjid Indonesia

melakukan usaha antara lain:


a) Mengembangkan

pola

Idarah

(Manajemen),

Imarah

(Pengelolaan

Program) dan Ri'ayah (Pengelolaan Fisik).


b) Mengembangkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam.
c) Mengembangkan dakwah pendidikan (sejak usia dini sampai lansia) dan
perpustakaan.
d) Mengembangkan program kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.
e) Mengembangkan ekonomi jamaah dan pemberdayaan perempuan, remaja,
pemuda serta Pramuka/Kepanduan.
f) Mengusahakan rehabilitasi dan pembangunan masjid baru.
g) Mengembangkan Masjid-masjid percontohan.
Dewan masjid Indonesia pusat sekarang bertempat di Masjid Istiqlal Jl.
Taman Wijaya Kusuma kamar 30 Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Sawah Besar
Jakarta Pusat
2. Struktur Organisasi Kepengurusan Dewan Masjid Indonesia
Sesuai dengan keputusan Muktamar III DMI telah disahkan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga DMI. Dalam Anggaran Rumah Tangga dari
BAB V pasal 9 memuat struktur organisasi DMI. Struktur organisasi
kepengurusan DMI sebagai berikut :
a). Dewan Masjid Indonesia terdiri dari
1). Di Tingkat Nasional organisasi ini disebut Pimpinan Pusat Dewan
Masjid Indonesia, disingkat DMI, berkedudukan di ibukota negara.

54

2). Di Tingkat Propinsi organisasi ini disebut Pimpinan Wilayah Dewan


Masjid Indonesia., disingkat PW DMI, berkedudukan di ibukota
propinsi.
3). Di Tingkat Kabupaten dan Kota organisasi ini disebut Pimpinan
Daerah Dewan Masjid Indonesia, disingkat PD DMI, berkedudukan di
Ibukota Kabupaten atau Kota.
4). Di Tingkat Kecamatan organisasi ini disebut Pimpinan Cabang Dewan
Masjid Indonesia, disingkat PC DMI, berkedudukan di Ibukota
Kecamatan.
5). Di Tingkat Kelurahan/Desa organisasi ini disebut Pimpinan Ranting
Dewan Masjid Indonesia, disingkat PR DMI berkedudukan di Ibukota
Kelurahan/Desa.
b). Pada setiap tingakatan pimpinan diadakan Majlis Musytasyar, yang tugasnya
memberikan bimbingan dan nasehat terhadap kegiatan DMI. Keanggotaan
Majlis Musytasyar terdiri dari para ulama, umaro, dan pemuka masyarakat
yang jumlahnya sesuai keperluan. Susunan Majelis Mustasyar terdiri dari
seorang Ketua, seorang Wakil Ketua dan beberapa anggota.
c). Majelis Pakar Majelis Pakar adalah Badan memberikan sumbangan pemikiran
dalam rangka pengembangan organisasi Dewan Masjid sesuai dengan
keahlian dan profesionalismenya. Keanggotaan Majelis Pakar terdiri dari para
ilmuwan dan cendekiawan muslim.Susunan Majelis Pakar terdiri dari seorang
Ketua, Sekretaris dan Anggota. Keberadaan Majelis Pakar sampai dengan
tingkat wilayah dan atau daerah yang memungkinkan.

55

Pimpinan pusat adalah pelaksana keputusan Muktamar dan ketentuan


Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga .
Dewan Masjid Indonesia juga mempunyai badan otonom dan badan usaha
a) Badan Otonom
Dewan Masjid Indonesia mempunyai Badan Otonom. Badan
Otonom adalah kepanjangan tangan kelembagaan Dewan Masjid lndonesia
yang terstruktur mulai dari tingkat Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang dan
Ranting. Mekanisme kerja Badan Otonom adalah mengembangkan
program yang seluas-luasnya sesuai bidang masing-masing dengan
melakukan konsultasi, koordinasi dan harmonisasi dengan Dewan Masjid
Indonesia.
Dalam proses pembentukan Pengurus Badan Otonom, berlaku
secara Otonom dan Dewan Masjid Indonesia menganut asas Pengayoman
Tutwuri Handayani. Badan Otonom berkewajiban melaporkan kegiatannya
paling kurang sekali dalam setahun. Mekanisme hubungan antara Dewan
Masjid Indonesia dengan Badan Otonom diatur lebih lanjut oleh Peraturan
Organisasi.
b) Badan Usaha
Dewan Masjid Indonesia memiliki Badan Usaha. Badan Usaha
dibentuk oleh Dewan Masjid Indonesia untuk membantu kegiatan dan
jalannya organisasi, dengan persyaratan yang ditentukan. Mekanisme

56

hubungan antara Dewan Masjid Indonesia dengan Badan Usaha diatur


lebih lanjut oleh Peraturan Organisasi.52
Susunan Pengurus Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia Masa Bakti
Tahun 2006 2011
I. PEMBINA : 1. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
2. Menteri Agama Republik Indonesia
II. MAJELIS MUSTASYAR :
Ketua

: Prof. DR. H. Jimly Asshiddiqie

Wakil Ketua

: KH. Kafrawi Ridwan, MA

Wakil Ketua

: KH. M. Ridwan Ibrahim Lubis

Anggota

: H. Husein Umar, SN, Drs. H. Masdar Masudi, KH. Abdullah


Gymnastiar (AA Gym), H. Arifin Ilham, H. Adang Syafaat, Drs.
H. Mubarak, MSI, Drs. Purnomo Dana Rahardja, H. Rusydi
Hamka, Dr. H. Djaelani, H. Soetrisno Hadi, SH, MA, Dr. Hj.
Tuty Alawiyah

III. MAJELIS PAKAR


Ketua

: Prof. DR. H. Ahmad Sutarmadi

Wakil Ketua

: Prof. DR. H. Didin Hafiduddin

Wakil

: Prof. DR. H. Qomari Anwar, MA

Anggota

: Prof. DR. H. Mahfud, MD, Prof. DR. H. Bambang


Pranowo, Drs. H. Lukman Hakim Hasibuan, Drs. H. Fathi
Siregar, H. Ary Ginanjar, Drs. H. Adnan Harahap, DR. H.
Zakki Mubarok, MA, Prof. DR. H. Mawardi Khatib, Drs.
H. Fadhli Zon, MK, Ir. HM. Dikke Revandle, SE, MM

IV. PIMPINAN HARIAN


Ketua Umum

: KH. DR. Tarmizi Taher

Wakil Ketua Umum

: Drs. H. M. Goodwill Zubir

52

AD/ART Dewan Massjid Indonesia BAB IV. Hal 16-17

57

Ketua

: Dr. H. M. Machfud Sidik, MSc

Ketua

: Ir. H. M. Suaib Didu, MM

Ketua

: H. Ramlan Mardjoned

Ketua

: Ali Yacub, Ls

Ketua

: Prof. Dr. Hj. Ismah Salman Harun

Sekretaris Jenderal

: Drs. H. M. Natsir Zubaidi

Wakil Sekretaris Jenderal

: Drs. H. Tasrifir Karim

Wakil Sekretaris Jenderal

: H. Nurul Badruttamam, MA

Wakil Sekretaris Jenderal

: Drs. H. Muchtar HP

Bendahara Umum

: H. Tabrani Syabirin, Lc. MA

Wakil Bendahara Umum

: Dra. Hj. Ratna Maida Hasyim Ning

Bendahara

: Dr. Ir. H. Chaizi Nasucha

Departemen-Departemen Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia periode


2006 2011
Departemen Pemberdayaan Organisasi dan Idarah
Ketua

: Drs. H. Muhsin, MK

Sekretaris

: Danang Suwignyo

Anggota

: Drs. H. M. Makmun Abdullah, Msi, Drs. H. Asep Supriatna,


Firdaus Effendi, Drs. H. Irsyadul Halim, H. Ikhwan Ridhwan,
SH, Ahmad Fatoni, MA, M. Najib Ibrahim, S.Ag

Departemen Dakwah dan Pengkajian


Ketua

: Drs. A. N. Nuril Huda

Sekretaris

: Drs. H. Masud. HMN

Anggota

: Drs. H. Yamin Amna, MA, Drs. H. Wibisono, AF, Drs. Abdul


Rosyid Fanani, Drs. Wirman Yusar, Dr. H. Suhairi Ilyas, H.
Yanuar Amnur, S.Sos, Dr. Firdaus Zubir, Dra. Tetty Arum
Chudiroh, Agus Tri Sundari, Imam Turmudi, S.Ag, H. Aditya
Warman, Lc, H. Choirul Huda Basyir, Lc. Msi

58

Departemen Pendidikan dan Latihan


Ketua

: Drs. H. Mukhtadi El Harry, MM

Sekretaris

: H. Abdullah Suad Lubis

Anggota

: H. E. Basri Ananda, Drs. Syamsuardi Rusli, MA, Ustadz M.


