Oleh:
BIO HAFSARI LARASATI
ABSTRACT
Micro Small and Medium Enterprises (MSME) are the most relevant topic
to be discussed in Indonesia because of their significant contribution to the
economic development in this country. Too many benefits can be contributed by
MSME, but in the fact, MSME have uncapability to facing market among others
due to the weakness of MSME in financial, accessing information, and related to
poor promotional action. To winning the competition with the other enterprises,
MSME needs a good competitiveness quality. One of the way to reach it, can be
done by give an attention to MSMEs marketing communication. This research
tells about the characteristic of IPB MSME partnership, marketing communication
act, and quality of competitiveness as this result. The method used in this study
are quantitative and qualitative data. Quantitative data collected by interviewing
peopled with questionnaires. Whereas, qualitative data collected by interviewing
the tutor about partnership tutorial act. Marketing communication can be held by
match this act with the characteristic of MSME. It can give some benefit to
increase the competitiveness quality of MSME.
Keywords: Micro Small and Medium Enterprises, Marketing Communication,
Quality of Competitiveness
RINGKASAN
Oleh:
BIO HAFSARI LARASATI
I34070007
SKRIPSI
Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
: I34070007
: Analisis hubungan Komunikasi Pemasaran dengan Kualitas Daya Saing
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM): Studi pada UMKM Mitra
Binaan IPB
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
PERNYATAAN
HUBUNGAN
KOMUNIKASI
PEMASARAN
DENGAN
RIWAYAT HIDUP
Bio Hafsari Larasati atau yang biasa dipanggil Biola (penulis) lahir di
Bogor pada tanggal 22 Maret 1989. Penulis merupakan anak pertama dari empat
bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak Ir. H. Zulian Hanafi, MM dan Ibu
(Alm) Ir. Lestari Sempurna Putri. Pendidikan formal ditempuh penulis di TK
Pertiwi Teladan Metro pada tahun 1993-1995, SD Adhyaksa I Jambi pada tahun
1995-2001, SLTP Negeri I Metro pada tahun 2001-2004, dan SMA Negeri I
Metro Lampung pada tahun 2004-2007. Setelah lulus SMA, penulis menempuh
pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) angkatan 44 dan diterima di Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Mayarakat, Fakutas Ekologi Manusia. Penulis menyelesaikan
masa studi dalam waktu tujuh semester dan menjadi lulusan pertama Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 44 melalui program
akselerasi, sekaligus menjadi lulusan pertama Institut Pertanian Bogor angkatan
44.
Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kursus Bahasa Inggris dan
Bahasa Mandarin, berbagai pelatihan, seminar, dan magang yang mendukung
kegiatan akademik dan pengembangan softskill. Selain itu, penulis juga aktif
mengikuti kegiatan non-akademik, seperti BEM FEMA, UKM Kewirausahaan
Century, dan Organisasi Mahasiswa Kemala. Dalam organisasi, penulis pernah
memegang jabatan sebagai Sekretaris Dept. PBOS BEM FEMA tahun 2008-2009
dan Bendahara Divisi IT UKM Century 2008-2009. Penulis juga dipercaya untuk
terlibat dalam berbagai kepanitiaan, diantaranya sebagai ketua 2nd Creso,
Sekretaris Duta FEMA, Bendahara MPF FEMA 2009, koordinator acara Try Out
IPB Kemala, dan berbagai kepanitiaan lainnya. Pengalaman bekerja pernah
penulis tempuh sebagai Staff Humas PT Aneka Tambang Tbk UBPE Pongkor
melalui program magang dan Staff Comdev PT Aneka Tambang Tbk UBPE
Pongkor selama mengikuti kegiatan KKP. Sebagai bentuk pengabdian terhadap
bidang pendidikan, penulis menjalankan amanah menjadi Asisten Dosen Mata
Kuliah Sosiologi Umum (2009-2010) dan Asisten Dosen Mata Kuliah Pengantar
Ilmu Kependudukan (2010).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, petunjuk, dan nikmat-Nya dalam mengerjakan skripsi ini,
sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul Analisis
Hubungan Komunikasi Pemasaran dengan Kualitas Daya Saing Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM): Studi pada UMKM Mitra Binaan IPB ini
diharapkan mampu memberikan pengetahuan mengenai komunikasi pemasaran
UMKM dan peranannya dalam upaya mendukung pengembangan UMKM.
Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi pengembangan UMKM dan dalam upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xv
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Masalah Penelitian ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................................... 4
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS ............................................................................. 5
2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 5
2.1.1 Definisi UMKM ........................................................................................ 5
2.1.2 Karakteristik UMKM ................................................................................ 6
2.1.3 Peran dan Kontribusi UMKM ................................................................... 8
2.1.3.1 Peranan UMKM dalam Bidang Sosial ............................................. 8
2.1.3.2 Peranan UMKM dalam Bidang Ekonomi ........................................ 9
2.1.3.3 Peranan UMKM dalam Bidang Politik .......................................... 10
2.1.4 Kondisi UMKM dan Perkembangannya ................................................. 11
2.1.4.1 Modal Kerja UMKM ..................................................................... 11
2.1.4.2 Akses Pasar dan Informasi ............................................................. 12
2.1.4.3 Kondisi Pemasaran UMKM........................................................... 13
2.1.5 Definisi Komunikasi Pemasaran ............................................................. 15
2.1.6 Proses Komunikasi Pemasaran................................................................ 15
2.1.7 Bauran Promosi ....................................................................................... 17
2.1.7.1 Periklanan (Advertising) ............................................................... 17
2.1.7.2 Promosi Penjualan (Sales Promotion) .......................................... 18
2.1.7.3 Hubungan Masyarakat (Public Relations) .................................... 18
2.1.7.4 Penjualan Personal (Personal Selling) .......................................... 19
2.1.7.5 Pemasaran Langsung (Direct Marketing) ..................................... 20
2.1.7.6 Word of mouth .............................................................................. 21
2.1.8 Manfaat Komunikasi Pemasaran ............................................................ 21
2.1.9 Efek Komunikasi Pemasaran.................................................................. 22
2.1.10 Daya Saing UMKM................................................................................ 23
2.2 Kerangka Pemikiran........................................................................................ 26
2.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 27
2.4 Definisi Operasional ....................................................................................... 28
2.4.1 Karakteristik UMKM .............................................................................. 28
2.4.2 Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran ...................................................... 29
2.4.3 Kualitas Daya Saing UMKM .................................................................. 31
xii
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
Naskah
Halaman
Tabel 1. Tabel Perbedaan Skala UMKM berdasarkan Aset dan Nilai Penjualan... 29
Tabel 2. Ukuran Sampel Penelitian... 36
Tabel 3. Penggunaan Bauran Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Jenis Bidang
Usaha . 72
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Naskah
Halaman
23
53
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sejak masa Orde Baru, Indonesia menempatkan pembangunan ekonomi
Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang uraian latar belakang di atas, disusunlah
1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, maka ditetapkan beberapa
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Definisi UMKM
Terdapat beberapa lembaga atau instansi yang memberikan definisi
kecil berjumlah lima sampai dengan sembilan belas orang, sementara usaha
menengah berkisar antara dua puluh sampai dengan sembilan puluh sembilan
tenaga kerja. Batasan pengertian UMKM diatas sesuai dengan defiinisi UMKM
yang diberlakukan bagi Asian Development Bank (ADB) yang dikutip oleh Eva
(2007).
2.1.2
Karakteristik UMKM
UMKM memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan jenis
usaha besar, termasuk karakteristik yang membedakan usaha mikro, usaha kecil,
dan usaha menengah sendiri. Berdasarkan data BPS (2006) yang dikutip oleh
Tambunan (2009) dalam buku UMKM di Indonesia, diketahui bahwa dari segi
tenaga kerja, lebih dari sepertiga (sekitar 34,5 persen) UMKM dikelola oleh
tenaga kerja berusia di atas 45 tahun, dan hanya sekitar 5,2 persen pengusaha
UMKM yang berumur di bawah 25 tahun.
