Anda di halaman 1dari 7

Etika Hukum Kesehatan

ASPEK HUKUM
KEWAJIBAN MENYIMPAN RAHASIA
(DALAM KAITANNYA DENGAN REKAM MEDIS.)
PENDAHULUAN.
Bahwa rekam medis wajib dijaga kerahasiannya, dapat kita jumpai dalarn beberapa
peraturan, yaitu :
1. l. Pasal 11 PP Republik Indonesia Nomor : 749/MENKES/PERlXI1/1989 Tentang Rekam
Medis/Medical Records, Yang berbunyi :
Rekam medis merupakan berkas yang wajib dijaga kerahasiannya.
2. Bab IV butir 2 Keputusan DIR-JEN Pelayanan Medik Nomor :
78/Yan.Med./RS.UM.DIK/YMU/I/91 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan
Rekam Medik / Medical Record di Rumah Sakit, yang berbunyi : Isi rekam medis adalah
milik pasien yang wajib dijaga kerahasiannya.
Untuk melindungi kerahasiaan tersebut, maka dibuat ketentuan sebagai berikut :
a. Hanya petugas rekam medis yang diijinkan masuk ruang penyimpanan berkas rekam
medis.
b. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi rekam medis untuk badan-badan atau
perorangan, kecuali yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Selama penderita dirawat, rekam medis menjadi tanggung jawab perawat ruangan dan
menjaga kerahasiannya.
3. Pasal 5 Kode Etik profesi Rekam medis, yang berbunyi :
Setiap pelaksana rekam medis dan informasi kesehatan selalu menjunjung tinggi doktrin
kerahasiaan dan haklkerahasiaan perorangan pasien dalam memberikan informasi yang
terkait dengan identitas individu dan social.
Kewajiban untuk menyimpan rahasia ini juga tercantum dalam pasal 7 KODE ETIK
PROFESI REKAM MEDIS AMERIKA SERIKAT, yang berbunyi :
Jangan membuka rahasia tentang tindakanlkejadian yang tercantum dalam laporan medis
dan atau yang diketahuinya secara langsung yang dapat membahayakan aturan yang telah
ditetapkan oleh pimpinan atau aturan tindakan profesi kecuali kepada pejabat yang
berwenang.
4. Pasal 22 PP Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan, Ayat
(1) yang berbunyi :
Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban
untuk Afenjaga keraltasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien .
PENGERTIAN TENTANG REKAM MEDIS.
Pengertian tentang Rekam medis tercantum di dalam :
1. Pasal l PERATURAN MENTERI KESEHATAN (PERMENKES) REPUBLIK
INDONESIA NOMOR : 749a/MENKES/PER/XII/1989 Tentang Rekam Medis/Medical
Records, yang berbunyi :

Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pela.yanan lain kepada pasien pada sarana
kesehatan.
2. Bab II butir 1 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK Nomor
78 / Yan.Med /RS.UM.Dik/YMU/1/ 91 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan
Rekam Medis / Medical Record di Rumah Sakit, yang berbunyi :
Rekam Medis di Rumah Sakit adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
diberikan kepada seorang pasien selama dirawat di rumah sakit yang dilakukan di unit unit
rawat jalan termasuk unit gawat darurat dan unit rawat inap.
SIAPA YANG BERHAK MEMBUAT REKAM MEDIS ?
Dalam BAB III butir 2 JUKLAK PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS disebutkan:
Tenaga yang berhak membuat Rekam Medis adalah :
a. Dokter Umum, Dokter Spesialis, Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis yang bekerja di
Rumah Sakit tersebut.
b. Dokter tamu yang di rumah sakit tersebut.
c. Residens yang sedang melaksanakan kepaniteraan medik.
d. Tenaga paramedis perawatan dan paramedis non perawatan yang langsung teriibat di dalam
pelayanan pelayanan kepada pasien di rumah sakit meliputi antara lain : perawat, perawat
gigi, bidan, tenaga laboratorium klinik, gizi, anestesia, penata rontgent, rehabilitasi medik dan
lain sebagainya.
e. Dalam hal dokter luar negeri melakukan alih teknologi kedokteran yang berupa tindakan
/konsultasi kepada pasien, yang membuat rekam medis adalah dokter yang ditunjuk oleh
Direktur Rumah Sakit.
REKAM MEDIS MIL1K SIAPA ?
1. Pasal 10 PERMENKES TENTANG REKAM MEDIS menyebutkan :
(1) Berkas rekam medis milik sarana kesehatan.
(2) Isi rekam ntedis milik pasien. _
2. Pada BAB IV JUKLAK PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS disebutkan bahwa .
1. Berkas rekam medis adalah milik rumah sakit. Direktur rumah sakit bertanggung jawab
atas :
a. Hilangnya, rusaknya atau pemalsuan rekam medis.
b. Penggunaan oleh Badan / Orang yang tidak berhak.(Kedua hal tersebut di atas tercantum
dalam pasal 13 PERMENKES Tentang Rekam Medis).
2. lsi rekam medis adalah milik pasien yang wajib dijaga kerahasiaannya.
CATATAN:
Oleh karena berkas rekam medis adalah milik rumah sakit, maka :
a. Rekam medis tidak boleh keluar dari sarana kesehatan.
b. Dengan demikian, maka pasien tidak boleh membawa pulang rekam medis.
c. Apabila pasien membutuhkan isi rekam medis untuk mendapatkan second opinion, maka
yang boleh dibawa oleh pasien adalah copy rekam medis.
d. Karena rekam medis dapat dijadikan alat bukti di pengadilan, maka penyidik hanya boleh
membawa copy rekam medis.
e. Tenaga kesehatan yang dipanggil sebagai saksi ahli atau saksi di pengadilan untuk
memberikan keterangan tentang pasien, hanya boleh membawa copy rekam medis.

Oleh karena isi rekam medis adalah milik pasien, maka :


Pasien berhak untuk melihat / mengetahui isi rekam medis miliknya, karena dia berhak
untuk mendapat informasi mengenai penyakitnya, sesuai dengan apa yang diatur dalam pasal
53 Undang undang Tentang kesehatan dan BAB II butir 9 Surat Edaran Direktur Jenderal
Pelayanan Medik Nomor : YM.02.04.3.5.2504 Tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien,
Dokter dan Rumah Sakit.
Pasien boleh meminta copy rekam medis yang mungkin. akan digunakan untuk:
a. Mendapatkan second opinion / pendapat kedua, dimana copy rekam medis itu sangat
dibutuhkan oleh pemiliknya.
b. Mendapatkan data sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang telah
diperolehnya.
c. Dipakai sebagai catatan pribadi mengenai penyakit yang pernah diderita dan pengobatan
serta perawatan yang pernah diberikan kepadanya, dimana catatan tersebut sangat bermanfaat
apabila dia harus berobat dan menggunakan obat lain sehingga dapat terhindar dari hal hal
yang tidak diinginkan seperti allergi, kontra indikasi dan sebagainya.
HAK PASIEN ATAS RAHASIA PENYAKITNYA.
Salah satu alasan mengapa Menteri Kesehatan menerbitkan Peraturan Tentang Rekam medis
adalah : Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 Tentang Wajib Simpan Rahasia
kedokteran.
Pada penjelasannya disebutkan bahwa :
Setiap orang harus dapat meminta pertolongan kedokteran dengan perasaan aman dan bebas.
Ia harus dapat menceritakan dengan hati terbuka segala keluhan yang mengganggunya, balk
bersifat jasmaniah maupun rohaniah, dengan keyakinan bahwa hak itu berguna untuk
menyernbuhkan dirinya. Ia tidak boleh merasa khawatir baltwa segala sesuatu mengenai
keadaannya akan disampaikan kepada orang lain, baik oleh dokter maupun oleh petugas
kedokteran yang bekerja sama dengan dokter tersebut.
Hak untuk disimpan rahasia penyakitnya ini, dicantumkan dalam .
1. Pasal 53 ayat ( 2 ) Undang undang Nomor 23 tahun 1992 Tentang kesehatan yang
berbunyi:
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajihan untuk memenuhi standar profesi
dan menghormati hak Pasien.
Penjelasan :
Tenaga kesehatan yang berhadapan dengan pasien seperti dokter dan perawat, dalam
melaksanakan tugasnya harus menghonnati hak pasien.
Yang dimaksud dengan hak pasien antara lain ialah :
Hak Informasi,
Hak untuk memberikan persetujuan.
Hak atas rahasia kedokteran,
Hak atas pendapat kedua ( second opinion ).
2. BAB II butir 8 Surat Edaran DIRJEN YANMED Tentang Pedoman Hak Dan Kewajiban
Pasien, Dokter Dan Rumah Sakit yang berbunyi :
Pasien berhak atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita terniasuk data data
medisnya.
SIAPA YANG WAJIB MENYIMPAN RAHASIA PENYAKIT PASIEN ?
Pasal 3 PP 10 Tahun 1966 menyebutkan :
Yang diwajibkan menyimpan rahasia kedokteran adalah :
a. Tenaga Kesehatan.