Syamsudin, MZ, Drs. H. Edi Sukardi, Usman Abdullah, Spd,
Drs. H. Napin Djamaluddin, Akmaludin Mawardi Noor, H.
Sulaiman Baldan, Drs. H. Moh. Non Djuremi, H. Alwi Djohan,
MBA

Departemen Sarana, Hukum dan Wakaf


Ketua

: H. Sutito, SH. MH

Sekretaris

: Yulianto Syahyu, SH. MH

Anggota

: H. M. Said Muchtar, SH. MBL, H. Evizal Anasrul, SH.MH, H.


Aly Masyhar, SH, H. Maizar Datuk Tantamo, SH. MH, H.
Abdurrahman Tardjo, SH, Drs. H. Rutny M. Shaleh, H. Moh.
Sarodji, BA, Faizal Agus, Dr. Ikhwan Matondang, MA, Nurodin,
SH, H. Husaini, SH. Mkn

Departemen Usaha / Pemberdayaan Ekonomi Umat


Ketua

: Drs. H. A. Fauzi Achmad, MBA, AAIK

Sekretaris

: Drs. Tb. Soffyudin, SE.AK.MM

Anggota

: H. Iskandar Zulkarnain, Drs. Edwar Tasar, Kol (Purn) Sunjani,


Drs. H. Adi Putra Hasan, Soewondo, SE, MM, AKT, Drs. H.
Firdaus Efendi, Hj. Ratna, M, Acep Abdullah, H. Sayid Abdul
Kadir, S.Sos, Hj. Ina Juharriyah, Drs. H. Helmi M. Burin Beng,
Mm, Drs. Musral Harahap, MM, Drs. H. Syaifuddin, MM, Ir.
Elvis Siregar, Msc, T. Rusdi, Ak, Msc, Ir. H. Husni Thamrin,
Drs. H. Iskandar Rusli, MM, Hantriono, Msc, Drs. H. Desrechi

59

Tando, Hj. Hetty Herwanti, SHk, Endang Rudiatin, Msi, okke


Ferdinansyah, SE
Departemen Kepemudaan dan Remaja
Ketua

: H. Daud Poliradja

Sekretaris

: Eko Susilo, SE, Msi

Anggota

: Andi Kasman, SE, MM, M. M. Fitramin Zubir, S.Ag, Drs.


Fathrurozi Reno Sutan, H. Imran Anhar, Lc, Yunadi Ramlan,
Dadeng Hidayat, Hery Sucipto, Ellya Mufidah, S.Kom, Harry
Setiadi, SE

Departemen Pengembangan Potensi Muslimah


Ketua

: Dra. Hj. Nurdiati Akma, Msi

Sekretaris

: Dra. Munifah Syanwani, Msi

Anggota

: Dra. Hj. Siti Fatimah, AM.SH, Dr. Hj. Masyitoh Khusain, Dr. Hj.
Maisaroh Ali, Dr. Hj. Isnati Rais, Hj. Suryati Uwes, Dra. Hj. Siti
Maryani, Dra. Hj. Kamsinah , Ny. Mahyuni , Dra. Hj. Yetty
Sumiati, Hj. Sukarni Rachman, Hj. Deliana Abdul Hamid

Departemen Kesehatan dan Lingkungan Hidup


Ketua

: Dr. Hj. Aragar Putri

Sekretaris

: Dr. H. Rizalsyah Fahlevie, MM

Anggota

: Dr. H. Irsyad , Drs. Muhammad Zikrujiah, drh. Djoko Waluyo,


BR, Msc, Hari Soesetyo, SKM.MARS, drg. Hannie Suntjoko,
Sp. Perio, Drs. Nus Yunanda, Gusweldi , Drs. Budi Asman, Apt,
Jufri Sibli, SE, MM

Departemen Jaringan dan Pusat Informasi Masjid


Ketua

: Ir. H. Catur irianto, M.Kom

Sekretaris

: Cipie Makmur, Msc

60

Anggota

: Ir. H. Muma Dias, Ir. Teuku Mulya, ST, MT, Drs. M. Subur, SH,
Msc, Drs. Dedy Suharto, Ak, Taufiqurrahman, Edi Ryanto
Praitno, H. Hussen Gani Maricar , Rudhy Suharto, Ir. Listiyarko
Winoto, ST, Msi, Drs. M. Arief Ishak, Ir. Ivan, Drs. Bahruddin
Achmad

Departemen Humas, Publikasi, Perpustakaan dan Kesenian


Ketua

: H. Aru Syeif Asaad

Sekretaris

: H. Ahmad Djunaedi

Anggota

: Drs. Syaifuddin A. Rasyid, Drs. Afrizal Matowa, H. Agus


Suryanto, Samijo, KD, Nina Aminah Bajri, SH. MH, Intan,
Maulana Muladi, Ikhwanul Muslimin, Dra. Hj. Maisyaroh
Usman, Muh. Aidulyakin Suginarto

Departemen Sosial Kemanusiaan dan Pembinaan Muallaf


Ketua

: Drs. H. Muchtar Ngabalin, MA

Sekretaris

: H. Jaja Djamaluddin

Anggota

: H.M. Basri Tohani, H. M. Ade Nouli, PhD, Drs. H. Zafrullah


Salim, H. Masnan Kamil, Ismail, SE, Wahyudi Patra, Syamsul
Arifin, Dudung, Naga Kunadi, Ir. Toto Harsono, H. Abdul Malik

Departemen Hubungan Luar Negeri


Ketua

: Kol. Marinir (Purn) H. Achmad Hanafi, SH, MBA

Sekretaris

: Ir. Fami Fachrudin, Msc

Anggota

: H. Ahmad Thohirin Noeh, Msi, H. Muzayyin Muh. Thoyib, Lc,


Drs. Soleh Miftahussalam, Drs. Abd. Wahid , Ibnu Masud. Spdl,
Drs. Edi Sudrajat, M. Agung Nugraha, Ateng Kusnadi, SE, Msi,
Drs. Untung S, Msc, Ir. Arif Rahman Hakim, Msc

61

Pokok-Pokok Penjabaran Program Dewan Masjid Indonesia


1. Bidang Organisasi dan Idarah
a). Memelihara dan meningkatkan pengembangan jaringan organisasi Dewan
Masjid dan Masjid.
b). Meningkatkan disiplin organisasi
c). Mensosialisasikan program Dewan Masjid baik kepada Pimpinan Wilayah,
Daerah, Cabang dan Ranting maupun kepada Masjid-Masjid diseluruh
Tanah Air.
d). Menyusun pedoman Idarah, Imaroh dan Ri'ayah Masjid.
e). Membina dan memberdayakan Masjid-Masjid Sektoral
f). Menggerakkan pengurus Masjid untuk melakukan pendataan Jamaah
Masjid
g). Mengembangkan dan memasyarakatkan adanya manager Masjid untuk
meningkatkan pelayanan jamaah.
h). Membentuk Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqah (LAZIS) disetiap
Masjid khususnya Masjid Raya/Agung dengan pengelolaan propesional.
i). Mendorong dibentuknya Badan Otonom yang menangani masalah
masalah kemesjidan, seperti ; management, pendataan Masjid dan
Konsultasi Pembangunan Masjid.
2. Bidang Dakwah dan Pengkajian
a). Merumuskan konsep dakwah sesuai dengan tantangan dan sasaran dakwah
b). Membentuk lembaga Studi Al-Qur'an dan Hadits serta metode
pengembangannya
c). Menyusun buku panduan bagi Imam, Khatib dan Mubaligh/ah.

62

d). Mengadakan seminar dakwah dalam rangka menyusun peta dan


Manajemen Dakwah
3. Bidang Pendidikan dan Latihan
a). Mendorong dan mengembangkan pendidikan sejak usia dini hingga
Perguruan Tinggi di lingkungan Masjid.
b). Menyusun kurikulum dan silabus Diklat Manajemen Masjid untuk
pegangan para Pengurus/Pengelola Masjid.
c). Mengupayakan adanya Badan Otonom untuk menangani pendidikan dan
latihan Manajemen Masjid.
d). Mengadakan pelatihan/kaderisasi Imam, Khatib, Mubaligh/ah secara
berkesinambungan.
4. Bidang Sarana, Hukum dan Wakaf
a). Membantu dan mendorong sertifikasi tanah milik Masjid.
b). Membantu Pengurus Masjid yang memerlukan Hadan Hukum/Yayasan
dalam rangka mengamankan aset Masjid.
c). Membentuk Lembaga Bantuan Hukum Masjid untuk pelayan hukum bagi
Pengurus, Khotib, Mubaligh yang menghadapi masalah-masalah hukum
dan keadilan.
5. Bidang Usaha / Ekonomi
a). Mendorong Pengurus Masjid agar dapat mengembangkan ekonomi jamaah
b). Membina dan mengembangkan badan usaha milik DMI agar dapat berhasil
guna dan berdaya guna.

