Anda di halaman 1dari 29
Diktat m.a. KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN KONSTRUKSI KAYU EFFENDI TRI BAHTIAR LABORATORIUM KETEKNIKAN KAYU DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN IPB 2005 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun ilmu struktur dan mekanika bahan telah mengalami evolusi sejak ribuan tahun Jalu, pengembangan ilmu ini masih terus-menerus dilakukan untuk memperofeh metode yang paling tepat untuk merencanakan struktur secara aman, hemat sumberdaya, dan paling mendekati kondisi Japangan selama masa layannya, Secara umum analisis struktural dititikberatkan pada lima kategori yaitu Gaya dan momen ekstemal, gaya dan momen internal, tegangan (stress), regangan (strain), serta perubahan bentuk (displacement, deformasi). Urutan logis yang dilakukan pada analisis struktur disajikan pada gambar 1 Feraahan Bent Gaya & momen Resanzan Gara & momen Tatemal Stane Equvaien Tepe Gambar 1. Alur logis pada analisis struktur (M Vable. 2003) Meskipun seluruh point pada analisis struktur merupakan sebuah rangkaian utuh yang harus diperhatikan, namun sanyat jarang pemilihan material dilakukan sebagai salah satu pertimbangan desain. Pada umumnya material yang akan digunakan adalah material yang tersedia saja meskipun belum diketahui sifat-sifat detilnya, Akibat keterbatasan pengetahuan atas sifat material, yang merupakan faktor penting untuk melakukan pemodelan material dalam analisis struktur, sangat sulit’ melakukan perhitungan perencanaan yang mendekati Kondisi sebenarnya. Untuk mengatasi keterbatasan itu penelitian bersama yang dilakukan oleh pata ahli dari multidisiplin dilakukan secara berkelanjutan. Sebagai salah satu hasil penelitian multidisiplin pada bidang teknik sipil dan perkayuan, pada tahun 1995, American Forest and Paper Association (AFPA) dan American Society of Civil Engineers (ASCE), sccara bersama-sama telah mengeluarkan Standard for Load and Resistance Factor Design (LRFD) for Engineered Wood Construction. Hampir seluruh standar ini berisikan tata cara perencanaan struktur, sementara sifat-sifat kayu sebagai material struktur hampir tidak tersentuh. Oleh karena itu selama lebih dari sepuluh tahun standar ini tidak dapat diaplikasikan, dan masih menggunakan National Design Specification (NDS) for Wood Construction yang masih menganut format Allowable Stress Design (ASD) untuk mereneanakan struktur kayu. Baru pada tahun 2005. dengan diterbitkannya NDS 2005, LRFD telah diakomodasi sebagai format alternatif’ perencanaan struktur kayu bersama-sama dengan ASD. NDS 2005 telah dilengkapi dengan suplemen yang menyajikan sifat-sifat_ mekanis kayu gergajian dan glulam struktural, yang sangat diperlukan pada perencanaan struktur. NDS 2005 mempersilahkan perencana untuk memilih salah satu format (ASD atau LRFD) untuk merencanakan struktur kayu. Agar perencana dapat memilih format terbaik untuk merencana an struktur kaya. maka diperlukan pemahaman yang baik tentang kedua format tersebut. Persamaan dan perbedaan kedua format perlu diidentifikasi sehingga kelebihan dan kekurangannya dapat diketahui untuk selanjutnya ‘menjadi bahan pertimbahan dalam memilih format yang sesuai. PRINSIP DASAR DESAIN Hal paling penting yang harus digarisbawahi dalam mendesain struktur adalah bahwa kapasitas (capacity) struktur harus lebih besar atau sekurang-kurangnya sama dengan beban (demand) yang diperkirakan akan diterima oleh struktur (demand < capacity). Apabila hal tersebut tidak dipenuhi. struktur akan runtuh atau tidak dapat memenuhi fungsi layannya, Beban berupa gaya-gaya eksternal yang diterima sebuah struktur akan menimbulkan gaya-gaya internal di dalam elemen struktur. Gaya internat tersebut pada umumnya berupa tarik. tekan, lentur, geser. torsi, dan tumpu. Gaya-gaya internal di dalam batang menimbulkan efek berupa terjadinya tegangan (4) dan regangan , (o). Tegangan merupakan ukuran intensitas gaya per satuan iuas | f "), sedangkan Gy) regangan menunjuknya besarnya deformasi dibandingkan dengan kondisi: mula-mula A, ) Kurva hubungan tegangan dan regangan disajikan pada gambar 2. uunmare este rep SreeNra swaeheih [- — 775 worormonn| fh ‘excruRt ; 3 rom uwarr i TENSE STRENGTH 1 4 4 £ i e Fracture POINT STRESS (PROPORTIONAL vir 02000508 1-5 O02 04 06 aa 10 42 14 CLoNGATION = a. ELONGATION b. Gambar 2. Kurva tegangan dan regangan (a. ductile material , b. brittle material) Gaya-gaya internal yang terjadi dalam batang menyebabkan bermacam-macam Gaya tarik mempunyai kecenderungan menarik elemen hingga putus. bentuk kerusaka Tegangan tarik terdistribusi merata pada penampang clemen bersih, schingga tegangan tarik dapat dinyatakan sebagai ( res Gaya tekan menyebabkan hancur atau tekuk pada elemen, Elemen yang pendek cenderung hancur dan memiliki kekuatan mendekati kekuatan tarik elemen tersebut. Sebaliknya semakin panjang material akan semakin rendah kekuatannya menahan tekan. Elemen tekan yang berukuran panjang dapat menjadi tidak stabil dan secara tiba-tiba. menekuk pada taraf beban_kritis Ketidakstabilan tiba-tiba ini menyebabkan material tidak mampu menerima tambahan beban sedikit pun Karena pasti akan menyebabkan kelebihan tegangan pada material Fenomena ini disebut tekuk (buckling). ‘Verjadinya tekuk menyebabkan elemen panjang (balok) tidak mampu memikul beban yang sangat besar. Lentur merupakan keadaan gaya kompleks yang berkaitan dengan dengan melenturnya balok sebagai akibat dari adanya beban transversal. ksi lentur menyebabkan serat-serat pada satu muka_balok memanjang akibat mengalami tarik. sedangkan pada muka lainnya memendek akibat mengalami tekan. Jadi pada lentur, baik gaya tekan dan gaya tarik terjadi pada satu penampang yang sama, Oleh korena itu tezangan akibat keadaan gaya kompleks ini tidak Py dapat dinyatakan dengan rumus umum G {J Teeangan tarik dan tekan pada balok Jentur bekerja tegak lurus permukaan