Tambunan
(2000)
seperti
dikutip
oleh
Sulistyastuti
(2004)
mengungkapkan bahwa tenaga kerja yang diperlukan oleh industri kecil tidak
menuntut pendidikan formal yang tinggi. Sebagian besar tenaga kerja yang
diperlukan oleh industri ini didasarkan atas pengalaman (learning by doing) yang
terkait dengan faktor historis (path dependence). Tulisan lanjutan Tambunan
(2009) mengenai UMKM mengungkapkan bahwa struktur pengusaha menurut
tingkat pendidikan formal memberi kesan adanya hubungan positif antara tingkat
pendidikan rata-rata pengusaha dengan skala usaha. Artinya, semakin besar skala
usaha, yang umumnya berasosiasi positif dengan tingkat kompleksitas usaha yang
memerlukan keterampilan tinggi dan wawasan bisnis yang lebih luas, semakin
banyak pengusaha dengan pendidikan formal tersier.
Mengacu pada data BPS (2006) yang dikutip Tambunan (2009) diketahui
bahwa sebagian besar pengusaha UMKM mengungkapkan alasan kegiatan usaha
yang mereka lakukan adalah latar belakang ekonomi. Artinya usaha ini dilakukan
sebagai upaya untuk memperoleh perbaikan penghasilan dan atau merupakan
startegi untuk bertahan hidup. Hal ini didukung dengan kondisi tingkat pendidikan
pengusaha yang mayoritas tergolong rendah. Usaha ini dilakukan dengan alasan
tidak ada lagi jenis pekerjaan lain yang dapat dilakukan dengan tingkat pendidikan
formal yang tergolong rendah. Beberapa pengusaha juga menjalankan usaha
dengan mempertimbangkan prospek usaha ke depan, seperti adanya peluang dan
pangsa pasar yang aman dan besar. Namun, sebagian lainnya mengungkapkan
latar belakang keturunan, artinya meneruskan usaha warisan keluarga.
Data BPS (2006) yang dikutip oleh Tambunan (2009) juga menunjukkan
bahwa Indonesia memiliki banyak UMKM, namun tidak seluruh UMKM ini
berbadan hukum. Justru sebagian besar UMKM yang ada, yakni sekitar 95,1
persen dari jumlah unit usaha tidak berbadan hukum. Hal ini dapat diterima
dengan alasan kebanyakan UMKM memiliki modal yang sangat minim dan
terbentur berbagai birokrasi dan persyaratan yang rumit dan kompleks untuk
mendapatkan pelayanan dalam pengembangan usahanya.
Menurut Sulistyastuti (2004), yang juga menjadi karakteristik UMKM
adalah pemakaian bahan baku lokal. Keberadaan UMKM seringkali terkait
dengan tingginya intensitas pemakaian bahan baku lokal, misalnya UMKM
kerajinan meubel ukiran khas Jepara, batik asal Pekalongan dan berbagai
komoditas lokal unggulan lain yang dijadikan bahan baku dalam usaha.
2.1.3
peranan
yang
signifikan
dalam
penanggulangan
masalah
pengangguran.
Melihat peranan UKM yang sangat signifikan dalam penciptaan
kesempatan kerja dan nilai tambah, Sulistyastuti (2004) berpendapat bahwa UKM
mampu memberikan manfaat sosial yaitu mereduksi ketimpangan pendapatan,
terutama di negara-negara berkembang. Oleh karena itu, tak heran jika Clapham
(1991) juga berpendapat bahwa sektor perusahaan kecil dan menengah dipandang
lembaga yang cocok untuk menghilangkan dualisme ekonomi dan sosial.
2.1.3.2 Peranan UMKM dalam Bidang Ekonomi
UMKM dituntut untuk dapat memanfaatkan sumber daya nasional
menurut prinsip-prinsip ekonomi, termasuk pemanfaatan tenaga kerja untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang maksimum dan sesuai dengan kepentingan
rakyat (Clapham, 1991). Indoconsult dikutip Sadoko (1995) juga mengungkapkan
bahwa usaha kecil memberikan kontribusi yang tinggi (sekitar 55 persen) terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia di sektor-sektor perdagangan, transportasi, dan
industri. Sektor ini juga mempunyai peranan cukup penting dalam penghasilan
devisa negara melalui usaha pakaian jadi (garments), barang-barang kerajinan
termasuk meubel dan pelayanan bagi turis.
10
11
mulai dari bidang sosial, ekonomi, hingga politik dalam skala yang kecil dan
spesifik, dalam artian politik pengambilan keputusan bagi tiap-tiap UMKM.
Namun, dalam prakteknya, UMKM juga mengalami berbagai hambatan dalam
berbagai kegiatan operasionalnya.
2.1.4.1 Modal Kerja UMKM
Clapham (1991) menyebutkan bahwa hampir tanpa kecuali, pengusaha
kecil dan menengah mengatakan bahwa masalah yang paling besar yang mereka
hadapi adalah masalah keuangan. Mereka mengeluh tentang kekurangan modal
tetap dan modal kerja. Bidang lain yang juga banyak menimbulkan kesulitan
adalah kredit bagi konsumen. Dalam berbagai hal, demi kemajuan dan
pengembangan UMKM, pemerintah maupun berbagai lembaga keuangan, baik
bank maupun lembaga keuangan non bank telah berupaya dalam memberikan
12
13
14
15
2.1.5
hubungan sistematik antara pelaku bisnis dan pasar yang menjadi target, dimana si
pelaku pasar (marketer) akan mengumpulkan beranekargaam ide-ide, desain,
pesan-pesan, media, format, dan warna unruk mengkomunikasikan maksud dan
menstimulasi persepsi khusus dari produk dan layanan, yang kemudian dihimpun
dalam target pasar. Sependapat dengan hal tersebut, Machfoedz (2010)
mengungkapkan bahwa komunikasi pemasaran ialah semua elemen dalam
pemasaran yang memberi arti dan mengkomunikasikan nilai kepada konsumen
dan stakeholder sebuah perusahaan.
Konsep pemasaran sering kali disamaartikan dengan konsep penjualan.
Padahal, kedua konsep ini merupakan konsep yang berbeda. Dalam bukunya,
Amir (2005) menyebutkan bahwa dalam konsep penjualan, hal yang menjadi
tujuan utamanya adalah transaksi. Setelah transaksi terjadi, perusahaan sering kali
tidak memperhatikan konsumen lagi. Sementara itu, konsep pemasaran lebih
mengutamakan kepuasan pelanggan. Laba justru diharapkan diperoleh dari
kepuasan konsumen yang nantinya membeli dalam jumlah banyak, terus-terusan
dan mungkin dengan harga yang menguntungkan.
2.1.6
arus informasi tentang produk dari pemasar sampai kepada konsumen. Proses
komunikasi pemasaran dapat divisualisasikan dalam model diagram alur yang
disajikan pada Gambar 1.
16
Encoding
Pesan
Media
Decoding
Penerima
pesan
Gangguan
Umpan balik
Respon
Amir
komunikasi tidak hanya itu. Tidak juga hanya sekedar menyampaikan pesan yang
kita inginkan. Bukan sekedar how can we reach the costumer. Akan tetapi,
konsumen juga harus memiliki saluran untuk memberikan pesan-pesan yang
dimilikinya. Jadi harus juga memberikan kesempatan how can our costumer reach
us.
