Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Istilah ikatan kimia( antara dua atom atau lebih ) muncul oleh karena

bergabungnya atom-atom yang bersangkutan dalam membentuk senyawa;


gagasan pembentukan ikatan ini umumnya diarahkan pada pembentukan
konfigurasi elektronik yang lebih stabil. Sampai saat ini, konfigurasi elektronik
atau unsur-unsur gas mulia dianggap sebagai ukuran kestabilan suatu senyawa
karena relatif terhadap atom atau unsur-unsur lain, gas mulia jauh lebih sukar
bergabung dengan atom unsur lain(meskipun akhir-akhir ini telah ditemukan
beberapa senyawa gas mulia). Sifat kestabilan kelompok gas mulia tercermin pada
harga energi ionisasi yang sangat tinggi (tertinggi dalam periode) dan afinitas
elektronnya yang sangat rendah (terendah dalam periode).
Dibandingkan dengan konfigurasi elektronik atom unsur-unsur gas mulia,
unsur-unsur golongan utama atau representatif (s dan p) hanya berbeda dalam hal
banyaknya elektron valensi saja. Oleh karena itu terbentuknya senyawa untuk
unsur-unsur ini berkaitan erat dengan peran elektron valensi ( untuk golongan
unsur-unsur d dan f memerlukan pembahsan sendiri ).
Secara ekstrem ada dua cara untuk memenuhi terbentuknya konfigurasi
elektronik gas mulia yaitu pertama dengan cara serah terima (tranfer) elektron
valensi dan kedua dengan cara kepemilikan bersama pasangan elektron sekutu
(sharing) dari elektron valensi atom-atom penyusunnya. Cara pertama
menghasilkan ion positif (kation) bagi atom yang melepas elektron dan ion negatif
(anion) bagi atom yang menerima elektron : dengan demikian ikatan yang terjadi
antara keduanya yaitu ikatan ionik berupa gaya-gaya elektrostatik. Cara kedua
menghasilkan ikatan kovalen yang berupa pasangan-pasangan elektron sekutu
yang menjadi milik bersama antara atom-atom yang terlibat. Dalam banyak
contoh, adanya kedua jenis ikatan ini dapat diidentifikasi secara tegas, namun

dalam beberapa kasus berupa transisi antara keduanya, artinya tidak lagi dapat
ditegaskan secara ikatan ionik 100% murni maupun ikatan kovalen 100% murni.

1.2

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana pembentukan orbital molekul dan sifat umum orbital
molekul ?
2. Apa yang dimaksud dengan kepolaran ikatan dan momen dwikutub
elektrik ?
3. Bagaimana cara terbentuknya molekul hibrida ?
4. Bagaimana delokalisasi orbital molekul ?
5. Bagaimana orbital molekul dalam molekul dwiatom ?

1.3

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui pembentukan orbital molekul dan sifat umum
2.
3.
4.
5.

1.4

orbital molekul ?
Untuk mengetahui kepolaran ikatan dan momen dwikutub elektrik ?
Untuk mengetahui cara terbentuknya molekul hibrida ?
Untuk mengetahui delokalisasi orbital molekul ?
Untuk mengetahui orbital molekul dalam molekul dwiatom ?

Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi

kepada pembaca mengenai masalah yang dikaji.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Teori Orbital Molekul


Pembentukan ikatan kovalen dapat dijelaskan menggunakan dua teori yaitu

teori ikatan valensi dan teori orbital molekul. Berdasarkan teori ikatan valensi,
ikatan kovalen dapat terbentuk jika terjadi tumpang tindih orbital valensi dari
atom yang berikatan. Orbital valensi merupakan orbital terluar dari suatu atom
dan merupakan tempat terletaknya elektron valensi. Orbital valensi inilah yang
digunakan pada pembentukan ikatan kimia.
Dua atom yang saling mendekati masing-masing memiliki orbital valensi
dan satu elektron. Orbital valensi ini saling tumpang tindih sehingga elektron yang
terletak pada masing-masing orbital valensi saling berpasangan. Sesuai larangan
Pauli maka kedua elektron yang berpasangan tersebut harus memiliki spin yang
berlawanan karena berada pada satu orbital. Dua buah elektron ditarik oleh inti
masing-masing atom sehingga terbentuk ikatan kovalen. Untuk penjelasan
selanjutnya orbital valensi disebut orbital saja. Orbital dari dua buah atom yang
salng tumpah tindih harus memiliki tingkat energi yang sama atau perbedaan
tingkat energinya.
Perkembangan teori orbital molekuler (Moleculer Orbital Theory-MOT)
pada mulanya dipelopori oleh Hunddan Mulliken. Teori Orbital Molekular
mengandaikan bahwa apabila dua atom atau lebih bergabung membentuk suatu
senyawa, maka senyawa ini tidak lagi memiliki sifat orbital atomik secara
individual,

melainkan

membentuk

orbital

molekular

baru.

