Anda di halaman 1dari 32

Etik Profesi, Disiplin

Profesi dan Hukum

ETIK PROFESI

Tiap profesi memiliki kode etik


tersendiri.
Kode etik pemandu sikap dan
perilaku.
KODEKI mengatur hubungan antar
manusia yg mencakup kewajiban umum
seorang dokter, hubungan dokter thd
pasien, kewajiban dokter thd sejawat,
dan kewajiban dokter thd diri sendiri.

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (KODEKI)

Berupaya melaksanakan profesinya sesuai


dengan standar profesi yang tertinggi.
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya,
seorang dokter tdk boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi.
Menghindarkan diri dari perbuatan yang
bersifat memuji diri
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin
melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan utk kepentingan dan kebaikan
pasien stlh memperoleh persetujuan pasien.

KODEKI

Senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan


menerapkan setiap penemuan teknik atau
pengobatan baru yg belum teruji kebenarannya.
Memberikan surat keterangan dan pendapat yang
telah diperiksa sendiri kebenarannya.
Memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan
kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai rasa
kasih sayang dan penghormatan atas martabat
manusia.
Bersikap jujur dlm hubungan dengan pasien dan
sejawatnya dan berupaya utk mengingatkan
sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dlm
karakter atau kompetensi dlm menangani pasien.

KODEKI

Menghormati hak-hak pasien, hak-hak


sejawat dan hak tenaga kesehatan lainnya
dan harus menjaga kepercayaan pasien.
Mengingat akan kewajiban melindungi
hidup makluk insani.
Memperhatikan kepentingan masyarakat
dan memperhatikan semua aspek
pelayanan kesehatan yang menyeluruh
serta berupaya menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat yg sebenarbenarnya.

KODEKI

Bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan


segala ilmu dan keterampilannya utk
kepentingan pasien.
Memberikan kesempatan kepada pasien
agar senantiasa dapat berhubungan
dengan keluarga dan penasehatnya dlm
beribadat atau dlm masalah lain.
Merahasiakan segala sesuatu yg
diketahuinya ttg seorang pasien bahkan
setelah pasien itu meninggal dunia.
Melakukan pertolongan darurat sbg suatu
tugas perikemanusiaan.

KODEKI

Tidak boleh mengambil alih pasien


dari teman sejawat kecuali dgn
persetujuan atau berdasarkan
prosedur yg etis.
Senantiasa mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan.

Pelanggran Etik Profesi

Anggota profesi yang melanggar


kode etik ditertibkan atau dihukum
oleh suatu dewan atau majelis yang
ditunjuk khusus untuk itu oleh
organisasi profesi.

Majelis Kehormatan Etik


Kedokteran (MKEK)

Merupakan badan otonom Ikatan Dokter


Indonesia (IDI) yang bertanggungjawab
mengkoordinasi kegiatan internal organisasi
dalam pengembangan kebijakan, pembinaan
pelaksanaan dan pengawasan penerapan
etika kedokteran, yang dibentuk secara
khusus ditingkat Pusat, Wilayah dan Cabang
untuk menjalankan tugas kemahkamahan
profesi, pembinaan etika profesi dan atau
tugas kelembagaan dan ad hoc lainnya
dalam tingkatnya masing-masing.

Wewenang MKEK
Memperoleh:
1. Keterangan, baik lisan maupun tertulis ( affidavit),
langsung dari pihak-pihak terkait (pengadu,
teradu, pihak lain yang terkait) dan pergroup/para ahli di bidangnya yang dibutuhkan.
2. Dokumen yang terkait, seperti bukti kompetensi
dalam bentuk berbagai ijasah/brevet dan
pengalaman, bukti keanggotaan profesi, bukti
kewenangan berupa Surat Ijin Praktik Tenaga
Medis, Perijinan Rumah Sakit tempat kejadian,
bukti hubungan dokter dengan rumah sakit dan
surat-surat lain yang berkaitan dengan kasusnya.