63

c). Mendorong dan memasyarakatkan pelaksanaan ekonomi dan Perbankan


Syariah.
6. Bidang Kepemudaan dan Remaja
a). Mendorong BKPRMI untuk lebih memfokuskan pembinaannya pada
Pemuda dan Remaja
b). Menumbuh-kembangkan pelatihan kepemimpinan dan manajemen pemuda
remaja Masjid agar eksistensi Pemuda dan Remaja Masjid tumbuh
berkembang.
c). Memfokuskan kegiatan pada minat dan bakat Remaja dan Pemuda Masjid
agar

pemuda

dan

remaja

dapat

memakmurkan

Masjid.

d. Meningkatkan pelatihan ketrampilan bagi Pemuda dan Remaja Masjid


7. Bidang Pemberdayaan Perempuan
a). Mendorong adanya Majelis Ta'lim Perempuan di lingkungan Masjid.
b). Membentuk Korps Muballighah Dewan Masjid Indonesia se Indonesia
c). Melakukan pembinaan Keluarga Sakinah bagi Majelis Ta'lim Perempuan
yang berbasis Masjid.
d. Menyelenggarakan pembinaan kelompok lanjut usia.
8. Bidang Kesehatan dan Lingkungan
a).

Mengupayakan

berdirinya

Poliklinik

dan

Rurnah

Sakit

di

lingkungan Masjid.
b). Mengupayakan terpeliharanya lingkungan Masjid yang nyaman, bersih,
asri, hijau dan indah.

64

c). Mendorong terciptanya kebiasaan hidup yang sehat Jasmani dan Rohani
maupun sehat lingkungan di Masjid dan masayarakat.
d). Membantu Pemerintah untuk memberantas dan memerangi penyakit
masyarakat seperti; judi, miras, narkoba, prostitusi dan lain-lain.
9. Bidang Jaringan dan Pusat Informasi Masjid, Membentuk Badan Otonom Pusat
Informasi Masjid yang antara lain melakukan:
a). Pendataan dan pemetaan Masjid & Jamaah
b). Konsultasi Pembangunan Masjid
c). Pengadaan Web Site Dewan Masjid Indonesia
10.Bidang Humas, Publikasi dan Perpustakaan
a). Meningkatkan upaya penyebarluasan fungsi dan peranan Dewan Masjid
Indonesia
b). Memberdayakan dan mengembangkan media massa milik Dewan Masjid
Indonesia
c). Melakukan sinergi dengan Badan Otonom Pusat Informasi Masjid
d). Membentuk Perpustakaan Masjid.
11.Bidang Sosial Kemanusiaan dan Pembinaan Mualaf
a). Melakukan langkah kongkrit untuk membantu korban Bencana Alam dan
korban PHK - di lingkungan jamaah Masjid dan masyarakat.
b). Melakukan langkah kongkrit untuk membantu dan membina kalangan
mualaf agar menjadi insan bertaqwa yang mandiri.
c). Membentuk badan khusus untuk menangani bidang sosial kemanusiaan
dan pembinaan muallaf.
12. Bidang Hubungan Luar Negeri

65

a). Mengaktifkan hubungan Dewan Masjid Indonesia dengan Lembaga


Kemasjidan di manca negara.
b). Melakukan kunjungan/studi banding ke manca negara.
c). Memanfaatkan hubungan internasional untuk peningkatan kualitas SDM
umat khususnya lingkungan kemasjidan.53
3. Visi dan Misi Dewan Masjid Indonesia
Visi
Visi Dewan Masjid Indonesia ialah Menjadikan organisasi DMI mampu
mencapai tujuannya yakni menjadikan masjid sebagai tempat Ibadah, Muamalah
dan Persatuan Ummat.
Misi
Misi Dewan Masjid Indonesia untuk :
1. Meningkatkan kemampuan manajerial dan tekhnis para pengelola dan
petugas Masjid
2. Memperkuat, memperlebar jaringan pengelolaan dan kelembagaan Masjid.
3. Meningkatkan Dana sarana dan prasarana
4. Menjalin hubungan kerja dengan swasta dan pemerintah.54
4. Tujuan Dewan masjid Indonesia
a. Dewan Masjid Indonesia bertujuan mewujudkan fungsi masjid sebagai
pusat ibadah, pengembangan masyarakat serta persatuan umat dalam
rangka meningkatkan keimanan, ketaqwaan, ahlak mulia, kecerdasan umat

53

Ketetapan hasil muktamar Dewan Masjid Indonesia masa bakti 2006-2011. Hal, 62-72
Dr. H. Ahmad Sutarmaji. Visi, Misi dan langkah-langkah stragtegis.( Jakarta : Logos,
wacana ilmu dan pemikiran. 2002) hal 13
54

66

dan tercapainya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT dalam
wilayah Negara Republik Indonesia.
b. Terwujudnya profil Masjid sebagai pusat pembinaan mental spiritual dan
pusat pemberdayaan ummat Islam.
c. Terwujudnya organisasi sebagai good public institution melalui
peningkatan kinerja baik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
maupun evaluasi program yang sesuai dengan situasi dan kondisi
masyarakat setempat dan kebijakan pemerintah.
5. Sasaran Dewan Masjid Indonesia
a. Tercapainya peningkatan pengembangan kemakmuran Masjid dibidang
Ibadah, Pendidikan, Dakwah, Social, Keterampilandan Akhlakul Karimah.
b. Tersusunnya kepengurusan DMI yang terdiri dari unsur ulama,
cendikiawan, pengusaha dan pejabat serta tokoh masyarakat terutama di
lingkungan Masjid.
c. Tercapainya organisasi kemasjidan yang dapat mewujudkan tujuan
organisasisecara efektif dan efisien.
6. Sumber Kekayaan dan Keuangan Dewan Masjid Indonesia
Kekayaan DMI adalah seluruh asset dan inventaris kepengurusan disemua
tingkat organisasi. Kekayaan organisasi diperoleh dari :
a. Iuran dan sumbangan anggota organisasi
b. Zakat, infaq, shodaqoh, waqaf dan hibah ummat Islam
c. Sumbangan dan bantuan yang tidak mengikat
d. Usaha-usaha lain yang sah dan halal.
Sehubungan dengan penjelasn-penjelasan diatas, maka keberhasilan
kepemimpinan dewan masjid Indonesia disemua tingkatan meski diupayakan

67

sedemikian rupa sehingga membawa citra DMI yang semakin baik ditengahtengah ummat dan bangsa. Pelaksanaan program DMI juga memerlukan
komitmen yang tinggi, kerja keras, dan tentu saja kerjasama antar pengurus
disemua tingkatan dengan semangat Jihad, Tajdid dan Ibadah kepada Allah
SWT.55

55

Ketetapan hasil muktamar Dewan Masjid Indonesia masa bakti 2006-2011. Hal, 10

BAB IV
ANALISIS KEPEMIMPINAN DR. KH. TARMIZI TAHER
PADA DEWAN MASJID INDONESIA ( DMI )
Kehadiran DMI menjadi tekad dan harapan yang dibangun untuk menjadi
organisasi kemasyrakatan dan wahana komunikasi pengelola Masjid seluruh
Indonesia yang melaksanakan gerakan dakwah, serta menjadikan Masjid sebagai
pusat kegiatan pembinaan Aqidah, Ibadah, Akhlak, Ukhuwah, Keilmuan,
keterampilan dan kesejahteraan ummat.
Ada tiga poin yang dijadikan DMI dalam membangun kemajuan ummat
Islam. Yakni pemberdayaan, pembinaan dan kekeluargaan. Poin itu diusahakan
DMI kedepan agar ummat Islam bisa meningkatkan keimanan selain kecerdasan.
Pemberdayaan, yaitu menjadikan Masjid sebagai subjek dan membangun
kemandirian Masjid dengan meningkatkan kualitas SDM pengurus Masjid.
Pembinaan, yaitu menjadikan Masjid sebagai tempat pembinaan kader ummat dan
kader bangsa dengan memfasilitasi berbagai aktifitas pendidikan dan dakwah serta
kegiatan

lainnya.