Orbital

molekul adalah orbital-orbital dari dua atom yang saling tumpang tindih agar
dapat menghasilkan ikatan kovalen. Bila dua atom yang bergabung masing
masing menyediakan satu orbital atomik maka dihasilkan dua orbital molecular,
salah satu merupakan kombinasi jumlah kedua orbital atomic yang saling
menguatkan dan lainnya kombinasi kurangan yang saling meniadakan.
. Sebagian dari orbital molekul mempunyai energi yang lebih besar
daripada energi orbital atom. Hal tersebut dikarenakan terbentuknya orbital dari

orbital

molekul

pengikatan

(bonding)

dan

orbital

molekul

antiikatan

(antibonding). Orbital molekular ikat yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat
terpusat mendekat pada daerah antara kedua inti atom yang bergabung dan
menghasilkan situasi yang lebih stabil. Orbital molekular antiikat (antibonding)
yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat terpusat menjauh dari daerah antara inti
atom yang bergabung dan menghasilkan situasi kurang stabil. Jika pada daerah
tumpang-tindih ada orbital atonik yang tidak bereaksi dalam pembentukan ikatan,
orbital ikatan yang dihasilkan disebut orbital nonikat (nonbonding).

(a)

(b)

Gambar 1 : (a) orbital ikatan (b) orbital anti ikatan


2.2. Pembentukan orbital molekul
Dalam

pembentukan

molekul,

orbital

atom

bertumpang

tindih

menghasilkan orbital molekul yakni fungsi gelombang elektron dalam molekul.


Kondisi pembentukan orbital molekul ikatan adalah sebagai berikut :
(1) Cuping orbital atom penyusunnya cocok untuk tumpang tindih.
(2) Tanda positif atau negatif cuping yang bertumpang tindih sama.
(3) Tingkat energi orbital-orbital atomnya dekat.
Kasus paling sederhana adalah orbital molekul yang dibentuk dari orbital
atom A dan B . Orbital molekul ikatan dibentuk antara A dan B bila syarat-syarat
di atas dipenuhi, tetapi bila tanda salah satu orbital atom berbeda (syarat no 2
tidak dipenuhi) maka orbital molekul anti ikatan yang akan dihasilkan karena
memiliki cuping yang bertumpang tindih dengan tanda berlawanan. Tingkat
Energi orbital anti ikatan lebih tinggi dibanding dengan energi orbital ikatan
maupun memiliki tingkat tingkat energi orbital atom penyusunnya. Semakin
besar selisih energi orbital ikatan dan anti ikatan, semakin kuat ikatan. Bila tidak

ada interaksi ikatan dan anti ikatan antara A dan B, orbital molekul yang
dihasilkan adalah orbital non ikatan.

Gambar 1: Pembentukan Orbital Molekul


Elektron menempati orbital molekul dari energi terendah ke energi yang
tertinggi. Orbital molekul terisi dan berenergi tertinggi disebut HOMO (highest
occupied molecular orbital) dan orbital molekul kosong berenergi terendah
disebut LUMO (lowest unoccupied molecular orbital). Dua atau lebih orbital
molekul yang berenergi sama disebut orbital terdegenerasi (degenerate). Simbol
orbital yang tidak terdegenerasi adalah a atau b, yang terdegenerasi ganda e, dan
yang terdegenerasi rangkap tiga t. Simbol g (gerade) ditambahkan sebagai akhiran
pada orbital yang sentrosimetrik dan u (ungerade) pada orbital yang berubah tanda
dengan inversi di titik pusat inversi. Bilangan sebelum simbol simetri digunakan
dalam urutan energi untuk membedakan orbital yang sama degenarasinya. Selain
itu, orbital-orbital dinamakan sigma () atau pi() sesuai dengan karakter
orbitalnya. Suatu orbital sigma mempunyai simetri rotasi sekeliling sumbu ikatan,
dan orbital pi memiliki bidang simpul. Oleh karena itu, ikatan sigma dibentuk
oleh tumpang tindih orbital s-s, p-p, s-d, p-d, dan d-d (Gambar 2) dan ikatan pi
dibentuk oleh tumpang tindih orbital p-p, p-d, dan dd (Gambar 3).
Bila dua fungsi gelombang dari dua atom dinyatakan dengan A dan B,
orbital molekul adalah kombinasi linear orbital atom (linear combination of the
atomic orbitals (LCAO) diungkapkan:
.. (2.1)

Hanya orbital - orbital

atom

kulit elektron valensi yang digunakan

dalam metoda orbital molekul sederhana. Dalam molekul hidrogen, H2, tumpang
tindih orbital 1s masing-masing atom hidrogen membentuk orbital ikatan g bila
cupingnya mempunyai tanda yang sama dan antiikatan u bila bertanda
berlawanan, dan dua elektron mengisi orbital ikatan g

Gambar 3. Orbital molekul H2. Tanda panah mengidentifikasikan spin elektron


Orbital molekul dua atom yang berbeda dibentuk dengan tumpang tindih
orbital atom yang tingkat energinya berbeda. Tingkat energi atom yang lebih
elektronegatif umumnya lebih rendah. Oleh karena itu, orbital ikatan mempunyai
karakter atom dengan ke-elektronegativan lebih besar, dan orbital anti ikatan
mempunyai

karakter

atom

dengan

ke-elektronegativan

lebih

kecil.

Misalnya, lima orbital molekul dalam hidrogen fluorida, HF, dibentuk dari orbital
1s hidrogen dan orbital 2s dan 2p fluor, seperti diperlihatkan dalam Gambar 3
Orbital ikatan 1 mempunyai karakter fluorin, dan orbital 3 anti ikatan memiliki
karakter 1s hidrogen. Karena hidrogen hanya memiliki satu orbital 1s yang keelektronegativan lebih kecil, tumpang tindih dengan orbital 2p fluor dengan
karakter tidak efektif, dan orbital 2p fluor menjadi orbital nonikatan. Karena HF
memiliki delapan elektron valensi, orbital nonikatan ini menjadi HOMO.