penampang. Geser adalah gaya-gaya berlasvanan arah yang menyebabkan satu bagian struktur tergelineir terhadap bagian di dekatnya. ‘Tegangan geser terjadi pada arah tangensial permukaan gelincir. Gaya-gaya_ yang kompleks terjadi pula pada batang yang mengalami puntiran (torsi). Balok yang mengalami torsi akan menyebabkan terjadinya tegangan tarik dan tegangan tekan, Tegangan tumpu terjadi antara bidang muka dua elemen apabila gaya-gaya disalurkan dari satu elemen ke elemen yang lainnya, misalnya tegangan tumpu terjadi pada ujung- uujung balok terletak di atas kolom. Untuk alasan_arsitektural dan kenyamanan penggunaan, besarnya defleksi harus dibatasi, Straktur sudah dapat disebut mengalami kegagalan apabila defleksinya melebihi batas yang dijjinkan, meskipun sebenarnya struktur tersebut masih mampu menahan beban yang diberikan terhadapnya, Apabila suatu batang dibebani secara aksial, maka akan bul tegangan di dalam batang tersebut, Tegangan ini disebut dengan tegangan aktwal, Jika material yang digunakan masih_ mampu menahan beban tersebut, maka batang tidak akan runtuh. Apabila bebannya diperbesar schingga tegangannya meningkat, pada suatu saat akan dicapai suatu titik dimana tegangan yang timbul akan melebihi kapasitas bahan, Pada titik ini batang akan mulai mengalami kegayalan dalam menahan beban sehingga tegangan yang timbul pada kondisi ini disebut dengan tegangan gagal. Pada ilmu kayu, tegangan gagal lebih dikenal dengan tegangan patah. Tegangan patah hanya bergantung pada material, schingga melalui cksperimen, dapat ditetapkan tegangan patah untuk setiap material. (Schodek, 1999). Meskipun tegangan patah material yang diperoleh melalui _penelitian menunjukkan tegangan maksimum yang bisa diterima material, seorang perencana akan senantiasa lebih berhati-hati dalam merencanakan bangunannya. Perencana akan mempertimbangkan keamanan struktur selama penggunaan, serta hal-hal lain yang mungkin menyebabkan kegagalan struktur yang dibangunnya. Oleh karena itu seorang perencana yang baik selalu memberikan tambahan ukuran material secara rasional untuk meningkatkan kapasitasnya. Tambahan ukuran material dalam perencanaan struktur dilakukan dengan memberikan faktor penyesuaian. Pada konstruksi kayu besarnya faktor 1 ng terdiri atas Jaktor keamanan sebesar —-. dan faktor lama 1 penyesuaian adalah ie pembebanan sebesar Tegangan patah yang telah direduksi dengan faktor Lt ets Paktor lama 16 13 penyesuaian disebut dengan tegangan ijin, | F'= F, pembebanan perlu dimasukkan untuk mereduksi tegangan patah karena sifat khas dari material kayu, yaitu kayu dapat menahan beban tiba-tiba jauh lebih baik daripada menahan beban dalam jangka waktu lama. Struktur kayu pada umumnya dirancang untuk penggunaan cukup panjang (10 tahun), padahal pengujian untuk mengukur tegangan patah dilakukan hanya dalam waktu singkat (5-10 menit) E, Pada material yang relatif seragam. persamean tegangan ijn ( F =f} cukup \ lam yang dipengaruhi oleh genetik dan faktor-faktor agai produk a lingkungan selama pertumbuhannya, kayu memiliki sifat dengan variasi sangat tinggi Oleh karena itu sangat riskan untuk menetapkan tegangan patah sebatang kayu sebagai tegangan patah bagi seluruh kayu dalam populasi. Pada kayu yang berasal dari satu batang pohon saja dapat diperoleh tegangan patah terkecil sebesar satu persepuluh 1 - : i (i) tegangan patah terbesar. Selang ini akan semakin besar kalau kayu berasal dari individu pohon yang berbeda, tempat tumbuh yang berbeda, terlebih lagi dari species yang berbeda, Oleh Karena itu diperlukan pendekatan statistik untuk memilih tegangan patah yang dapat mewakili seluruh populasi. Pada umumnya dipilih tegangan patah 5% terlemah sebagai nilai bagi tegangan patah seluruh batang kayu dalam populasi, yang disebut dengan 5% Exclusion Limit (5%EL). Pada ASTM D2915, 5%EL disebut dengan kekuatan karakteristik yang bisa dihitung secara parametrik maupun non parametrik. Tata cara menghitung kekuatan karakteristik secara rinei diatur dalam ASTM D2915. Dengan S%EL demikian tegangan ijin pada kayu dinyatakan dengan (r _ \ J setclah direduksi dengan faktor-faktor penyesuaian lain merupakan sisi kapasitas dalam pereneanaan struktur menggunakan format ASD (Allowable Stress Design) FORMAT DESAIN Allowable Stress Design (ASD) vs Load and Res istance Factor Design (LRFD) Beban yang diterima oleh sebuah struktur dipengaruhi oleh tipe beban (beban mati, beban hidup. beban salju, beban angin, beban Jana‘, dll), serta sudut dan perletakan beban. Besarmya beban juga dipengaruhi oleh interaksi antar elemen dalam sistem geometri struktur yang bersangkutan, Sedangkan kapasitas sebuah struktur ditentukan olch kombinasi antara tipe material (berkaitan dengan sifat-sifat mekanisnya), bagian- bagian dan bentuk geometri struktur (section and geometry), dan perilaku struktur dalam menerima beban (performance). Dengan demikian proses desain struktural dipengaruhi oleh lima kunci pokok yaitu: beban. bentuk geometri, kondisi lingkungan, material, dan performance davi struktur. Beberapa pertimbangan lain seperti ekonomi dan estetika sering menjadi faktor kendala yang perlu diperhitungkan meskipun hal ini menjadi prioritas berikutnya dalam pertimbangan keamanan dan kemampuan layan dari suatu struktur. Suatu titik fepat ketika suatu stuktur- mulai mengalami .kepagalan™ dalam memenuhi fungsinya disebut dengan Limit State. Titik ini dicapai ketika demand sama dengan kapasitas. Ada dua macam limit state yang dipergunakan untuk mendesain struktur, yaitu serviceability limit state dan safety limit state. Serviceability limit states berkaitan dengan kemampuan struktural dalam memberikan layanan fungsional struktur dalam menerima beban akibat penggunaan sehari-hari. Sedan an safety limit state berkaitan dengan keamanan suatu struktur terhadap keruntuhan akibat menerima beban maksimum yang mengakibatkan keruntuhan. ketidakstabilan, dan