Faktor kunci dalam aliran komunikasi ini adalah syarat pesan yang baik,
yaitu: pemasar harus tau apa yang diharapkan audiens, pemasar harus membangun
saluran umpan balik, pemasar harus memahami pesan seperti yang bisa dipahami
17
audiens, dan pemasar harus mengirim pesan lewat media yang menjangkau
audiens (Amir, 2005).
2.1.7
Bauran Promosi
Bauran promosi (promotion mix) menggambarkan cara-cara kreatif yang
18
periklanan, antara lain melalui: surat kabar, majalah, radio, televisi, papan
reklame, dan surat langsung (Alma 2005, seperti dikutip oleh Andrijansyah 2009).
2.1.7.2 Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Promosi penjualan merupakan berbagai insentif jangka pendek untuk
mendorong konsumen segera mencoba atau membeli sebuah produk atau jasa.
Promosi penjualan meliputi berbagai sarana - kupon, kontes, premi, dan
sebagainya - yang semuanya mempunyai ciri yang berbeda. Berbagai sarana
promosi tersebut juga memberikan kontribusi motivasi pembelian yang
memberikan nilai tambah kepada konsumen. Perusahaan menggunakan alat
promosi penjualan untuk menciptakan respons yang lebih kuat dan lebih cepat
(Machfoedz, 2010). Menurut Andrijansyah (2009), promosi penjualan dapat
diberikan kepada beberapa sasaran yang dianggap potensial, diantaranya:
1. Konsumen, berupa penawaran cuma-cuma, sampel, demo produk,
kupon, pengembalian tunai, hadiah, kontes, dan garansi.
2. Perantara, berupa barang cuma-cuma, diskon, advertising allowances,
iklan kerja sama, distribution contests, penghargaan.
3. Tenaga penjualan, berupa bonus, penghargaan, contests, dan hadiah
untuk tenaga penjualan terbaik.
2.1.7.3 Hubungan Masyarakat (Public Relations)
Machfoedz (2010) mendefinisikan public relations (hubungan masyarakat)
merupakan sarana promosi massal yang dilakukan dengan menjalin hubungan
dengan berbagai konsumen perusahaan dan masyarakat umum, dengan tujuan
untuk membangun citra perusahaan yang positif agar mendapat publisitas yang
luas, dan mengatasi kabar angin, laporan, serta kejadian-kejadian yang tidak
19
20
biayanya yang besar. Meskipun menyedot biaya yang besar, jangkauan dan
frekuensi melalui personal selling memang rendah.
Alma (2005, seperti dikutip oleh Andrijansyah, 2009) menyebutkan
bentuk-bentuk personal selling yang dikenal secara garis besar, diantaranya
penjualan di toko atau pusat perbelanjaan, house to house selling, penjual yang
ditugaskan oleh pedagang besar untuk menghubungi pedagang eceran, penjual
yang ditugaskan oleh produsen untuk menghubungi pedagang besar atau
pedagang eceran, pemimpin perusahan berkunjung kepada pelanggan yang
penting, dan penjual yang terlatih secara teknis mengunjungi para konsumen
industri untuk memberikan nasehat dan bantuan.
2.1.7.5 Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
Pemasaran langsung, yaitu penggunaan email, faksimile, internet langsung
dengan atau fasilitas untuk merespons dari pelanggan atau prospek tertentu. Ciriciri dari cara komunikasi ini adalah non-publik, karena ia diarahkan kepada pihak
tertentu (dengan nama dan alamat yang jelas). Pemasaran langsung bersifat segera
dan disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik pelanggan.
Jenis bauran ini juga bersifat interaktif. Pihak konsumen dapat segera
merespon pesan yang disampaikan pemasaran (misalnya dengan mengisi
formulir). Pemasaran langsung umumnya digunakan oleh perusahaan yang
memiliki basis data mengenai pelanggan. Semakin baik basis data ini, semakin
mudah dan efektif pemasar menyampaikan pesannya (Amir, 2005). Menurut
Andrijansyah (2009), terdapat enam area pemasaran langsung, yaitu: direct mail,
mail order, direct response, direct selling, telemarketing, dan digital marketing.
21
22
berupaya menggali nilai-nilai apa saja yang membuat pelanggan memilih produk
mereka dari sisi hubungan masyarakat (kehumasan). Hal penting lainnya adalah
bahwa strategi komunikasi harus membangun cara yang paling sesuai untuk
mengkomunikasikan tujuan pemasaran sebuah perusahaan dengan berbagai pasar
sasaran dan khalayak stakeholder (Machfoedz, 2010).
2.1.9
23
Respon
Khalayak
Proses
Pembelian
Informing
Efek Kognitif
Attention
Persuading
Efek Afektif
Reminding
Efek Konatif
Follow Up
saing
dapat
didefinisikan
sebagai
kemampuan
untuk
24
peningkatan
kemampuan
produksi
termasuk
peningkatan
25
26
2.2
Kerangka Pemikiran
Karakteristik UMKM
Jenis bidang usaha
Skala usaha
Produksi
Tekonologi
Desain Produk
- Frekuensi pelaksanaan
Keterangan:
berhubungan
fokus penelitian
27
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka disusunlah hipotesis
28
2.4
Definisi Operasional
29
Aset
(x)
Nilai Penjualan
Tahunan (y)
Mikro
50 Juta
300 juta
Kecil
Menengah
2,5 M < y 50 M
Mikro, skor 1
2.
Kecil, skor 2
3.
Menengah, skor 3
pada
masing-masing
jenis
usaha
yang
kemudian
30
31
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian
Penelitian mengenai hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas
berada di bawah naungan lembaga UPP-UKM dan CDA IPB. Penetapan lokasi
penelitian di unit UMKM mitra binaan IPB ini dilakukan dengan beberapa
pertimbangan, diantaranya:
34
yang berada dibawah naungan UPP-UKM LPPM dan CDA IPB yang secara
keseluruhan berjumlah 249 unit UMKM. Keseluruhan UMKM tersebut terdiri
dari beberapa jenis bidang usaha, diantaranya adalah UMKM pangan, jasa,
pertanian, dan kerajinan.
Sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan metode pengambilan
sampel secara sengaja (purposive sampling). Metode purposive dilakukan dengan
beberapa pertimbangan, diantaranya adalah:
35
harus
dilakukan
secara
proporsional
agar
mewakili
heterogenitas populasi.
2. Lokasi UMKM yang menjadi populasi dalam penelitian ini tersebar
luas di beberapa wilayah, mulai dari wilayah Kabuaten Bogor, hingga
wilayah
Jakarta,
Bandung
dan
sekitarnya,
sehingga
tidak
36
Jenis Usaha
Jumlah Sampel
Persentase
(unit)
(unit)
Pangan
75
30,1%
10
Jasa
74
29,8%
10
Kerajinan
49
19,7%
Pertanian
51
20,4%
249
100%
34
Total
37
38
diolah secara statistik deskriptif dengan mengunakan software SPSS for Windows
versi 13.0 dan Microsoft Exel 2007.
Terdapat beberapa variabel yang diukur dalam penelitian ini, diantaranya
pelaksanaan komunikasi pemasaran, yang meliputi keragaman bauran promosi,
biaya, dan frekuensi pelaksanaan. Variabel ini diukur dengan distribusi frekuensi
yang disajikan dalam bentuk diagram lingkaran. Sementara itu, dilakukan juga uji
korelasi antara variabel karakteristik UMKM (meliputi jenis bidang usaha, tingkat
pendidikan, dan skala usaha) dengan variabel pelaksanaan komunikasi pemasaran.
Korelasi jenis bidang usaha dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran diukur
dengan distribusi frekuensi yang disajikan dalam bentuk diagram lingkaran.
