Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS TERJADINYA LEDAKAN DI PABRIK PETROKIMIA GRESIK

AKIBAT KEBOCORAN TANGKI GAS AMONIAK

Bety Itsnawati (D500220049), Selgi Rahma Setya (D500220082)


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstrak
PT Petrokimia Gresik merupakan pabrik pupuk terlengkap di Indonesia, yang pada
awal berdirinya disebut Proyek Petrokimia Surabaya. Selain pupuk, PT Petrokimia
Gresik juga menghasilkan produk-produk kimia untuk kepentingan berbagai
industri. Diantaranya adalah Amoniak, Asam Sulfat, Asam Fosfat, Cement
Retarder, Aluminium Flourida, CO2 cair, Dry Ice, Asam Chlorida, Oksigen,
Nitrogen, Hidrogen, dan Gypsum. Ledakan dapat menghasilkan suatu
kebakaran,begitu juga sebaliknya kebakaran dapat menghasilkan suatu ledakan.
Perbedaan antara ledakan dan kebakaran berada pada rate of energy realease dimana
ledakan melepaskan energinya secara tajam dan kebakaran melepaskan energynya
secara perlahan. Tiga unsur utama dari kebakaran atau ledakan ialah panas, material
dan oksigen. Dalam tulisan ini penulis akan mempelajari faktor-faktor utama
penyebabnya suatu ledakan dan akan mencari upaya untuk mencegah agar ledakan
tidak terjadi serta upaya dalam mengatasi suatu ledakan itu sendiri. Hasil penelitian
menunjukan bahwa faktor penyebab terjadinya ledakan adalah adanya buruh atau
pekerja galangan yang kurang peduli dengan keselamatan dan keamanan area
dimana mereka bekerja, adanya sisa muatan yang tersisa di dalam tangki, serta
kurangnya pengawasan selama bekerja. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya ledakan ialah dengan cara pemberian pengawasan secara lebih
kepada parapekerja.

Kata kunci : amonia, ledakan

I. Pendahuluan
PT Petrokimia Gresik merupakan pabrik pupuk terlengkap di Indonesia,
yang pada awal berdirinya disebut Proyek Petrokimia Surabaya. Selain pupuk,
PT Petrokimia Gresik juga menghasilkan produk-produk kimia untuk
kepentingan berbagai industri. Diantaranya adalah Amoniak, Asam Sulfat,
Asam Fosfat, Cement Retarder, Aluminium Flourida, CO2 cair, Dry Ice,
Asam Chlorida, Oksigen, Nitrogen, Hidrogen, dan Gypsum.
Pada tahun 2001, tangki gas amoniak PT Petrokimia Gresik pernah bocor
yang menyebabkan 40 warga dirawat di rumah sakit. Pada tahun 2004,
ledakan terjadi di PT Petrowidada, perusahaan patungan antara PT Petrokimia
Gresik, Daewoo Corporation, PT Justus Corporation, dan PT Eterindo
Wahanatama. Ledakan ini menyebabkan ribuan warga diungsikan, puluhan
luka dan 2 orang tewas.
Amonia merupakan bahan kimia termasuk dalam kategori bahan berbahaya
dan beracun, bersifat korosif dan menimbulkan luka bakar yang dapat
menyebabkan iritasi dan luka pada jaringan halus seperti hidung, trakea, paru-
paru dan bagian tubuh lain yang terpapar (Asfahl, 1999; Plog dan Quinlan,
2002). Iritasi dapat terjadi pada mata, kulit, hidung dan saluran pernafasan
atas. Pemaparan kronis dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi paru-
paru. Pemaparan akut dapat menyebabkan mata meradang sampai kebutaan
dan menyebabkan kejang otot dan mempengaruhi sistem saraf (White, 1971;
Bai et al., 2006).
Ledakan dapat menghasilkan suatu kebakaran,begitu juga sebaliknya
kebakaran dapat menghasilkan suatu ledakan. Perbedaan antara ledakan dan
kebakaran berada pada rate of energy realease dimana ledakan melepaskan
energinya secara tajam dan kebakaran melepaskan energynya secara perlahan.
Tiga unsur utama dari kebakaran atau ledakan ialah panas, material dan
oksigen.
Risiko kebakaran dan ledakan tidak bisa dihindari karena PT Petrokimia
Gresik selalu berhadapan dengan material berbahaya tersebut. Mengacu dari
Center for Chemical Process Safety (CCPS), bahaya didefinisikan sebagai
karakteristik fisik atau kimia yang berpotensi untuk menyebabkan kerugian
baik dari sisi pekerja, lingkungan dan properti (Crowl, 1996).
Dalam menghadapi ancaman risiko kebakaran dan ledakan di tempat kerja,
setiap perusahaan di Indonesia wajib untuk mencegah, mengurangi dan
memadamkan, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja
(Kepmennaker, 1999).
Tujuan dalam tulisan ini yaitu mempelajari faktor-faktor utama penyebab
suatu ledakan dan akan mencari upaya untuk mencegah agar ledakan tidak
terjadi serta upaya dalam mengatasi suatu ledakan itu sendiri.

