HALAMAN JUDUL.
MOTTO. ii
KATA PENGANTAR.. iii
DAFTAR ISI...
BAB I
PENDAHULUAN..
BAB II
PEMBAHASAN.
iv
1
2
D. Struktur Kalimat
E. Unsur-Unsur Kalimat
BAB IV
PENUTUP.
A. Simpulan
23
B. Saran.
24
23
DAFTAR PUSTAKA..
BAB I
PENDAHULUAN
Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang penting antara lain
karena dengan perantaraan kalimatlah sesorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara
lengkap dan jelas. Satuan bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai ada tataran kalimat
adalah kata (mis. Tidak) dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kedua bentuk itu, kata
an frasa, tidak dapat mengugkapkan maksud secara lengkap dan jelas, kecuali jika keduanya
sedang berperan sebgai kalimat minor. Untuk dapat berkalimat dengan baik, perlu kita pahami
terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur miimal ubjek (S) dan predikat (P)
dan inntonsinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap engan makna. Intonasi final
kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan titik, tanda tanya, atu tand seru. Penetapan
struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukan kalimat bukanlah semata-semata gabungan
atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk.. lengkap dengan makna
menunjukan sebuah kalimat harus megandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap
maksud penuturnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
B.
1.
Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
Dengan satu ide itu kalimat boleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari satu kesatuan,
bahkan dapat mempertentangkan satu sama lainnya, asalkan ide atau gagasan kalimatnya
tunggal. Penutur tidak boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan
sama sekali ke dalam suatu kalimat.
a.
1) Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit.
(terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal).
2) Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik. (memakai kata depan yang salah
sehingga gagasan kalimat menjadi kacau).
3) Berdasarkan genda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai
baru. (tidak jelas siapa yang memberi pengarahan).
b. Contoh kaimat yang jelas kesatuan gagasannya:
1) Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk membangun gedung sekolah baru.
2) Embangunan sangat berkaitan dengan politik.
3) Berdasarkan agenda, sekretaris manajer personalia akan memberi pengaran kepada pegawai
baru.
2.
Kepaduan (koherensi)
Yang dimaksud koherensi adalah hubungan yan padu antara unsur-unsur pembentuk
kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, klausa, serta tnda baca yang
membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam kalimat.
a. Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren:
1) Kepada setiap pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak
mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas).
2) Saya punya rumah baru saja diperbaiki. (struktur tidak benar/rancu)
3) Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. (unsur S- P-O tidak berkaitan erat)
4) Yang saya sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran daripada itu proyek.
(salah dalam pemakaian kata dan frasa).
b.
1) Setiap penendra mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi.
Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur yang
sam derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat.
Umpamanya dalam sebuah perincian , unsur pertama menggunakan verba, unsur kedua dan
seterusnyajuga verba. Jika bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk berikutnya juga harus
nomina.
b. Contoh kesejajaran atau paralelisme yang salah:
1) Kegiatan di perpustaakan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi
label.
2) Kakakmu menjadi dosen atau pengusaha?
3) Demikianlah agar ibu maklum, dan atas perhatiannya aya ucapkan terimma kasih.
4) Dalam rapt itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu eningkatan mutu produk, memperbanyak waktu
penyiaran ikan dan pemasaran yang lebih gencar.
c.
1) Kegiatan diperpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan katalog dan pelabelan buku.
2) Kakakmu sebagai dosen atau sebagai pengusaha?
3) Demikianlag agar Ibu maklum, dan atas perhatian Ibu saya ucapkan terima kasih.
4) Dalam rapat ini diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatkan mutu produk, meningkatkan
frekuensi iklan dan lebih menggencarkan pemasaran.
4.
Penekanan
Yang dimaksud dengan penekanan adalah suatu perlakuan khusus menonjolkan bagian
kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Cara yang dipakai
untuk memberi perlakuan khusus pada kata-kata tertentu ada beberapa, yaitu:
a.
b.
c.
d.
Contoh penekanan dengan menempatkan kata yang ditonjolkan pada awal kalimat:
1) Pada bulan Desember kita ujian akhis semester. (bukan akhir noember.