Sementara itu, korelasi tingkat pendidikan dan skala usaha dengan pelaksanaan
komunikasi pemasaran diukur dengan menggunakan Uji Korelasi Spearman, yang
digunakan untuk mengukur korelasi variabel berskala ordinal-ordinal.
Pengukuran korelasi pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan kualitas
daya saing usaha yang meliputi tingkat produktivitas, tingkat profit, dan luas
cakupan pasar juga dilakukan dengan menggunakan Uji Korelasi Spearman.
Sementara itu, data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dan
pengamatan digunakan sebagai data pendukung hasil penelitian kuantitatif.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM
4.1
Latar Belakang
Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi di
Indonesia. Sebagai suatu lembaga pendidikan, IPB memiliki visi dan misi yang
menjadi acuan kegiatan pendidikan yang dilakukan. Visi IPB adalah menjadi
perguruan tinggi berbasis riset kelas dunia dengan kompetensi utama pertanian
tropika dan biosanins serta berkarakter kewirausahaan. Untuk mewujudkan visi
tersebut, maka IPB memiliki beberapa misi, yaitu menyelenggarakan pendidikan
tinggi bermutu tinggi dan pembinaan kemahasiswaan yang komprehensif dalam
rangka meningkatkan daya saing bangsa, mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi sesuai kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan kecenderungan
pada masa yang akan datang, membangun sistem manajemen perguruan tinggi
yang berkarakter kewirausahaan, efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, serta
mendorong terbentuknya masyarakat madani berdasarkan kebenaran dan hak asasi
manusia.
Visi dan misi menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan, baik
akademik maupun non akademik. Mulai dari penyusunan kurikulum, hingga
pembinaan hubungan dengan masyarakat. Salah satu karakter generasi muda yang
dilahirkan IPB adalah akademia yang berjiwa wirausaha. Wirausaha merupakan
hal yang penting dan perlu dikembangkan, karena mampu menciptakan lapangan
kerja bagi masyarakat. Berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan hal ini.
Mulai dari mengkombinasikan kompetensi wirausaha pada beberapa mata kuliah,
giat melakukan seminar mengenai wirausaha, hingga mendirikan beberapa
40
Tridharma
Perguruan
Tinggi.
Berbagai
upaya
dilakukan
untuk
41
kemitraan yang dikelola LAPI UKM LPPM IPB terlaksana dengan baik. Tahun
2006-2008 sebanyak 67 (enam puluh tujuh) UKM binaan LPPM IPB telah
berhasil memperoleh fasilitas kredit kemitraan PT BNI (Persero) Tbk.
Program pembinaan seperti pelatihan-pelatihan singkat tentang berbagai
hal terkait dengan usaha para UKM mitra binaan, monitoring evaluasi (monev)
terhadap UKM binaan juga telah mulai dilaksanakan sejak 2007. Kegiatan lain
yang mulai dilaksanakan awal 2008 adalah kegiatan pelayanan konsultasi bagi
UKM binaan. Kegiatan ini dirasakan sangat bermanfaat bagi para UKM yang
memerlukan masukan-masukan dalam hal pengembangan usaha maupun
pemecahan masalah usaha yang dihadapi. Untuk kegiatan ini dibuat jadwal piket
bagi anggota tim LAPI UKM LPPM IPB di kantor sekretariat LAPI UKM LPPM
IPB Gedung Penunjang Grawida (G1) Kampus IPB Dramaga.
Bulan Juli 2009 LAPI UKM LPPM IPB mulai mengkoordinir kegiatan
pertemuan rutin UKM binaan LPPM IPB. Kegiatan ini telah membuahkan hasil
yang baik yaitu dengan terbentuknya Paguyuban UKM Binaan IPB (PUKMBIPB). Beberapa program paguyuban diantaranya ceramah pengusaha sukses dan
promosi produk UKM binaan telah dilaksanakan. Seiring dengan semakin
berkembangnya kegiatan yang dikelola LAPI UKM LPPM IPB, maka fungsi dan
tugas LAPI UKM LPPM IPB menjadi bertambah. Berdasarkan hal tersebut,
maka tahun 2010 LAPI UKM LPPM IPB diubah namanya menjadi Unit
Pelayanan dan Pendampingan Usaha Kecil Menengah (UPP-UKM).
Tujuan pendirian UPP-UKM adalah untuk memberikan pelayanan dalam
hal pembinaan dan pendampingan kepada para UKM binaan IPB baik yang
berada dibawah koordinasi LPPM IPB maupun Unit lainnya di lingkungan IPB
42
seperti Direktorat Bisnis Kemitraan IPB, Paguyuban Pensiunan IPB dan lain-lain,
agar menjadi UKM yang tangguh dan mandiri.
4.1.2
43
4.2
Keanggotaan
4.2.1 UPP-UKM
UKM binaan IPB yang telah bergabung dengan UPP-UKM LPPM IPB
sampai awal januari 2010 telah mencapai jumlah 166 (seratus enam puluh enam)
unit UMKM. Sejumlah UMKM ini terdiri dari UMKM dengan jenis bidang usaha
yang bervariasi, diantaranya adalah UMKM bidang usaha jasa boga (kantin,
rumah makan, warteg, catering, dan beberapa jenis lainnya), jasa (salon
kecantikan & rias pengantin, perbengkelan, rental, sewaan/kontrakan, dan
beberapa jenis lainnya), kerajinan (sepatu sandal, handycraft, kerajinan, dan
beberapa jenis lainnya), dan pertanian (budidaya perikanan, peternakan, dan
beberapa jenis lainnya).
Keanggotaan UMKM jika dikelompokkan berdasarkan latar belakang
pelaku usahanya, dapat dibedakan menjadi UMKM binaan LPPM IPB dari
beberapa wilayah di Kota dan Kabupaten Bogor, UMKM binaan pusat-pusat
LPPM IPB, UMKM paguyuban pensiunan IPB, UMKM para wirausaha muda
(mahasiswa S1, S2 dan alumni IPB), UMKM binaan Bisnis Kemitraan IPB, serta
UMKM binaan dari beberapa unit lainnya di lingkungan IPB.
4.2.2 Program Mahasiswa Wirausaha CDA
UKM binaan IPB yang telah bergabung dengan Program Mahasiswa
Wirausaha binaan CDA saat ini berjumlah 83 unit UMKM. Keseluruhan jumlah
ini juga terdiri dari jenis bidang usaha yang beragam, diantaranya adalah bidang
usaha pangan, kerajinan, jasa, dan pertanian. Setiap unit UMKM dapat berupa
usaha perseorangan ataupun kelompok dengan jumlah maksimal lima orang.
44
Masing-masing unit UMKM binaan CDA memiliki minimal satu orang dosen
pembimbing yang akan memantau perkembangan dan kemajuan usaha.
UMKM yang terdaftar sebagai anggota binaan CDA memiliki hak atas
pelayanan konsultasi usaha kepada pembimbing, mendapatkan modal pinjaman
usaha, serta memiliki kesempatan untuk dipromosikan melalui pameran dagang
dan berbagai upaya perluasan jaringan usaha.
4.3
4.3.1
UPP-UKM
Beberapa kegiatan pembinaan yang dilaksanakan oleh UPP-UKM sebagai
45
bagi UKM binaan LPPM IPB. Beberapa jenis pelatihan yang pernah
dilaksanakan, diantaranya adalah pelatihan pengelolaan keuangan dan
pemasaran, pelatihan mengenai kebersihan pengolahan bahan baku
makanan dan seni pengemasan dan penataan makanan, pelatihan
pembukuan sederhana, pelatihan dan ceramah wirausaha muda muslim
tentang pemasaran.
4. Kegiatan pelayanan terhadap UKM-UKM di wilayah sekitar kampus
46
8. Penawaran
peningkatan
kapasitas
pelaku
usaha.