kehilangan kesettimbangan. Serviceability limit states memberikan batasan maksimum kondisi yang masih dapat ditoleransi_berkaitan dengan kegagalan fungsi_layan yang menyebabkan ketidaknyamanan penggunaan atau terganggunya keindahan arsitektural, Kondisi yang dibatasi_ pada serviceability limit states antara lain vibrasi dan defleksi. Desainer menggunakan serviceability limit states untuk menyatakan performance struktur sebenamya dalam menjalankan fungsi layannya sehari-hari. Dengan demikian dalam mendesain sebuah struktur, kemampuan layan sebuah struktur dapat dibuat dengan presisi yang cukup baik tanpa berlebihan menggunakan baban. Sedangkan safety limit states. dapat dijelaskan dalam sesi statistik mengenai probabilitas kegagalan (probability of failure) atau sebaliknya probabilitas aman (probability of survival), Dengan menggunakan statistik, dapat diduga keamanan suatu struktur berdasarkan probabilitas yang terukur, Desainer menggunakan safety limit stares, untuk mempertimbangkan margin keamanan yang rasional untuk meneegah terjadinya keruntuhan atau kerusakan. Struktur kayu secara tradisional dirancang menggunakan format Allowable Stress Design (ASD). Pada ASD, respon elastis dari material yang menerima beban dinyatakan dengan jumlah total beban yang diterima struktur (Demand = EQ), sedangkan kapasitas material dinyatakan dengan tegangan ijin yang direduksi dengan faktor-faktor penyesuaian, sehingga persamaan dasar desain untuk ASD adalah (EQ = F"-Cd: A). Pada perkembangan terkini, perencanaan struktur kayu telah mulai menggunakan format Load and Resistance Factor Design (LRFD). Pada format ini variasi beban yang diterima struktur telah dipertimbangkan dengan memberikan faktor-faktor penyesuaian pada jenis beban yang berbeda, Sehingga sisi demand pada persamaan desain yang menggunakan format LRFD menjadi (Demand ~ 2(a-Q)). Besarnya o untuk masing- masing kombinasi beban menurut NDS 2005 disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Kombinasi pembebanan menurut NDS 2005 (No. | EaQ pada berbagai kombinasi pembebanan 14(D-F) 1.2(D=F)= 1,61 + 0.500, atau S atau R) 1,2(D+F) + 1,6(L +H) + 0.5(L, atau S atau R) 1.2(D#F) * 1,6(L atau S atau R)(L atau 0,8W) )- 0.5014 atau 1,2D +106 +L + 0.28 "| 0,9D + 1,6W + 16H 0.9D + 1.0E + 1.6H alex en] fos ita) = Sementara pada sisi kapasitas, format LRFD menggunakan kuat acuan (Rj) yang dikoreksi dengan resistance factor () dan time effect factor (7.). sehingga persamaan dasar desain untuk LRFD adalah 3(o-Q) < %-RyA. Berbeda dengan tegangan jin pada ASD (F°) yang murni ditentukan oleh sifat material, kuat acuan (Rj) dipengaruhi pula oleh distribusi probabilitas beban, sclain oleh sifat material, Tata cara menghitung kuat acuan disajikan pada ASTM D2457. Untuk tujuan kemudahan, kuat acuan dapat diperoleh melalui konversi tegangan ijin dengan Format Conversion Factor (Kr), sehingga kuat acuan dapat diperoleh melalui (Rn=Ky-F"), Persamaan dasar desain 2Q = F-Cé-A untuk ASD dan ZaQ < §-2-ReA untuk LRFD, digunakan untuk mencegah terjadinya keruntuhan struktur. Kedua persamaan tersebut menerapkan safety limit state. Pembatasan defleksi skibat lentur merupakan salah satu contoh yang umum pada penerapan serviceability limit state. Serviceability limit state pada kedua format (ASD dan LRFD) mempunyai bentuk penerapan yang sama, Total defleksi yang terjadi harus mempertimbangkan defleksi akibat pembebanan jangka panjang maupun defleksi akibarpembebanan normal dan _tbactiba (Ar-KerAtr+Asr). Total defleksi ini tidak boleh lebih besar daripada defleksi yang diijinkan, FAKTOR-FAKTOR PENYESUAIAN BAGI TAHANAN REFERENSI Tahanan referensi merupakan nama umum bagi tegangan ijin (ASD) dan kuat acuan (LRFD). Untuk disetarakan dengan demand, tahanan referensi harus dikalikan dengan faktor-faktor penyesuaian, Metode untuk menentukan nilai faktor penyesuaian berbeda untuk setiap material, Untuk kayu gergajian faktor-faktor penyesuiaian yang digunakan adalah sebagaimana disajikan pada tabel 3, sedangkan untuk glulam struktural disajikan pada tabel 4 ‘Tabel 3. Paktor-faktor penyesuaian yang digunakan pada kayu gergajian ASD ‘ASD dan ERFD. LRED Bg B/S)a) E/E = 8 elz\2 slse— |Z/2/4|2/ 2/2 2) a] s/Z/e2 |2/4/ 2) 8/8] 3 e|S|2 g/flele |2)S/<)s| 3/2 S|) E2/2/ 4/28 |e) 2) 2) 3) 48/8 Ble Ell slal$ie lz2|]s) 6) 2/2 aie 4 @ |S/a/a/e)a}e Centr eu Geo - & & & Tari Cu ee SL Geser Co Cw. -- G - UKe oh Tekan oe so GG Kr Tekan Came CnC m= Ge MoE, eMaca ee MOE " Cu eT minimum J Tabel 4. Faktor-faktor penyesuaian yang digunakan pada glulam struktural ASD ASD dan LRFD. LRED \ ee a 5 s 2 g z g 2/8 | lele/él |. sleléyslsle/ile |2/£/ | ala es rrr 2\¢/ 2) ele] 2 |e] elo] els ca E8122 | 2] 2) a] a/4 lel el ele/s\ ee |2) sl elale a|/2 #\2 je o2 |o)e € Zl iLentur & oa G CG - - - Ke @ & Tarik ea ee =~ Ke & Gieser Co Cy Ge ae Kr by 2 Tekan 1 sy Ge ~ = Gy Ke ‘Tekan /7 Go Go = Gs Kr 6. 2. Co Cy Go - ~ Kr by MOF Ca Ca Ses MOE > & G@ =: > > ll Uh 1 Load Duration Factor (Faktor Lama Pembebanan : Cp) Pada ASD tegangan ijin didesain untuk menahan beban datam jangka waktu normal yaitu kumulatif respons material selama 10 tahun, Respons kumulatif selama 10 tahun i merupakan 90% kemampuan layan yang direncanakan apabila tanpa reduksi faktor keamanan, Banyak eksperimen menunjukkan bahwa kayu memiliki kemampuan lebih tinggi dalam menahan beban tiba-tiba daripada beban yang berlangsung lama. Oleh Karena itt. apabila struktur direncanakan untuk menahan beban selama kurang atau lebih dari 10 tahun maka tegangan ijin perlu dikoreksi dengan faktor lama pembebanan (Cp). Faktor lama pembebanan dipergunakan pada safety limit state berkaitan dengan beban lentur, tarik, geser, dan tekan sejajar serat. Sedangkan pada tekan teak lurus serat, sebagai pembatas umumnya adalah deforma, sehingga diterapkan serviceability limit state seperti pada defleksi. Modulus elastisitas