Kekeluargaan,

yaitu

semua

aktifitas

pembinaan

dan

pemberdayaan dilakukan dengan semangat Ukhuwah Islamiah, komunikatif,


informative, konsultatif dan koordinatif..
Latar belakang yang diharapkan para pencetus DMI ini bisa menjadi
inspirasi DR. KH. Tarmizi Thaher untuk meneruskan perjuangan dalam
membentuk ummat Islam kedepan, ummat Islam yang siap membangun bangsa
dengan memanfaatkan Globalisasi.56

56

Firman Syah, Dakwah Tarmizi Taher di Era Global, ( Jakarta : 2006 ), Hal. 61

68

69

Sebagai seorang pemimpin DR. KH. Tarmizi Thaher mempunyai peranan


yang sangat penting teutama dalam hal-hal kebijakan-kebijakan maupun
pengambilan keputusan akhir dimana dibutuhkan ketegasan seorang pemimpin.
Bila kita berbicara tentang kepemimpinan maka tidak akan terlepas dari
ciri kepemimpinan tersebut. Karakteristik kepemimpinan itu terdiri dari fungsi
kepemimpinan , tipe kepemimpinan dan gaya kepemimpinan yang digunakan oleh
DR. KH. Tarmizi Thaher. Berkut ini penulis akan menjelaskan tentang
karakteristik kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Thaher pada Dewan Majid
Indonesia.
A. Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher Dalam Membangun Sistem
1. Membangun Inovasi, Koordinasi dan Konsep
Dari observasi yang penulis lakukan pada DMI penulis menemukan bahwa
kepemimpinan Tarmizi Taher begitu memiliki pengaruh. Dalam pengembangan
DMI Tarmizi Taher melakukan upaya pembinaan yang bersifat inovatif,
koordinatif dan konseptional melalui kegitan :
a) Meningkatkan

kualitas

SDM

pengurus

masjid,

meningkatkan

kesejahteraan imam, Khatib serta mengadakan pelatihan-pelatihan


manajemen keterampilan para pengurus. Hal tersebut dikarenakan Tarmizi
Taher sangat peduli terhadap pengembangan SDM. Titik awal perubahan
masyarakat dan bangsa adalah pad diri manusia. Maka DMI membentuk
sebuah visi untuk memberikan penekanan untuk pengembangan SDM. Hal
tersebut ternyata dapat mmenjadi motivator bagi pengurus DMI dan
pengurus-pengurus masjid di Indonesia.

70

b) Membentuk departemen-depertemen, manajemen tang ditetapkan Tarmizi


Taher dalam memimpin DMI dilakukan secra professional, tidak jauh beda
dengan lembaga-lembaga formal milik pemerintah dalam mengelola
Negara.Tarmizi Taher me-manage departemen-departemendimulai dengan
kegiatan pendididkan, pelatihan dan selanjutnya pembinaan. Kegiatan
pendididkan

agar

pengurus

dapat

memperoleh

pengetahuan

dan

memahaminya. Pelatihan agar terampil dan pembinaan agarknsisten dan


berkesinambungan.
c) Menjadikan

masjid

sebagai

pusat

gerakan

Islam

dan

gerakan

pemberdayaan masyarakat dalam upaya mewujudkan masyarakat madani.


d) Dalam rangka meningkatkan manajemen masjid agar DMI membuat buku
panduan untuk pengurus-pengurus masjid.
e) Membangun bisnis melalui masjid, Tarmizi Taher tidak memaparkan
pandangan-pandangannya mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
umat Islam tetapi juga mengemukakan upayanya membangun ekonomi
umat melalui masjid. Masjid bukan hanya rumah ibadah dalam arti yang
sempit, tapi juga untuk kegiatan dan pengembangan ekonomi, budaya, dan
sosial.57
2. Melakukan Langkah-langkah strategis
Untuk melaksanakan visi serta misi Dewan Masjid Indonesia diperlukan
berbagai langkah strategis ( action )sebagai berikut :
a) Mengembangkan pola Idaroh ( Manajemen ), Imaroh ( Pengelolaan
Program), dan Riayah ( Pengelolaan Fisik ).

57

Dr. H. Ahamd sutarmadji. Visi, Misi dan langkah-langkah stragtegis , hal, 50

71

Dalam langkah-langkah ini ada beberapa hal yang telah diterapkan oleh
DR. KH. Tarmizi Taher pada Dewan Masjid Indonesia anatara lain :
a.

Menyusun pedoman Idarah, imaroh dan ri'ayah Masjid

b. Menggerakkan pengurus Masjid untuk melakukan pendataan


Jamaah Masjid.
c. Memelihara dan meningkatkan pengembangan jaringan organisasi
Dewan Masjid dan Masjid
d. Meningkatkan disiplin organisasi

b) Mengembangkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam.


Langkah yang telah dilakukan DR.KH. Tarmizi Taher pada Dewan Masjid
Indonesia adalah : Membentuk lembaga Studi Al-Qur'an dan Hadits serta
metode pengembangannya
c) Mengembangkan dakwah, pendidikan dan perpustakaan
Langkah-langkah yang telah dilakukan DR.KH. Tarmizi Taher pada
Dewan Masjid Indonesia adalah :
a. Mengadakan seminar dakwah dalam rangka menyusun peta dan
manajemen dakwah
b. Merumuskan konsep dakwah sesuai dengan tantangan dan sasaran
dakwah
d) Mengembangkan program kesejateraan dan kesehatan masyarakat
Langkah-langkah yang telah dilakukan DR.KH. Tarmizi Taher pada
Dewan Masjid Indonesia adalah :

72

a. Mengupayakan terpeliharanya lingkungan Masjid yang nyaman,


bersih, asri, hijau dan indah.
b. Mendorong terciptanya kebiasaan hidup yang sehat jasumani dan
rohani maupun sehat lingkungan di Masjid dan masayarakat.

e) Mengembangkan ekonomi Jamaah, dan pemberdayaan perempuan,


remaja, pemuda serta pramuka /kepanduan.
Langkah-langkah yang telah dilakukan DR.KH. Tarmizi Taher pada
Dewan Masjid Indonesia adalah :
a. mengembangkan badan usaha milik DMI agar dapat berhasil guna
dan berdaya guna.
b. memasyarakatkan pelaksanaan ekonomi dan perbankan syariah.
c. mengembangkan ekonomi jamaah melalui masjid
d. Menumbuh-kembangkan pelatihan kepemimpinan dan manajemen
pemuda remaja Masjid.
e. Meningkatkan pelatihan keterampilan bagi Pemuda dan Remaja
Masjid
f. Mendorong adanya Majelis Ta'lim Perempuan di lingkungan
Masjid.
f) Mengembangkan Masjid-masjid percontohan.
g) Pembinaan pengurus Dewan Masjid Indonesia dan pengkaderan pengurus
bagi generasi muda. Langkah-langkah yang telah dilakukan DR.KH.
Tarmizi Taher pada Dewan Masjid Indonesia adalah :
a. Mengadakan pelatihan/kaderisasi

73

b. Meningkatkan pelatihan ketrampilan bagi Pemuda dan Remaja


h) Mengadakan pertemuan rutin antara Dewan Masjid Indonesia dengan
Pengelola Masjid. Langkah-langkah yang telah dilakukan DR.KH. Tarmizi
Taher pada Dewan Masjid Indonesia adalah :
a. Mensosialisasikan program Dewan Masjid baik kepada Pimpinan
Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting maupun kepada MasjidMasjid diseluruh Tanah Air.
b. Melakukan kunjungan-kunjungan ke Masjid-Masjid diseluruh
Tanah Air.
i) Membentuk Lembaga Amil Zakat yang dilakukan tenaga ekspert. Langkah
yang telah dilakukan DR.KH. Tarmizi Taher pada Dewan Masjid
Indonesia adalah :
a. Membentuk Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqah (LAZIS)
disetiap

Masjid

khususnya

Masjid

Raya/Agung

dengan

pengelolaan propesional
DR. KH. Tarmizi Taher melalui DMI menginginkan masjid dimasa depan
dapat mengelola dana untuk keentingan ummat. Masjid diera global dapat
difungsikan pada dakwah bil hal, bukan sekedar ceramah dimimbar.58
Untuk melaksankan langkah-langkah strategis itu dibentuklah pengurus
Dewan Masjid Indonesia baik dipusat maupun didaerah, dengan departemendepartemen yang secara operasional menangani program-program itu. Sedangkan
diwilayah, pelaksana operasional ditangani oleh biro-biro, dan bagi DMI daerah