Penanganan Pelanggaran Etik


MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) setelah dalam
rapat/sidangnya dibuktikan bahwa dokter tersebut melanggar
etik (profesi) kedokteran. Sanksi yang diberikan dapat berupa :
a. Penasehatan.
b. Peringatan lisan.
c. Peringatan tertulis.
d. Pembinaan perilaku.
e. Reschooling (pendidikan/pelatihan ulang).
f. Pemecatan sementara sebagai anggota IDI yang diikuti dengan
mengajukan saran tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk mencabut izin praktek maksimal
adalah:
1. 3 (Tiga) bulan untuk pelanggaran ringan
2. 6 (Enam) bulan untuk pelanggaran sedang
3. 12 (Dua belas bulan) untuk pelanggaran berat
g. Pencabutan keanggotan.

DISIPLIN PROFESI

Pelanggaran Disiplin
Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran
terhadap aturan-aturan dan atau ketentuan
penerapan keilmuan, yang pada hakikatnya
dapat dikelompokkan dalam tiga hal yaitu:
1. Melaksanakan praktik kedokteran dengan
tidak kompeten.
2. Tugas dan tanggungjawab profesional pada
pasien tidak dilaksanakan dengan baik.
3. Berperilaku tercela yang merusak martabat
dan kehormatan profesi kedokteran.

Pelanggaram Disiplin Profesi..


(SK KKI No. 17/KKI/KEP/VIII/2006)
1. Melakukan praktik kedokteran dengan tidak
kompeten.
2. Tidak merujuk pasien kepada dokter atau
dokter gigi lain yang memiliki kompetensi sesuai.
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga
kesehatan tertentu yang tidak memiliki
kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut.
4. Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti
sementara yang tidak memiliki kompetensi dan
kewenangan yang sesuai atau tidak melakukan
pemberitahuan perihal penggantian tersebut.

5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi


tingkat kesehatan fisik ataupun mental sedemikian
rupa sehingga tidak kompeten dan dapat
membahayakan pasien.
6. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang
seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggungjawab
profesional tanpa alasan pembenar atau pemaaf yang
sah sehingga dapat membahayakan pasien.
7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan
berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
pasien.
8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan
memadai (adequate information) kepada pasien atau
keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran.

9. Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh


persetujuan dari pasien atau keluarga dekat atau
wali atau pengampuannya.
10. Dengan sengaja, tidak membuat atau
menyimpan rekam medik, sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan atau etika
profesi.
11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk
menghentikan kehamilan yang tidak sesuai
dengan ketentuan, sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri
kehidupan pasien atas permintaan sendiri dan
atau keluarganya.

13. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan


pengetahuan atau keterampilan atau teknologi yang belum
diterima atau di luar tata cara praktik kedokteran yang
layak.
14. Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan
menggunakan manusia sebagai subjek penelitian tanpa
memperoleh persetujuan etik (ethical clearance) dari
lembaga yang diakui pemerintah.
15. Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan
mampu melakukannya.
16. Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan
terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
atau etika profesi.

17. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam


peraturan perundang-undangan atau etika profesi.
18. Membuat keterangan medik yang tidak didasarkan kepada
hasil pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan
patut.
19. Turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan
penyiksaan (torture) atau eksekusi hukuman mati.
20. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika
profesi.
21. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau
tindakan kekerasan terhadap pasien, di tempat praktik.
22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang
bukan haknya.

23. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau


meminta pemeriksaan atau memberikan resep
obat/alat kesehatan.
24. Mengiklankan kemampuan atau pelayanan atau
kelebihan kemampuan/pelayanan yang dimiliki, baik
lisan ataupun tulisan yang tidak benar atau
menyesatkan.
25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika,
alkohol serta zat adiktif lainnya.
26. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda
Registrasi (STR) atau Surat Ijin Praktik (SIP) dan/atau
sertifikat kompetensi yang tidak sah.
27. Ketidakjujuran dalam menentukan jasa medik.
28. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat
bukti lainnya yang diperlukan MKDKI untuk
pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran
disiplin.50

MKDKI

MKDKI merupakan lembaga yang


berwenang untuk menentukan ada
tidaknya kesalahan yang dilakukan
dokter dan dokter gigi dalam
penerapan disiplin ilmu kedokteran
dan kedokteran gigi dan menetapkan
sanksi.