referensi, sebagai respons material terhadap deformasi, tidak perlu direduksi dengan faktor lama pembebanan. Apabila elemen menerima beban penuh secara permanen, atau lama pembebanan lebih dari 10 tahun, maka tegangan ijin harus direduksi dengan 0.90 (Cp=0,90), Namun seringkali struktur dirancang untuk lama pembebanan jauh lebih singkat daripada 10 tahun. Pada struktur seperti ini tegangan ijin dapat ditingkatkan dengan memberikan faktor lama pembebanan seperti pada tabel 5, Tabel 5. Faktor lama pembebanan Cp Lama Pembebanan TS Dua bulan 1.25 Tujuh hari 16 Sepuluh menit 2.0 Tiba-tiba _ Lama pembebanan 2 (dua) bulan biasa digunakan untuk beban salju, 7 (tujuh) hari untuk beban konstruksi. dan 10 (sepuluh) menit untuk beban gempa. Faktor lama pembebanan lebih dari 1,6 tidak dapat digunakan untuk kayu yang mendapatkan pengawetan dengan bahan kimia larut air, atau mendapatkan perlakuan dengan bahan kimia tahan api, Faktor lama pembebanan dari beban tiba-tiba tidak digunakan pada sambungan. Untuk jenis beban yang lama pembebanannya selain dari tabel 5, dapat didekati dengan grafik pada gambar 3, Gambar 3. Faktor lama pembebanan untuk bermacam lama pembebanan Sebuah struktur seringkali dirancang tidak hanya menerima satu macam beban, tetapi bisa kombinasi dari beban-beban dengan lama pembebanan yang berlainan, Pada kasus seperti ini kombinasi beban yang dipilih haruslah kombinasi beban yang paling krit Untuk menentukan kombinasi beban yang paling kritis dapat dilakukan tahapan berikut ini: a. Menentukan macam-macam beban yang diterima struktur, serta membuat seluruh kombinasi yang mungkin. b. Membagi semua kombinasi tersebut dengan load duration factor padanannya, yaitu load duration factor untuk lama pembebanan paling pendek ilai terbesar yang diperoleh merupakan kombinasi pembebanan kritis, 2. Wet Service Faetor (Cu) Tahanan referensi kayu ditetapkan pada kondisi penggunaan sedemikian rupa sehingga kadar air maksimumnya adalah 19%, Apabila dalam perencanaan, struktur akan dibangun pada suatu tempat yang diperkirakan menyebabkan kadar air kayunya menjadi lebih dari 19% maka tahanan referensi perlu direduksi dengan wet service factor. Besarnya wet service factor disajikan pada tabel 6 untuk kayu gergajian baik yang dipilah secara visual maupun mekanis, Tabel 6. Wet service factor untuk kayu gergajian Metode | UkuranKayn [Fy Fi RK Fa [Fe Edan Pemilahan Enin val 3 0.85* [7.00 067 | 0.8** [0.90 1.00 | 1.00 0.67 0.91 [1.00 Mekanis eS 0.67 0.8** [0.90 Catatan: * : kalau (Fp)/(Cy) < 1150 psi. Cum 0 #* kalau (Foy(Ce) $750 psi. Cx 1.0 Sedangkan tahanan referensi glulam struktural ditetapkan untuk kondisi kadar air maksimum 16% pada penggunaannya. Apabila kondisi lingkungan di mana struktur berdiri kemungkinan menyebabkan glulam berkadar air lebih dari 16%, maka tahanan referensi glulam perlu direduksi dengan wet service factor seperti pada tabel 7: Tabel 7. Wet service factor untuk glulam_ Fp Fy ~ Fy ~ Temperature Factor (C.) Apabila kayu didinginkan untuk di bawah temperatur normal, maka kekustannya akan meningkat, tetapi apabila dipanaskan kekuatannya akan menurun, Pengaruh temperatur ini terjadi dengan segera, dan besarnya tergantung pada kadar air kayu, Kayw yang mendapatkan paparan suhu di atas 150°F, akan kekuatannya akan tereduksi dan tidak akan kemb: seperti semula. Oleh karena itu tahanan referensi harus direduksi dengan temperature factor apabila struktur akan digunakan pada Kondisi pemakaian lebih dari 10°F, Besarnya temperature factor disajikan pada tabel er Fe] Edan Evin 073 [0.833 Label 8. Temperature Factor, C, ‘Tahanan Kadar Air Referensi untuk: TSOF TOOTS | BSF STASOF Fy. Bs Emin 10 09 09 Fo. Fy, Fes Fe 1.0 L 1.0 Beam Stability Factor (C,.) Kayu yang diberikan beban lentur akan memiliki kecenderungan untuk mengalami tekuk lateral. Tekuk lateral dipengaruhi oleh angka kelangsingan (Rp) yang merupakan fungsi dari dimensi batang (tebal, lebar, dan panjang efektif), [ea 5 = « Angka kelangsingan tidak boleh lebih besar dari 50. Panjang efektif sangat ditentukan oleh kondisi pembebanan sebagaimana disajikan pada tabel 8. Beam stability factor, CL, dihitung dengan rumus sebagai ber Di mana: F; =tahanan referensi lentur yang telah dikalikan dengan seluruh faktor penyesuaian kecuali Cy, Cy, dan C, Sedangkan Eqix merupakan 5% Exelution limit dari modulus elastisitas lentur yang dikoreksi dengan faktor kemananan, Ey diperoleh melalui perhitungan = gE, =All-L64scor, }1.03\/ fan = Ao dimana : E tahanan referensi untuk modulus elastisitas 1,03: faktor penyesuaian untuk mengkonversi E kayu menjadi lentur muri. Untuk glulam struktural nilai ini sebesar 1,05 1,66: faktor keamanan COVe : koefisien variasi dari E. Besamya koefisien variasi dari E ditetapkan untuk. berbs kondisi sebagaimana tabel 9 Tabel 8. Panjang efektif pada berhagai kondisi pembebanan Cantilever Uniukg/d<7_[ Untuk ¢/d>7 Beban merata Gigse | 60906834 ‘Beban terpusat di ujung tanpa tumpuan Ga187q | ee 1d ged Balok lentur sederhana —) intuk Q/d <7 | Untuk 4/27 Beban merata [652.06 | = 1.63 43d ‘Behan terpusat di tengah bentang tanpa tumpuan lateral 1806 | &= 163 473d Beban terpusat di tengah bentang dengan tumpuan lateral di Ue tengah bentang Dua beban terpusat pada Wink 1/3 panjang bentang C= 1B dengan tumpuan lateral pada ttik 1/3 panjang bentany Tiga beban terpusat pada titik-ttik V4 panjang bentang ese dengan tumpuan lateral pada ttik 1/4 panjang bentan; Empat beban terpusat pada titiklitik 1/5 panjane bentang 188 dengan tumpuan lateral pada etik 1/5 panjane bentan; Lima beban terpusat pada utiktitk 1'6 panjang bentang oan | dengan tumpuan lateral pada titik 1/6 panjang bentang _ nam beban terpusat pada tivk-tithk 1/7 panjang. bentang ers eee dengan tumpuant lateral padi titik 1/7 panjang bentan: “Tujub atau lebih beban terpusat sama besar pada ttik Berjarak lee sama, dengan tumpuan lateral pada titik pembebanan _ ‘Momen sama besr pada kedua ujung eis (Gyan unk afok Teva sederiana atu canal dunk 724/014 5, dan= 184 gan M324 Tabel 9. Koefi eberapa produk kayu a COVE Kayu gergajian yang dipilah secara visual 0.2 Kayu yang dipilah secara mekanis (Machine Evaluated Lumber) 0.15 Kayu yang dipilah secara mekanis (Machine Stress Rated Lumber) On Glulam Struktural 0.10 Size Factor (Cp) Pada pemilahan visual, tahanan referensi kayu ditentukan berdasarkan kekuatan kay bebas cacat yang dikoreksi dengan strength ratio Strength ratio diperolek dari pengukuran cacat-cacat yang terdapat pada kayu. Besarnya kandungan cacat pada kayu dipengaruhi oleh dimensi kayu. Semakin besar dimensi kayu, maka semakin banyak cacat kayu yang dikandung di dalamnya. Sementara itu apabila kayu dipotong lagi menjadi ukuran yang lebih kecil, cacat yang terkandung akan terdistribusi pada potongan-potongan tersebut sehingga akan diperoleh sortimen kayu dengan variasi yang lebih besar Oleh Karena itu tahanan referensi lentur, tarik, dan tekan sejajar serat kayu yang diperoleh dari pemilahan visual perlu dikoreksi dengan faktor penyesuaian berupa size factor. Besarnya size factor disajikan pada tabel 10. Tabel 10 Size factor untuk kayu gergajian yang dipilah secara visual is L Fy Ky Fe in 2 ‘Tebal (breadth) Mutu | Lebar (depth) | 2* & 3 * _| Struktural | 2°, 384 1.00 1,00 1,00 1,00 ‘Standard 1.00 1,00 1,00 1,00 Uiility 1,00 1.00 1,00 1,00 04 - 04 0.6 Catatan: pada kasus ini. lebar dipergunakan untuk depth dan tebal untuk breadth Nilai size factor pada tabel 10 di atas digunakan apabila pemilahan vis pada ukuran yang lebih besar, selanjutnya dibelah menjadi ukuran 2° ing berdasar rumus : C, di mana d adalah ketebalan kayu yang tidak lebih besar dari 12*. sual dilakukan I". Untuk kayu (24,)° <1.00, 6. Apabila kayu struktural diperoleh dari pemilahan mekanis, maka tidak diperlukan koreksi dengan size factor karena kayu dipilah pada ukuran pemakaian. Volume Factor (C,) ¥ Kalau glulam dibebani tegak Jurus muka laminasi (3), tahanan referensi untuk beban tegak Turus lapisan laminasi. Fy harus dikoreksi dengan volume factor (C\) Besarnya C, dihitung berdasar persamaan: <=) GOR a Dimana L__: panjang komponen lentur dari titik dengan momen sebesar 0, ft d= tebal komponen lentur. in b= Jebar (breadth) komponen lentur. in. untuk Komponen lentur yang terdiri atas beberapa lapis, b yang digunakan adalah lapisan terlebar. tetapi b harus Kurang dari 10.75" (b510.75"), Volume factor (C,), tidak boleh digunakan bersama-sama dengan beam stability factor (C.). Dalam penggunaannya dipilih salah satu yang lebih kecil. Flat Use Factor (Ci) Tahanan referensi lentur ditetapkan berdasarkan kondisi tegak (edgewise), sehingga apabila kayu akan digunakan pada posist baring (flatwise) maka tahanan referensi dapat ditingkatkan dengan flat use factor (Cy). yang nilainya adalah sbb, (tabel 11) ‘Tabel 11. Flat Use Factor untuk kayu gergajian Lebar (depth) Pemilahan Visual Pemilahan Mekanis Ketebalan (breadth) «& 3 a Fas Ona | _ e Pl 10 * i 105 om [ 105 & 7 1,05 210" 12 — il Untuk glulam, apabila glulam digunakan dengan pembebanan sejajar muka lamin: + (1B), maka flat use factor sebagaimana tabel 12 dapat digunakan untuk meningkatkan tahanan referensi /8* atau3* [212 8. Incising Factor (C)) Tahanan referensi harus dikalikan dengan incising factor seperti pada tabel 13 apabila dimensi kayu ditatal dengan kedalaman maksimum 0.4" dan panjang, maksimum 3/8". dan kerapatan tatalan maksimum | 100/f7. Apabila batasan tersebut terlewati incising factor harus dihitung berdasarkan sifat penampang yang telah dikurangi tatalan. ‘Tabel 13. Incising factor (C,) untuk kay gergajian __Nilai Desain E, Emin Fo. Fe. Pos Fy 9. Repetitive Member Factor (C,) Tahanan referensi lentur kayu gergajian dapat ditingkatkan dengan Repetitive Member Factor (C,) sebesar 1,5 apabila kayu digunakan sebagai sambungan, rangka batang, rangka ruang, chords, rafters, studs, planks, decking atau Komponen lain yang serupa yaitu yang jarak campuan tidak lebih 24* dari tengah-tengahnya, jumlahnya tidak Kurang dari 3, dan tersambung ke lantai. atap, atau komponen lain yang bersifat mendistribusikan tegangan. 10. Curvature Factor (C.) Glulam struktural yang berbentuk lengkung, tahanan referensinya harus dikoreksi dengan Curvature Faetor (C.) yang nilainya dihitung berdasar C, =1=(2000)0/ RY, dimana: t: ketebalan laminas in R: Radius kelengkungan pada sisi bagian dalam VR = 1/100 untuk hardwood, dan VRE 1/125 untuk softwood 11. Column Stability Factor (Cy) Komponen tekan memiliki kecenderungan untuk mengalami tekuk lateral, Namun apabila struktur dirancang untuk menahan tekuk dengan memberikan tumpuan penahan tekuk lateral, maka besarnya C, adalah 1.0. Panjang kolom efektif & untuk kolom solid dapat ditentukan berdasarkan_prinsip- prinsip mekanikal engineering. Salah satu cara yang umum digunakan adalah dengan mengalikan panjang kolom aktual (dengan faktor panjang efektif (Ke). (@= Ke). Besarnya panjang kolom efektif ditentukan kondisi_ modus tekuk sebagaimana gambar 4, Ke teori 05 07 10 1.0 2.0 2,0 Ke rekomendasi 0.65 080 | 12 1.0 2.10 2.4 Kondisi ujung UIC | "Tidak dapat berotasi dan tidak dapat bertranslasi | AY | Dapat berotas. tidak dapat bertranslasi @ Tidak dapat berotasi. dapat bertransla: | Dapat herotasi. dapat bertranslasi Gambar 4, Faktor panjang efektif untuk berbagai kondisi kolom tekan Untuk kolom solid dengan penampang persegi. angka kelangsingan (slendemess ratio= dd), harus dipilih salah satu yang paling besar dari rasio 4a atau éa/da.