Gambar 3. Orbital molekul HF


2.3

Kepolaran Ikatan dan Momen Dwikutub Elektrik


Kepolaran dalam ikatan kimia adalah suatu keadaan dimana distribusi

penyebaran elektron tidak merata atau elektron lebih cenderung terikat pada salah
satu atom. Kepolaran erat kaitannya dengan keelektronegatifan dan bentuk
molekul. Dalam hal kepolaran suatu senyawa tergantung dari harga momen
dipolnya. Momendipol sendiri adalah selisih harga kelektronegatifan antara atom
yang berikatan .

Gambar 4. Momen dipol beberapa senyawa


Suatu molekul dapat bersifat polar maupun nonpolar. Suatu molekul
bersifat nonpolar apabila (1) tersusun atas atom-atom yang sama seperti P 4, S8,

dan C60 (fulerena) dengan ikatan-ikatan yang ada merupakan ikatan kovalen
nonpolar, (2) tersusun atas atom-atom yang berbeda dengan ikatan-ikatan yang
ada merupakan ikatan kovalen polar, namun karena bentuknya simetris maka ia
bersifat nonpolar seperti molekul-molekul CO2, CH4, PCL5, SF6. Suatu molekul
bersifat polar apabila tersusun atas atom-atom yang berbeda dan terbentuk dari
atom-atom yang mempunyai perbedaan keellektronegatifan besar. Pada senyawa
polar, elektron yang digunakan bersama tertarik lebih kuat ke salah satu atom.
Akibatnya salah satu atom akan menjadi lebih bermuatan negatif dan atom lain
bermuatan positif. Untuk atom bermuatan negatif di beri tanda parsial negatif dan
yang positif diberi tanda parsial positif. Suatu senyawa dikatan polar apabila
memilki elektron bebas, perbedaan keelektronegatifan serta bentuk molekul tidak
simetris.
Kepolaran molekul ditentukan oleh harga momen dipolnya atau momen
dwikutubnya. Adanya perbedaan keelektronegatifan antara dua atom yang
membentuk ikatan kovalen menyebabkan atom yang kurang elektronegatif
kekurangan

rapatan

elektron,

sebaliknya

atom yang lebih

elektronegatif

kelebihan rapatan elektron. Akibatnya pada atom yang lebih elektronegatif terjadi
muatan parsial positif (+), sedangkan pada atom yang lebih elektronegatif terjadi
muatan parsial ( ), seperti yang terdapat pada molekul HF.
Kepolaran suatu molekul dinyatakan menggunakan suatu besaran yang
disebut momen dipol (). Besarnya momen dipol suatu molekul ditentukan
menggunakan persamaan berikut.
=Qxr

.. (3.1)

= 0 molekul nonpolar
> 0 atau 0 molekul polar

keterangan:

= momen dipol (D, debye) 1 D = 3,33 x 10-30 C.m (coulombmeter)


Q = selisih muatan (Coulomb)
r = jarak antara muatan positif dengan muatan negatif (m)
Semakin besar harga momen dipol, semakin polar senyawa yang
bersangkutan bahkan mendekati ke sifat ionik. Harga momen dipol beberapa
molekul seperti yang tertera pada Tabel dibawah ini.
Tabel 3.1 Harga momen dipol beberapa molekul

Molekul

Momen dipol (D)

molekul

Momen dipol (D)

NO
NH3
HF
HCl
HBr
HI
H2O

0,159
0,23
1,78
1,078
0,82
0,44
1,85

CO
CO2
CHCl3
CH4
CCl4
BF3
BF2

0,112
0
1,09
0
0
0
0

Untuk senyawa-senyawa yang tersusun lebih dari dua atom, kepolaran


molekul tidak dapat ditentukan jika hanya didasarkan pada perbedaan
keelektronegatifan. Hal ini disebabkan senyawa-senyawa tertentu walaupun
memiliki ikatan kovalen polar tetapi molekulnya bersifat nonpolar. Misalnya
CCl4, CO2 dan BeCl2 merupakan beberapa senyawa dengan ikatan kovalen polar
tetapi memiliki molekul yang nonpolar. Pada molekul CCl4, yang mempunyai
bentuk molekul tetrahedaral dengan C sebagai atom pusat dan dikelilingi oleh 4
atom Cl seperti pada Gambar.

Gambar 5. Molekul CCl4


Perbedaan keelektronegatifan C dan Cl adalah sebesar 3-2,5 = 0,5. Jadi
ikatan CCl termasuk ikatan kovalen (tepatnya ikatan kovalen polar). Walaupun
ikatan CCl berupa ikatan kovalen polar tetapi molekulnya bersifat nonpolar. Hal
ini disebabkan, bentuk tetrahedral dari molekul CCl4 dapat dikatakan simetris
karena memiliki pusat simetri pada atom C ditengah, sehingga jumlah momen
ikatan sama dengan nol. Atau dapat dikatan tarikan elektron akibat adanya
perbedaan keelektronegatifan saling meniadakan atau saling menguatkan. Hal ini
dapat diandaikan, suatu benda yang berada di tengah-tengah ditarik dari empat
sudut dengan kekuatan sama, maka benda tersebut tidak akan bergerak. Karena
hal inilah molekul CCl4 bersifat nonpolar.
Jika pada molekul CCl4 salah satu atom Cl diganti oleh atom lain misalnya
H, maka sifat molekul yang awalnya nonpolar berubah menjadi polar. Hal ini
disebabkan kepolaran ikatan C-H berbeda dengan kepolaran ikatan C-Cl, sehingga
momen dipol yang terbentuk tidak saling meniadakan. Tetapi apabila semua atom
C diganti oleh atom H maka molekulnya bersifat nonpolar karena kepolaran
semua ikatan CH sama besar sehingga mpmen ikatan yang terbentuk saling
meniadakan.
Dalam molekul nonpolar pusat muatan bersifat positif dan muatan bersifat
negatif berhimpit, sedangkan pada molekul polar pusat muatan positif dan pusat
muatan negatif dipisahkan oleh jarak tertentu.

