Disusun oleh :
BAIQ MILIA FITRI MARTINA
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN
Mahasiswa
Baiq Milia Fitri Martina
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
Pembimbing Lahan
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan yang terjadi di otak yang disebabkan oleh
pecahnya (ruptur) pada pembuluh darah otak. Perdarahan dalam dapat terjadi di bagian
manapun di otak. Darah dapat terkumpul di jaringan otak, ataupun di ruang antara otak dan
selaput membran yang melindungi otak. Perdarahan dapat terjadi hanya pada satu hemisfer
(lobar intracerebral hemorrhage), atau dapat pula terjadi pada struktur dari otak, seperti
thalamus, basal ganglia, pons, ataupun cerebellum (deep intracerebral hemorrhage).
B. Etiologi
Perdarahan intraserebral dapat disebabkan oleh :
1. Hipertensi
Hipertensi lama akan menimbulkan lipohialinosis dan nekrosis fibrinoid yang
memperlemah dinding pembuluh darah yang kemudian menyebabkan ruptur intima dan
menimbulkan aneurisma. Selanjutnya dapat menyebabkan mikrohematoma dan edema.
Hipertensi kronik dapat juga menimbulkan sneurisma-aneurisma kecil (diameternya 1
mm) yang tersebar di sepanjang pembuluh darah, aneurisma ini dikenal sebagai
aneurisma Charcot Bouchard.
2. Cerebral Amyloid Angiopathy
Cerebral Amyloid Angiopathy adalah suatu perubahan vaskular yang unik ditandai oleh
adanya deposit amiloid di dalam tunika media dan tunika adventisia pada arteri kecil dan
arteri sedang di hemisfer serebral. Arteri-arteri yang terkena biasanya adalah arteri-arteri
kortical superfisial dan arteri-arteri leptomening. Sehingga perdarahan lebih sering di
daerah subkortikal lobar ketimbang daerah basal ganglia. Deposit amiloid menyebabkan
dinding arteri menjadi lemah sehingga kemudian pecah dan terjadi perdarahan
intraserebral. Di samping hipertensi, amyloid angiopathy dianggap faktor penyebab
kedua terjadinya perdarahan intraserebral pada penderita lanjut usia.
3. Arteriovenous Malformation : jalinan arteri dan vena yang abnormal tanpa kapiler
4. Neoplasma intrakranial : Akibat nekrosis dan perdarahan oleh jaringan neoplasma yang
hipervaskular.
5. Trauma kepala : Patah tulang pada tengkorak dan luka tembus (tembak) dapat merusak
arteri dan menyebabkan perdarahan.
6. Tumor : Tumor yang sangat vaskular seperti angioma dan tumor metastasis dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan ke dalam jaringan otak.
C. Manifestasi Klinis
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah orang, hal itu
diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas. Meskipun begitu, pada orang
tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya disfungsi
otak dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan. Beberapa gejala, seperti
lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa, seringkali mempengaruhi hanya
salah satu bagian tubuh. orang kemungkinan tidak bisa berbicara atau menjadi pusing.
Penglihatan kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di ujung perintah yang berbeda
atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau kecil. Mual, muntah,
serangan, dan kehilangan kesadaran adalah biasa dan bisa terjadi di dalam hitungan detik
sampai menit. Menurut Corwin (2009) manifestasi klinik dari dari Intra cerebral Hematom
yaitu :
1) Kesadaran
2)
3)
4)
5)
mungkin
akan
segera
hilang,
atau
bertahap
seiring
dengan
membesarnya hematom.
Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.
Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motoric
adalah
disebabkan
oleh
kepala adalah gejala tersering tetapi tidak seharusnya ada. Dengan jumlah perdarahan
yang banyak, penderita dapat segera masuk kepada kondisi stupor dengan hemiplegi dan
kondisi penderita akan tampak memburuk dengan berjalannya masa.
merupakan
hal
yang
jarang
terjadi
dibandingkan
dengan
yang tiba-tiba dan terjadi koma yang dalam dengan defisit neurologik bilateral serta
progresif dan fatal. Perdarahan ponting paling umum menyebabkan kematian dari semua
perdarahan otak. Bahkan perdarahan kecil segera menyebabkan koma, pupil pinpoint (1
mm) namun reaktif, gangguan gerak okuler lateral, kelainan saraf kranial, kuadriplegia,
dan postur ekstensor. Nyeri kepala, mual dan muntah jarang.
4. Perdarahan serebelum
Lokasi yang pasti dari tempat asal perdarahan di serebelum sulit diketahui. Tampaknya
sering terjadi di daerah nukleus dentatus dengan arteri serebeli superior sebagai suplai
utama. Batang otak sering mengalami kompresi dan distorsi sekunder terhadap tekanan
oleh gumpalan darah. Obstruksi jalan keluar cairan serebrospinal dapat menyebabkan
dilatasi ventrikel III dan kedua ventrikel lateralis sehingga dapat terjadi hidrosefalus akut
dan peningkatan tekanan intrakranial dan memburuknya keadaan umum penderita.