Pelatihan
ini
47
tergabung
dalam
keanggotaannya
untuk
berpartisipasi.
BAB V
GAMBARAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN
MENENGAH (UMKM) MITRA BINAAN IPB
5.1
49
27%
Keterangan:
ekonomi
peluang dan prospek usaha
68%
warisan
5.2
prospek usaha sebagai latar belakang pendirian usaha. Hal ini relevan dengan
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar pendiri
pendiri UMKM mitra
binaan IPB berpendidikan tinggi, meskipun beberapa diantaranya tergolong
berpendidikan sedang dan rendah. UMKM mitra binaan IPB membuktikan
50
12.13%
Keterangan:
orang lain
21.22%
kerabat
66.67 %
keluarga
Tenaga kerja yang terserap pada bidang usaha ini umumnya memiliki
tingkat pendidikan formal rendah. Sebanyak 63.63 persen tenaga kerja dapat
dikategorikan memiliki tingkat pendidikan rendah dan hanya 36.36 persen tenaga
kerja yang memiliki tingkat pendidikan formal tinggi. Ini berarti usaha yang
dijalankan tidak membutuhkan
membutuhkan keahlian khusus yang hanya mungkin didapatkan
dari pendidikan formal.
51
5.3
sebagai unit usaha tidak luput dari kendala yang menghambat pengembangan
usahanya. Berbagai kendala yang dihadapi UMKM dapat dikelompokkan pada
beberapa kendala besar yang divisualisasikan pada Gambar 6.
10%
10%
23.34%
modal
56.67%
teknologi
sumber daya manusia
Berdasarkan Gambar 6,
6, diketahui bahwa kendala terbesar yang dirasakan
dalam pengembangan usaha adalah masalah pemasaran. Beberapa responden
mengalami keterbatasan pengetahuan dan informasi dalam hal pemasaran. Lokasi
produksi yang jauh dari target pasar juga seringkali memperparah kondisi ini.
Masalah lain yang hampir dirasakan
dirasakan oleh setiap UMKM adalah keterbatasan
modal dan pendanaan. Terbatasnya modal dan pendanaan mengakibatkan
keterbatasan anggaran pemasaran. Ketersediaan dana yang kurang memadai
seringkali diprioritaskan untuk keperluan produksi.
Masalah lain yang cukup
cukup menghambat pengembangan usaha dirasakan
UMKM dalam bidang teknologi dan sumber daya manusia. Meskipun jenis usaha
yang dikembangkan umumnya adalah usaha sederhana, namun dalam upaya
pengembangan usaha dan peningkatan daya saing, UMKM membutuhkan
52
teknologi yang memadai. Untuk mendukung tujuan ini, kapasitas tenaga kerja
juga perlu ditingkatkan. Meskipun tidak membutuhkan pengetahuan yang
diperoleh dari pendidikan formal secara langsung, namun kegiatan operasional
UMKM tetap memerlukan keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh tenaga
kerja.
BAB VI
PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN
USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
6.1
badan usaha yang berorientasi pada pencapaian profit. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka UMKM melakukan komunikasi pemasaran. Upaya pelaksanaan
komunikasi pemasaran ini dilakukan UMKM untuk membina hubungan dengan
sasaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, komunikasi
pemasaran UMKM belum dilaksanakan secara optimal. Data ini divisualisasikan
pada Gambar 7.
Keterangan:
41.17%
Optimal
Belum Optimal
41.17%
Tidak melaksanakan
54
21.42%
Keterangan:
periklanan
promosi penjualan
public relation
penjualan personal
pemasaran langsung
55
30.43%
Keterangan:
pangan
jasa
pertanian
kerajinan
56
57
UMKM Fruity Fir merupakan jenis UMKM pangan dengan produk yang
dapat dikatakan baru dan memiliki keunikan penambahan kefir pada jus buah,
sehingga perlu dilakukan upaya pengenalan produk kepada konsumen. Namun,
Kusumastuti (2009) juga menyebutkan bahwa sampel gratis bukan hanya untuk
produk yang baru diluncurkan, tetapi juga untuk produk-produk yang sudah lama
ada. Tujuannya adalah untuk mengingatkan kepada konsumen secara terusmenerus. Fungsi sampel gratis untuk produk yang lama adalah hampir sama
dengan iklan, yaitu untuk mengingatkan konsumen.
Kupon atau voucer merupakan bentuk insentif yang diberikan kepada
konsumen untuk memperoleh potongan harga pada saat melakukan pembelian
produk. Pemberian voucer ini pernah dilakukan oleh Kantin Dilla. Dengan
mendapatkan voucer ini, kosumen dapat mendapatkan potongan harga saat
membeli produk. Sementara itu, jenis insentif lainnya adalah hadiah. Pemberian
hadiah menjadi salah satu strategi Bimbel Katalis. Hadiah diberikan kepada calon
konsumen yang berhasil menjawab pertanyaan kuis pada twitter yang berkaitan
dengan pengetahuan mengenai mata kuliah yang menjadi subjek pelajaran di
bimbel ini. Beberapa jenis hadiah menarik ditawarkan kepada calon konsumen,
agar memiliki ketertarikan terhadap produk yang dipasarkan.
Persentase
penggunaan
bauran
promosi
penjualan
didasarkan
58
33.34%
Keterangan:
pangan
jasa
pertanian
kerajinan
sasaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusumastuti (2009) yang menyebutkan
bahwa produsen yang menghasilkan consumer goods yang tidak tahan lama
sebaiknya menggunakan periklanan dan promosi penjualan.
Berbagai sarana promosi tersebut juga memberikan kontribusi dalam
motivasi pembelian yang memberikan nilai tambah kepada konsumen. Perusahaan
menggunakan alat promosi penjualan ini untuk menciptakan respons yang lebih
kuat dan lebih cepat. Selain promosi penjualan kepada konsumen, UMKM juga
dapat memberikan insentif kepada
kepada perantara dan tenaga penjualan. Tidak berbeda
dengan tujuan promosi penjualan kepada konsumen, promosi penjualan ini
bertujuan memotivasi penjualan.
Beberapa UMKM memberikan diskon atau potongan harga kepada penjual
perantara. Potongan harga ini diharapkan
diharapkan menjadi motivasi yang lebih baik bagi
perantara dalam melakukan penjualan produk. Sementara itu, insentif juga perlu
59
6.1.3
Berdasarkan pada ciri ini, pelaksanaan public relation belum banyak dilakukan
UMKM sebagai upaya komunikasi pemasaran. Porsi penggunaan public relation
sebagai upaya komunikasi pemasaran UMKM binaan IPB dapat diamati pada
Gambar 11.
33%
34%
33%
Keterangan:
pangan
jasa
kerajinan
60
kelompok,
organisasi,
perkumpulan
tertentu
dalam
bentuk
61
62
pelanggan.
Walaupun biaya lebih tinggi dibandingkan dengan alat promosi lainnya,
banyak perusahaan menggunakan penjualan tatap muka sebagai alat promosi
utama. Porsi pelaksanaan penjualan personal berdasarkan jenis bidang usaha dapat
diamati pada Gambar 12.
23.80%
38.09%
Keterangan:
pangan
jasa
19.04%
19.04%
pertanian
kerajinan
hampir seluruh bidang usaha. Penggunaan bauran tatap muka mendominasi upaya
komunikasi pemasaran yang dilaksanakan UMKM mitra binaan IPB, selain
penggunaan bauran periklanan. Bagi jenis usaha pangan dan kerajinan, upaya
komunikasi tatap muka dilaksanakan melalui pameran. Sementara, bagi dua jenis
bidang usaha lainnya, yaitu jasa dan pertanian, komunikasi tatap muka
dilaksanakan dengan metode pertemuan penjualan.