2.3

Molekul Hibrida

10

Sebagaian

besar

molekul

dalam

pembentukan

ikatan

kovalen,

menggunakan orbital-orbital hibrida yang terbentuk melalui proses hibridisasi


yang pertama kali dijelaskan oleh Lewis dan Langmuir. Proses hibridisasi
merupakan suatu proses penggabungan orbital-orbital asli yang tingkat energinya
berbeda menjadi prbital-orbital baru yang tingkat energtfinya sama. Orbital-orbital
baru yang terbentuk disebut orbital hibrida.
Sebelum terjadi hibridisasi, didahului dengan terjadinya eksitasi elektron
dari keadaan dasar ke keadaan terksitasi, sehingga diperlukan sejumlah energi
agar terjadinya eksitasi. Tingkat elektronik pada keadaan tereksitasi lebih tinggi
dibandingkan tingkat energi elektronik pada keadaan dasar.
Contohnya pembentukan molekul CH4. Berdasarkan eksperimen diperoleh
panjang dan sudut semua ikatan sama besar (109,8). Hal ini membuktikan bahwa
semua ikatan C-H dalam molekul CH4 adalah ekivalen. Untuk menjelaskan hal
ini maka diperlukan konsep hibridisasi.
Berikut konfigurasi elektron atom C pada keadaan dasar.
2s 2px 2py 2pz 3pHeKonfigurasi elektronatom C (keadaan dasar) :

Dari konfigurasi elektron atom karbon pada keadaan dasar diketahui


bahwa, jika atom karbon menggunakan orbital asli pada pembentukan ikatan
maka hanya terbentuk CH2, yakni tumpang tindih antara orbital 2px dan 2py dari
atom karbon dengan 2 orbital 1s dari 2 atom hidrogen. Namun, pada
kenyataannya dijumpai lebih stabil CH4 dibanding CH2.
Oleh sebab itu, agar 4 atom hidrogen semuanya berikatan kovalen dengan
atom karbon, maka diperlukan 4 buah elektron tidak berpasangan dari atom
karbon. Hal ini dapat diperoleh melalui proses eksitasi atau promosi elektron dari
keadaan dasar menuju keadaan tereksitasi. Konfigurasi elektron setelah tertjadi
eksitasi sebagai berikut.

11

Dari konfigurasi elektron atom karbon pada keadaan dasar diketahui


bahwa, jika atom karbon menggunakan orbital asli pada pembentukan ikatan
maka hanya terbentuk CH2, yakni tumpang tindih antara orbital 2px dan 2py dari
atom karbon dengan 2 orbital 1s dari 2 atom hidrogen. Namun, pada
kenyataannya dijumpai lebih stabil CH4 dibanding CH2.
Oleh sebab itu, agar 4 atom hidrogen semuanya berikatan kovalen dengan
atom karbon, maka diperlukan 4 buah elektron tidak berpasangan dari atom
karbon. Hal ini dapat diperoleh melalui proses eksitasi atau promosi elektron dari
keadaan dasar menuju keadaan tereksitasi. Konfigurasi elektron setelah tertjadi
eksitasi sebagai berikut.

Setelah

tereksitasi,

dilanjutkan

dengan

proses

hibridisasi

untuk

membentuk orbital-orbital hibrid. Berikut konfigurasi elektron setelah terjadi


proses hibridisasi.

Setelah terjadi proses hibridisasi orbital 2s dan 3p dari atom karbon tidak
memilki jarak atau pemisahan. Hal ini disebabkan tingkat elektronik kedua orbital
tersebut telah setara. Orbital-orbital yang telah mengalami hibridisasi ditulis
sebagai 4 orbital hibrida sp3, biasanya hanya disebut sp3.

12

Dengan adanya 4 elektron yang belum berpasangan dari atom karbon,


maka CH4 dapat terbentuk melalui tumpang tindih orbital sp3 dengan 4 orbital 1s
dari 4 atom H, berikut konfigurasi elektron atom C dalam CH4 dan tumpang
tindih orbital-orbital hibrida sp3 atom karbon dengan orbital 1s atom hidrogen
ditunjukan pada Gambar

Secara ringkas konfigurasi elektron dari atom karbon sebagai atom pusat
pada pembentukan ikatan kovalen dengan 4 atom hidrogen dalam CH4, sebagai
berikut.

13

Molekul CH4 berbentuk tetrahedral. Hal ini disebabkan tumpang tindih 4


orbital hibrida sp3 dari atom C dengan 4 orbital 1s dari 4 atom H mengarah pada
pojok-pojok tetrahdral. Perlu diketahui bahwa, bentuk terahedral dari molekul
CH4 telah lama diketahui sebelum konsep hibridisasi dikemukakan.

2.4

Delokalisasi orbital molekul .


Material yang bertetanggaan atom karbon adalah hibridisasi sp 2, terbentuk

awan delokalisasi elektron elektron phi yang disebut dengan terkonjuget


(conjugated).
1.

