NAMA MAHASISWA :
FARIZA NUR AMALINA
NIM :
155060501111006
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
STUDI KASUS KEBAKARAN PABRIK ALUMINIUM TANGERANG
Pada hari Kamis 6 Oktober 2018 terjadi kebakaran di pabrik milik PT Alumunium
Indonesia di kawasan Pergudangan Manis, Curug, Tangerang. Peristiwa kebakaran itu
berawal saat manajemen pabrik meminta Triyono (41), Salimi (60) beserta dua karyawan
lainnya yakni Ari dan Amin, untuk merenovasi sekaligus membetulkan sebuah gudang
kosong di pabrik tersebut. Kebakaran tersebut terjadi akibat kegiatan pengelasan tiang
didalam pabrik. Percikan api las mengenai gulungan alumunium yang akan digunakan
sebagai bahan pembuat alumunium foil di dekat lokasi pengelasan.
Akibat dari kejadian ini, seorang pekerja yang bertugas melakukan pengelasan tiang
bernama Triyono (41) tewas didekat kompresor las yang ia gunakan dan satu lainnya
bernama Salimi (60) meninggal di RS Arya Medika Jatiuwung, Tangerang. Selain dua korban
tewas, kebakaran ini juga mengakibatkan tiga orang pekerja, yaitu Salinitas (60), Ari (25) dan
Amin (30) luka-luka. Triyono tewas karena kobaran api dan tertimbun reruntuhan yang
diakibatkan oleh hancurnya bagian atap oleh api tersebut.
Pemadaman api oleh petugas pemadam kebakaran
Sumber : youtube BeritaSatuTV
Pemadaman memakan waktu yang lama karena adanya bahan-bahan yang mudah
terbakar dalam bangunan. Menurut salah satu petugas pemadam kebakaran bernama Darda
Khadafi, tumpukan alumunium yang terbakar apabila disiram air akan dapat menyebabkan
ledakan sehingga perlu diberikan teepol, yaitu sejenis cairan pembersih yang dapat mengikat
oksigen. Cairan tersebut akan disemprotkan kebagian atap bangunan sehingga dapat
menghalau oksigen keluar dan masuk untuk meredakan api.
Dalam buku manajemen risiko kebakaran yang dikeluarkan oleh International Labour
Office Jakarta, terdapat tiga persyaratan dasar kebakaran bisa terjadi dan semakin membesar:
a. Adanya bahan bakar atau bahan yang mudah terbakar;
b. Adanya sumber pemantik api; dan
c. Adanya oksigen di udara untuk mendukung pembakaran
Pada kasus kebakaran PT. Alumunium Indonesia, dua persyaratan pertama adalah
penyebab utama terjadinya kebakaran dan diperparah dengan adanya oksigen di udara yang
lalu dapat dicegah menggunakan cairan teepol. Untuk memadamkan api, teepol dengan basis
air dan umumnya mengandung surfaktan berbasis hidrokarbon seperti sulfat sodium alkyl,
fluoro surfactant seperti : fluorotelomers, asam perfluorooctanoic (PFOA), dan asam
perfluorooctanesulfonic (PFOS).
Urutan kejadian yang dapat menyebabkan kebakaran besar dapat mencakup hal-hal
berikut:
a. penumpukan bahan yang mudah terbakar di tempat kerja;
b. pengadaan sumber pemantik api secara tidak disengaja;
c. ketidakmampuan mendeteksi adanya kebakaran dengan cepat; dan
d. ketidakmampuan mengendalikan kebakaran dan memadamkannya.