Kista Tiroid Yuni Hasmita G1a109021
Kista Tiroid Yuni Hasmita G1a109021
KISTA TIROID
Yuni Hasmita, S.Ked* dr. Husny E Taufik, Sp. Rad**
HALAMAN PENGESAHAN
Bed Side Teaching, Case Report Session, Clinic Science Session
*Kepaniteraan Klinik Senior/ G1A109021/22-01-2014 **Pembimbing
KISTA TIROID
Yuni Hasmita S.Ked* dr. Husny E Taufik, Sp. Rad**
Jambi,
Januari 2014
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul Kista Tiroid.
Selama pembuatan dan penulisan laporan, penulis banyak menerima
bantuan dari berbagai pihak, baik berupa saran, bimbingan, data dan informasi.
Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Husny
E Taufik, Sp.Rad sebagai dosen pembimbing yang memberikan banyak ilmu
selama di Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Radiologi.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran agar lebih baik ke depannya. Akhir kata, penulis berharap semoga
laporan kasus ini bermanfaat dan dapat menambah informasi dan pengetahuan
kita.
Jambi,
Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
..
Halaman
Pengesahan
..
ii
Kata
Pengantar
.
ii
Daftar
Isi
iv
1.2. Anamnesis.............
1.7 Penatalaksanaan.....
3.1
Embriologi
dan
Anatomi
Kelenjar
Tiroid.........................
11
3.2.1 Definisi.................
11
3.2.2 Patogenesis...........................
12
12
12
14
3.2.3.3 Skintigrafi...........................
18
3.2.4 Tatalaksana.........................
18
20
22
23
BAB I
STATUS PASIEN
1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
: 20 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Kenali Bawah
Pekerjaan
: Mahasiswa
1.2 ANAMNESIS :
Keluhan Utama
Terdapat benjolan di leher kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
OS datang ke RSUD Raden Mattaher pada tanggal 21 Januari 2014 dengan
rujukan oleh Puskesmas setempat. OS mengeluh terdapat benjolan di leher
kanan, benjolan mulai muncul sejak 2 bulan yang lalu, disfagia (-), mual (-),
muntah (-), nyeri (-), keringat berlebih (-), berdebar (-), mata menonjol (-),
tremor (-), penurunan berat badan (-), dan sesak (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
OS tidak pernah mengalami gejala serupa sebelumnya.
: Compos Mentis
TD
: 120/80 mmHg
HR
: 80x/menit
RR
: 22x/menit
: 36,5oC
Pemeriksaan Kepala
Kepala
Mata
Leher
fluktuatif, berbatas tegas, permukaan rata, tidak nyeri tekan, dan benjolan ini
bergerak waktu pasien menelan, ukuran 3,5 x 3 cm, pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan Thoraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Redup
Auskultasi
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Auskultasi
Perkusi
: Timpani
Palpasi
Pemeriksaan Ekstremitas
Akral hangat, oedem (-)
Hasil
Satuan
Harga Normal
WBC
*LYM
*MON
*GRA
6,1
2,8
0,2
3,1
103/mm3
103/mm3
103/mm3
103/mm3
3,5 10.0
1,2 3,2
0,3 0,8
1,2 6,8
RBC
4,36
103/mm3
3.80 5.80
HGB
12,7
g/dl
11.0 16.5
HCT
37,8
35.0 50.0
PLT
266
103/mm3
150 - 390
PCT
.201
.100 - .500
Hasil
Satuan
Harga Normal
SGOT
16
U/l
< 40
SGPT
10
U/l
< 41
Ureum
13,6
mg/dl
15 39
Kreatinin
0.8
mg/dl
L 0.9 1.3
P 0.6 1.1
Glikoprotein
105
mg/dl
< 200
Kimia Darah
Parameter
Faal Hati
Faal Ginjal
Pemeriksaan Radiologis
22 Januari 2014
Ultrasonography (USG) leher
Gambar 1.2 Hasil USG leher tiroid lobus kiri dan kanan
Expertise
USG Thyroid
Thyroid kanan :
Terdapat bentuk membesar dengan kista intra lobus bersepta
Hipertiroid hipotirod
Adenomatous tiroid
Koloid tiroid
Kista paratiroid
1.7 PENATALAKSANAAN
BAB II
PENDAHULUAN
Kelenjar tiroid merupakan salah satu organ dari sistem endokrin yang
berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan tubuh
agar optimal, merangsang konsumsi oksigen pada sel tubuh, mengatur
metabolisme lemak dan karbohidrat, serta mengatur pertumbuhan normal. Fungsi
