3 Ikhsan PDF
3 Ikhsan PDF
29
c) Tegangan geser yang diizinkan untuk pembebanan tetap, besarnya sama dengan 0,58
kali tegangan dasar.
....................................................kg/cm2
= 0,58
d) Untuk elemen baja yang mengalami kombinasi tegangan normal dan tegangan
geser, maka tegangan ideal yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan dasar.
.................................................kg/cm2
1
e) Untuk pembebanan sementara akibat berat sendiri, beban berguna, dan gaya gempa
atau gaya angin, maka besarnya tegangan dasar boleh dinaikkan sebesar 30 %.
sem = 1,30 .....................................kg/cm2
Stabilitas Batang Batang Tekan
1. Batang-batang tekan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga terjamin
stabilitasnya ( tidak ada bahaya tekuk ), hal ini harus diperlihatkan dengan
menggunakan persamaan :
N
................ kg/cm2
A
Dimana :
N = gaya tekan pada batang tersebut.
A = luas penampang batang.
= tegangan dasar.
= faktor tekuk yang tergantung dari kelangsingan ( ) dari macam bajanya.
Harga dapat juga ditentukan dengan persamaan :
E
g
0,7. .
s
g
Dimana :
= angka kelangsingan batang
s = Jarak antara sumbu- kesumbu dari 2 baut yang berurutan
Untuk : s 0,183 maka 1
Untuk : 0,183 s 1 maka
Untuk : s 1 maka 2,381 2s
2. Kelangsingan pada batang-batang tunggal dicari dengan persamaan :
L
k
i
Dimana :
Lk panjang tekuk batang tersebut.
i = jari-jari kelembaman batang itu.
Karena batang-batang mempunyai dua jari-jari kelembaman, umumnya akan
terdapat dua harga . Yang menentukan adalah harga yang terbesar. Apab ila
dapat dipastikan bahwa bahaya tekuk hanya ada pada satu arah, maka diambil
harga untuk arah itu.
Stabilitas Balok balok yang dibebani lentur (kip)
30
kip
Jika 250 c 1 c 2 ; maka :
c 250
kip 1
0,3
c 2 250
Jika c 1 c 2 ; maka :
c
kip 2 0,7
c1
Dimana :
Lh
c1
bt s
E
c 2 0,63
tegangan dasar
1. Jika pada balok statis tertentu dimana pada perletakan, pelat badan balok tidak
diberi pengaku samping maka tegangan kip yang menentukan adalah kip terkecil
dan harus memenuhi :
t
kip 0,042 .c 1 .c 2 [ b ]3
h
2. Pada balok-balok statis tak tentu, dimana pada perletakan pelat badan balok diberi
pengaku samping, maka tegangan kip yang diizinkan dihitung dari :
Jika c 1 250; maka :
kip
Jika 250 < c 1 < c 3 ; maka :
c 250
kip 1
0,3
c3 250
31
Jadi c 1 c3 ; maka :
kip
c3
0,7
c1
Dimana :
c 3 = 0,21 ( 1 + ) ( 3 - 2 )
M ki M ka
2 M jep
3. M adalah momen lentur terbesar akibat gaya-gaya yang berkerja diantara kedua
ujung ,ujung tadi dengan mengganggap bahwa titik tumpul pada kedua ujung batang
itu adalah sendi
M ki dan M ka adalah momen pada ujung-ujung bagian balok antara pelatpelat kopel yang jaraknya L.
M jep = momen pada ujung-ujung balok antara pelat-pelat kopel yang
jaraknya L dengan anggapan bahwa ujung-ujung itu terjepit.
4. Jika pada balok statis tak tentu dimana pada perletakan, pelat badan tidak diberi
pengaku samping maka tegangan kip yang menentukan adalah kip terkecil dan
harus memenuhi :
t
kip 0,042.c1 .c 2 .[ b ]3
h
Pembebanan
Beban Mati { PPIUG 1983 Pasal 1.0 (1) }
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu. Dalam
menentukan beban mati struktur bangunan sebagai berikut: Beban mati pada konstruksi
atap terdiri dari: berat penutup atap, berat gording, berat sendiri rafter, berat alat
penyambung
Beban Hidup pada atap gedung (PPIUG 1983)
1. Beban hidup, pada atap dan atau bagian atap serta pada struktur tudung (canopy)
yang dapat dicapai dan dibebani oleh orang, harus diambil minimum sebesar 100
kg / m bidang datar.
2. Beban hidup pada atap dan atau bagian yang tidak dapat dicapai dan dibebani
oleh orang, harus diambil yang paling menentukan diantara dua macam beban
berikut :
a. Beban terbagi rata per m bidang datar berasal dari beban air hujan sebesar (
40 - 0,8 ) kg / m. Dimana adalah sudut kemiringan atap dalam derajat,
dengan ketentuan bahwa beban tersebut tidak perlu diambil lebih besar dari
20 kg / m dan tidak perlu ditinjau bila kemiringan atapnya adalah lebih besar
dari 50.
b. Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam kebakaran
dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg.
32
3. Pada balok tepi atau dari atap yang tidak cukup ditunjang oleh dinding atau
penunjang lainnya dan pada kantilever harus ditinjau kemungkinan adanya
beban hidup terpusat sebesar minimum 200 kg.
