Dampak Pabrik Rokok
Dampak Pabrik Rokok
RINGKASAN / PENGANTAR
Dampak lingkungan kegiatan pabrik rokok merupakan pengaruh atau akibat
berbagai kegiatan pabrik rokok terhadap lingkungan hidup. Lingkungan hidup
terdiri dari lingkungan fisik kimia, lingkungan biologi, lingkungan sosial-ekonomi,
dan sosial-budaya.
Kegiatan penimbul dampak lingkungan pada pabrik rokok antara lain adalah
kegiatan pengolahan tembakau dan cengkeh; kegiatan pencampuran tembakau,
cengkeh, dan saos; serta kegiatan pengepakan rokok.
Dampak lingkungan fisik kimia antara lain meliputi : penurunan kualitas udara,
peningkatan kebisingan, timbulnya bau, penurunan kualitas air, timbulan
sampah, dan sebagainya.
Dampak lingkungan biologi antara lain meliputi : gangguan terhadap biota darat
(flora darat dan fauna darat), gangguan terhadap biota air (plankton, benthos,
ikan).
Dampak lingkungan sosial-ekonomi dan sosial-budaya antara lain meliputi :
kesempatan kerja, peluang berusaha, matapencaharian, pendapatan,
pendapatan asli daerah, penurunan tingkat kenyamanan masyarakat, adanya
persepsi positif dan negatif masyarakat, dan sebagainya.
Dengan adanya dampak kegiatan pabrik rokok tersebut terhadap lingkungan,
maka perlu dilakukan pengelolaan lingkungan, sehingga dampak-dampak
terhadap lingkungan hidup yang diakibatkan oleh kegiatan pabrik rokok dapat
dikurangi / dieliminir. Dengan demikian pembangunan yang berkelanjutan
diharapkan dapat tercapai.
*) Disampaikan dalam rangka Kegiatan Penyuluhan Dampak Lingkungan Kegiatan Pabrik Rokok
pada Masyarakat di Sekitar Pabrik Rokok, di Kabupaten Pati, 25 Juni 2009
**) Staf. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia dan Staf. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup
(PPLH) Lembaga Penelitian (Lemlit), Universitas Diponegoro, Semarang
PENDAHULUAN
1
pabrik
rokok
tentunya
dapat menimbulkan
dampak terhadap
penurunan
daya
dukung
lingkungan
sampai
ke
tingkat
PENGERTIAN - PENGERTIAN
Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda termasuk
di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusi dan makhluk hidup lainnya.
Dampak Lingkungan merupakan pengaruh atau akibat kegiatan terhadap
terhadap lingkungan hidup. Komponen lingkungan hidup terdiri dari lingkungan
fisik kimia, lingkungan biologi, lingkungan social-ekonomi, dan sosial-budaya.
Limbah merupakan buangan yang sampai saat ini belum dapat dimanfaatkan
secara teknis dan ekonomis. Bila suatu saat limbah tersebut dapat dimanfaatkan
secara teknis dan ekonomis, maka buangan tersebut sudah tidak dapat lagi
dikatakan sebagai limbah. Limbah terdiri dari limbah padat, limbah cair, limbah
gas, bau dan bising.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya secara terpadu dalam
pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan,
Sumber
utama
dampak
lingkungan
adalah
kegiatan
pengolahan
dan
berupa
sediaan
jadi
dari
supplier.
Bahan
tersebut
kemudian
making process untuk di proses menjadi rokok. Produksi rokok yang telah
dihasilkan selanjutnya dimasukkan ke cigarette packaging process, sehingga
dihasilkan rokok dalam kemasan. Rokok dalam kemasan kemudian dikemas lagi
dalam dalam kardus-kardus dan selanjutnya dimasukkan ke dalam gudang
penyimpanan produk (warehouse).
Bahan yang digunakan dalam secondary process adalah tembakau finished
blend, filter, kertas dan lem serta material kemasan. Bahan-bahan tersebut
(tembakau finished blend, filter, kertas dan lem) selanjutnya masuk ke cigarette
making process untuk di proses menjadi rokok. Produksi rokok yang telah
dihasilkan selanjutnya dimasukkan ke cigarette packaging process, sehingga
dihasilkan rokok dalam kemasan. Rokok dalam kemasan kemudian dikemas lagi
dalam dalam kardus-kardus dan selanjutnya dimasukkan ke dalam gudang
penyimpanan produk (warehouse)
penurunan
tingkat
kenyamanan,
persepsi
positif
dan
negatif
masyarakat.