58

Firman Syah, Dakwah Tarmizi Taher Diera Global, ( Jakarta, 2006 ). Hal. 65-66

74

langkah-langkah strategis itu secara operasional

dilaksanakan oleh bidang-

bidang.59
B. Efektifitas Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Thaher Pada Dewan Masjid
Indonesia
Efektifitas seorang pemimpin tidak ditentukan oleh gaya atau tipe
kepemimpinan yang digunakan, tetapi tergantung pada caranya menerapkan gaya
atau tipe kepemimpinan tersebut pada situasi yang dihadapkan.
Factor-faktor yang mempengaruhi efektifitas pemimpin diantaranya yaitu :
a. Keperibadian, pengalaman masa lampau dan harapan pemimpin
b. Harapan dan perilaku atasan
c. Kebutuhan tugas
d. Karakteristik, pengharapan dan perilaku bawahan
e. Iklim dan kebijaksanaan organisasi
f. Harapan dan perilaku rekan
Semua factor ini mempengaruhi pemimpin dalam melakukan
fungsi-fungsi kepemimpinannya.60
Dalam hubungannya dengan masalah efektifitas kepemimpinan penulis
menyusun 10 butir pertanyaan yang berkaitan dengan efektifitas kepemimpinan
DR. KH. Tamizi Taher pada DMI yang meliputi ; figure pimpinan DMI, kearifan
pimpinan DMI kadar kehangatan dan sikap keramah tamahan, sikap kesetaraan
terhadap bawahan, sikap memberikan motivasi, sikap memberikan usul dan saran

59

Ibid hal. 22-26


Yayat. M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen, ( Jakarta : PT Gramedia, 2004 ), cet ke-2,
hal. 202-203
60

75

dari bawahan, sikap negative pemimpin, sikap memikirkan kesejahteraan


bawahan, sikap mendukung gagasan dari bawahannya, dan sikap komitmen. Hal
ini dapt dilihat dalam hasil perhitungan angket pada tabel 4.2 sampaai 4.11.
Dalam pengolahan data penulis mengambil pola penghitungan statistic
dalam bentuk prosentase. Artinya setiap data diprosentasekan setelah ditabulasi
dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternatif jawaban.
Pedoman yang penulis gunakan adalah sebagai berikut : P = N /F X 100%. KET
: P = prosentase, F = Frekuensi, N = Jumlah Responden.
Selanjutnya penulis mengadakan seleksi data, untuk lebih jelasnya akan
diperlihatkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1
Jumlah Responden Pengurus Dmi
Sumber data

Jumlah angket kembali

Tidak

dapat Dapat diolah

diolah
Pengurus Dewan 30

15

10

Masjid Indonesia
( DMI )

Setelah mengadakan seleksi angket seperti tergambar dalam tabel diatas


penulis mengolah data dan menggunakan tabulasi, sehingga frekuensi setiap
kemungkinan jawaban dapat diketahui . frekuensi yang diperoleh dinyatakan
kedalam prosentase sehingga diketahui kecenderungan setiap jawaban sesuai
dengan jawaban responden.

76

Langkah selanjutnya adalah menganalisis dan menginterpretasikan


jawaban dari hasil angket yang telah penulis sebarkan. Untuk mengetahui jawaban
hasil penelitian ini dapat dilihat melalui table-tabel dibawah ini :
Table 4.2
Kearifan pemimpin
Aspek Masalah

Alternative

Frekuensi

Jawaban

Relative

Pimpinan

DMI Sangat setuju

sangat arif

Setuju

90

Ragu

10

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Jumlah

10

100

Sumber : Hasil Analisa


Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwasanya pimpinan DMI sangat arif.
Kearifan pimpinan terlihat pada wewenang pimpinan tidak mutlak, pimpinan
nbersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahannya. Keputusan
dibuat bersama pemimpin dan bawahan, dan komunikasi berlangsung timbal
balik, baik yang terjadi sesame atasan dengan bawahan. Responden yang
menjawab sangat setuju ada 9 orang responden ( 90% ), dan yang sangat setuju,
tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada (0%).
Tabel 4.3
Kadar kehangatan dan sikap keramahtamahan
Aspek Masalah
Pimpinan

Alternative

Frekuensi

Jawaban

Relative

DMI Sangat setuju

bersikap ramah tamah Setuju

70

77

terhadap bawahannya

Ragu

30

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Jumlah

10

100

Sumber : Hasil Analisa


Pada tabel 4.4 ini menurut penulis menunjukkan bahwa sikap pimpinan
terhadap bawahannya menunjukkan nilai positif yakni termasuk orang yang
menyenangkan bila diajak bicara, diskusi dan terdapat suasana saling percaya,
saling hormat menghormati dan saling harga menghargai karena mengenut system
kekluargaan. Hal ini terlihat pada responden yang menjawab setuju sebanyak 7
orang responden ( 70% ), dan yang menjawab ragu sebanyak 3 orang responden
(30% ),dan yang sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada (0%).
Tabel 4.4
Sikap kesetaraan terhadap bawahan
Aspek Masalah

Alternative

Frekuensi

Jawaban

Relative

Perlakuan kepada bawahan Sangat setuju

sama, bahwa ia atasan dan Setuju

60

kami bawahan

Ragu

40

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Jumlah

10

100

Sumber : Hasil Analisa


Dari tabel 4.5 yang mengakui bahwa pimpinan mengembangkan konsep
dengan bawahan sangat dominan yakni kesetaraan, pengawasan terhadap sikap,
tingkah laku, perbuatan para dilakukan secara wajar. Yang menjawab setuju

78

sebanyak 6 orang responden ( 60% ), dan yang menjawab ragu sebanyak 4 orang
responden ( 60% ),dan yang sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju
tidak ada ( 0% ).
Tabel 4.5
Sikap memberikan motivasi
Aspek Masalah

Alternative Jawaban

Frekuensi

Relative
Pimpinan

selalu Sangat setuju

Setuju

80

20

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Jumlah

10

100

memberikan
motivasi

kepada Ragu

bawahan

Dari tabel 4.6 menggambarkan bahwa pimpinan senantiasa memberikan


motivasi kepada bawahannya dengan cara banayak kesempatan bagai bawahan
untuk menyampaikan saran, pertimbangan, dan pendapat, pujian dan kritik
seimbang, pemimpin mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas
kemampuan masing-masing. Hal ini terlihat bahwa responden yang menjawab
setuju sebanyak 8 orang responden ( 80% ), yang menjawab ragu 2 orang
responden ( 20 % ), dan yang sangat setuju,tidak setuju dan sangat tidak setuju
tidak ada (0% ).
Tabel 4.6
Sikap menerima usul dan saran dari bawahan
Aspek Masalah

Alternative Jawaban

Frekuensi

Relative
Dalam
keputusan

mengambil Sangat setuju


pimpinan Setuju

90

79

mempertimbangkan

Ragu

10

usulan dan saran dari Tidak setuju

para bawahan baik secara Sangat tidak setuju

resmi maupun tidak

10

100

Jumlah

Sumber : Hasil Analisa


Dalam tabel 4.7 yang menjawab sangat setuju lebih dominan yakni yang
menjawab setuju sebanyak 9 orang responden ( 90% ), dan yang menjawab ragu
sebanyak 1 orang responden ( 10% ), dan yang sangat setuju, tidak setuju dan
sangat tidak setuju tidak ada ( 0% ). Mengindikasikan bahwa pimpinan DMI
biasanya dalam mengambil keputusan seringkali dilakukan dalam forum informal
atau tidak resmi.
Tabel 4.7
Sikap negative pemimpin
Aspek Masalah

Alternative Jawaban

Frekuensi

Relative
Pimpinan

DMI Sangat setuju

berusaha

otoriter Setuju

didalam

segala Ragu

20

Tidak setuju

80

Sangat tidak setuju

Jumlah

10

100

kebijakan

Sumber : Hasil Analisa


Dalam tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yakni 8
orang responden ( 80% ) yang menyatakan tidak setuju dan yang ragu sebanyak 2
orang responden ( 20% ), , dan yang menjawab sangat setuju,setuju dan sangat
tidak setuju tidak ada ( 0 % ), mereka tidak setuju kalau pimpinan DMI disebut
sebagai pimpinan yang otoriter. Sedangkan realisasi dilapangan pimpinan lebih

80

banyak mencirikan sikap kedemokrasiannya, salah satu contohnya saja dimana


pimpinan menempatkan manusia sebagai factor utama dan terpenting dalam setiap
organisasi.
Tabel 4.8
Sikap memikirkan kesejahteraan bawahan
Aspek Masalah

Alternative Jawaban

Frekuensi

Relative
Pimpinan

DMI Sangat setuju

berusaha disiplin Setuju

70

di dalam segala Ragu

30

kebijakan

Tidak etuju

Sangat tidak setuju

Jumlah

10

100

Sumber : Hasil Analisa


Dari tabel 4.9menggambarkan responden banyak yang setuju ( 70% ) jika
dikatakan pimpinan pusat senantiasa berupaya meningkatkan kesejahteraan bagi
bawahannya, yang ragu ada 3 orang responden (30% ), dan yang sangat setuju,
tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada (0% ). Sikap pemimpin seperti ini
berimplikasi kepada tingginya kualitas hubungan dan semangat kerja dari seluruh
unsur yang ada termasuk yang lainnya.
Tabel 4.9
Sikap mendukung gagasan dari bawahan
Aspek Masalah