(gambar 5 ), Gambar 5, Kolom tekan Angka kelangsingan untuk kolom solid tidak boleh lebih besar dari SO, kecuali selama masa konstruksi. Selama masa konstruksi angka kelangsingan dapat meneapai 75, 12. Bearing Area Factor (Cp) ‘Tahanan referensi tekan tegak Iurus serat (Fe) digunakan pada bearing sepanjang berapapun pada ujung komponen, ataupun untuk bearing berukuran 6* atau lebih pada lokasi yang lain, Untuk bearing berukuran kurang dari 6” dan tidak lebih dekat dari 3° ke ujung komponen dapat ditingkatkan tahanan referensi tekan tegak lurus 6, 40,375 6 Persamaan tersebut menghasilkan tabel Bear Area Factor (Cy) seperti pada tabel 14. seratnya dengan mengalikan dengan Bear Area Factor (Cs): C, Tabel 14. Bear Area Factor (Cs) 6 | 05" 1 ¥ ¥ F] atau lebih rb 1,75 _ 0 1,0 13. Format Conversion Factor (Ke) Format Conversion Factor (Kr) digunakan untuk mengkonversi tegangan ijin pada ASD menjadi kuat acuan pada LRFD. KF hanya digunakan pada format desain LRED dimana tahanan referensi yang tersedia berupa tegangan jjin (berdasar lama pembebanan normal). Apabila tahanan referensi sudah berupa Kuat acuan yang diperoleh sesuai dengan prosedur ASTM D 5457, KF tidak boleh digunakan, Nilai format Conversion Factor disajikan pada tabel 15. ‘abel 15. Format Conversion Factor Aplikasi pada ‘Tahanan Referensi Komponen | Fo. Fs Fe = Ene — ‘Sambungan Semua sambungan di NDS 14. Resistance Factor () Pada LRED, tahanan referensi harus dikalikan dengan resistance factor (6) sebagaimana disajikan pada tabel 16 Tabel 16, Resistance Factor [Aplikasi pada _ | Tahanan Referensi Symbol Komponen is comes [Fo of [Fa Fu Fs [ iN Fe, Fo be Enin i ‘Sambungan ‘Semua sambungan_ by 15. Time Effect Factor (2) ‘Tahanan referensi harus dikalikan dengan time effect factor. pada tabel 17, . sebagaimana disajikan ‘Tabel 17. Kombinasi Pembebanan dan pasangan Time Effect Factornya Kombinasi Pembebanan ADF) emer 1,2(D+F) + 1,6H + 0.5(L, atau S atau R) 1.2(D#F) = 1.6(L¥H) + 0,5(L, atau S atau R) Time effect factor () 06 0.6 0,7 apabila L dari gudang 0,8 apabila L dari occupancy 1.25 apabila L. dari impact T.2(D+F) = 1,6(L, atau S atau R) + (L atau 0.8W) 08 12D = 1,6W +L + 0,5(L, atau S atau R) 1.0 D+ 10E+L +028 10 0.9D = LoW + 16H 1.0 0.9D = 1.0E + 1.6H 1.0 LATIHAN DAN EVALUASI - Studi Pustaka Studi Pustaka dimaksudkan untuk mendeskripsikan sejarah, dan petkembangan format desain di berbagai belahan dunia Simulasi kombinasi beban Kombinasi beban ditetapkan terdiri atas 3 jenis beban yaitu beban mati (D), beban hidup yang berasa! dari penggunaan strukiur tersebut (L) yang besarnya dibatasi sebagai berikut : 4D. 14D, ¥,D. 0. D. 2D. 3D. dan 4D, serta beban angin (W) yang besarnya yang dibatasi sebesar: DV D Mp. 0, D. 2D, 3D, dan 4D. Schingga kombinasi beban yang mungkin terjadi disajikan pada tabel 18. Perhitungan respons (tegangan, regangan, dan deformasi) aktual material akibat kombinasi beban. Struktur dil tung respons aktual berupa tegangan pada kolom (tarik dan tekan), Pada kolom tarik (gambar Sa) respons aktual yang dihitung meliputi kekuatan tarik, sedangkan pada kolom tekan (gambar 5b) berupa kekuatan tekan dan tekuk. Kolom tekan panjang diperlakukan berbeda dengan kolom tekan pendek dengan menghitung, pengaruh rekuknya, t t a bl b2 Gambar 5. Batang tarik (a) dan Batang Tekan (bl. b2) ‘Tegangan pada balok lentur meliputi tegangan lentur dan tegangan geser. Selain tegangan, dihitung juga deformasi berupa defleksi pada balok lentur. Defleksi dihitung dengan metode double integrasi. Macam balok lentur yang diujicoba adalah balok lentur sederhana dengan beban terpusat di tengah bentang, beban terpusat ganda baik two point loading, third point loading. ataupun beban tidak simetris, dan beban merata, serta pada balok cantilever berupa beban terpusat dan beban merata, serta beberapa kasus overhanging. Sketsa alok lentur yang dicoba sebagsimana terlihat pada gambar 6. 4 y { [ronanecaeasess] S 5 ‘sederhana, = €- cantilever, beban terpusat_ 7 sedethansa, beban mera Geek ca Se 'b-two point loading j, sederhana, bebs ta sebag} ———4 4 k, cantilever beban merata lst a eo | >], lst beban mea ebgn ee a a V—e ederhana, beban tidak simetris, ranging, beban tefusat mm. overhanging, beban nfGrata Gambar 6 Bermacam-macam balok lentur Pada kenyataannya di lapangan, sering kali elemen struktur menerima beban kombinasi yang menyebabkan gaya-gaya internal kombinasi pula seperti tarik-lentur, tekan-lentur, dan lentur-lentur yang berlainan arah, (gambar 7). Oleh karena itu, tegangan dan deformasi akibat gaya internal kombinasi perlu 1 th ee a ma FI — <, kombinasi tekan-lentur-lentur perhitungkan pula, a, kombinasi tarik-lemtur —— a a ». kombinasi tekan-lentur . kombinasi tarik-lentur-tentur Gambar 7. Gaya internal kombinasi akibat kombinasi beban 4. Perhitungan beban kritis material akibat kombinasi beban Pada setiap kombinasi beban (tabel 19) ditentukan beban kritis berupa kombinasi beban terkoreksi (ASD) dan beban terfaktorkan (LRFD) (tabel 20.) sesuai dengan prosedur yang berlaku bagi masing-masing format. Perhitungan besamya respons (tegangan. regangan, dan deformasi) maksimum yang masih diijinkan akibat beban kritis Selain respons aktual teoritis yang telah diperoleh pads tahap 3. respons maksimum, yang masih diijinkan akibat beban kritis merupakan pembatas bagi kenysinanan penggunaan dan keamanan struktur. Perhitungan ini yang dipergunakan oleh perencana untuk membangun strukvic yang aman dan mampu memenuhi fungsi layannya, Perhitungan respons maksimum struktur dilakukan pada semua kasus seperti pada tahap 3 Perhitungan Tuas penampang minimum Luas penampang minimum yang diperhekan pada semua kasus dihitung berdasarkan persamaan-persamaan mechanical engineering. Perbandingan efisiensi material Efisiensi material diperoleh dengan membandingkan luas penampang yang diperlukan apabila perencanaan menggunakan format ASD atau LRFD. Pengolahan data dilakukan secara grafis dan deskriptis. aan) weysoPyEIA9) wEqg IseULquIOY) SHEN BeqDG | A (ASV) IIs0U9} WEqDg IEEIAMION) SHE HeRDG ! wedueanay Tada awa, wip wv] wi] wv] as] ov wer] wv] wri] apy [eer] sev> ae] ev] [wiv] oe aety ay] eer ay) ate [ast] av | oer av ast ae (ert ew | an av ae] oer] ow] 9et] sev [999 sow | 99] osv | or | srw] ort] vey] ort | —aew siv| ac] = sei) sav] set} sev sot] sov| set] ssv| ser) spy] ser stv| ser sev sv) al ¥ wav) wif av! en ev] ect) ssv) ert] ep] ect) sev] ecif ev] on aK | E tw | wt} uv{ en] ov [est] asv[ et} awl ep av] ee} av[ em] av] oi | 8 wv] i] uv] i] wv] ist) sv iW) lel] ev tev aK l= fv eT rev) pot) tov [tet] rev tet) nev] ret) rev) eer) new 1 o ae a a rd ath | +a CTA TeaSRL Taga SUIGUIOY TeqIYE IpELT TURT SHY UOQDRT “OZ APL, anana]anaea] arava] armada] anal am%sa] anda anal a asana] ananalanaral arena) aest%a anh ra cise) ae | arara, anana| arava] _azaa ane ra aca) az] = aan GHOs+O, aeazea. aad) gdkea ad4va awa ale hh lvhhd6r| -———s—C—“ TKeacva| Asava| Mra, 41% a) CH Asa | 2H sa va “Heal 0X | . 