Majelis Kehormatan Disiplin


Kedokteran Indonesia (MKDKI)
MKDKI betujuan menegakkan disiplin
dokter/dokter gigi dalam penyelenggaraan
praktik kedokteran. Domain atau yurisdiksi
MKDKI adalah disiplin profesi yaitu
permasalahan yang timbul sebagai akibat dari
pelanggaran seorang professional atas
peraturan internal profesinya yang
menyimpang apa yang diharapkan akan
dilakukan oleh orang (profesional) dengan
pengetahuan dan keterampilan yang rata-rata.
Dalam hal MKDKI dalam sidangnya
menemukan adanya pelanggaran etika maka
MKDKI akan meneruskan kasus tersebut
kepada MKEK.

Keputusan MKDKI dapat berupa:


1. Tidak terbukti bersalah melakukan
pelanggaran disiplin kedokteran;
atau
2. Terbukti bersalah melakukan
pelanggaran disiplin kedokteran dan
pemberian sanksi disiplin.

Sanksi Pelanggaran Disiplin


1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pencabutan Surat
Tanda Registrasi atau Surat Izin
Praktik; dan/atau
3. Kewajiban mengikuti pendidikan
atau pelatihan di institusi pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi;

Rekomendasi pencabutan Surat Tanda


Registrasi atau Surat Izin Praktik yang
dimaksud dapat berupa:
a. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda
Registrasi atau Surat Izin Praktik
sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun,
atau
b. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda
Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap
atau selamanya.

Kewajiban mengikuti pendidikan atau


pelatihan di Institusi pendidikan kedokteran
atau kedokteran gigi yang dimaksud dapat
berupa:
a. Pelatihan formal; atau
b. Pelatihan dalam pengetahuan dan atau
ketrampilan, magang di institusi pendidikan
atau sarana pelayanan kesehatan jejaringnya
atau sarana pelayanan kesehatan yang
ditunjuk, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
dan paling lama 1 (satu) tahun.

HUKUM

PELANGGARAN HUKUM

Hukum keseluruhan kumpulan


peraturan-peraturan tertulis atau
kaidah-kaidah dlm suatu masyarakat
sbg suatu susunan sosial,
keseluruhan peraturan tingkah laku
yg berlaku dlm suatu kehidupan
bersama yg dpt dipaksakan
pelaksanaannya dgn memberikan
sanksi bila dilanggar.

Pelanggaran Hukum dibidang


Kedokteran
a. Menipu penderita atau pasien
b. Membuat surat keterangan palsu
c. Melakukan kealpaan sehingga mengakibatkan kematian
atau luka luka
d. Melakukan pelanggaran kesopanan
e. Melakukan pengguguran tanpa indikasi medis
f. Membocorkan rahasia kedokteran yang diadukan oleh
penderita
g. Kesengajaan membiarkan penderita tidak tertolong.
h. Tidak memberikan pertolongan kepada orang yang berada
dalam keadaan bahaya maut.
i. Memberikan atau menjual obat palsu.
j. Euthanasia.

Pengajuan Secara Pidana


1. Laporan
2. Pemeriksaan pada tingkat
penyelidikan.
3. Pemeriksaan pada tingkat
penyidikan.
4. Pemeriksaan pada tingkat
pengadilan.

Sanksi Pidana
Terdiri atas
a. Pidana Pokok : pidana mati, pidana
penjara, pidana kurungan, pidana
denda.
b. Pidana Tambahan: pencabutan hakhak tertentu, perampasan barangbarang tertentu, pengumunan
putusan hakim.

Sanksi Perdata

Denda
Ganti Rugi

Anda mungkin juga menyukai