b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan dan
/ atau perawatan dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Pada penjelasan pasal 2 disebutkan bahwa :
Berdasarkan pasal ini orang ( selain daripada tenaga kesehatan ) Yang dalam pekerjaannya
berurusan dengan orang sakit atau mengetahui keadaan si sakit, balk yang tidak maupun yang
belum mengucapkan sumpah jabatan, berkewajiban menjunjung tinggi rahasia mengenai
keadaan si sakit.
Dengan demikian para mahasiswa kedokteran, kedokteran gigi, ahli farmasi, ahli
laboratorium, ahli sinar, bidan, para pegawai murid paramedis dan sebagainya termasuk
dalam golongan yang diwajibkan menyimpan rahasia. Menteri Kesehatan dapat menetapkan,
baik secara umum maupun secara insidentil, orang orang yang wajib menyimpan rahasia
kedokteran, misalnya pegawai tata usaha pada rumah rumah sakit dan laboratorium
laboratorium.
TENAGA KESENATAN YANG WAJIB MENYIMPAN RAHASIA PASIEN.
Pengertian tentang tenaga kesehatan, diatur dalam :
1. Pasal 1 butir 3 Undang undang Tentang Kesehatan, yang berbunyi : Tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
2. Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan yang
definisinya sama dengan yang tersebut diatas.
JENIS TENAGA KESEHATAN.
Pasal 2 pp Nomor 32 Tahun 1966 menyebutkan :
(I) Tenaga kesehatan terdiri dari:
a. Tenaga medis ;
b. Tenaga Keperawatan ;
c. Tenaga Kefarmasian ;
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat ;
e. Tenaga Gizi ;
f. Tenaga Keterapian Fisik ;
g. Tenaga Keteknisan Medik.
(2)Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.
(3)Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
(4)Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.
(5)Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,
mikrobiologi kesehatan, penyuluhan kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.
(6)Tenaga gizi rneliputi nutrisionis dan dietisien.
(7)Tenaga keterapian fisik meiiputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis wicara.
(8)Tenaga keteknisan medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan
perekam medis.
RAHASIA PEKERJAAN DAN RAHASIA JABATAN.
lstilah yang terkenal di kalangan para tenaga kesehatan dan mahasiswa adalah rahasia
jabatan . Padahat di dalam perundang undangan di bedakan antara rahasia pekerjaan dan
rahasia jabatan.