tiroid diatur oleh Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus
anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar tiroid secara embriologi tumbuh dari
invaginasi dasar faring yaitu pada minggu keempat kehamilan, bermigrasi ke
kaudal dan bergabung dengan sebagian kantong faring keempat, serta menetap di
daerah leher.1
Kista tiroid adalah kelainan yang relatif sering ditemukan pada tiroid. Kista
tiroid merupakan nodul yang berisi cairan, dan merupakan diferensiasi dari sel
sisa parenkim tiroid. Diagnosis penyakit ini dibuat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium, biopsi aspirasi jarum halus, dan
ultrasonografi (USG) sebagai pemeriksaan penyaring terhadap golongan resiko
tinggi untuk menemukan keganasan tiroid.1 Pada pemeriksaan fisik (palpasi) 48% kista tiroid dapat ditemukan, dan 40% dengan menggunakan ultrasonografi,
serta 50% kasus kista tiroid ditemukan pada pemeriksaan patologi autopsi.2
Sebuah studi prospektif mengemukakan bahwa kista tiroid lebih banyak
ditemukan pada wanita dengan rasio perbandingan antara wanita dan laki-laki
yaitu 10:1.3
Terapi bedah dapat dilakukan bila ukuran kista tiroid besar, dengan risiko
tindakan operatif ini adalah trauma pada nervus laringeus superior dan nervus
laringeus rekuren. Komplikasi yang paling ditakutkan dalam melakukan tindakan
bedah pada kista tiroid yaitu kelumpuhan pita suara sampai obstruksi jalan nafas
atas.1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat dua saraf yang mensarafi laring dengan pita suara (plica vocalis),
yaitu nervus rekurens dan cabang nervus laringeus superior. Fungsi motorik dari
nervus laringeus rekuren untuk pergerakan pita suara.1,4
3.2.2 Patogenesis
Kista dapat muncul dari infark atau proses destruktif seperti perdarahan
dalam yang sudah ada sebelumnya pada folikel. Mekanisme membesarnya folikel
tiroid pada kista tiroid tidak diketahui, namun setiap proses inflamasi subepitel
atau perdarahan dari folikel tiroid dapat meningkatkan tekanan ruang
perifolikular. Peningkatan tekanan ini dapat mempengaruhi mikrosirkulasi di
daerah subepitel.6
Kista tiroid dengan beberapa septa adalah hal yang tidak biasa, kista ini sulit
dibedakan dengan tumor nekrosis atau pertumbuhan septa dari dinding kista.
Mekanisme yang mungkin terjadi yaitu adanya pengelompokan folikel tiroid diikuti
oleh fibrosis degenerasi. Dalam tumor tiroid baik jinak maupun ganas,
keseimbangan
antara
proliferasi
sel
dan
kematian
sel
penting
untuk
A
C
B
D
Gambar 3.4. Gambaran histopatologis dari kista tiroid (A)Kista tiroid sederhana
dilapisi oleh selapis sel-sel folikel, (B)Kista tiroid dengan hiperplasia papiler,
(C)Karsinoma tiroid papiler dengan degenerasi kistik, dan (D)Karsinoma tiroid
folikuler dengan degenerasi kistik. Sumber: Application of ultrasonography in
thyroid cyst, 2007.
Kandungan isi pada kista bervariasi, kista dapat berisi koloid, zat gelatin,
cairan kecoklatan hemoragik, cairan kekuningan atau cairan bening. Cairan yang
terkandung dalam kista jinak dan ganas mengandung hormon tiroid tiroksin dan
triiodothyronine, tiroglobulin, dan globulin mengikat tiroksin. Analisis biokimia
pada enzim amilase, dehidrogenase laktat dan asam fosfatase menunjukkan kadar
yang lebih tinggi dalam cairan kista. Parameter lain yang memperlihatkan
peningkatan adalah aminotransferase aspartat, aktivitas laktat dehidrogenase,
protein, asam urat, besi dan bilirubin total. Konsentrasi glukosa, kolesterol dan
trigliserida dalam cairan kista berada dalam kadar normal.6
Dapat membantu mencari keganasan tiroid pada metastasis yang tidak diketahui
tumor primernya.
Sebagai pemeriksaan penyaring terhadap golongan resiko tinggi untuk
menemukan keganasan tiroid.
Sebagai pengarah pada biopsi aspirasi jarum halus tiroid.