Alternative Jawaban

Frekuensi

Relative
Gagasan
bawahan

dari Sangat setuju


selalu Setuju

60

81

didukung

oleh Ragu

pimpinan

40

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Jumlah

10

100

Sumber : Hasil Analisa


Pada tabel 4.10 responden yang setuju terhadap sikap pimpinan yang
senantiasa memberikan dukungan bila ada gagasan dari bawahan.yang menjawab
setuju sebanyak 6 orang responden ( 60% ), yang ragu sebanyak 4 orang
responden ( 40% ) dan yang sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju
tidak ada ( 0% ). Dari table tersebut penulis mengindikasikan bahwa setiap
gagasan dari bawahan didukung oleh pimpinan, bahkan banyak kesempatan bagi
bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat, dan tugastugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada
instruktif.
Tabel 4.10
Sikap Komitmen
Aspek Masalah

Alternative

Frekuensi

Jawaban

Relative

Sangat setuju

sebagai pimpinan Setuju

70

selalu

20

Tidak setuju

10

Sangat tidak setuju

Jumlah

10

100

Komitmen

tinggi

dijunjung Ragu

Sumber : Hasil Analisa

82

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa pimpinan memiliki pribadi yang cakap


dalam memegang komitmen. Hal ini terlihat dari pimpinan bekerja secara
berencana, bertahap dan tertib. Hal ini dapat terlihat dengan adanya program kerja
yang dibuat oleh pengurus baik program jangka pendek, menengah maupun
jangka panjang. Responden yang menjawab setuju sebanyak 7 orang responden (
70 % ), yang menjawab ragu sebanyak 2 orang responden ( 20% ), yang
menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang responden ( 10% ),dan yang sangat
setuju dan sangat tidak setuju tidak ada ( 0% ).
Dari tabel 4.2-4.11 diatas maka penulis mengelompokkan tabel-tabel
menjadi tabel positif ( efektif ) yang terdiri dari alternative jawaban sangat setuju
dan setuju dan table kurang baik ( kurang efektif ) yang terdiri dari alternative
jawaban ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Tabel 4.11
Tabel Positif ( efektif )

Tabel Negative ( kurang efektif )

4.2, 4.3, 4.5, 4.6, 4.8, 4.9, 4.10

4.4,4.7

80%

20%

Dalam hal ini kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher pada Pimpinan
Pusat DMI sudah berjalan efektif. Hal yang harus dilakukan adalah tentu saja
memahami jenis pekerjaan, memahami orang-orang yang bersamanya, memahami
tujuan yang ingin dicapai kepemimpinan itu, memahami kelemahan dirinya
sendiri, memahami kapan ia mendapat m,asukan, kritik dan lain sebagainya.

83

C. Gaya Kepemimpinan yang dipergunakan DR. KH. Tarmizi Taher


Dalam

hubungannya

dengan

masalah

gaya

kepemimpinan,penulis

menyusun 6 butir pernyataan yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan KH.DR.


Tarmizi Taher yang meliputi: pengawasan pimpinan terhadap bawahan,
berkonsultasi dengan bawahan, memberikan standar pekerjaan terhadap bawahan,
sikap memikirkan kesejahteraan bawahan, sikap memberikan kritikan terhadap
bawahan. Hal ini dapt dilihat dalam hasil penghitungan angket pada tabel 4.14
sampai 4.19
Dalam pengolahan data, penulis mengambil pola penghitungan statistik
dalam bentuk prosentase. Artinya, setiap data diprosentasekan setelah ditabulasi
dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternative jawaban.
Pedoman yang penulis gunakan dalam prosentase setiap data sebagai berikut :
B=F/N x 100%, ket : P = prosentase, F = Frekuensi, N = Jumlah Responden.
Selanjutnya penulis mengadakan seleksi data, untuk lebih jelasnya akan
diperlihatkan dalam table berikut :
Tabel 4.12
Jumlah Responden Pengurus DMI
Sumber Data

Pengurus

Jumlah angket

30

Kembali

15

Tidak

dapat Dapat

diolah

diolah

10

Dewan Masjid
Indonesia
(DMI )
Setelah mengadakan seleksi angket seperti tergambar dalam table diatas,
penulis mengolah data dan menggunakan tabulasi, sehingga frekuensi setiap

84

kemungkinan jawaban dapat diketahui. Frekuensi yang diperoleh dinyatakan


kedalam prosentase sehingga diketahui kecendrungan setiap jawaban sesuai
dengan jawaban responden.
Langkah selanjutnya adalah menganalisa dan menginterpretasikan
jawaban dari hasil angket yang telah penulis sebarkan. Untuk mengetahui jawaban
hasil penelitian ini, dapat dilihat melalui table-tabel dibawah ini :
Tabel 4.13
Sikap pengawasan terhadap bawahan
Aspek masalah

Pemimpin

Alternative

Frekuensi

jawaban

Relative

DMI Sangat setuju

selalu mengawasi Setuju

10

apakah

bawahan Ragu

60

bekerja

sepenuh Tidak setuju

30

Sangat setuju

Jumlah

10

100

kemampuannya

Sumber : Hasil Analisa


Pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa pimpinan DMI

tidak selalu

mengawasi bawahan dalam hal melaksanakan tugasnya. Hal ini terbukti dengan
adanya kebijakan yang memerintahkan bawahannya agar bekerja sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Yang menyatakan ragu ada 6 orang responden (60 %),
yang setuju 4 orang responden ( 40 % ), dan yang lainnya tidak ( 0 % ).

85

Tabel 4.14
Sikap berkonsultasi terhadap bawahan
Aspek masalah

Pimpinan

Alternative

Frekuensi

jawaban

Relative

DMI Sangat setuju

mau berkonsultasi Setuju

80

dengan

20

dalam membahas Tidak setuju

program kerja

Sangat tidak setuju

Jumlah

10

100

bawahan Ragu

Sumber : Hasil Analisa


Pada tabel 4.15 menjelaskan bahwa 8 orang responden ( 80 % ) menjawab
setuju,serta 2 orang responden ( 20 % ) menjawab ragu, dan yang menjawab
sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada ( 0% ). Hal ini
menunjukkan bahwa pimpinan DMI selalu berkonsultasi dengan bawahan dalam
hal membahas program-program yang sudah terlaksana maupun yang belum
terlaksana dengan mengadakan rapat untuk membahas hal itu.
Tabel 4.15
Sikap kepengikutan terhadap standar tertentu
Aspek masalah

Alternative

Frekuensi

Jawaban

Relative

Sangat setuju

meminta bawahan Setuju

10

100

agar

mengikuti standar Sangat tidak setuju

yang

10

100

Pimpinan

memenuhi

selalu Ragu
dan Tidak setuju
telah Jumlah

86

ditetapkan
Sumber : Hasil Analisa
Pada tabel 4.16 menjelaskan bahwa 10 orang responden ( 100 % )
menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa pimpinan DMI meminta bawahan
agar selalu memenuhi dan mengikuti standar yang telah ditetapkan. Hal ini
bertujuan agar pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan keinginan dari
DMI tersebut.
Tabel 4.16
Sikap memberikan standar pekerjaan terhadap bawahan
Aspek masalah

Pimpinan

Frekuensi

Jawaban

Relative

selalu Sangat setuju

Setuju

memberikan
standar

Alternative

tertentu Ragu

atas pekerjaan

30

Tidak setuju

70

Sangat tidak setuju

Jumlah

10

100

Sumber : Hasil Analisa


Pada tabel 4.17 menjelaskan bahwa 1 orang responden (10 % ) menjawab
setuju, 2 orang responden ( 20 % ) menjawab ragu, dan 7 orang responden ( 70 %
) menjawab tidak setuju, hal ini menunjukkan bahwa pimpinan DMI tidak pernah
memberikan standar tertentu atas pekerjaan yang telah ditentukan. Dalam hal ini
pemimpin DMI selalu menginginkan agar bawahannya bekerja sesuai dengan
kemampuan dan target yang ingin dicapai.