Cincin aromatic
Semua karbon dalam cincin aromatik adalah hibridisasi sp2 yang berarti

bahwa

setiap

karbon dapat membentuk tiga ikatan dan satu ikatan . Dalam Gambar. 1.19.a,

14

semua ikatan tunggal adalah sementara setiap ikatan rangkap terdiri dari satu
ikatan dan satu ikatan . Namun, ini merupakan penyederhanaan yang
berlebihan dari cincin aromatik. Sebagai contoh, ikatan ganda adalah lebih pendek
dari ikatan tunggal dan jika benzena memiliki struktur yang tepat, cincin itu akan
menjadi cacat akibat perbedaan antara ikatan tunggal dari ikatan ganda (Gambar
1.19.b).

Gambar. 1.19. (a) Representasi dari cincin aromatik, (b) 'cacat' yang dihasilkan
dari

struktur

tetap

ikatan.
Bahkan, ikatan C-C di benzena semua panjang yang sama. Untuk
memahami ini, kita perlu melihat lebih dekat pada ikatan yang terjadi. Gambar
1.10.a menunjukkan benzena dengan semua ikatannya dan diambil seperti yang
kita cari ke dalam bidang dari cincin benzena. Karena semua karbon adalah
hibridisasi sp2, ada orbital 2py tersisa pada setiap karbon yang dapat tumpang
tindih dengan orbital 2py di kedua sisinya itu (Gambar 1.10.b). Dari sini, jelas
bahwa setiap orbital 2py dapat tumpang tindih dengan tetangganya jika bentuk
cincin benar benar bulat. Hal ini menyebabkan orbital molekul yang melibatkan
semua orbital 2py yang mana lobus atas dan bawah bergabung untuk memberikan
dua lingkaran seperti lobus di atas dan di bawah bidang cincin (Gambar 1.11.a).
Orbital molekul simetris dan enam elektron dikatakan terdelokalisasi di sekitar
cincin aromatik sejak mereka tidak terlokalisasi antara dua atom karbon tertentu.
Cincin aromatik sering direpresentasikan sebagai ditunjukkan pada Gambar.
1.11.b untuk mewakili delokalisasi dari elektron . Delokalisasi meningkatkan
stabilitas dari cincin aromatik seperti mereka kurang reaktif dari alkena (yaitu
membutuhkan lebih banyak energi untuk mengganggu sistem terdelokalisasi inti

15

aromatis daripada yang dilakukannya untuk mematahkan ikatan terisolasi dari


alkena).

Gambar 1.10. (a). Diagram ikatan sigma untuk benzena; (b). Diagram ikatan phi
untuk benzena.

Gambar. 11. Ikatan orbital molekul untuk benzena, (b). Representasi dari benzena
untuk menggambarkan delokalisasi.
2.

Sistem konjugasi
Cincin aromatik tidak hanya di mana struktur delokalisasi elektron sistem

dapat terjadi. Delokalisasi terjadi pada sistem terkonjugasi dimana ada ikatan
tunggal dan ganda (misalnya 1,3-butadiena) bolak-balik. Keempat karbon dalam
1,3-butadiena adalah hibridisasi sp2 dan masing-masing karbon memiliki waktu
paruh yang dipenuhi orbital p yang dapat berinteraksi untuk memberikan dua
ikatan (Gambar 1.12.a). Namun, sejumlah tumpang tindih juga antara orbital p
dari dua atom karbon tengah dan ikatan yang menghubungkan dua alkena
memiliki beberapa karakter ikatan rangkap (Gambar 1.12.b) Berdasarkan
pengamatan bahwa ikatan ini lebih pendek dari khas ikatan tunggal. Delokalisasi
ini juga menghasilkan peningkatan stabilitas. Namun, penting untuk menyadari
bahwa konjugasi dalam alkena terkonyugasi tidak sebesar seperti pada sistem
aromatik. Dalam sistem yang terakhir, elektron benar-benar terdelokalisasi

16

mengikuti putaran cincin dan seluruh ikatan adalah sama panjangnya. Pada 1,3butadiena, elektron tidak sepenuhnya terdelokalisasi dan lebih mungkin
ditemukan di ikatan C-C terminal. Meskipun ada sejumlah karakter dalam
ikatan tengah, yang terakhir ini lebih mirip ikatan tunggal dari satu ikatan
rangkap. Contoh lain dari sistem terkonjugasi meliputi , -tak jenuh keton dan ,
-tidak jenuh ester (Gambar. 1.13). Ini juga telah meningkatkan stabilitas karena
konjugasi.

Gambar. 12. (a) Bonding pada 1,3-butadiena (b) delokalisasi dalam 1,3butadiena.

Gambar. 13. (a) , -tidak jenuh keton, (b) , -tidak jenuh ester.