Kesempatan kerja disebabkan oleh adanya penggunaan tenaga kerja pada
kegiatan pabrik rokok. Peluang berusaha seperti warungan jasa kos-kosan
disebabkan
oleh
adanya
tenaga
kerja
yang
ada.
Demikian
pula
institusional
merupakan
upaya
pendekatan
pengelolaan
LIMBAH CAIR
Oli bekas:
Oli bekas diserahkan ke pihak ke-3 yang berwenang untuk didaur ulang.
Air Limbah:
Dasar pengelolaan air limbah adalah minimisasi jumlah (debit) air limbah dan
kualitas (kandungan pencemar) mulai dari sumbernya dan untuk lebih
menerapkan
pengelolaan
akhir
yang
efektif
dan
efisien.
Keberhasilan
penerapan produksi bersih sejak dari hulu memegang peran penting pada
proses pengolahan akhir dari air limbah.
Pengolahan akhir merupakan kombinasi antara pengolahan fisika-kimia dan
biologi; yang meliputi:
10
Pengolahan fisik-kimia:
Merupakan proses awal pengolahan air limbah yang berasal dari cucian dan
proses produksi yang bertujuan untuk mengurangi beban pada pengolahan
biologis, meliputi:
o Proses fisik : proses penyaringan partikel bahan padat/ partikulat yang
terikut dalam air limbah.
o Proses pengendapan awal dan pengaturan pH : merupakan proses
pengendapan padatan tersuspensi dengan penambahan kapur (CaO);
sekaligus sebagai proses pengaturan pH (diatur sekitar 7), agar proses
biologis dapat berjalan dengan baik.
Pengolahan biologis:
Merupakan inti dari proses pengolahan air limbah untuk mengurai kandungan
organik menggunakan mikroba yang butuh oksigen. Mikroba tersebut dapat
menguraikan kandungan organik dalam air limbah sehingga kadar pencemar
dalam air limbah menjadi menurun.
11
WASTE WATER
Screen
Collecting Tank
(80 m3)
Pre-Sedimentasi
(30 m3)
Cair
Bio Reaktor 0
(700 m3)
Bio Reaktor 1
(600 m3)
Return
sludge
Padat
Bio Reaktor 2
(300 m3)
Sedimentasi
(175 m3)
Padat
Thickener
(80 m3)
Cair
Padat
Penjernihan
(175 m3)
Cair
Filter Press
(1m3/press)
Kolam Ikan
PENGOMPOSAN
SUNGAI
12
LIMBAH KE UDARA
o Debu organik (dari dan di dalam proses produksi)
o Emisi udara dari cerobong boiler dan genset.
Debu organik berasal dari berbagai aktivitas dari penyiapan bahan baku
(cengkeh dan tembakau), proses pemotongan/ rajang, pencampuran/ blending
sampai proses linting. Pengelolaan yang diterapkan terutama:
o Minimisasi timbulan debu seperti mengganti proses pembersihan dengan
sistem sedot/ isap debu sebagai pengganti sistem penyemprotan dengan
udara tekan.
o Melokalisir/ mengisolasi aktivitas dengan timbulan debu tinggi untuk
mencegah penyebaran ke area/ lingkungan sekitar.
Pengelolaan emisi udara dari sumber kegiatan ini dititik beratkan pada
pemilihan peralatan yang hemat energi, kinerja pembakaran yang baik,
melewatkan emisi udara pada cerobong yang cukup tinggi, dan perawatan
mesin-mesin secara berkala.
KEBISINGAN :
Sistem pengelolaan yang diterapkan:
o Pemilihan peralatan yang cenderung lebih tenang.
o Program perawatan berkala terhadap mesin-mesin yang berpotensi
menimbulkan kebisingan,
o Mengisolasi sumber kebisingan sehingga getaran dan suara bising tidak
menyebar ke luar,
o Pengurangan
intensitas
kebisingan
terhadap
operator
dengan
penggunaan APD (ear plug atau ear muff) tergantung tingkat penurunan
kebisingan yang hendak dicapai.
o Menerapkan daerah penyangga/ buffer zone terhadap pemukiman
penduduk sekitar untuk daerah dengan tingkat kebisingan yang masih
relatif tinggi
o Melakukan penghijauan di sekeliling pabrik sebagai peredam bunyi/
suara ke lingkungan di luar kegiatan/ masyarakat.