7 a vara 09 i { a4sanal Msaeal saa] @saal a4+%sa) Asa aha aKa] a4 ‘ara ae ‘acs oral mam Kea ales ar ac « a aK of ay 0 a Taonjauad epad uRqaG SHUTGUIOY Gl AE, Jonathan Ochshorn - ARCH 264/564 Homework #7 solutions Page | of 5 ARCH 264/564 Structural Elements Assignment #7 solutions ema jnomepage jue index for ARCH 264564 text fetal 006 April 4 Assignment #7 Reference: Examples 8.1, 8.2 (analysis) and 8.3, 8.4 (design) in the text. Note that this homework assignment. as well as prelim #3 and the final exam, will include only wood analysis and design problems where the compression face of the beam is continually braced by the floor or roof. so C, = 1.0. 1. Wood beam anal Check if the joist and girder shown can support the following loads: © D=30 psf L~ 120 pst ‘The joist is a 2x12 Hem-Fir No.1, at 16" o.c. The girder is a 5-1/8" wide by 36" deep glulam with the following tabular [ie |) 20" | 16! properties: Floor framing pian oF, 500 psi: F, = 120 psi: E = 1,600,000 psi Check bending, shear, and live load deflection for (a) the joist: and (b) the girder. DO NOT redesign even if bending, shear, or deflection is not OK. Assume uniformly- distributed loads on the girder (based on tributary area calculations). Consider only live load in checking deflection (use L / 360 criteria). Do not include a shear stress factor adjustment for either the joist or girder. Solutions: (a) Joist analysis. Draw load, shear, and moment diagrams. THETA) 0 Geet Mn) = 200 ee {ve tins ® Check bending: F,, = 950 psi Adjustments: C, = 1.0 (live and dead loads); C, = 1.0 (2x12); C, . Gy, C, not applicable for this problem] F., = 950(1.0)(1.0)(1.15) = 1092.5 psi required S = M/F}, = 30,000 / 1092.5 = 27.5 in? < actual S = 31.64 in® so OK for bending, 15 (repetitive use); [C,, hup://instruct] .cit.cornell edu/courses/arch264/arch264sp06/hw/07-solutions. html 11/29/2006 Jonathan Ochshorn - ARCH 264/564 Homework #7 solutions Check shear: F, = 75 psi Adjustments: C, = 1.0 (live and dead loads); Cy = 1.0 (impractical to hand-select repetitive Joists in order to improve shear stress factor); [C,, Not applicable for this problem} F’, = 75(1.0)(1.0) = 75 psi required area, A= 1.5 V/ F,, = 1.5 x 8125/75 = 16.25 in? < actual A = 16.875 in® so OK for shear. Note that we needed t0 use a vaiue of shear measured at a distance *d” from the support, as shown above, where "A" is the width of the joist. Check detlection: &,soyane = L380 = 10x12 / 360 = 0.33" Sgeiual = CPLY / (E'l) = 22.46[(120)(16/12)(10}](104) / (1,500,000 x 178) = 0.13". Since actual detlection is less than or equal to allowable detlection, joist is OK. Note that any five load is. Page 2 of 5 used in this calculation. Also, E’ = E(C,,), where C,,, = 1.0 i indoor conditions, (b) Girder analysis. Draw load, shear, and moment diagrams, Note: In the problem statement, it was not clear whether live load reduction should be considered), iflive load reduction is considered, the reduction costficiont is 0.25 + 15 (sq.7.A) 0.25 + 15/ sqrt (80x20}] = 0.86, so the live load is 0.86(120) = 103 pst instead of 120 pst. ‘Two solutions are shown below: the text in red, on the right, uses live load reduction; while the biue text, on the left, does not No five-load reduction Het Be)lix) #2750 e+ 2112, 500 FF # = 1, 350, 000 Check bending: F, = 1500 psi Adjustments: C,, = 1.0 (live and dead loads); not applicatile for glulam; [C,. Cy, Cy. Cy ‘nol applicable for this problem] GC, = 1.0[1291.5 / (6.125 x 36 x 20)!" =0.9 (this factor replaces C, for glulam) Fi, = 1500(0.8) = 1350 psi required S = M / F,, = 1,350,000 / 1350 = 1000 in’ < actual S = bd/6 = 5.125(36%) /6 1107 in® 50 OK for bending. Check shear: F, = 120 psi Adjustments: C,, = 1.0 (live and dead loads); ©, not applicable for glulam; [C,, not applicable for this problem] F', = 120(1.0) = 120 psi required area, A= 1.5.V/ 5x 15,750/ http:/finstruct! .cit.cornell edwcourses/arch264/arch264sp06/hw/07-solutions.html Live load reduction wz oseaXisde 199s /et co * +e 5,200" & SSS e150 Check bending: F,, = 1500 psi Adjustments: C, = 1.0 (live and dead loads); C, not applicable for glulam: [C,, Cy Cy. Cy ‘not applicable for this protiem| C, = 1.011291.5 1 (5.125 x 36 x 20)" = 0.9 {this factor replaces C, tor glulam) 1, = 1900(0,9) = 1350 ps: 1,197,000 / 1350 = 887 in? < actual $ = ba6 = 5.125(38%) /6 = 1107 10 OK for bending, required S=M/F', Check shoar F, = 120 psi Adjustments: O,, = 1.0 (live and dead loads}; C,, not applicable for gluta: [C, nat applicable for this problem) Fra 120(1-0) = 120 psi VIF, required area, 5x 13.200/ 11/29/2006 Jonathan Ochshorn - ARCH 264/564 Homework #7 solutions Page 3 of 5 120 = 197 in? > actual A = 5.125 x 36-= 184.5 120 = 165 in® < actual A= 5.125 x 36 = 184.5 in? so NOT OK for shear. Note that the shear in’ so OK for shear. Note that the shear sitess factor cannot be used with glulam. stress factor cannot be used with glulam, Check detection: Arpyanio = W360 = 20x12 Check deflection: Sgigyqg = W/960 = 20x12 / 360 = 0.67" 380 = 0.87" ‘The moment of inortia for this section, 1= ‘The moment of inertia for this section, ! = bba°st2 = 5.125(98°)/12 = 19.926 in’ bal t2 = 5.125(96°)/12 = 19,926 in’ PLS / (El) = 22.45{(120)(15)(20)] Aye = CPL? / (El) = 22.46/(103)(15)(20)] Sscnat sll (20°) / (1,600,000 x 19,926) = 0.20". Since —_(20*) (1,600,000 x 19,926) = 0.17". Since actual deflection is less than ar equal to actual deflection is less than or equal to allowable deflection, joist is OK for deflection, allowable detection, joist 's OK for deflection. Note that only ive load is used in this Note that only lve load is used in this calculation. calculation, 2, Wood beam design: 1st-floor framing plan Design (a) a typical floor joist at 18" o.