Perlakuan yang Lebih Rinci pada Orbital Molekul dalam Molekul Dwiatom
Sifat magnet dan sifat-sifat molekul yang lain dapat dijelaskan lebih baik
dengan menggunakan pendekatan mekanika kuantum yang lain yang disebut
sebagai teori orbital molekul (OM), yang menggambarkan ikatan kovalen
melalui istilah orbital molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom
dari atom-atom yang berikatan dan yang terkait dengan molekul secara
keseluruhan

17

Menurut teori OM, tumpang tindih orbital 1s dua atom hidrogen mengarah
pada pembentukan dua orbital molekul, satu orbital molekul ikatan dan satu
orbital molekul antiikatan. Orbital molekul ikatan memiliki energi yang lebih
rendah dan kestabilan yang lebih besar dibandingkan dengan orbital atom
pembentuknya. Orbital molekul anti ikatan memiliki energi yang lebih besar dan
kestabilan yang lebih rendah dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya.
Penempatan elektron dalam orbital molekul ikatan menghasilkan ikatan kovalen
yang stabil, sedangkan penempatan elektron dalam orbital molekul antiikatan
menghasilkan ikatan kovalen yang tidak stabil.
Syarat pembentukan orbital molekul ikatan:
(1)

Cuping orbital atom penyusunnya cocok untuk tumpang tindih.

(2)

Tanda positif atau negatif cuping yang bertumpang tindih sama.

(3)

Tingkat energi orbital-orbital atomnya dekat.


Dua atau lebih orbital molekul yang berenergi sama disebut orbital

terdegenerasi (degenerate). Simbol orbital yang tidak terdegenerasi adalah a atau


b, yang terdegenerasi ganda e, dan yang terdegenerasi rangkap tiga t. Simbol g
(gerade) ditambahkan sebagai akhiran pada orbital yang sentrosimetrik dan u
(ungerade) pada orbital yang berubah tanda dengan inversi di titik pusat inversi.
Bilangan sebelum simbol simetri digunakan dalam urutan energi untuk
membedakan orbital yang sama degenarasinya. Selain itu, orbital-orbital itu
dinamakan sigma () atau pi() sesuai dengan karakter orbitalnya. Suatu orbital
sigma mempunyai simetri rotasi sekeliling sumbu ikatan, dan orbital pi memiliki
bidang simpul.
Dalam perlakuan OM pada molekul dwiatom Li2, kedua orbital 2s pada
atom bergabung membenuk OM ikatan dan anti ikatan dengan dua elektron
menempati tingkat yang lebih rendah . untuk empat atom dalam barisan diperoleh
empat OM.
Kekuatan ikatan logam tercermin dalam kalor sublimasi logam, dengan kata
lain, perubahan entalpi untuk proses endoterm:

18

M (padat) M (berwujud gas) H= Hsub

Logam

H sub (kJ/mol)

Li

159

Na

109

88

Rb

84

Cs

79

Ada kesejajaran antara kedudukan yang rendah dalam tabel berkala dengan
rendahnya energy disosiasi molekul dwiatom. Penurunan dapat disebabkan oleh
karena meningkatnya ukuran atom dan jarak antar atom, karena menipisnya lem
elektron yang ditimbulkan.
Telah diketahui bahwa O2 dan N2 membentuk molekul dwiatom sedangkan S
dan P membentuk molekul poliatom atau rantai. Memang benar, bahwa perbedaan
antara kimiawi B, C, N, dan O dan Al, Si, P, serta S dan unsur unsur yang lebih
berat dari golongan ini cukup menyolok, yang untuk banyak hal tidak berguna
menganggap unsur unsur periode pertama sebagai prototip dari sejawatnya.
Karbon adalh benar benar nonlogam dan kimiawinya didominasioleh
ikatan tunggal, ganda dan rangkap tiga, pada dirinya sendiri atau pada nitrogen,
oksigen, dan beberapa unsur lainnya. Yang membedakan karbon dari unsur
lainnyaadalh kemampuannya yang unik untuk membentuk rantai ikatan karbon
karbon (disebut katanasi) dalm senyawa yang nyata dari unsurnya sendiri.
Nitrogen. Gas Nitrogen, N relatip tidak reaktif karena ikatan N N yang
sangat kuat serta struktur elektroniknya ( halaman 76). Senyawa nitrogen adalh
kovalen, biasanya menyangkut tiga ikatan tunggal ,meski juga ada ikatan ganda
seperti CN atau Os N. dengan unsur unsur yang elektropositif, membentuk
nitrida ionic yang mengandung N3.

19

Oksigen. Melekul Dwiatom mempunyai dua electron tidak berpasangan


( halaman 75) dan sebagai akibatnya sangat reaktif. Terdapat keistimewaan
kimiawi dengan ikatan kovalen seperti dalam (CH3)2C = O, (C2H5)2O, CO, SO3
dan lainnya. Meskipun demikian , ion hidrosida, OH, ada dalam bentuk padatan
maupun larutan, meskipun dalam pelarut hidrosilat, ion OH- terhindrasi melalui
ikatan hydrogen.
Orbital s akan membentuk ikatan sigma dan orbital p akan membentuk
ikatan pi. Orbital dengan tanda asterik (*) berarti merupakan orbital anti
pengikatan yang menyebabkan molekul menjadi tidak stabil. Semakin banyak
elektron pada orbital anti pengikatan, suatu molekul akan semakin tidak stabil.
Dari gambar tersebut dapat kita ketahui bahwa gas O2 merupakan gas
paramagnetik karena elektron tidak mengisi orbital *px dan *py secara penuh.
Sehingga konfigurasi elektron valensi molekul O2 adalah:
(2s)2 (*2s)2 (2pz)2 (2px)2 (2py)2 (*2px)1 (*2py)1 atau (2s)2 (*2s)2 (2p)2 (2p)4 (*2p)2

Fluor sangat reaktif sehubungan dengan rendahnya energy ikatan dalam F 2.