63
6.1.5
Pemasaran Langsung
Keterangan:
50%
pangan
jasa
pertanian
64
Word of mouth
Chalpham (1991) menyebutkan bahwa tingkat keterbukaan di pasar
konsumen rendah karena perusahaan tidak memiliki peluang yang cukup pada
masyarakat umum dan sejauh ini hanya beberapa pameran dagang khusus,
pameran tetap atau kampanye penjualan saja yang pernah diadakan. Konsumen
dalam negeri, terutama di daerah kota, sering kurang mengetahui produk-produk
yang dihasilkan perusahaan kecil dan menengah dalam negeri atau sangat tidak
percaya dan penuh prasangka terhadap produk-produk ini bila diukur menurut
standar mutu internasional. Penuturan Chalpham (1991) mengenai keterbatasan
UMKM dalam pelaksanaan komunikasi pemasaran ini masih menjadi kendala
yang dihadapi UMKM mitra binaan IPB.
Sebagian UMKM dari total responden telah melakukan komunikasi
pemasaran dengan baik, beberapa telah melaksanakan meskipun tergolong belum
optimal, sementara sebagian lainnya memilih untuk tidak melaksanakan
komunikasi pemasaran. Sebagai unit usaha yang tergolong kecil dan terhambat
oleh berbagai keterbatasan, UMKM mengandalakan komunikasi pemasaran word
of mouth (WOM). WOM tidak hanya diandalkan oleh UMKM yang tidak
melakukan upaya komunikasi pemasaran, melainkan juga diandalkan oleh
UMKM yang telah menggunakan beberapa bauran komunikasi pemasaran untuk
memperkenalkan dan memasarkan produknya.
65
66
Neng. Selama ini cuma mengandalkan iklan dari mulut ke mulut saja. Pelanggan
6.2
Biaya Pelaksanaan
Biaya promosi sering menjadi unsur yang berpengaruh nyata terhadap
26,47%
Keterangan:
tinggi
11,76%
41,17%
sedang
rendah
tidak mengeluarkan biaya
Hasil wawancara dengan Hj. Lina, pemilik UMKM Catering Evrina pada tanggal 16
Oktober 2010.
67
68
6.3
Frekuensi Pelaksanaan
Terdapat
tiga
tujuan
utama
dari
komunikasi
pemasaran,
yaitu
dilakukan oleh UMKM mitra binaan IPB. Hal divisualisasikan pada Gambar 15.
17,64%
Keterangan:
47,05%
35,29%
sering
jarang
tidak melaksanakan
2009) nampaknya lebih banyak disebabkan oleh kurangnya inisiatif dari kalangan
Hasil wawancara dengan Desi, pemilik UMKM Cresh pada tanggal 17 Oktober 2010.
69
UMKM sendiri, serta kepedulian stakeholder. Kondisi ini memang sangat tidak
ideal mengingat pemasaran merupakan salah satu aspek bisnis yang berperanan
besar dalam mendukung pemberdayaan UMKM.
Stakeholder yang dimaksud dalam hal ini adalah lembaga pembina, baik
UPP-UKM maupun CDA. Beberapa UMKM dengan keterbatasan modal dan
pendanaan mengandalkan kedua lembaga ini dalam pelaksanaan komunikasi
pemasaran. Kedua lembaga ini, baik UPP-UKM maupun CDA telah berupaya
menyelenggarakan dan memfasilitasi UMKM binaannya untuk melakukan
promosi. Namun, dalam pelaksanaannya belum semua UMKM mendapat
kesempatan untuk dipromosikan.
Ketidakmerataan kesempatan fasilitas promosi UMKM ini merupakan
akibat dari keterbatasan keuangan kedua lembaga tersebut. Bagi UMKM binaan
UPP-UKM, beberapa responden menyebutkan bahwa mereka kurang memiliki
pengetahuan dan wawasan mengenai pelaksanaan komunikasi pemasaran. Oleh
karena itu, sosialisasi dan penyadaran mengenai pentingnya komunikasi
pemasaran perlu dilakukan oleh lembaga pembina.
Keterbatasan
pengetahuan
dan
wawasan
mengenai
pelaksanaan
70
BAB VII
ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMKM
DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN
Bidang Usaha
Karakteristik
Bauran Promosi
Pangan
Kombinasi promosi
penjualan dengan
periklanan, dan kombinasi
penjualan personal dengan
periklanan
Jasa
Penjualan personal
pemasaran langsung
Pertanian
Pertemuan penjualan
Kerajinan
Pameran
dan
72
7.1.1 Pangan
Bidang usaha pangan memiliki karakteristik produk dengan daya tahan
yang relatif singkat jika dibandingkan dengan jenis produk lainnya. Oleh karena
itu, upaya komunikasi pemasaran yang dilakukan harus mampu mendukung
penjualan dalam waktu yang singkat. Penggunaan bauran komunikasi pemasaran
oleh UMKM bidang usaha pangan dapat diamati pada Gambar 16.
Gambar 16. Penggunaan Bauran Promosi pada Bidang Usaha Pangan
4.16%
33.34%
33.34%
Keterangan:
periklanan
promosi penjualan
hubungan masyarakat
penjualan personal
pemasaran langsung
4.16%
20.83%
73
74
33.34%
Keterangan:
periklanan
promosi penjualan
19.04%
public relation
4.76%
23.80%
penjualan personal
pemasaran langsung
karena itu, upaya meminimalisir kesalahan persepsi, penjelasan yang detail pada
saat tatap muka baik untuk dilaksanakan.
Produk berupa jasa memiliki karakteristik khusus yang membedakannya
dengan produk pada umumnya, yaitu sifatnya yang intangible dan immaterial atau
tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba. Oleh karena itu, upaya komunikasi
75
76
23.07%
30.76%
Keterangan:
periklanan
promosi penjualan
30.76%
15.38%
penjualan personal
pemasaran langsung
mereka
lebih
fokus
menggunakan
komunikasi
pemasaran
tatap
muka
77
penjualan
secara rutin
juga dilakukan
untuk
78
7.1.4 Kerajinan
UMKM bidang kerajinan umumnya menghasilkan produk-produk yang
tergolong unik. Barang-barang kerajinan ini bukan merupakan barang kebutuhan
primer, sehingga upaya komunikasi pemasaran harus dilaksanakan secara optimal.
Penggunaan ragam bauran komunikasi pemasaran pada UMKM bidang kerajinan
dapat diamati pada Gambar 19.
30.76%
38.46%
Keterangan:
periklanan
promosi penjualan
7.69%
23.07%
public relation
penjualan personal
79
konsumen. Keunikan produk ini menjadi nilai tambah dalam pameran dan
dianggap mampu menarik perhatian konsumen untuk berkunjung. Saat
pelaksanaan pameran, pihak UMKM memiliki kesempatan untuk menjelaskan
keunggulan produk-produk yang dihasilkan.
UMKM Fit Pot merupakan UMKM yang bergerak dalam bidang usaha
kerajinan rangkaian pot tanaman hias. Jenis produk ini tidak hanya unik, tetapi
juga memiliki inovasi teknologi, salah satunya adalah kemampuan sistem
rangkaian pot ini untuk menyiram tanaman secara otomatis. Keunikan dan
keunggulan produk ini menjadi hal yang menarik konsumen untuk berkunjung
dan menyaksikan demonstrasi produk.
7.2
positif dengan
tingkat
kompleksitas
usaha
yang
memerlukan keterampilan tinggi dan wawasan bisnis yang lebih luas, semakin
banyak pengusaha dengan pendidikan formal tersier.
Wawasan bisnis yang lebih baik terutama dimiliki pelaku usaha
berpendidikan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan formalnya, pelaku
80
81
disesuaikan dengan minat dan hobi. Usaha ini mereka jalani juga sebagai
pembelajaran dan pengembangan jiwa wirausaha.