Kematian biasanya disebabkan tekanan dari hematoma yang menyebabkan herniasi tonsil
dan kompresi medula spinalis. Sindroma
klinis
perdarahan
serebeler
pertama
dijelaskan secara jelas oleh Fisher. Yang khas adalah onset mendadak dari mual,
muntah, tidak mampu bejalan atau berdiri. Tergantung dari evolusi perdarahan, derajat
gangguan neurologis terjadi. Hipertensi adalah faktor etiologi pada kebanyakan
kasus.
5. Perdarahan Lober
Sindroma klinis akut perdarahan lober dijelaskan Ropper dan Davis. Hipertensi
kronik tampil hanya pada 31 % kasus, dan 4 % pasien yang koma saat datang. Perdarahan
oksipital khas menyebabkan nyeri berat sekitar mata ipsilateral dan hemianopsia yang
jelas. Perdarahan temporal kiri khas dengan nyeri ringan pada atau
dekat
bagian
anterior telinga, disfasia fluent dengan pengertian pendengaran yang buruk namun
repetisi relatif baik. Perdarahan frontal menyebabkan kelemahan lengan kontralateral
berat, kelemahan muka dantungkai ringan, dan nyeri kepala frontal. Perdarahan
parietal mulai dengan nyeri kepala temporal anterior ('temple') serta defisit hemisensori,
terkadang mengenai tubuh ke garis tengah. Evolusi gejala yang lebih cepat, dalam
beberapa menit, namun tidak seketika bersama dengan satu dari sindroma tersebut
membantu membedakan perdarahan lober dari stroke jenis lain. Kebanyakan AVM dan
tumor memiliki lokasi lober.
6. Perdarahan intraserebral akibat trauma
otak
(hemoragi
yang
lebih
kecil
dinamakan
punctate
atau
petechial/bercak).
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dari Intracerebral Hematom menurut Sudoyo (2006) adalah
sebagai berikut :
1. Angiografi serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, pendarahan trauma. Digunakan untuk mengidentifikasi
dan menentukan kelainan serebral vaskuler.
2. Ct scanning : mengidentifikasi adanya sol, hemoragik menentukan ventrikuler,
pergeseran jaringan otak.
3. Lumbal pungsi
4. MRI : digunakan untuk mendiagnosis tumor, infark dan kelainan pada pembuluh
darah.
5. GDA : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan meningkatkan
TIK.
6. Thorax photo
7. Laboratorium
8. EKG
F. Penatalaksanaan
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke ischemic.
Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada orang yang
mengalami tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih dari setengah orang yang
mengalami pendarahan besar meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan
hidup biasanya kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu.
Meskipun begitu, kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang.
Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic.
Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolitik, dan obat-obatan
antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan karena membuat pendarahan makin buruk.
Jika orang yang menggunakan antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah,
mereka bisa memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti :
1. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse.
2. Transfusi atau platelet. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan
pengangkatan platelet (plasma segar yang dibekukan).
3. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah yang
membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan).
Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan di
dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang dilakukan karena
operasi itu sendiri bisa merusak otak. Juga, pengangkatan penumpukan darah bisa
memicu pendarahan lebih, lebih lanjut kerusakan otak menimbulkan kecacatan
yang parah. Meskipun begitu, operasi ini kemungkinan efektif untuk pendarahan pada
kelenjar pituitary atau pada cerebellum. Pada beberapa kasus, kesembuhan yang
baik adalah mungkin.
Menurut Corwin (2009) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra Cerebral
Hematom adalah sebagai berikut :
1. Observasi dan tirah baring terlalu lama.
2. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara
bedah.
3. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.
4. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.
5. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk pemberian
diuretik dan obat anti inflamasi.
6. Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan laboratorium lainnya
yang menunjang.
3. RENCANA KEPERAWATAN
No.
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1.
Keperawatan
Resiko
Neurogical status:
ketidakefektifan
Aktivitas:
perfusi jaringan
serebral
2.
normal
6. Nadi dalam batas normal
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri terkontrol atau
berkurang dengan kriteria
hasil :
1. Ekspresi wajah rileks
2. Skala nyeri berkurang
3. Tanda-tanda vital dalam batas
normal
output cairan
3. Memonitor tanda overload
cairan
4. Memonitor status respirasi
5. Memonitor efek obat-obat
osmotik
6. Pemberian antiplatelet
7. Menjaga level pco2 pada
level 25mmhg atau lebih
1. Observasi keadaan umum
dan tanda-tanda vital
2. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
3. Observasi reaksi abnormal
dan ketidaknyamanan
4. Control lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
5. Pertahankan tirah baring
6. Ajarkan tindakan non
farmakologi dalam
penanganan nyeri
7. Kolaborasi pemberian
3.
Kerusakan
Kelemahan
neutronsmiter
hasil:
1. Klien mampu melakukan aktifitas
dengan benar
2. Kekuatan otot meningkat.
3. Tidak terjadi kontraktur
4.
Defisit perawatan
diri: makan,
mandi, eliminasi,
kelemahan fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media.
Rumantir CU. 2007. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD Arifin
Achmad/FK UNRI. Pekanbaru.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
,Jakarta, EGC