BAB I Ikatan Kimia Bab 4
BAB I Ikatan Kimia Bab 4
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Istilah ikatan kimia( antara dua atom atau lebih ) muncul oleh karena
dalam beberapa kasus berupa transisi antara keduanya, artinya tidak lagi dapat
ditegaskan secara ikatan ionik 100% murni maupun ikatan kovalen 100% murni.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana pembentukan orbital molekul dan sifat umum orbital
molekul ?
2. Apa yang dimaksud dengan kepolaran ikatan dan momen dwikutub
elektrik ?
3. Bagaimana cara terbentuknya molekul hibrida ?
4. Bagaimana delokalisasi orbital molekul ?
5. Bagaimana orbital molekul dalam molekul dwiatom ?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui pembentukan orbital molekul dan sifat umum
2.
3.
4.
5.
1.4
orbital molekul ?
Untuk mengetahui kepolaran ikatan dan momen dwikutub elektrik ?
Untuk mengetahui cara terbentuknya molekul hibrida ?
Untuk mengetahui delokalisasi orbital molekul ?
Untuk mengetahui orbital molekul dalam molekul dwiatom ?
Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
teori ikatan valensi dan teori orbital molekul. Berdasarkan teori ikatan valensi,
ikatan kovalen dapat terbentuk jika terjadi tumpang tindih orbital valensi dari
atom yang berikatan. Orbital valensi merupakan orbital terluar dari suatu atom
dan merupakan tempat terletaknya elektron valensi. Orbital valensi inilah yang
digunakan pada pembentukan ikatan kimia.
Dua atom yang saling mendekati masing-masing memiliki orbital valensi
dan satu elektron. Orbital valensi ini saling tumpang tindih sehingga elektron yang
terletak pada masing-masing orbital valensi saling berpasangan. Sesuai larangan
Pauli maka kedua elektron yang berpasangan tersebut harus memiliki spin yang
berlawanan karena berada pada satu orbital. Dua buah elektron ditarik oleh inti
masing-masing atom sehingga terbentuk ikatan kovalen. Untuk penjelasan
selanjutnya orbital valensi disebut orbital saja. Orbital dari dua buah atom yang
salng tumpah tindih harus memiliki tingkat energi yang sama atau perbedaan
tingkat energinya.
Perkembangan teori orbital molekuler (Moleculer Orbital Theory-MOT)
pada mulanya dipelopori oleh Hunddan Mulliken. Teori Orbital Molekular
mengandaikan bahwa apabila dua atom atau lebih bergabung membentuk suatu
senyawa, maka senyawa ini tidak lagi memiliki sifat orbital atomik secara
individual,
melainkan
membentuk
orbital
molekular
baru.
Orbital
molekul adalah orbital-orbital dari dua atom yang saling tumpang tindih agar
dapat menghasilkan ikatan kovalen. Bila dua atom yang bergabung masing
masing menyediakan satu orbital atomik maka dihasilkan dua orbital molecular,
salah satu merupakan kombinasi jumlah kedua orbital atomic yang saling
menguatkan dan lainnya kombinasi kurangan yang saling meniadakan.
. Sebagian dari orbital molekul mempunyai energi yang lebih besar
daripada energi orbital atom. Hal tersebut dikarenakan terbentuknya orbital dari
orbital
molekul
pengikatan
(bonding)
dan
orbital
molekul
antiikatan
(antibonding). Orbital molekular ikat yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat
terpusat mendekat pada daerah antara kedua inti atom yang bergabung dan
menghasilkan situasi yang lebih stabil. Orbital molekular antiikat (antibonding)
yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat terpusat menjauh dari daerah antara inti
atom yang bergabung dan menghasilkan situasi kurang stabil. Jika pada daerah
tumpang-tindih ada orbital atonik yang tidak bereaksi dalam pembentukan ikatan,
orbital ikatan yang dihasilkan disebut orbital nonikat (nonbonding).
(a)
(b)
pembentukan
molekul,
orbital
atom
bertumpang
tindih
ada interaksi ikatan dan anti ikatan antara A dan B, orbital molekul yang
dihasilkan adalah orbital non ikatan.
atom
dalam metoda orbital molekul sederhana. Dalam molekul hidrogen, H2, tumpang
tindih orbital 1s masing-masing atom hidrogen membentuk orbital ikatan g bila
cupingnya mempunyai tanda yang sama dan antiikatan u bila bertanda
berlawanan, dan dua elektron mengisi orbital ikatan g
karakter
atom
dengan
ke-elektronegativan
lebih
kecil.