Teknik pemeriksaan USG tiroid umumnya tidak diperlukan persiapan
khusus, pemeriksaan dilakukan pada pasien dengan posisi supine serta bahu yang
diganjal sehinga diperoleh ekstensi leher yang maksimal. Dipakai jelly agar
didapatkan kontak yang baik antara kulit dengan transduser.7
Pemeriksaan dilakukan dengan posisi transduser adalah transversal mulai
dari pole bawah digeser kearah cephal sampai pole atas, sehingga seluruh tiroid
dapat dinilai. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan dengan posisi transduser
longitudinal atau oblik dimulai dari lateral ke arah medial. Dilakukan pemotretan
dengan foto polaroid atau film multiformat, serta diambil ukuran tiroid dan ukuran
lesi yang nampak. 7
Gambar 3.5a. Posisi transduser transversal Gambar 3.5b. Posisi transduser oblik pada
pada USG tiroid. Sumber: Radiologi
diagnostik, 2009
diagnostik, 2009
Kista tiroid sebagian besar adalah jinak dengan gambaran: berbatas teratur
dan tegas, serta anekoik, tapi juga bisa berubah menjadi suatu keganasan. Terdapat
beberapa persentase keganasan dari lesi kista tiroid, peneliti Cho melaporkan 7%
keganasan dari lesi kista tiroid, peneliti Lin mendapatkan 17-39% sedangkan
peneliti lain yaitu Faquin mendapatkan 7-29%.1
Tabel di bawah ini menjelaskan perbedaan lesi jinak dan ganas pada
gambaran USG nodul tiroid :9
Jinak
Teratur
Ganas
Tak teratur
Tegas
Tak tegas
Homogen
Inhomogen
Multipel
Tunggal
Penampak lesi
Solid
Halo
Komplit
Negatif
Pola eko
Anekoik, hiperekoik
Hipoekoik
Kalsifikasi
Batas
Konsistensi internal
Gambar 3.6. Gambaran USG tiroid kanan (laki-laki, 45 tahun) dengan kista
sederhana memperlihatkan batas teratur-tegas dan anekoik. Sumber:
Gambar 3.8. Gambaran USG tiroid kanan (wanita, 42 tahun) dengan septum intra
lobus pada kista. Sumber: Application of ultrasonography in thyroid cyst, 2007
3.2.3.3 Skintigrafi
Skintigrafi atau radionuklide scanning dengan iodine atau tehnetium
adalah prosedur diagnostik standar. Dasar pemeriksaan skintigrafi adalah
persentase uptake dan distribusi yodium radioaktif dalam kelenjar tiroid. Pada
pemeriksaan ini dapat dilihat besar, bentuk, dan letak kelenjar tiroid serta
distribusinya dalam kelenjar. Ada tiga macam radioisotop yaitu I123, I131 dan Tc99m pertechnetate. Zat radioaktif I123 lebih banyak digunakan untuk evaluasi
fungsi tiroid, sedangkan Tc-99m pertechnetate lebih digunakan untuk evaluasi
anatominya. 1
3.2.4 Tatalaksana
Pemakaian ultrasonografi tiroid menimbulkan perubahan modalitas terapi
untuk kista tiroid, dimana sebelumnya banyak kista yang didiagnosis dan diobati
dengan operasi. Selain ultrasonografi, observasi, aspirasi ulang, terapi hormon
tiroid dan skleroterapi, laser fotokoagulasi dan perawatan bedah adalah metode
utama untuk mengobati kista tiroid. Sebelum menentukan pengobatan non-bedah
untuk kista tiroid, diagnosis pasti sebagai kista jinak sangat penting. 6
Sebuah studi dengan pengobatan tetrasiklin hidroklorida dilakukan pada
sembilan pasien dengan aspirasi ulangan kista dan setelah rata-rata 40 bulan masa
tindak lanjut, tujuh dari semua pasien kista benar-benar sembuh. Tingkat respon
43-95 % untuk pengobatan tetrasiklin. 6
Sebuah studi double-blind acak dilakukan pada 66 pasien kista berulang
dan kista tirod jinak dengan membandingkan pemberian etanol dengan saline
isotonik, dengan tingkat kesembuhan 18-64 % pada kedua kelompok. Khasiat
injeksi etanol perkutan untuk mengobati kista tiroid telah terbukti unggul dalam
pengobatan kista. Prosedur yang murah dan dengan kepatuhan pasien tinggi,
memberi efek jangka panjang dalam pengobatan kista dengan ukuran lebih besar
dari 40ml. Berbeda dengan skleroterapi tetrasiklin, asam klorida ( pH 1.0 ) telah
digunakan untuk mengobati kista tiroid, dimana asam klorida tidak menunjukkan
keuntungan lebih dari injeksi etanol. 6
Kekambuhan setelah dua kali aspirasi cairan kista, keganasan pada aspirasi
sitologi, atau kista dengan ukuran lebih besar dari 3 cm merupakan indikasi untuk
dilakukan bedah pengangkatan kista. Komplikasi yang sering ditemukan pada
operasi tiroid adalah hematom leher pada 0,3%-3% kasus, kelumpuhan nervus
Gambar 3.10. Gambaran polip yang memasuki lumen pada kista tiroid kanan.