87

Tabel 4.17
Sikap memikirkan kesejateraan bawahan
Aspek Masalah

Pimpinan

Alternative

Frekuensi

Jawaban

Relative

DMI Sangat setuju

selalu

Setuju

40

memikirkan

Ragu

60

kesejahteraan

Tidak setuju

bawahan

Sangat tidak setuju

Jumlah

10

100

Sumber : Hasil Analisa


Pada tabel 4.18 menjelaskan bahwa 4 orang responden ( 40 % ) menjawab
setuju, 6 orang responden ( 60 % ) menjawab ragu,dan yang menjawab sangat
setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada (0%). Hal ini menunjukkan
bahwa pimpinan DMI memikirkan kesejateraan bawahan., bagi bawahan yang
bekerja dengan baik dan sesuai dengan target yang ditetapkan.
Tabel 4.18
Sikap memberikan kritik terhadap pelaksanaan pekerjaan
Aspek Masalah

Pimpinan

Alternative

Frekuensi

Jawaban

Relative

selalu Sangat setuju

Setuju

10

kritikan terhadap Ragu

50

pelaksanaan

Tidak setuju

40

yang Sangat tidak setuju

10

100

memberikan

pekerjaan
tidak bagus

Jumlah

Sumber : Hasil Analisa

88

Pada tabel 4.19 menjelaskan bahwa 1 orang responden ( 10 % )


menyatakan setuju, 5 orang responden ( 50 % ) menyatakan ragu, 4 orang
responden ( 40% ) menyatakan tidak setuju, dan yang menjawab sangat setuju
dan sangat tidak setuju tidak ada ( 0 % ). Hal ini menunjukkan bahwa pimpinan
DMI tidak selalu memberikan kritik terhadap pelaksanaan pekerjaan yang jelek
tetapi lebih kepada memotivasi bawahan agar dapat bekerja dengan baik
walaupun terkadang pimpinan DMI memberikan kritikan terhadap bawahan tetapi
kritikan yang memebangun.
Untuk dapat menentukan presentasi pada dua gaya kepemimpinan yang
dipakai oleh pimpinan DMI adalah dengan cara mengelompokkan tabel-tabel
orientasi pada tugas ( task oriented ) nomor 4.14,4.17 dan 4.19 yang menjawab
ragu pada tabel 4.14 sebanyak 6 orang responden ( 60 % ), tabel 4.17 sebanyak 3
orang responden ( 30 % ) dan tabel 4.19 sebanyak 5 orang responden ( 50 % ).
Yang menjawab tidak setuju pada tabel 4.14 sebanyak 3 orang responden ( 30 %
),pada tabel 4.17 sebanyak 7 orang responden ( 70 % ), dan tabel 4.19 sebanyak 4
orang responden ( 40 % ). Dan yang menjawab sangat tidak setuju pada tabel 4.14
tidak ada ( 0 % ),pada tabel 4.18 tidak ada ( 0% ) dan pada tabel 4.19 tidak ada ( 0
% ). Alternative jawaban pada tabel 4.14,4.17 dan 4.19 yang menjawab ragu,
tidak setuju dan sangat tidak setuju berorientasi negative pada pengelompokan
gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas ( task oriented ) sedangkan
jawaban pada tabel 4.14 yang menjawab setuju sebanyak 1 orang responden ( 10
% ).

89

Sedangkan untuk gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan


( employee oriented ) adalah dengan cara mengelompokkan tabel-tabel dengan
tabel 4.15,4.16 dan 4.18 dengan alternative jawaban sangat setuju dan setuju.
Untuk jawaban pada tabel 4.15,4.16 dan 4.18 yang menjawab sangat setuju tidak
ada ( 0 % ). Dan untuk alternative jawaban setuju pada tabel 4.15 sebanyak 8
orang responden ( 80 % ), tabel 4.16 sebanyak 10 orang responden ( 100 % ), dan
tabel 4.18 sebanyak 4 orang responden ( 40 % ).
Dalam hal ini dapat penulis kemukakan bahwa gaya kepemimpinan DR.
KH. Tarmizi Taher adalah gaya kepemimpinan dengan orientasi karyawan (
employee oriented ). Hal ini seperti yang dikemukakan bahwa gaya
kepemimpinan

yang

diterapkan

adalah

dengan

mencoba

membangun

kebersamaan mencoba semuanya dengan tanggung jawab, serta kesadaran


terhadap cita-cita Dewan Masjid Indonesia ( DMI ) dan saling kerja sama diantara
pemimpin dan pengurus ( bawahan ), artinya semua yang ada di DMI member
pengaruh yang signifikan.
D. Tipe Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher
Tipe kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Thaher adalah sifatnya yang sangat
demokratis dan kekeluargaan. Tipe kepemimpinan yang seperti ini sangat sering
kita lihat dalam kegiatan sehari-hari DR. KH. Tarmizi Thaher, maupun saat rapat
dengan para anggotanya. Dengan memberikan kebebasan berpendapat saat rapat
berlangsung, tetapi adakalanya seorang KH. DR. Tarmizi Thaher bersikap tegas
dan disiplin jika kegiatan yang dilakukan DMI sudah mengalami ketegasan.

90

Dalam hubungannya dengan masalah tipe kepemimpinan, penulis


menyusun 6 butir pertanyaan yang berkaitan dengan tipe kepemimpinan DR. KH.
tarmizi Taher dalam hal pengaambilan keputusan. 6 butir pertanyaan ini
dikelompokkan menjadi 2 tipe kepemimpinan otoriter dan tipe kepemimpinan
demokratis. Hal ini dapat dilihat dalam hasil penghitungan angket pada table 4.21
sampai 4.26.
Dalam pengolahan data, penulis mengambil pola perhitungan statistic
dalam bentuk prosentase. Artinya, setiap data diprosentasekan setelah ditabulasi
dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternative jawaban.
Pedoman yang penulis gunakan dalam prosentase setiap data sebagai berikut : P =
F / N X 100 % ket : P = Prosentase, F = Frekuensi, N = Jumlah Responden
Selanjutnya penulis mengadakan seleksi data, untuk lebih jelasnya akan
diperlihatkan dalam table berikut :
Tabel 4.19
Jumlah Responden Pengurus Dmi
Sumber data

Jumlah angket kembali

Tidak

dapat Dapat diolah

diolah
Pengurus Dewan 30

15

10

Masjid Indonesia
( DMI )
Setelah mengadakan seleksi angket seperti tergambar dalam table diatas,
penulis mengolah data dan menggunakan tabulasi, sehingga frekuensi setiap
kemungkinan jawaban dapat diketahui. Frekuensi yang dinyatakan kedalam
frosentase sehingga diketahui kecendrungan setiap jawaban sesuai dengan
jawaban responden.

91

Langkah selanjutnya adalah menganalisa dan menginterpretasikan


jawaban dari hasil angket yang telah penulis sebarkan. Untuk mengetahui jawaban
hasil penelitian ini, dapat dilihat melalui table-tabel dibawah ini :
Tabel 4.20
Membuat dan mengumumkan keputusan
Aspek Masalah

Alternative

Frekuensi Relative

50

50

Sangat tidak setuju

Jumlah

10

100

Jawaban
Pimpinan

DMI Sangat setuju

membuat

dan Setuju

mengumumkan
keputusannya
telling )

Ragu
( Tidak setuju

Sumber : Hasil Analisa


Dari tablel 4.21 tergambar bahwasanya pimpinan DMI membuat
pengumuman terhadap keputusan yang telah disepakati tujuannya agar bawahan
dapat melaksanakan keputusan tersebut dengan bijaksana dan agar secara
keseluruhan mengetahui hasil keputusan tersebut. Responden yang menjawab,
yang menjawab setuju sebanyak 5 orang responden ( 50 % ), yang ragu sebanyak
5 orang responden ( 50 % ), dan yang sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak
setuju tidak ada ( 0 % ).
Tabel 4.21
Menjual keputusan
Aspek Masalah

Alternative

Frekuensi Relative

Jawaban
Pimpinan DMI Sangat setuju

92

menjual

Setuju

keputusan

Ragu

40

Tidak setuju

60

Sangat

tidak 0

setuju
Jumlah

10

100

Sumber : Hasil Analisa


Dari tabel 4.22 menjelaskan bahwa pimpinan DMI dalam hal pengambilan
keputusan tidak menjual keputusan tersebut kepada pihak-pihak yang merasa
dirugikan. Karena setiap keputusan diputuskan bersama-sama. Responden yang
menjawab ragu ada 4 orang responden ( 40 % ), yang tidak setuju ada 6 orang
responden ( 60 % ), dan yang sangat setuju, setuju dan sangat tidak setuju tidak
ada ( 0 % ).
Tabel 4.22
Sikap menyampaikan ide
Aspek Masalah

Alternative

Frekuensi Relative

80

20

Jawaban
Pimpinan

DMI Sangat setuju

menyampaikan
ide

Setuju

dan Ragu

mengundang

Tidak setuju

pertanyaan

Sangat tidak setuju

Jumlah

10

100

Sumber : Hasil Analisa


Dari tabel 4.23 tergambar bahwa pimpina DMI begitu menyampaikan ide
kepada bawahan agar disepakati bersama. Hal ini ditandai dengan bawahan yang
selalu bertanya tentang ide-ide yang akan dilaksanakan dalam program kegiatan

93

DMI. Responden yang menjawab setuju ada 8 orang responden ( 80 % ), yang


ragu 2 orang responden ( 20% ) dan yang sangat setuju, tidak setuju dan sangat
tidak setuju tidak ada ( 0 % ).
Tabel 4.23
Memberikan keputusan tentative ( tidak boleh berubah )
Aspek Masalah

Pimpinan

Alternative

Frekuensi

Jawaban

Relative

DMI Sangat setuju

memberikan

Setuju

10

keputusan

Ragu

60

tentative ( tidak Tidak setuju

30

boleh berubah )

Sangat tidak setuju

Jumlah

10

100

Sumber : Hasil Analisa


Dari tabel 4.24 tergambar bahwasanya pimpinan DMI dalam hal
mpengambilan keputusan tidak memberikan keputusan secara tentative, tetapi
selalu memberikan keputusan yang dapat diubah sewaktu-waktu. Hal ini ditandai
dengan bawahan yang selalu memberikan kesempatan untuk menyampaikan
keputusannya. Responden yang menjawab setuju sebanyak 1 orang responden (10
% ), yang menjawab ragu 6 orang responden ( 60% ), yang menjawab tidak setuju
sebanyak 3 orang responden ( 30 % ), dan sangat setuju, ragu dan sangat tidak
setuju tidak ada ( 0% ).