II. Metode
Metode pada artikel ini menggunakan studi pustaka (library research) yaitu
metode dengan pengumpulan data dengan cara memahami dan mempelajari
teori-teori dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian
tersebut. Bahan pustaka yang didapat dari berbagai referensi tersebut
dianalisis secara kritis dan harus mendalam agar dapat mendukung proposisi
dan gagasannya.

III. Pembahasan
Amonia memiliki titik didih normal -33˚C pada tekanan atmosfer. Untuk
memudahkan dalam penanganannya, amonia disimpan di dalam tangki dalam
kondisi cair. Prinsip dasar penyimpanan adalah menjaga tekanan dalam tangki
agar amonia tetap dalam kondisi cair. Untuk menjaga tekanan tangki
dilengkapi compressor refrigerant, evaporator, pressure safety valve,
incinerator, emergency main valve. Tangki dipertahankan dalam kondisi
keseimbangan melalui panas yang masuk. Panas tersebut untuk proses
evaporasi (menguapkan ammonia). Uap yang terbentuk terus menerus akan
dapat menaikan tekanan tangki yang bisa membahayakan jika tidak terkontrol.
Uap yang terbentuk akan mengalami proses pengembunan melalui sistem
refrigerasi.
Pelepasan amonia dari tangki penyimpanan memiliki potensi bahaya bagi
pekerja dan manusia di lingkungan sekitar (Bhattercharjee et al., 2012).
Amonia cair mudah terlepas ke lingkungan karena dapat berubah menjadi gas
pada temperatur ruang (Jie et al., 2014; Roy et al., 2011).
Pencegahan pelepasan amonia perlu dilakukan untuk keselamatan dan
kesehatan pekerja dan masyarakat sekitar serta untuk mencegah terjadinya
kerugian material. Pencegahan dapat dilakukan apabila telah didapatkan
kemungkinan penyebabnya. Penyebab kebocoran tangki harus dilihat secara
keselurahan pada sistem penyimpanan. Sistem penyimpanan tangki dilengkapi
dengan beberapa peralatan yang saling mendukung. Apabila terjadi kegagalan
pada peralatan maka dapat menimbulkan terjadinya kebocoran (Asfahl, 1999).
Sistem penyimpanan amonia berdasarkan kondisi operasi untuk menjaga
amonia tetap berada dalam kondisi cair. Menurut Roy et al., (2011)
penyimpanan amonia terdiri dari tiga metode yaitu (1) penyimpanan
bertekanan dengan temperatur ambien (2) penyimpanan atmospheric pada
suhu -33oC (3) penyimpanan tertutup dengan tekanan hingga 0oC.
Analisis terjadinya ledakan di pabrik petrokimia Gresik akan melibatkan
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan. Berikut adalah beberapa poin
yang dapat menjadi dasar untuk menganalisis kemungkinan terjadinya ledakan
tersebut:
1. Penyebab Ledakan : Dalam menganalisis kejadian ledakan di pabrik
petrokimia, faktor penyebab utama harus ditelusuri. Beberapa
kemungkinan penyebab meliputi:
a. Kegagalan Sistem Keamanan: Ledakan mungkin terjadi karena
kegagalan sistem keamanan yang berfungsi untuk mencegah risiko
ledakan, seperti kebocoran bahan kimia atau tekanan yang tidak
terkendali.
b. Kesalahan Manusia: Kesalahan manusia, baik dalam perencanaan,
pelaksanaan, atau pemeliharaan pabrik, bisa menjadi faktor yang
memicu ledakan.
c. Kontaminasi Bahan Kimia: Jika terjadi campuran bahan kimia yang
tidak sesuai atau kontaminasi pada tahap produksi, itu dapat
menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan dan ledakan.
2. Inspeksi dan Pemeliharaan Rutin: Penting untuk mengevaluasi sejauh
mana inspeksi dan pemeliharaan rutin telah dilakukan di pabrik tersebut.
Sistem pemantauan, pemeliharaan peralatan, dan pelatihan personel harus
diperiksa untuk memastikan kepatuhan terhadap standar keamanan yang
tepat.
3. Penerapan Standar Keselamatan: Penting untuk meninjau apakah pabrik
telah mengikuti standar keselamatan industri yang sesuai. Hal ini
mencakup prosedur operasional standar yang jelas, pelatihan pegawai,
penggunaan peralatan pengaman, dan sistem pemadaman kebakaran yang
memadai.
4. Pengelolaan Risiko: Pabrik harus memiliki sistem pengelolaan risiko
yang efektif untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengurangi
potensi bahaya dalam operasionalnya. Evaluasi risiko secara teratur dan
perbaikan berkelanjutan juga penting untuk mencegah ledakan.
5. Kebijakan Lingkungan: Lingkungan juga harus diperhatikan dalam
analisis ini. Pabrik petrokimia harus mematuhi peraturan lingkungan yang
berlaku dan memiliki kebijakan yang ketat terkait pembuangan limbah
dan pengendalian polusi.
Namun, perlu dicatat bahwa analisis yang lebih mendalam dan informasi
yang lebih aktual dari pihak berwenang terkait diperlukan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih lengkap tentang penyebab pasti dan faktor yang
mempengaruhi terjadinya ledakan di pabrik petrokimia Gresik.
Pencegahan bahaya ledakan bisa dilakukan untuk setiap penyebab ledakan.
Bahan atau aktivitas yang berisiko menjadi penyebab ledakan harus mendapat
perhatian yang lebih. Peralatan dan mesin perlu dioperasikan sesuai dengan
aturan. Pekerja juga perlu mendapatkan pelatihan tak hanya tentang
pekerjaannya tapi juga tentang K3 termasuk bahaya ledakan. Kelalaian
manusia di pabrik dengan risiko kebakaran tinggi bisa memicu timbulnya
bencana. Sistem proteksi ledakan di pabrik juga harus dikelola dengan baik
mulai dari perencanaan sampai perawatannya. Pemasangan alat-alat untuk
sistem proteksi ledakan perlu dilakukan secara profesional. Adanya sistem
proteksi ledakan ini bisa meminimalkan kerugian akibat ledakan. Pekerja juga
harus diberi pelatihan tentang bagaimana pengoperasian alat proteksi ledakan
tersebut.