2) Kita akan ujiian akhir semester pada bulan Deember. (bukan merreka)
3) Ujian akhir semester kita tempuh pada bulan Deember. (bukn ujn tengah semester)
Contoh penekanan dengan pengulangan kata:
1) Saya senng melihat panorama alam yang indah; saya senang melihat lukisan yang indah; dan
saya juga senang, melihat hasil seni ukir yang indah.
2) Sudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak suka dibodohi.
Contoh penekanan dengan pengontrasan kata kunci:
1) Penduduk desa itu tidak menghendaki bantuan yang berifat sementara, tetapi bantuan yang
bersifat permanen.
Contoh penekna dengn menggunakan partikel penegas:
1)
2)
5.
Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan ialah menghindari pemakaian kata yang tidak perlu.
Hemat tidak bararti harus menghilangkan kata-kata yang dapat memperjelas arti kalimat. Hemat
di sini berarti ekonomis tidak memakai kata-kata mubazir, tidak mengulang-ulang subjek,
tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata-kata, diharapkan
kalimat menjadi padat berisi.
a.
Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri bahwa mahasiswa itu belajar seharian dari
pagi sampai petang.
2) Dalam pertemuan yang mana hadir di sana Wakil Gubernur DKI dilakukan suatu perundingan
yang membicarakan perparkiran.
3) Manajer itu dengan segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan direkturnya.
4) Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang memuaskan, Anda harus belajar dengan
sebaik-baiknya.
b.
2)
Dalam pertemuan yang dihadiri Waki Gubernur DKI dilakukan perundingan tentang
perparkiran.
Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari
kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat)
Contoh:
1) Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
2) Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
3)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
4) Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
1) Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anakanak terlantar. (salah)
2) Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anakanak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d.
C.
2.
Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan
yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
D.
Struktur Kalimat
Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab
kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar
tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kestuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya
rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang
salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang
terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas
dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang
sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya
akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menuis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu
terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata
yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang
sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural
pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini
tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.
E.
Unsur-Unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang daam buku-buku tata bahasa Indonesia lama
lazim disebut jabata kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat
(P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurangkurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap,
dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau
dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain
memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status,
ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah
sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas
verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh
berikut:
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e. Kucingku belang tiga.
f. Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada kalimat
(a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b)
memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana
putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang
tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)
memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak
Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk
pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a.
2. Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal,
suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis
kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh
sebagai berikut ini:
a.
b.
c.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau
ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada
contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun
ada, jawaban itu terasa tidak logis.
3. Objek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif,
yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
a.
Nurul menimang
b. Arsitek merancang
c.
a.
Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c.
Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan
contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya
dipasifkan.
a.
a.
Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila, jika
hendak dipasifkan ternyata yang bias hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O.
Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bias dipindah ke depan menjadi S dalam
kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan
frasa nominal, Pel dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional. Di samping itu,
letak Pel tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah
di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah
beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a.
5. Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya
bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal,
frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket daam kalimat. Para ahli membagi
keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada
tabel di bawah ini.
Contoh Pemakaian
di kamar, di kota
ke
ke Medan, ke rumahnya
dari
(di) dalam
pada
-
pada
dalam
se-
sebelum
sebelum pukul 12
sesdah
sesudah makan
selama
selama bekerja
sepanjang
dengan
supaya
sepanjang hari
dengan gunting, dengan mobil
supaya/agar kamu pintar
untuk
untuk kemerdekaan
bagi
demi
secara
demi kekasihmu
secara hati-hati
dengan cara
dengan jalan
seperti
bagaikan
Penyebaban
laksana
karena
Penyerta
sebab
dengan
sebab kecerobohannya
dengan adiknya
bersama
beserta
beserta saudaranya
2. Waktu
Alat
4. Tujuan
Cara
Kesalingan
Similatif
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap
seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
Ciri-ciri kalimat efektif:
1.
Kesatuan
2.
Kepaduan
3.
Keparalelan
4.
Ketepatan
5.
Kehematan
6.
Kelogisan
7.
Ketegasan
B.
1.
Subjek
2.
Predikat
3.
Objek
4.
Pelengkap
5.
Keterangan
Saran
atau pembaca
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan bena tentang bahasa indnesia
yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar teradi
komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.
2. Bagi calon pendidik
Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama
mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi
kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik.
3. Bagi lembaga sekolah
Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap
penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Daftar Pustaka
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.