94

Tabel 4.24
Memberikan solusi terhadap permasalahan
Aspek Masalah

Pimpinan

Alternative

Frekuensi

Jawaban

Relative

DMI Sangat setuju

60

problem yang ada Ragu

40

dan

10

100

menyampaikan

Setuju

meminta Tidak setuju

saran

serta Sangat tidak setuju

pemecahannya

Jumlah

atau solusi
Sumber : Hasil Analisa
Pada tabel 4.25 tergambar bahwa pimpina DMI menyampaikan problemproblem yang ada kepada bawahan dan merundingkan secara bersama untuk
mengetahui solusi atas pemasalahan yang ada. Responden yang menjawab setuju
ada 6 orang responden ( 60 % ), yang menjawab, yang ragu sebanyak 4 orang
responden ( 40 % ), dan sangat setuju,tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak
ada ( 0% ).
Tabel 4.25
Sikap membuat keputusan bersama
Aspek Masalah

Alternative

Frekuensi

Jawaban

Relative

Pimpinan

DMI Sangat setuju

membatasi

Setuju

20

30

meminta anggota Tidak setuju

50

( bawahan ) untuk Sangat tidak setuju

persoalan

dan Ragu

95

membuat

Jumlah

10

100

keputusan
bersama
Sumber : Hasil Analisa
Dari tabel 4.26 menjelaskan bahwa pimpinan DMI tidak membatasi
persoalan untuk membuat keputusan bersama tetapi lebih kepada menyerahkan
kepada bawahan untuk membuat keputusan secara bersama. Responden yang
menjawab setuju sebanyak 2 orang responden ( 20% ), yang menjawab ragu ada 3
orang responden ( 30 % ), yang menjawab tidak setuju sebanyak 5 orang
responden ( 50 % ) dan yang menjawab sangat setuju dan sangat tidak setuju tidak
ada ( 0% ).
Untuk dapat menentukan presentasi pada dua tipe kepemimpinan yang
dipakai oleh pimpinan DMI adalah dengan cara mengelompokkan tabel-tabel tipe
kepemimpinan otoriter tabel 4.22,4.24 dan 4.26 yang menjawab ragu pada tabel
4.22 sebanyak 4 orang responden ( 40 % ), tabel 4.24 sebanyak 6 orang responden
( 60 % ), dan tabel 4.26 sebanyak 3 orang responden ( 30 % ). Dan yang
menjawab tidak setuju pada tabel 4.22 sebanyak 6 orang responden ( 60 % ), tabel
4.24 sebanyak 6 orang responden ( 60 % ), dan tabel 4.26 sebanyak 5 orang
responden ( 50 % ).dan yang menjawab sangat tidak setuju pada tabel 4.22,4.24
dan 4.26 tidak ada ( 0 % ). Alternative jawaban pada tabel 4.22,4.24 dan 4.26
yang menjawab ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju berorientasi negatife
pada pengelompokan tipe kepemimpinan otoriter. Sedangkan jawaban pada tabel
4.26 yang menjawab setuju sebanyak 2 orang responden ( 20 % ).

96

Sedangkan untuk tipe kepemimpinan demokratis adalah dengan cara


mengelompokkan tabel-tabel 4.21,4.23 dan 4.25 dengan alternative jawaban
sangat setuju dan setuju. Untuk jawaban tabel 4.21,4.23 dan 4.25 yang menjawab
sangat setuju tidak ada (0% ). Dan untuk alternative jawaban setuju pada tabel
4.21 sebanyak 5 orang responden ( 50% ), pada tabel 4.23 sebanyak 8 orang
responden ( 80% ), tabel 4.25 sebanyak 6 orang responden ( 60% ). Hal ini
menunjukkan nilai positif pada tipe kepemimpinan DMI adalah demokratis.
Dari hasil penjabaran tabel diatas dapat penulis simpulkan bahwa
kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher adalah demokratis. Tipe kepemimpinan
demokratis yaitu tipe kepemimpinan dimana pemimpin menempatkan manusia
sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap organisasi. Tipe ini diwujudkan
dengan dominasi perilaku pelindung dan penyelamat serta perilaku cenderung
memajukan dan mengembangkan organisasi.
Dalam memimpin beliau mencoba membangun kebersamaan, mencoba
semuanya dengan tanggung jawab serta kesadaran terhadap cita-cita DMI dan
saling bekerja sama diantara anggota kelompok.
Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Thaher secara umum tidak jauh berbeda
dari tahun ketahun. Yakni bersikap demokratis dan kekeluargaan, kalaupun ada
sedikit hal yang berbeda dan perlu melakukan perbaikan-perbaikan yang dianggap
perlu, maka akan diperbaiki secara bersama-sama.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian bab-bab terdahulu, akhirnya penulis dapat menarik
kessimpualan sebagai berikut :
1. Dalam memimpin DMI DR. KH. Tarmizi Taher menekankan kepada
pengembangan pola idaroh ( manajemen ), imaroh ( pengelolaan program),
dan Riayah ( pengelolaan fisik ), pengembangan pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam, Pembinaan pengurus dewan
masjid Indonesia dan pengkaderan pengurus bagi generasi muda,
Mengadakan pertemuan rutin antara Dewan Masjid Indonesia dengan
pengelola masjid dan Mengembangkan masjid-masjid percontohan
2. Dalam kepemimpinannya, DR. KH. Tarmizi Taher selalu bersikap
professional dan kekeluargaan. Beliau selalu terbuka terhadap pandapatpendapat dari bawahannya. Dalam hal kepemimpinan DR. KH. Tarmizi
Taher memiliki tipe kepemimpinan Demokratis. Walaupun terkadang
beliau bersikap tegas dalam keadaan tertentu, misalnya dalam hal
kebijakan. Dalam hal ini fungsi kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher
dalam hal pengembangan DMI adalah dengan cara memandu, menuntun
serta membimbing bawahan kepada pencapaian tujuan dari misi DMI
tarsebut. Selain itu juga fungsi kepemimpinan beliau adalah membangun
kerja bawahan adalah dengan cara memberikan motivasi-motivasi kerja,
memberikan pengawasan agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik.

97

98

Gaya kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher adalah gaya kepemimpinan


dengan orientasi karyawan ( employee oriented ). Hal ini seperti yang
beliau kemukakan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan adalah
dengan mencoba membangun kebersamaan, mencoba semuanya dengan
tanggung jawab, serta kesadaran terhadap cita-cita DMI dan saling kerja
sama diantara anggota kepengurusan. Artinya semua yang ada di DMI
memberi pengaruh yang sangat signifikan. Kepemimpinan DR. KH.
Tarmizi Taher sudah berjalan secara efektif. Hal yang harus dilakukan
tentu saja memahami jenis pekerjaan, memahami orang-orang yang
bersamanya, memahami tujuan yang ingin dicapai kepemimpinan itu,
memahami kelemahan dirinya sendiri, memahami kapan ia mendapat
masukan, kritik dan lain sebagainya.
B. Saran
Saran-saran yang penulis tuangkan dalam skripsi ini aadalah :
1. Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher sebelum berakhir hendaklah
mempersiapkan lahirnya pemimpin-pemimpin baru yang memiliki visi dan
misi yang sama dalam mengembangkan masjid-masjid melalui dewan
Masjid Indonesia yang lebih maju dan professional, sehingga dikenal luas
ditanah air maupun luar negeri.
2. Diharapkan DR. KH. Tarmizi Taher dapat memberikan informasiinformasi dakwah Islam yang terbaik bagi perkembangan dakwah di
Indonesia melalui DMI.

Anda mungkin juga menyukai