7.3
masalah yang paling besar yang mereka hadapi adalah masalah keuangan. Mereka
mengeluh tentang kekurangan modal tetap dan modal kerja (Clapham, 1991). Hal
ini juga dirasakan oleh sebagian besar responden.
Kesulitan modal dan pendanaan merupakan salah satu masalah besar yang
mereka hadapi, selain masalah pemasaran. Kedua jenis kendala ini saling
menghambat satu sama lain. Ketika mengalami keterbatasan dalam hal keuangan,
pelaku UMKM akan membatasi anggaran untuk pemasaran. Bahkan beberapa
diantaranya justru tidak mengalokasikan dana untuk kegiatan komunikasi
pemasaran.
Ketersediaan dana yang sangat minim hanya dialokasikan untuk modal
produksi. Padahal Tambunan (2009) dalam buku UMKM di Indonesia
menyatakan bahwa pemasaran merupakan salah satu komponen utama dari
strategi peningkatan daya saing UMKM selain produksi. Kedua penekanan ini
sangat penting, dan pada umumnya UMKM di Indonesia kalah bersaing dengan
usaha besar atau UMKM dari negara maju karena kurang memperhatikan atau
kurang mampu dalam dua bidang ini.
Hasil pengamatan dan penelitian mengenai korelasi antara skala usaha
dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran menunjukkan bahwa skala usaha
mempengaruhi pelaksanaan komunikasi pemasaran. Nilai P value yang dihasilkan
dari perhitungan korelasi spearman menunjukkan angka 0,022 dengan koefisien
82
korelasi sebesar 0,391. Nilai P value yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan
dengan yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 0,05. Artinya, terdapat hubungan
positif antara skala usaha dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran. Semakin
besar skala usaha, pelaksanaan komunikasi pemasaran semakin baik. Nilai
koefisien korelasi sebesar 0,391 menunjukkan hubungan rendah antara kedua
variabel, namun bersifat pasti.
Bagi beberapa UMKM, mungkin skala usaha berpengaruh dengan
Pelaksanaan komunikasi pemasaran. Hal ini mungkin juga merupakan indikasi
dari tingkat pendidikan pelaku usaha. Sub bab sebelumnya telah menjelaskan
bahwa usaha yang semakin besar dan membutuhkan tingkat keterampilan yang
semakin kompleks, umumnya ditekuni oleh pelaku usaha dengan tingkat
pendidikan yang tinggi. Dengan tingkat informasi dan wawasan bisnis yang lebih
baik, UMKM yang kecil akan memiliki posisi tawar yang lebih baik dibandingkan
dengan UMKM skala mikro. Namun usaha berskala mikro tidak selalu dijalani
oleh pengusaha berpendidikan rendah. Usaha mikro juga dapat melaksanakan
komunikasi pemasaran dengan baik, jika pengusaha memiliki keterampilan dan
kemampuan manajemen usaha yang baik.
BAB VIII
ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI PEMASARAN
DENGAN KUALITAS DAYA SAING UMKM
8.1
84
Kondisi di atas tentu tidak perlu terjadi jika proses pemasaran lancar.
Kelancaran proses pemasaran dapat ditunjang dengan pelaksanaan komunikasi
pemasaran. Berbeda dengan kondisi UMKM Bapak Aman, UMKM Green Co
yang giat melaksanakan komunikasi pemasaran memiliki tingkat produktivitas
yang tinggi. Proses produksi dapat terus berlangsung sesuai dengan jadwal
produksi yang ditetapkan. UMKM Green Co telah menetapkan anggaran promosi
dan memaksimalkan anggaran tersebut untuk memperkenalkan dan menawarkan
produk pada konsumen sasaran. Meskipun harga jual produk-produk Green Co
tergolong mahal dibandingkan dengan pesaingnya, namun UMKM ini mampu
meraih konsumen dan memiki tingkat produktivitas yang tinggi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat
hubungan antara pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan tingkat produktifitas
UMKM. Dengan menggunakan uji korelasi spearman, didapatkan nilai P value
sebesar 0,014 dengan koefisien korelasi 0,418. P value hasil perhitungan
menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai sebesar 0,05. Hal
ini menunjukkan adanya hubungan positif antara pelaksanaan komunikasi
pemasaran dengan tingkat produktifitas UMKM. Artinya, semakin baik
pelaksanaan komunikasi pemasaran, maka tingkat produktifitasnya semakin
4
Hasil wawancara dengan Bapak Aman, pemilik UMKM pengrajin sandal pada tanggal
17 Oktober 2010.
85
tinggi. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,418 meunjukkan keeratan hubungan yang
cukup berarti antara kedua variabel.
Pelaksanaan komunikasi pemasaran merupakan salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas daya saing UMKM. Hal ini terbukti
dari nilai korelasi positif antara pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan
tingkat produktifitas UMKM. Pelaksanaan komunikasi pemasaran dapat
membuka jalur pemasaran.
Fungsi komunikasi pemasaran mampu memperkenalkan produk dan
UMKM kepada khalayak luas, menawarkan keunggulan produk dibandingkan
dengan produk pesaing dan menarik konsumen untuk melakukan pembelian. Bagi
UMKM yang telah memiliki pelanggan, komunikasi pemasaran juga dapat
menjadi upaya untuk membina dan mempertahankan hubungan baik dengan
pelanggan, sehingga pelanggan menjadi lebih loyal dalam mengkonsumsi produk
yang dihasilkan UMKM pelaksana komunikasi pemasaran.
8.2
Tingkat Profit
Perolehan laba (profit) suatu perusahaan merupakan fungsi dari efisiensi
produksi dan efisiensi pemasaran. Kondisi internal UMKM dalam hal ini lebih
berperan sebagai komponen dalam fungsi efisiensi produksi (melalui kualitas
SDM dan asset yang dimiliki). Pengaruh efisiensi produksi mungkin lebih kecil
dari efisiensi fungsi pemasaran, sehingga keeratan hubungan antara laba dengan
kondisi internal UMKM menjadi tertutup karena kondisi internal UMKM
hanyalah bagian dari fungsi produksi (Syarif, 2007). Hal ini berarti laba suatu
usaha lebih dipengaruhi oleh kegiatan pemasaran yang dilakukannya.
86
87
BAB IX
PENUTUP
9.1
Kesimpulan
1. Secara umum terdapat beberapa jenis bauran komunikasi pemasaran
yang dilaksanakan UMKM, diantaranya adalah periklanan, promosi
penjualan, hubungan masyarakat, penjualan personal, dan pemasaran
langsung. Selain mengandalkan bauran promosi tersebut, UMKM mitra
binaan IPB juga mengandalkan komunikasi word of mouth dalam upaya
pemasaran produk dan usahanya. Meskipun beberapa UMKM telah
memaksimalkan penggunaan bauran komunikasi pemasaran, namun
secara keseluruhan pelaksanaan komunikasi pemasaran UMKM mitra
binaan IPB dapat dikatakan belum optimal. Terutama jika dilihat dari
anggaran biaya promosi dan frekuensi pelaksanaannya. Keterbatasan
modal
dan
pendanaan
menjadi
kendala
bagi
UMKM
dalam
89
Saran
Beberapa hal yang menjadi rekomendasi dalam penelitian ini diantaranya
adalah:
1. UMKM harus melaksanakan komunikasi pemasaran secara lebih
terstruktur agar kualitas daya saing UMKM tercapai secara optimal.
2. Lembaga pembina UMKM perlu melakukan pembinaan mengenai
komunikasi
pemasaran
dengan
memberikan
pengetahuan
dan
DAFTAR PUSTAKA
Amidi, et al. 2008, Inovasi Teknologi bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) melalui Serambi Difusi IPTEK, Jurnal Pembangunan Manusia,
Edisi
6,
http://www.balitbangdasumsel.net/data/download/20100414125500.pdf
diunduh tanggal 5 Mei 2010 jam 02.00 WIB.