¢; and (b) aliniol for a 4-0" window opening, as shown in the plan and section above. Consider the following loads, and select the governing loads based on Table A-5.1 and the appropriate duration of load factor: '$ = 35 pst (on the horizontal projection of the roof) Digqy = 20 pst {on the horizontal projection of the roof) © Dycoys = 10-5 pst L = 30 pst (ist- and 2nd-tloors aniy). Note that the tributary areas for the root loacis (dead and snow) are greater than those for the floor loads (dead and live). This has an impact on the lintel design, since both floor and roof foads are transferred through the exterior wall to the lintel below. Use a triple 2x lintel, as shown above (both the section modulus and moment of interia can be found by multpiying the vaiues for a single member by 3; or by using the equations: S = bd?/6 and | = bd°/12). Use Hem-Fir No. 1 dimension lumber for the joist and lintel. Use a shear stress factor, C,, = 1.83 forthe lintel ony. Mode! the loads on the lintel as concentrated loads at the thc points corresponding to the positon of the f oor joists. Consider bending, shear, and live load dellection (with L/360 criteria; use 0.75L + 0.758 for lintel). Solutions: (@) Joist design. Compute loads on floor joist: L + D = 30 + 10.5 = 40.5 psi. Draw load, shear, anid moment diagrams. http://instruct] .cit.cornell.edu/courses/arch264/arch264sp06/hw/07-solutions. html 11/29/2006 Jonathan Ochshorn - ARCH 264/564 Homework #7 solutions Page 4 of 5 (STI ee 40 HE) = 4 Yer . — ea F Nit Zo mye 40018 Fh = 15,08) Gao Design for bending: F, = 950 psi Adjustments: C, = 1.0 (live ane dead loads); C, unknown (assume 1.0); C, = 1.15 (repetitive Use); [C,,, C,,, C, not applicabie for this problem] F), = 950(1.0)(1.0)1.15) = 1092.5 psi required $ = M/F), = 13,689 / 1092.5 = 12.53 in®; select 2x8 with actual $ = 13.14 in®, The actual size factor for a 2x8, C, = 1.05, which is bigger than what was assumed, so the 2x8 wil stil work for bending (andl a 2x6 is clearly too smal Check shear: F, = 75 psi Adjustments: Cp = 1.0 (live and dead loads): C,, = 1.0 (impractical to hand-seleet repetitive. joists in order to improve shear stress factor}; [C,, not applicable for this problem] F = 75(1.0)(1.0) = 75 psi recuired area, A = 1.5 V/F', = 1.5 x 318/75 = 6.36 in? < actual A = 10.875 in? so OK for shear. Note that we used a value of shear measured at a distance "d from the suppor, as shown above, where ‘d" is the width of the joist. This wasn't actually necessary in this case, but it doesnt hurt. Check deflection: Assoyanie = L/360 = 13x12 / 960 = 0.43" Agequai = OPL? / (E') = 22.46((80){16/12)(13}}(13%) / (1,500,000 x 47.63) = 0.36". Since actual detection is fess than or equal to allowable deflection, joist 's OK, Note that only ve load is used in this calculation. Also, E' = E(C,.), where C,,, = 1.0 in indoar conditions. (6) Girder (lintel) design. First, find governing loads, including consideration of duration of load factor. TRIBUTARY AREA AT ROOF 2 e Cn )= TRIBUTARY BREA AT FLOOR 2 osx Ca) 2 7 Lusret- http://instruct] .cit.cornell edu/courses/arch264/arch264sp06/hw/07-solutions.btml 11/29/2006, Jonathan Ochshom - ARCH 264/564 Homework #7 solutions Page 5 of 5 The following three scenarios should be examined, based on the tributary areas shown above: # D+ L={[20(17.3) + 10.5(8.67)] + [80(8.67)])/ 1.0 = 697 # D+ S=((20(17.3) + 10.5(8.67)] + (95(17.9)} 1.15 = 906.5 © D+ O.75L + 0.75S = (120(17.3) + 10.5(8.67)] + [0.75(90)(8.67)] + [0.75(85)(17.3))) / 115 = 948.5 From this, it can be seen that the governing load is: D + 0.75L + 0.758 = ([20(17.3) + 10.5 (8.87)] + (0.75(30)(8.67)] + [0.75(85)(17.3)} = 1086. The duration of load factor, Cy = 1-18. Draw load, shear, and moment diagrams. i ie tone mole Prone ese” [THT v NES 108691382 (4B FE = 17376 vn Check bending: F, = 950 psi Adjustments: Cp = 1.15 (snow load is load of shortest duration); C, unknown (assume 1.0); [C,, Cj. Cy. C, not applicable for this problem] F, = 950(1.15)(1.0) = 1092.5 psi required S = M/F", = 17,376 / 1092.5 = 15.9 in®; ry a 2x6 with actual S = 7.563 in? so a triple 2x6 has S = 3 x 7.568= 22.7 in?, Since the size factor for @ 2x6, C, = 1.10, the triple 2x6 lintel is OK for bending (a triple 2x4 would be too small Check shear: F, = 75 psi Adjustments: C, = 1.15 (snow load); C= 1.33 (given in problem statement); [C,, not appligable tor this problem] Fy = 75(1.15)(1.93) = 114,7 psi required area, A= 1.5 V/F) 50 OK tor shear. 5 x 1086 / 114.7 = 14.2 in? < actual A = 3x 8.25 = 24.75 in? Check detlection: A,yoyanie = W960 = 4x12 / 960 = 0.133" The moment of inertia for this section, | = bd2/12 = 4.5(5.59)/12 = 62.4 iné (or just multiply tabular value for a single 2x6 by 3; ie., 3 x 20.80 = 62.4 in’) Agerugi = CPL? / (El) = 61 .344(649.125)](4°) / (1,500,000 x 62.4) = 0.027". Since actual de'lection is less than or equal to allowable deflection. lintel is OK for deflection. Note that the load value of 649.125% is for ive and snow load only. i is calculated by considering the value of live and snow load used in the governing load combination, that is: 0.75L + 0.758 = [0.75 (30)(8.67)] + (0.75(85)(17.3)] = 649.1254 hittp://instruct cit.comell.edu/courses/arch264/arch264sp06/hw/07-solutions. html 11/29/2006

Anda mungkin juga menyukai