Hal ini sebagian merupakan hasi dari tolakan oleh electron tidak berikatan.
Senyawaan ionic yang mengandung ion- ion F - dan senyawa kovalen yang
mengandung ikatan X F telah dikenal baik
Senyawaan dari banyak unsure dapat bertindak sebagai akseptor, namun
untuk N, P, dan As trivalent serta senyawaan dwivalent O dan S umumnya bersifat
donor. Meskipun demikian, donor yang sangat penting adalah ion halide dan
pseuhalida serta ion ion seperti hidrida, H-, dan ion karban seperti CH3-.
Perilaku basa Lewis juga ditunjukkan oleh beberapa senyawaan logam
transisi. Salah satu contohnya adalah senyawaan (5 C5H5)2ReH yang merupakan
basa kuat terhadap proton seperti NH 3. Molekul-molekul donor dan akseptor,
keduanya netral. Apabila ikatan terbentuk maka akan mengakibatkan atom donor
akan kehilangan muatan negatifnya dan mengubahnya menjadi positif. Atom ini
hanya memiliki sebagian dari pasangan elektron yang sebelumnya dimilikinya
secara utuh. Sebaliknya, atom akseptor memiliki muatan negatif yang berlebih.

20

Hal ini memang benar untuk penggunaan bersama pasangan elektron secara
sempurna. Polaritas yang lebih kecil dikenal jikaa pasangan elektron tetap
merupakan sifat atom donor daripada akseptor, pada kasus yang hanya ditandai
dengan muatan + dan pada atom atom.
Hibrida yang Melibatkan Orbital d
Orbital hibrida sp3d dan sp3d2
Hibridisasi sp3d pada PC15. Pada PCl5, atom pusat Pospor dengan nomor
atom P mempunyai konfigurasi electron valensi ls22s22p63s23p3. Pada PC15
terdapat 5 ikatan kovalen, jadi Phospor harus mempunyai 5 orbital yang setengah
penuh. Dengan menerima energy, konfigurasi Phospor pada keadaan tereksitasi
menjadi ls22s22p63s13p33d1 . oleh karena itu terdapat 1 orbital s, 3 orbital p dan
1 orbital d yang akan berhibridisasi membentuk 5 orbital hibrida sp3d. geometri
yang terbentuk dari orbital ini adalah trigonal piramida dengan sudut 120.
Hibridisasi sp3d2 pada SF6
Molekul SF6 mempunyai atom pusat S dengan nomor atom 16 dan
mempunyai konfigurasi electron [Ne]3s23p4 pada keadaan dasar. SF6 mempunyai
6 ikatan kovalen yang mengindikasikan 6 orbital yang terisi penuh. Dengan
menerima energy, konfigurasi electron sulfur pada keadaan tereksitasi adalah [Ne]
3s13p33d2. Pada keadaan tereksitasi sulfur mempunyai 6 orbital yang terisi
setengah penuh pada orbital terluarnya yaitu 1 orbital 2, 3 orbital p dan 2 orbital d
yang akan mengalami hibridisasi membentuk orbital hibrida sp3d2 dengan
geometri octahedral.
Gas Mulia dan senyawa Antarhalogen
Antar Halogen dapat mengalami reaksi kimia. Oleh karena kekuatan oksidator
menurun dari Fluor sampai Iod, Halogen dapat mengoksidasi Ion Halida yang
terletak di bawahnya (displacement reaction). Dengan demikian, reaksi yang
terjadi antar Halogen dapat disimpulkan dalam beberapa pernyataan di bawah ini :

21

1. F2 dapat mengoksidasi Cl- menjadi Cl2, Br- menjadi Br2, serta I- menjadi I2.
2. Cl2 dapat mengoksidasi Br- menjadi Br2, serta I- menjadi I2. Cl2 tidak dapat
mengoksidasi F- menjadi F2.
3. Br2 dapat mengoksidasi I- menjadi I2. Br2 tidak dapat mengoksidasi F- menjadi F2
maupun Cl- menjadi Cl2.
4. I2 tidak dapat mengokisdasi F- menjadi F2, Cl- menjadi Cl2, serta Br- menjadi Br2.
Gas F2 dapat diperoleh dari elektrolisis cairan (bukan larutan) Hidrogen Fluorida
yang diberi sejumlah padatan Kalium Fluorida untuk meningkatkan konduktivitas
pada temperatur di atas 70C. Di katoda, ion H + akan tereduksi menjadi gas H2,
sedangkan di anoda, ion F- akan teroksidasi menjadi gas F2.
Gas Cl2 dapat di peroleh melalui elektrolisis lelehan NaCl maupun elektrolisis
larutan NaCl. Melalui kedua elektrolisis tersebut, ion Cl - akan teroksidasi
membentuk gas Cl2 di anoda. Gas Cl2 juga dapat diperoleh melalui proses kloralkali, yaitu elektrolisis larutan NaCl pekat (brine). Reaksi yang terjadi pada
elektrolisis brine adalah sebagai berikut :
2 NaCl(aq) + 2 H2O(l) > 2 NaOH(aq) + H2(g) + Cl2(g)
Reaksi antar halogen, reaksinya secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut:
X2 + nY2

2XYn

Y = halogen yang lebih elektronegatif


n = 1,3,5 dan 7
Gas Mulia (Noble Gas) adalah bagian kecil dari atmosfer. Gas Mulia terletak pada
Golongan VIIIA dalam sistem periodik. Gas mulia terdiri dari unsur Helium (He),
Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton (Kr), Xenon (Xe), dan Radon (Rn).