Misalnya, lima orbital molekul dalam hidrogen fluorida, HF, dibentuk dari orbital
1s hidrogen dan orbital 2s dan 2p fluor, seperti diperlihatkan dalam Gambar 3
Orbital ikatan 1 mempunyai karakter fluorin, dan orbital 3 anti ikatan memiliki
karakter 1s hidrogen. Karena hidrogen hanya memiliki satu orbital 1s yang keelektronegativan lebih kecil, tumpang tindih dengan orbital 2p fluor dengan
karakter tidak efektif, dan orbital 2p fluor menjadi orbital nonikatan. Karena HF
memiliki delapan elektron valensi, orbital nonikatan ini menjadi HOMO.
penyebaran elektron tidak merata atau elektron lebih cenderung terikat pada salah
satu atom. Kepolaran erat kaitannya dengan keelektronegatifan dan bentuk
molekul. Dalam hal kepolaran suatu senyawa tergantung dari harga momen
dipolnya. Momendipol sendiri adalah selisih harga kelektronegatifan antara atom
yang berikatan .
dan C60 (fulerena) dengan ikatan-ikatan yang ada merupakan ikatan kovalen
nonpolar, (2) tersusun atas atom-atom yang berbeda dengan ikatan-ikatan yang
ada merupakan ikatan kovalen polar, namun karena bentuknya simetris maka ia
bersifat nonpolar seperti molekul-molekul CO2, CH4, PCL5, SF6. Suatu molekul
bersifat polar apabila tersusun atas atom-atom yang berbeda dan terbentuk dari
atom-atom yang mempunyai perbedaan keellektronegatifan besar. Pada senyawa
polar, elektron yang digunakan bersama tertarik lebih kuat ke salah satu atom.
Akibatnya salah satu atom akan menjadi lebih bermuatan negatif dan atom lain
bermuatan positif. Untuk atom bermuatan negatif di beri tanda parsial negatif dan
yang positif diberi tanda parsial positif. Suatu senyawa dikatan polar apabila
memilki elektron bebas, perbedaan keelektronegatifan serta bentuk molekul tidak
simetris.
Kepolaran molekul ditentukan oleh harga momen dipolnya atau momen
dwikutubnya. Adanya perbedaan keelektronegatifan antara dua atom yang
membentuk ikatan kovalen menyebabkan atom yang kurang elektronegatif
kekurangan
rapatan
elektron,
sebaliknya
elektronegatif
kelebihan rapatan elektron. Akibatnya pada atom yang lebih elektronegatif terjadi
muatan parsial positif (+), sedangkan pada atom yang lebih elektronegatif terjadi
muatan parsial ( ), seperti yang terdapat pada molekul HF.
Kepolaran suatu molekul dinyatakan menggunakan suatu besaran yang
disebut momen dipol (). Besarnya momen dipol suatu molekul ditentukan
menggunakan persamaan berikut.
=Qxr
.. (3.1)
= 0 molekul nonpolar
> 0 atau 0 molekul polar
keterangan:
Molekul
molekul
NO
NH3
HF
HCl
HBr
HI
H2O
0,159
0,23
1,78
1,078
0,82
0,44
1,85
CO
CO2
CHCl3
CH4
CCl4
BF3
BF2
0,112
0
1,09
0
0
0
0
2.3
Molekul Hibrida
10
Sebagaian
besar
molekul
dalam
pembentukan
ikatan
kovalen,
11
Setelah
tereksitasi,
dilanjutkan
dengan
proses
hibridisasi
untuk
Setelah terjadi proses hibridisasi orbital 2s dan 3p dari atom karbon tidak
memilki jarak atau pemisahan. Hal ini disebabkan tingkat elektronik kedua orbital
tersebut telah setara. Orbital-orbital yang telah mengalami hibridisasi ditulis
sebagai 4 orbital hibrida sp3, biasanya hanya disebut sp3.
12
Secara ringkas konfigurasi elektron dari atom karbon sebagai atom pusat
pada pembentukan ikatan kovalen dengan 4 atom hidrogen dalam CH4, sebagai
berikut.
13
2.4
Cincin aromatic
Semua karbon dalam cincin aromatik adalah hibridisasi sp2 yang berarti
bahwa
setiap
karbon dapat membentuk tiga ikatan dan satu ikatan . Dalam Gambar. 1.19.a,
14
semua ikatan tunggal adalah sementara setiap ikatan rangkap terdiri dari satu
ikatan dan satu ikatan . Namun, ini merupakan penyederhanaan yang
berlebihan dari cincin aromatik. Sebagai contoh, ikatan ganda adalah lebih pendek
dari ikatan tunggal dan jika benzena memiliki struktur yang tepat, cincin itu akan
menjadi cacat akibat perbedaan antara ikatan tunggal dari ikatan ganda (Gambar
1.19.b).