Amir, M. Taufiq 2005, Dinamika Pemasaran: Jelajahi dan Rasakan!, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Andijansyah 2009, Analisis Efektivitas Promosi Produk Pembiayaan Syariah
Sepeda Motor PT BPRS Al- Salam Amal Salman Studi Kasus BPRS AlSalam Cabang Depok, Skripsi Sarjana, Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Clapham, Ronald 1991, Pengusaha Kecil dan Menengah di Asia Tenggara,
Penerjemah Masri Maris, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta.
Eva, Agustine 2007, Persepsi Penggunaan Aplikasi Internet untuk Pemasaran
Produk Usaha Kecil Menengah, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Informasi
2007,
ISSN:
1907-5022,
http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1719/1500 diunduh
tanggal 2 Mei 2010 jam 19.00 WIB.
Kusumastuti, Yatri Indah 2009, Komunikasi Bisnis, IPB Press, Bogor.
Kotler, Philip & Gary Armstrong 2005. Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi
Keduabelas Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Machfoedz, Mahmud 2010, Komunikasi Pemasaran Modern, Cakra Ilmu,
Yogyakarta.
Prisgunanto, Ilham 2006, Komunikasi Pemasaran: Strategi dan Taktik, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Rahmana, Arief 2009, Peranan Teknologi Informasi dalam Peningkatan Daya
Saing Usaha Kecil Menengah, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Informasi
2009,
ISSN:
1907-5022,
http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1033/989 diunduh
tanggal 2 Mei 2010 jam 20.00 WIB.
Sadoko, et al. 1995, Pengembangan Usaha Kecil: Pemihakan Setengah Hati,
Yayasan Akatiga, Bandung.
Sari, Latifah Kumala 2009, Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap
Fasilitas dan Pelayanan Jasa pada Jagorawi Golf and Counry Club
Cibinong Bogor, Skripsi Sarjana, Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Singarimbun, M. & Effendi, S. (Editor) 1989, Metode Penelitian Survay,
Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial,
Jakarta.
91
Sulistyastuti, Dyah Ratih 2004, Dinamika Usaha Kecil dan Menengah (UKM):
Analisis Konsentrasi Regional UKM di Indonesia 1999-2001, Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Volume 9, Nomor 2 Desember 2004, Halaman
143-164,
http://journal.uii.ac.id/index.php/JEP/article/view/617/543
diunduh tanggal 30 April 2010 jam 22.00 WIB.
Syarif, Teuku 2008, Kajian Efektivitas Model Promosi Pemasaran Produk
UMKM,
http://www.smecda.com/kajian/files/Jurnal_3_2008/01_T.Syarif.pdf
diunduh tanggal 30 April 2010 jam 20:59 WIB.
Tambunan, Tulus T.H. 2009, UMKM di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Tjiptono, Fandy 2008, Strategi Pemasaran, Andi Offset, Yogyakarta.
Lampiran
93
KUISIONER PENELITIAN
PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN KUALITAS DAYA SAING
USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
(Studi pada UMKM Mitra Binaan IPB)
Oleh : Bio Hafsari Larasati
Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, FEMA IPB Bogor
No. Responden : .......
I.
Identitas Responden
1. Nama
: ....................................
2. Jenis Kelamin
: ....................................
3. Usia
: ....................................
: ......................................................
94
......................................................................................................................
7. Bagaimanakah karakteristik pendidikan mayoritas pekerja UMKM Saudara?
a. Berpendidikan tinggi (perguruan tinggi)
b. Berpendidikan sedang (SMP atau SMA)
c. Berpendidikan rendah (SD)
d. Tidak bersekolah
8. Apa saja produk UMKM Saudara?
................................................................................................................................
................................................................................................................................
9. Apakah UMKM Saudara menyiapkan ready stock?
a. Ya
b. Tidak
10. Berasal dari wilayah manakah konsumen potensial UMKM Saudara?
(jawaban boleh lebih dari satu)
a.Lokal/ sekitar tempat usaha
b.Hingga skala kota
c.Hingga mencakup beberapa kota sekitar
d.Hingga skala nasional
e.Hingga skala internasional
11. Berasal dari kalangan manakah konsumen potensial UMKM Saudara?
(jawaban boleh lebih dari satu)
a. Hanya kalangan atas
b. Hanya kalangan menengah
c. Hanya kalangan bawah
d. Mencakup kalangan menengah ke atas/ menengah ke bawah
e. Mencakup semua kalangan
95
12. Berasal dari kategori usia manakah konsumen potensial UMKM Saudara?
(jawaban boleh lebih dari satu)
a. 0-12 tahun
b. 13-18 tahun
c. 19-30 tahun
d. 30-64 tahun
e. 65 tahun
13. Dengan mempertimbangkan konsumen sasaran, seberapa strategiskah lokasi
UMKM Saudara?
a. Strategis
b. Kurang strategis
c. Tidak strategis
14. Seberapa mudahkah akses konsumen terhadap produk UMKM Saudara?
a. Sangat mudah
b. Mudah
c. Cukup mudah
d. Sulit
e. Sangat sulit
15. Bagaimana upaya Saudara dalam mengemas produk?
16. Berapa aset (di luar tanah dan bangunan) yang dimiliki UMKM Saudara?
a. 50 juta
b. 50 Juta < x 500 Juta
c. 500 Juta < x 10 M
17. Berapa nilai penjualan UMKM Saudara dalam periode waktu satu tahun?
a. 300 juta
b. 300 Juta < y 2,5 M
c. 2,5 M < y 50 M
96
Isilah tabel berikut dengan skor dari skala 0-5 dengan penjelasan sebagai
berikut:
0
1
2
3
4
5
NO
1.
2.
3.
4.
Rendahnya teknologi
5.
Masalah pemasaran
6.
SKOR
TOTAL SKOR
97
98
2.
3.
4.
5. Berapakah nilai penjualan produk UMKM dalam periode waktu satu tahun?
.................................................................................................................................
...........................................................................................................................
--terima kasih--
99
tingkat
pendidikan
pelaku UMKM
Spearman's
rho
tingkat pendidikan
pelaku UMKM
Correlation Coefficient
1.000
.707(**)
Sig. (2-tailed)
N
pelaksanaan
komunikasi
pemasaran UMKM
.000
34
34
.707(**)
1.000
.000
34
34
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
skala usaha
Spearman's
rho
skala usaha
Correlation Coefficient
1.000
.391(*)
.022
34
34
.391(*)
1.000
Sig. (2-tailed)
N
pelaksanaan
komunikasi
pemasaran UMKM
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
.022
34
34
3. Korelasi Pelaksanaan
Produktivitas
Komunikasi
Pemasaran
dengan
Tingkat
Correlations
Pelaksanaan
Komunikasi
Pemasaran
Spearman's
rho
Pelaksanaan
Komunikasi
Pemasaran
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Tingkat Produktivitas
Tingkat
Produktivitas
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
1.000
.418(*)
.014
34
34
.418(*)
1.000
.014
34
34
100
Pelaksanaan
Komunikasi
Pemasaran UMKM
Correlation Coefficient
1.000
.554(**)
Sig. (2-tailed)
N
Tingkat Profitabilitas
UMKM
Tingkat
Profitabilitas
UMKM
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
.001
34
34
.554(**)
1.000
.001
34
34
Pelaksanaan
Komunikasi
Pemasaran UMKM
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Luas Cakupan Pasar
UMKM
Luas
Cakupan
Pasar UMKM
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
1.000
.517(**)
.002
34
34
.517(**)
1.000
.002
34
34