22

Keistimewaan unsur-unsur gas mulia adalah memiliki konfigurasi elektron yang


sempurna (lengkap), dimana setiap kulit dan subkulit terisi penuh elektron.
Dengan demikian, elektron valensi unsur gas mulia adalah delapan (kecuali unsur
Helium dengan dua elektron valensi). Konfigurasi demikian menyebabkan gas
mulia cenderung stabil dalam bentuk monoatomik dan sulit bereaksi dengan unsur
lainnya.
Keberadaan unsur-unsur Gas Mulia pertama kali ditemukan oleh Sir William
Ramsey. Beliau adalah ilmuwan pertama yang berhasil mengisolasi gas Neon,
Argon, Kripton, dan Xenon dari atmosfer. Beliau juga menemukan suatu gas yang
diisolasi dari peluruhan mineral Uranium, yang mempunyai spektrum sama
seperti unsur di matahari, yang disebut Helium. Helium terdapat dalam mineral
radioaktif dan tercatat sebagai salah satu gas alam di Amerika Serikat. Gas Helium
diperoleh dari peluruhan isotop Uranium dan Thorium yang memancarkan
partikel . Gas Radon, yang semua isotopnya radioaktif dengan waktu paruh
pendek, juga diperoleh dari rangkaian peluruhan Uranium dan Thorium.
Saat mempelajari reaksi kimia dengan menggunakan gas PtF 6 yang sangat reaktif,
N. Bartlett menemukan bahwa dengan oksigen, akan terbentuk suatu padatan
kristal [O2]+[PtF6]-. Beliau mencatat bahwa entalpi pengionan Xenon sama dengan
O2. Dengan demikian, suatu reaksi yang analog diharapkan dapat terjadi.
Ternyata, hal tersebut benar. Pada tahun 1962, beliau melaporkan senyawa
pertama yang berhasil disintesis menggunakan Gas Mulia, yaitu padatan kristal
merah dengan formula kimia [Xe]+[PtF6]-. Selanjutnya, berbagai senyawa Gas
Mulia juga berhasil disintesis, diantaranya XeF2, XeF4, XeF6, XeO4, dan XeOF4.

23

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Menurut teori orbital molekul, bila 2 atom bergabung membentuk

molekul, maka setiap orbital pada atom-atom yang terlibat dan sama energinya
membentuk orbital molekul. Pendekatan Linier Combination of Atomic Orbital,
menghasilkan 2 fungsi gelombang yang mencerminkan energi orbital molekul
ikatan dan energi orbital molekul antiikatan. Orbital molekul ikatan adalah daerah
dimana kerapatan elektron paling besar dan didaerah antar kedua inti, sedangkan
orbital molekul antiikatan adalah daerah dimana Kerapatan elektron paling besar
dan berada jauh dari daerah antar kedua inti. Jumlah dan jenis orbital molekul
atau , ditentukan oleh jumlah dan jenis orbital atom pembentuknya.
Pengisian elektron pada orbital molekul, mengikuti prinsip Pauli, aturan Aufbau
dan aturan Hund, sama dengan pengisian orbital atom. Teori Orbital Molekul
dapat diterapkan pada molekul diatomik heteronuklir, menjelaskan sifat magnetik
senyawa dan kekuatan ikatan melalui orde ikatan.
Hibridasi adalah peristiwa penggabungan beberapa orbital atom dan
menghasilkan orbital hibrida yang jumlah, bentuk dan arahnya ditentukan oleh
jumlah dan jenis orbital atom pembentuknya. Ikatan pada molekul C6H6 dapat
dijelaskan melalui gabungan teori Ikatan Valensi dan Teori Orbital Molekul.
Orbital Molekul terdelokalisasi merupakan daerah yang tersebar pada 3 atom atau
lebih dalam molekul, dimana rapat elektron paling tinggi.

24

Daftar Pustaka
Asyanto, Irwanda. 2014. Unsur Unsur Periode Pendek yang Pertama.
http://irwanda132.blogspot.com/2014_01_01_archive.html. Diakses tanggal
5 Oktober 2014
Nhasrudin.

2012.

Gas

Mulia

dan

Halogen.

http://nhasrudin.wordpress.com/2012/05/03/gas-mulia-dan-halogen/.
Diakses tanggal 5 Oktober 2014
Pangganti,

Esdi.

2011.

Unsur

Unsur

Golongan

Utama.

http://esdikimia.wordpress.com/2011/10/25/unsur-unsur-golongan-utama/.
Diakses Tanggal 5 Oktober 2014
Rauna,

Sfendi.

2010.

Logam.

http://rauansfendi.blogspot.com/2010_01_01_archive.html. Diakses tanggal


5 Oktober 2014.
Sumbono, Aung. 2012. Kimia Organik 2 (STKIP Muhammadiyah Sorong 2012).
http://aungsumbono.blogspot.com/2012/03/kimia-organik-2-stkipmuhammadiyah.html. Diakses tanggal 5 Oktober 2014.
Wijayanti,

Yuni.

2012.

Teori

Orbit

http://kawaiarisu.blogspot.com/2012/06/teori-orbit-molekul.html.

Molekul.
Diakses

tangga 5 Oktober 2014.


Zonalia

Kimia

Pasca

UNP.

2011.

Hibridisasi

Orbital.

http://zonaliakimiapasca.wordpress.com/2011/05/07/hibridisasi-orbital/.
Diakses tanggal 5 Oktober 2014

25

Anda mungkin juga menyukai