Gambar. 1.19. (a) Representasi dari cincin aromatik, (b) 'cacat' yang dihasilkan
dari
struktur
tetap
ikatan.
Bahkan, ikatan C-C di benzena semua panjang yang sama. Untuk
memahami ini, kita perlu melihat lebih dekat pada ikatan yang terjadi. Gambar
1.10.a menunjukkan benzena dengan semua ikatannya dan diambil seperti yang
kita cari ke dalam bidang dari cincin benzena. Karena semua karbon adalah
hibridisasi sp2, ada orbital 2py tersisa pada setiap karbon yang dapat tumpang
tindih dengan orbital 2py di kedua sisinya itu (Gambar 1.10.b). Dari sini, jelas
bahwa setiap orbital 2py dapat tumpang tindih dengan tetangganya jika bentuk
cincin benar benar bulat. Hal ini menyebabkan orbital molekul yang melibatkan
semua orbital 2py yang mana lobus atas dan bawah bergabung untuk memberikan
dua lingkaran seperti lobus di atas dan di bawah bidang cincin (Gambar 1.11.a).
Orbital molekul simetris dan enam elektron dikatakan terdelokalisasi di sekitar
cincin aromatik sejak mereka tidak terlokalisasi antara dua atom karbon tertentu.
Cincin aromatik sering direpresentasikan sebagai ditunjukkan pada Gambar.
1.11.b untuk mewakili delokalisasi dari elektron . Delokalisasi meningkatkan
stabilitas dari cincin aromatik seperti mereka kurang reaktif dari alkena (yaitu
membutuhkan lebih banyak energi untuk mengganggu sistem terdelokalisasi inti
15
Gambar 1.10. (a). Diagram ikatan sigma untuk benzena; (b). Diagram ikatan phi
untuk benzena.
Gambar. 11. Ikatan orbital molekul untuk benzena, (b). Representasi dari benzena
untuk menggambarkan delokalisasi.
2.
Sistem konjugasi
Cincin aromatik tidak hanya di mana struktur delokalisasi elektron sistem
dapat terjadi. Delokalisasi terjadi pada sistem terkonjugasi dimana ada ikatan
tunggal dan ganda (misalnya 1,3-butadiena) bolak-balik. Keempat karbon dalam
1,3-butadiena adalah hibridisasi sp2 dan masing-masing karbon memiliki waktu
paruh yang dipenuhi orbital p yang dapat berinteraksi untuk memberikan dua
ikatan (Gambar 1.12.a). Namun, sejumlah tumpang tindih juga antara orbital p
dari dua atom karbon tengah dan ikatan yang menghubungkan dua alkena
memiliki beberapa karakter ikatan rangkap (Gambar 1.12.b) Berdasarkan
pengamatan bahwa ikatan ini lebih pendek dari khas ikatan tunggal. Delokalisasi
ini juga menghasilkan peningkatan stabilitas. Namun, penting untuk menyadari
bahwa konjugasi dalam alkena terkonyugasi tidak sebesar seperti pada sistem
aromatik. Dalam sistem yang terakhir, elektron benar-benar terdelokalisasi
16
mengikuti putaran cincin dan seluruh ikatan adalah sama panjangnya. Pada 1,3butadiena, elektron tidak sepenuhnya terdelokalisasi dan lebih mungkin
ditemukan di ikatan C-C terminal. Meskipun ada sejumlah karakter dalam
ikatan tengah, yang terakhir ini lebih mirip ikatan tunggal dari satu ikatan
rangkap. Contoh lain dari sistem terkonjugasi meliputi , -tak jenuh keton dan ,
-tidak jenuh ester (Gambar. 1.13). Ini juga telah meningkatkan stabilitas karena
konjugasi.
Gambar. 12. (a) Bonding pada 1,3-butadiena (b) delokalisasi dalam 1,3butadiena.
Gambar. 13. (a) , -tidak jenuh keton, (b) , -tidak jenuh ester.
Perlakuan yang Lebih Rinci pada Orbital Molekul dalam Molekul Dwiatom
Sifat magnet dan sifat-sifat molekul yang lain dapat dijelaskan lebih baik
dengan menggunakan pendekatan mekanika kuantum yang lain yang disebut
sebagai teori orbital molekul (OM), yang menggambarkan ikatan kovalen
melalui istilah orbital molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom
dari atom-atom yang berikatan dan yang terkait dengan molekul secara
keseluruhan
17
Menurut teori OM, tumpang tindih orbital 1s dua atom hidrogen mengarah
pada pembentukan dua orbital molekul, satu orbital molekul ikatan dan satu
orbital molekul antiikatan. Orbital molekul ikatan memiliki energi yang lebih
rendah dan kestabilan yang lebih besar dibandingkan dengan orbital atom
pembentuknya. Orbital molekul anti ikatan memiliki energi yang lebih besar dan
kestabilan yang lebih rendah dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya.