Sumber: Application of ultrasonography in thyroid cyst, 2007
Struktur kista yang tidak merata, dengan massa pedunkula lebih dari 2 cm
didiagnosis sebagai karsinoma papiler. Kista oval ( 1cm) dengan pola eko yang
kuat merupakan koloid tiroid.6
Ukuran kista tiroid tidak dapat membedakan lesi jinak dan ganas. Ketika
ultrasonografi tiroid dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan fisik, kebanyakan
kista terbukti lebih besar dari 1 cm.6
Diagnosis harus dipertimbangkan untuk kista duktus tiroglosus dan kista
paratiroid. Duktus tiroglosus turun dari foramen sekum pada dasar lidah dan
menghilang pada minggu ke enam atau tujuh kehamilan, dan 1 % dari kanker
tiroid berkembang dari kista ini, gambaran USG dari kista duktus tiroglosus
menyajikan pola anekoik.
Gambar 3.11. Gambaran anekoik massa kista, pada daerah midline suprahyoid.
Sumber: 16th Mayo Clinic Endocrine Course, 2013
Kista paratiroid mencapai sekitar 1-5 % dari kista pada leher, berbeda
dengan kista tiroid, cairan dari kista paratiroid bila disedot tampak sebagai cairan
bening dan tidak berwarna. Diagnosis kista tiroid dengan paratiroid sebelum
operasi adalah penting. Kebanyakan pembesaran paratiroid menyajikan gambaran
USG yang hipoekoik-anekoik. Ketika USG memperlihatkan lesi kista yang berada
dekat kapsul posterior tiroid, kista paratiroid kista harus dijadikan sebagai
diagnosis banding. 6
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien yang berama Mira Handayani (20 tahun) datang ke RSUD Raden
Mattaher dengan rujukan Puskesmas setempat. OS mengeluh terdapat benjolan di
leher kanan yang muncul sejak 2 bulan yang lalu, disfagia (-), mual (-), muntah
(-), nyeri (-), keringat berlebih (-), berdebar (-), mata menonjol (-), tremor (-), dan
penurunan berat badan (-). OS tidak pernah mengalami gejala serupa sebelumnya.
Riwayat penyakit serupa dalam keluarga disangkal.
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik pada OS. Dokter telah melakukan
pemeriksaan laboratorium berupa darah rutin dan kimia darah, selanjutnya dokter
menganjurkan pemeriksaan darah kembali untuk melihat T3, T4, dan TSH. Juga
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan aspirasi jarum halus untuk menentukan
nodul tersebut jinak atau ganas. Tindakan bedah akan dilakukan bila kista
berukuran lebih dari 3 cm.
USG tiroid menunjukkan adanya kista intra lobus bersepta pada tiroid
kanan, kalsifikasi (-), KGB leher (-), sehingga dapat disimpulkan bahwa OS
mengalami kista tiroid.
DAFTAR PUSTAKA
22
Januari
2014).
Diunduh
dari
URL:
http://www.repository.unand.ac.id
2. Reading C, Charboneau W, Hay D, etall. Sonography of Thyroid Nodules.
Vol.21, No.3. 2005 September (Diakses 22 Januari 2014). Diunduh dari :
URL: http://www.researchgate.net
3. Prajapati B, Patel N, Kedia K, etall. Thyroid Cyst: Apiration as Modality
of Treatment in Physiological Cyst. Vol.1(10), No.3. 2013 Desember
(Diakses 22 Januari 2014). Diunduh dari : URL: http://www.entjournal.com
4. Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta : EGC;
2010. Hal.802-800
5. Snchez A, Peralta S, Curulla V. Thyroid Cyst Diagnosed by
Endobronchial Ultrasound-guided Transbronchial Needle Aspiration in a
Patient With Lung Cancer. 2013 (Diakses 22 Januari 2014). Diunduh dari :
URL: http://www.archbronconeumol.org