IV. Kesimpulan
Risiko kebocoran tangki memberikan dampak dengan skala besar karena
dapat mencemari lingkungan kerja pabrik dan lingkungan sekitar
(permukiman). Risiko yang paling buruk yaitu terjadi ledakan atau kebakaran
yang dapat mengakibatkan banyak korban jiwa. Dengan adanya pengendalian
bahaya kebakaran dan ledakan yang sudah diterapkan secara baik dan
simultan, risiko tersebut bisa diminimalisir sampai pada tingkat yang bisa
diterima.

V. Daftar Pustaka
Wahyudi Pratama,P,S.,M.Fadil,B,.Madinatul,A. Manajemen Getaran Dampak
Peledakan Terhadap Bangunan Pada Tambang Terbuka. Indonesian Mining
Professionals Jounal 4(1).
Apriani,M.,Ahmad,R.,Agung,N.Analisisi Resiko Kegagalan dan Basic Cause
Kebocoran Pada Tangki Penyimpanan Amonia.Progam Studi Teknik
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja,Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Jurnal Purifikasi 16(2).
Emilia,R,S,D.,Eko,E.,Suparmono.Efektifitas Sistem Akuaponik Dalam
Mereduksi Konsentrasi Amonia Pada Sistem Budidaya Ikan. E-Jurnal
Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan 3(1).
Fitri,N.,Eko,E.,Qadar,H. Reduksi Amonia Pada Sistem Resirkulasi Dengan
Penggunaan Filter Yan Berbeda. e- Jurnal Rekayasa Dan Teknologi
Budidaya Perairan 4(1).

Anda mungkin juga menyukai