Penempatan elektron dalam orbital molekul ikatan menghasilkan ikatan kovalen
yang stabil, sedangkan penempatan elektron dalam orbital molekul antiikatan
menghasilkan ikatan kovalen yang tidak stabil.
Syarat pembentukan orbital molekul ikatan:
(1)
(2)
(3)
18
Logam
H sub (kJ/mol)
Li
159
Na
109
88
Rb
84
Cs
79
Ada kesejajaran antara kedudukan yang rendah dalam tabel berkala dengan
rendahnya energy disosiasi molekul dwiatom. Penurunan dapat disebabkan oleh
karena meningkatnya ukuran atom dan jarak antar atom, karena menipisnya lem
elektron yang ditimbulkan.
Telah diketahui bahwa O2 dan N2 membentuk molekul dwiatom sedangkan S
dan P membentuk molekul poliatom atau rantai. Memang benar, bahwa perbedaan
antara kimiawi B, C, N, dan O dan Al, Si, P, serta S dan unsur unsur yang lebih
berat dari golongan ini cukup menyolok, yang untuk banyak hal tidak berguna
menganggap unsur unsur periode pertama sebagai prototip dari sejawatnya.
Karbon adalh benar benar nonlogam dan kimiawinya didominasioleh
ikatan tunggal, ganda dan rangkap tiga, pada dirinya sendiri atau pada nitrogen,
oksigen, dan beberapa unsur lainnya. Yang membedakan karbon dari unsur
lainnyaadalh kemampuannya yang unik untuk membentuk rantai ikatan karbon
karbon (disebut katanasi) dalm senyawa yang nyata dari unsurnya sendiri.
Nitrogen. Gas Nitrogen, N relatip tidak reaktif karena ikatan N N yang
sangat kuat serta struktur elektroniknya ( halaman 76). Senyawa nitrogen adalh
kovalen, biasanya menyangkut tiga ikatan tunggal ,meski juga ada ikatan ganda
seperti CN atau Os N. dengan unsur unsur yang elektropositif, membentuk
nitrida ionic yang mengandung N3.
19
20
Hal ini memang benar untuk penggunaan bersama pasangan elektron secara
sempurna. Polaritas yang lebih kecil dikenal jikaa pasangan elektron tetap
merupakan sifat atom donor daripada akseptor, pada kasus yang hanya ditandai
dengan muatan + dan pada atom atom.
Hibrida yang Melibatkan Orbital d
Orbital hibrida sp3d dan sp3d2
Hibridisasi sp3d pada PC15. Pada PCl5, atom pusat Pospor dengan nomor
atom P mempunyai konfigurasi electron valensi ls22s22p63s23p3. Pada PC15
terdapat 5 ikatan kovalen, jadi Phospor harus mempunyai 5 orbital yang setengah
penuh. Dengan menerima energy, konfigurasi Phospor pada keadaan tereksitasi
menjadi ls22s22p63s13p33d1 . oleh karena itu terdapat 1 orbital s, 3 orbital p dan
1 orbital d yang akan berhibridisasi membentuk 5 orbital hibrida sp3d. geometri
yang terbentuk dari orbital ini adalah trigonal piramida dengan sudut 120.
Hibridisasi sp3d2 pada SF6
Molekul SF6 mempunyai atom pusat S dengan nomor atom 16 dan
mempunyai konfigurasi electron [Ne]3s23p4 pada keadaan dasar. SF6 mempunyai
6 ikatan kovalen yang mengindikasikan 6 orbital yang terisi penuh. Dengan
menerima energy, konfigurasi electron sulfur pada keadaan tereksitasi adalah [Ne]
3s13p33d2. Pada keadaan tereksitasi sulfur mempunyai 6 orbital yang terisi
setengah penuh pada orbital terluarnya yaitu 1 orbital 2, 3 orbital p dan 2 orbital d
yang akan mengalami hibridisasi membentuk orbital hibrida sp3d2 dengan
geometri octahedral.