RAHASIA PEKERJAAN.
Rahasia pekerjaan adalah segala sesuatu yang diketahui dan harus di rahasiakan berhubung
dengan pekerjaan atau keahliannya. Kewajiban untuk menyimpan rahasia pekerjaan ini
berlaku sejak yang bersangkutan mengucapkan sumpah atau atau pada akhir pendidikannya.
Contoh:
Seorang dokter, pada akhir pendidikannya, mengucapkan sumpah untuk menyimpan rahasia
dengan lafal sebagai berikut :
Demi Allah .saya bersurrrpah. bahwa ,saya akan rmerahasiakan segala sesuatu yang saya
ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter.
Seorang perawat, pada akhir pendidikannya, mengucapkan sumpah untuk menyimpan
rahasia, dengan lafal sebagai berikut :
Saya bersumpah berjanji bahwa saya sebagai perawat kesehutan tidak akan nrenceritakan
kepada siapapun segala rahasia yang berhubungan dengan tugas saya, kecuali.jika diminta
pengadilan rrntuk keperluan kesaksian.
Dengan mengucapkan sumpah atau janji seperti tersebut di atas, maka seorang dokter atau
seorang perawat diwajibkan untuk menyimpan rahasia sehubungan dengan pekerjaannya.
Kewajiban ini disebut sebagai kewajiban menyimpan rahasia pekerjaan. Maksud daripada
ketentuan ini adalah keharusan bagi yang bersangkutan untuk tetap memegang teguh
kewajiban itu, walaupun ia tidak menjadi / berstatus pegawai negeri atau anggota ABRI.
RAHASIA JABATAN.
Rahasia jabatan ialah segala sesuatu yang diketahui dan harus dirahasiakan sehubungan
dengan jabatannya sebagai pegawai negeri sipil atau anggota ABRI, karena sebelum diangkat
sebagai pegawai tetap, yang bersangkutan harus mengucapkan sampah jabatan.
CONTOH :
Lafal sumpah pegawai negeri :
Saya akan memegang rahasia sesuatu yang nrenurut sifatnya atau menurut perintah, harus
saya rahasiakan.
PERHATIAN :
Kewajiban menyimpan rahasia pasien harus tetap dipegang, meskipun pasien tersebut telah
meninggal dunia.
SANKSI HUKUM.
Setiap tenaga kesehatan yang mempunyai kewajiban untuk menyimpan rahasia tentang
penyakit pasien beserta data data medisnya dapat dijatuhi sanksi pidana, sanksi
perdata maupun sanksi administratif, apabila dengan sengaja membocorkan rahasia
tersebut tanpa alasan yang sah, sehingga pasien menderita kerugian akibat tindakan
tersebut.
Akibat yang mungkin timbul karena pembocoran rahasia ini, misalnya :
Tidak jadi menerima santunan asuransi karena pihak asuransi membatalkan keputusannya
setelah mendapat informasi tentang penyakit yang diderita oleh calon kliennya.
Tidak jadi menikah, karena salah satu pihak mendapat informasi mengenai penyakit yang
diidap oleh calon pasangannya.
Terjadinya perceraian . karena salah satu pihak mengetahui penyakit yang diidap oieh
pasangannya.
Seorang pemimpin kalah dalam percaturan politik karena lawan politiknya mendapat

inforrnasi mengenai penyakit yang diidapnya.


Merugikan negara, apabila informasi yang dibocorkan itu merupakan rahasia negara.
SANKSI PIDANA.
Pasal 322 Kitab Undang undang Hukum Pidana ( KUHP ) menyebutkan bahwa :
(1) Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia, yang menurut jabatan atau
pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, ia di wajibkan untuk
menyimpannya, dihukum dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
( 2 ) Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seseorang tertentu, nraka perbuatan itu
hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.
CATATAN PENULIS :
Pasal ini berlaku bagi orang yang membocorkan rahasia pekerjaannya maupun rahasia
jabatan ( dan atau rahasia jabatan ).
Pasal ini berlaku bagi orang yang membocorkan rahasia pekerjaannya dan atau rahasia
jabatan, baik yang sekarang maupun yang telah lalu, karena dia pindah pekerjaan atau telah
pensiun.
Ayat ( 2 ) menunjukkan bahwa delik ini adalah delik aduan, dimana perkara itu tidak dapat
diusust tanpa pengaduan dari orang yang dirugikan. Pengaduan itu dapat dicabut kembali,
selama belum diajukan ke sidang pengadilan. Namun demikian, pada pasal 4 Penjelasan PP
Nomor 10 Tahun 1966 disebutkan bahwa :
Demi kepentingan umum Menteri Kesehatan dapat bertindak terhadap pembocoran rahasia
kedokteran, meskipun tidak ada suatu pengaduan.
Sebagai contoh : Seorang pejabat kedokteran berulangkali mengobrolkan di depan orang
banyak tentang keadaan dan tingkah laku pasien yang diobatinya. Dengan demikian la telah
merendahkan martabat jabatan kedokteran dan mengurangi kepercayaan orang kepada
pejabat pejabat kedokteran.
Pasal 112 KUHP.
Barang siapa dengan sengaja mengumumkan atau mengabarkan atau menyampaikan surat,
kabar dan keterangan tentang suatu hal kepada negara asing, sedang diketahuinya bahwa
surat, kabar atau keterangan iiu harus dirahasiakan demi kepentingan negara, maka ia
dihukum dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun .
SANKSI PERDATA.
Apabila pembocoran rahasia tentang penyakit pasien termasuk data data medisnya,
mengakibatkan kerugian terhadap pasien, keluarganya inaupun orang lain yang berkaitan
dengan hal tersebut, maka orang yang membocorkan rahasia itu dapat digugat secara perdata
untuk mengganti kerugian.
Hal ini diatur dalam Undang Undang Tentang Kesehatan maupun dalam Kitab Undang
Undang Hukum Sipil atau Perdata ( KUHS ).
Pasal 55 Undang Undang Tentang kesehatan menyebutkan bahwa :
( 1 ) Setiap orang berlrak alas ganti rugi akibat ke.salaharr atau kelalaian yang dilakukan
tenaga kesehatan.
( 2 ) Ganti rugi sebagainrarra dimaksud dalam ayat ( 1 ) dilak.sarrakair sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang herlaku.
Pasal 1365 KUHS.
Setiap perhuatan melanggar hukum yang nrengakihatkan kerugian bagi orang lain,
mewajibkan orang yang karena kesalahannya nrengakibatkan kerugian itu, mengganti