13
BAU :
Pada dasarnya bau adalah indikasi adanya kandungan zat kimia di udara. Bau
bisa didapati di proses produksi (bahan baku (cengkeh, tembakau), saos,
rempah-rempah, flavor, essence, dlsb.), dari septic tank (H2S), di bak/ tempat
sampah/ penimbunan sampah domestik (pembusukan anaerobik) di pengolahan
limbah (pembusukan lumpur/ biomass), diproses pengomposan (terlalu basah
dan terjadi pembusukan anaerobik)
Sistem pengelolaan bau lebih terfokus pada cara pencegahan dan minimisasi
terjadi/ timbulnya proses ke-bau-an (emisi bahan kimia yang tidak diharapkan ke
udara) terutama akibat kegiatan operasional pengelolaan limbah dan/ atau
akibat proses pembusukan secara anaerobik dan tidak terkontrol. Kegiatan
operasional dilakukan berdasarkan penerapan ProTap/ SOP. Proses lanjutan
adalah penanaman pohon di sekeliling operasional kegiatan sebagai zona
peredam bau.
Penanaman pohon/ penghijauan di dalam dan di sekeliling areal pabrik
merupakan salah satu langkah penanggulangan dan cara kompensasi
(exchange) langsung (in-situ) terhadap kontribusi pencemaran udara akibat
kegiatan operasional. Jenis dan jumlah pepohonan serta lokasi penempatannya
dapat dikorelasikan berdasarkan perhitungan teoritis antara rencana total
(kapasitas maksimal) produksi, specific emisi per-unit product dan daya serap
specifik per unit pohon. Disamping itu, kepatuhan terhadap angka KDB
(koefisien dasar bangunan), yaitu rasio bangunan dan lahan terbuka hijau
dengan keberadaan pohon penyerap emisi tsb sekaligus meningkatkan daya
serap air tanah di sekeliling lokasi kegiatan. Namun, berdasarkan aktivitas
kegiatan yang multi fungsi dan relative besar kalkulasi kompensasi tsb
umumnya menunjukkan defisiensi pada penyerapan atau masih terjadi kelebihan
emisi yang belum terkompensasi. Mengingat emisi adalah masalah global
(terutama CO2/ gas rumah kaca pemicu efek pemanasan global) yang tidak
mengenal batas wilayah, maka kegiatan pertukaran emisi dapat diperluas/
ditingkatkan dengan mendukung program penghijauan di wilayah lain (ex-situ
program).
14
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa identifikasi sumber dampak, dampak
yang dtimbulkan, dan pengelolaan lingkungan merupakan hal yang penting
(kata kunci) di dalam pelestarian lingkungan, sehingga dapat tercipta suatu
pembangunan yang berkelanjutan. Adapun pendekatan pengelolaan yang
dilakukan meliputi : pendekatan teknologi, sosial-ekonomi, dan insitusional.
Dengan mengetahui, mendalami dan memahami tentang metoda pengelolaan
dan pemantauan lingkungan, maka diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta
dan dapat diimplementasikan di daerah masing-masing, sehingga diharapkan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan dapat berjalan secara lebih terarah,
efektif, dan efisien.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Corbitt, R.A.1990. Standard Hanbook Of Environmental Engineering.
McGraw Hill. Inc. New York.
2. Canter, L.W., 1977. Environmental Impact Assessment, McGraw- Hill,
New York.
3. PT. Djarum Kudus.2007. Manajemen Pengelolaan Limbah, Kudus
4. Manohar, S.N.,1985., Tall Chimneys Design and Construction, Tata Mc-Graw
Hill Publishing Company Limited, New York.
5. Metcalf and Eddy. 1979. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal,
Reuse. 2nd Edition. McGraw Hill Series Water Resources
and Environmental Engineering, New York.
6. Nugroho, A. 1997. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Lanjut Bagian I.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro, Semarang.
7. Perkins, H.C., 1974. Air Pollution, International Student Edition,
Hill Kogakusha, Ltd, Tokyo
McGraw -
16