Gas Mulia dan senyawa Antarhalogen
Antar Halogen dapat mengalami reaksi kimia. Oleh karena kekuatan oksidator
menurun dari Fluor sampai Iod, Halogen dapat mengoksidasi Ion Halida yang
terletak di bawahnya (displacement reaction). Dengan demikian, reaksi yang
terjadi antar Halogen dapat disimpulkan dalam beberapa pernyataan di bawah ini :
21
1. F2 dapat mengoksidasi Cl- menjadi Cl2, Br- menjadi Br2, serta I- menjadi I2.
2. Cl2 dapat mengoksidasi Br- menjadi Br2, serta I- menjadi I2. Cl2 tidak dapat
mengoksidasi F- menjadi F2.
3. Br2 dapat mengoksidasi I- menjadi I2. Br2 tidak dapat mengoksidasi F- menjadi F2
maupun Cl- menjadi Cl2.
4. I2 tidak dapat mengokisdasi F- menjadi F2, Cl- menjadi Cl2, serta Br- menjadi Br2.
Gas F2 dapat diperoleh dari elektrolisis cairan (bukan larutan) Hidrogen Fluorida
yang diberi sejumlah padatan Kalium Fluorida untuk meningkatkan konduktivitas
pada temperatur di atas 70C. Di katoda, ion H + akan tereduksi menjadi gas H2,
sedangkan di anoda, ion F- akan teroksidasi menjadi gas F2.
Gas Cl2 dapat di peroleh melalui elektrolisis lelehan NaCl maupun elektrolisis
larutan NaCl. Melalui kedua elektrolisis tersebut, ion Cl - akan teroksidasi
membentuk gas Cl2 di anoda. Gas Cl2 juga dapat diperoleh melalui proses kloralkali, yaitu elektrolisis larutan NaCl pekat (brine). Reaksi yang terjadi pada
elektrolisis brine adalah sebagai berikut :
2 NaCl(aq) + 2 H2O(l) > 2 NaOH(aq) + H2(g) + Cl2(g)
Reaksi antar halogen, reaksinya secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut:
X2 + nY2
2XYn
22
23
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Menurut teori orbital molekul, bila 2 atom bergabung membentuk
molekul, maka setiap orbital pada atom-atom yang terlibat dan sama energinya
membentuk orbital molekul. Pendekatan Linier Combination of Atomic Orbital,
menghasilkan 2 fungsi gelombang yang mencerminkan energi orbital molekul
ikatan dan energi orbital molekul antiikatan. Orbital molekul ikatan adalah daerah
dimana kerapatan elektron paling besar dan didaerah antar kedua inti, sedangkan
orbital molekul antiikatan adalah daerah dimana Kerapatan elektron paling besar
dan berada jauh dari daerah antar kedua inti. Jumlah dan jenis orbital molekul
atau , ditentukan oleh jumlah dan jenis orbital atom pembentuknya.
Pengisian elektron pada orbital molekul, mengikuti prinsip Pauli, aturan Aufbau
dan aturan Hund, sama dengan pengisian orbital atom. Teori Orbital Molekul
dapat diterapkan pada molekul diatomik heteronuklir, menjelaskan sifat magnetik
senyawa dan kekuatan ikatan melalui orde ikatan.
Hibridasi adalah peristiwa penggabungan beberapa orbital atom dan
menghasilkan orbital hibrida yang jumlah, bentuk dan arahnya ditentukan oleh
jumlah dan jenis orbital atom pembentuknya. Ikatan pada molekul C6H6 dapat
dijelaskan melalui gabungan teori Ikatan Valensi dan Teori Orbital Molekul.
Orbital Molekul terdelokalisasi merupakan daerah yang tersebar pada 3 atom atau
lebih dalam molekul, dimana rapat elektron paling tinggi.
24
Daftar Pustaka
Asyanto, Irwanda. 2014. Unsur Unsur Periode Pendek yang Pertama.
http://irwanda132.blogspot.com/2014_01_01_archive.html. Diakses tanggal
5 Oktober 2014
Nhasrudin.
2012.
Gas
Mulia
dan
Halogen.
http://nhasrudin.wordpress.com/2012/05/03/gas-mulia-dan-halogen/.
Diakses tanggal 5 Oktober 2014
Pangganti,
Esdi.
2011.
Unsur
Unsur
Golongan
Utama.
http://esdikimia.wordpress.com/2011/10/25/unsur-unsur-golongan-utama/.
Diakses Tanggal 5 Oktober 2014
Rauna,
Sfendi.
2010.
Logam.
Yuni.
2012.
Teori
Orbit
http://kawaiarisu.blogspot.com/2012/06/teori-orbit-molekul.html.
Molekul.
Diakses
Kimia
Pasca
UNP.
2011.
Hibridisasi
Orbital.
http://zonaliakimiapasca.wordpress.com/2011/05/07/hibridisasi-orbital/.
Diakses tanggal 5 Oktober 2014
25