kerugiarr tersebut .
Pasal 1366 KUHS.
Setiap orang bertanggung javvah tidcrk saja alas kerugian karena perbualannya, tetapi juga
alas kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati hatin.ya .
Pasal 1367 KUHS.
.Seorang tidak saja bertanggung jawah untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan
sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang di.sebabkan karena perbuatan orang orang yang
menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang barang yang dibawah kekuasaannya .
Orang tua dan wall bertanggung jawab tentang kerugian _yang disebabkan oleh anak anak
belum dewasa yang tinggal pada mereka dan terhadap siapa mereka melakukan kekuasaan
orang tua atau wall. Majikan majikan dan mereka yang mengangkat orang orang lain
yang mewakili urusan urusan mereka mereka adalah bertanggung jawab tentang kerugian
yang ditimbulkan oleh pelayan pelayan atau bawahan bawahan mereka di dalam
melakukan pekerjaan untuk mana orang orang dipakainya. Guru guru sekolah dan kepala
kepala tukang bertanggung jawab tentang kerugian yang ditimbulkan oleh murid murid
dan tukang tukang mereka selama waktu orang orang ini berada dibawah pengawasan
mereka. Tanggung jawab yang disebutkan di atas berakhir, jika orang tua orang tua, wali
wali, guru guru sekolah dan tukang itu membuktikan bahwa mereka tidak dapat mencegah
perbuatan untuk mana mereka seharusnya bertanggung jawab.
Maksud daripada pasal 1367 KUHS ini adalah :
Apabila seorang bawahan melakukan kesalahan, maka yang digugat adalah atasannya. Hal ini
disebut juga dengan istilah respondeat superior ( tanggung jawab atasan ). Sedangkan
pidananya ditanggung sendiri oleh yang bersangkutan.
SANKSI PIDANA UNTUK PEMBOCORAN RAHASIA REKAM MEDIS
BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TENAGA KESEHATAN.
Pasal 35 huruf d. Tentang Ketentuan Pidana yang diatur dalam PP Nomor 32 tahun 1966
Tentang Tenaga Kesehatan menyebutkan :
Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimak.sud dalam pasal 22 ayat ( 1 ) dipidana
denda paling banvak Rp. 10.000.000.00,- ( sepuluh juta rupiah ).
Sedangkan bunyi pasal 22 ayat ( 1 ) yang dimaksud adalah :
Bagi setiap tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya
berkewajiban untuk :
Menghormati hak pasien ;
Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien ;
Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan ;
Meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan ;
Membuat dan memelihara rekam medis.
SANKSI ADMINISTRATIF.
Sanksi administratif untuk tenaga kesehatan sehubungan dengan peraturan tentang rekam
medis diatur dalam pasal 20 PERMENKES Tentang Rekam Medis yang berbunyi :
Pelanggaran terhadap ketentuan ketentuan dalam peraturan ini dapat dikenakan sanksi
administratif mulai dari teguran sampai pencabutan ijin

Anda mungkin juga menyukai