Beban Angin ( PPIUG 1983 Pasal 1.0 (3))
Beban angin ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin ditentukan dengan
menganggap adanya tekanan positip dan tekanan negatip (isapan), yang bekerja tegak
lurus pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positip dan tekanan negatip
ini dinyatakan dalam kg/ m2, ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup yang
ditentukan kemudian dengan koefisien-koefisien angin yang ditentukan pula.
1. Tekanan tiup.
a. Tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg / m, kecuali yang ditentukan
dalam ayat-ayat (a),(c), dan (d ).
b. Tekanan tiup di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai harus
diambil minimum 40 kg / m, kecuali yang ditentukan dalam ayat-ayat ( c ) dan (
d ).
c. Untuk daerah-daerah didekat laut dan daerah-daerah lain tertentu, dimana
terdapat kecepatan-kecepatan angin yang mungkin menghasilkan tekanan tiup
yang lebih besar dari pada yang ditentukan dalam ayat-ayat ( a ) dan ( b ),
tekanan tiup ( p ) harus dihitung dengan rumus :
V2
P=
(kg / m 2 )
16
Dimana V adalah kecepatan angin dalam m / det, yang harus ditentukan oleh
instansi yang berwenang.
d. Pada cerobong, tekanan tiup dalam kg / m harus ditentukan dengan
rumus (42,5 + 0,6 h), dimana h adalah tinggi cerobong seluruhnya
dalam meter, diukur dari lapangan yang berbatasan.
e. Apabila dapat dijamin suatu gedung terlindung efektif terhadap angin
dari suatu jurusan tertentu oleh gedung-gedung lain, hutan-hutan
pelindung atau penghalang-penghalang lain, maka tekanan tiup dari
jurusan itu menurut ayat-ayat (a) s/d (d) dapat dikalikan dengan
koefisien reduksi sebesar 0,5.
2. Koefisien angin Sumber: PPIUG 1983 Hal : 23
1. Gedung tertutup
Untuk bidang-bidang luar, koefisien angin (+ berarti tekanan dan berarti isapan), adalah sebagai berikut :
a. Dinding vertikal :
di pihak angin
+0,9
di belakang angin
-0,4
sejajar dengan arah angin
-0,4
b. Atap segi tiga dengan sudut kemiringan :
Di pihak angin :
65 ( 0,02
-0,4 )
65 90
+0,9
Dibelakang angin, untuk semua
-0,4
c. Atap lengkung dengan sudut pangkal :
33
34
untuk struktur baja, SAP2000 menyediakan fasilitas Auto Select yang mampu mendisain
profil baja yang paling optimal.
Salah satu kelebihan program SAP 2000 adalah kita tidak hanya berhenti pada
analisis struktur (untuk mengetahui gaya dalam yang timbul) saja, tapi juga bisa
melanjutkan ke bagian check/disain struktur untuk mengetahui tegangan yang timbul
pada profil (baja).
Secara garis besar, perancangan model struktur frame dengan SAP 2000 ini akan
melalui 7 tahapan yaitu :
1. Menentukan geometri model struktur.
2. Mendefinisikan data-data ;
- Jenis dan kekuatan bahan.
- Dimensi penampang elemen struktur.
- Macam beban.
- Kombinasi pembebanan.
3. Menempatkan (assign) data-data yang telah didefinisikan ke model struktur ;
- Data penampang.
- Data beban.
4. Memeriksa input data.
5. Analisis Mekanika Teknik ( MT ).
6. Disain struktur baja sesuai aturan yang ada.
7. Modifikasi struktur/re-design.
Data dan Metode
a. Data Awal
Bahan Kuda Kuda
: Baja WF 250 x 125 x 6 x 9
Bahan Gording
: Light Channel C 150x65x20x3.2
Mutu baja
: BJ 37 ( = 1600 kg/cm2 )
Jenis Bangunan
: Konstruksi Tertutup
Bahan Penutup Atap
: Genteng Tegola
Berat Penutup Atap
: 8.5 kg/m2
Bentang Kuda-Kuda
: 13 m ; Panjang rafter 1 sisi = 10.68 m
Jarak Kuda-Kuda
:3m
Jenis Atap
: Perisai
Jarak Antar Gording
: 1,3 m
: 54o
Sudut Miring Atap Atas ( )
Sin = 0.80 ; Cos = 0.58
Rencana Beban Angin
Penggantung Gording
: 40 kg/m2
: untuk bentang 3.00 m = 1 buah
35
II.
13
III.
14
IV.
15
16
17
18
19
URAIAN
A . Kuda-kuda
WF250x125x6x9
WF250x125x6x9
WF250x125x6x9
WF250x125x6x9
WF250x125x6x9
WF250x125x6x9
WF250x125x6x9
WF250x125x6x9
WF250x125x6x9
WF150x75x5x7
WF150x75x5x7
WF150x75x5x7
B. KOLOM PENDEK
WF300x175x7x11
C.GORDING
C 150x65x20x3,2
D.RG-1
C150x65x20x2,3
C150x65x20x2,3
C150x65x20x2,3
C150x65x20x2,3
C150x65x20x2,3
C150x65x20x2,3
PANJANG ( m)
3,945
4,32
14,64
15,695
2,159
16,14
10,125
11,185
9,085
9,405
10,347
2,062
0,75
27,093
13,7
10,75
15,2
12,106
12,131
10
18
1
2
2
1
1
29,6
29,6
29,6
29,6
29,6
29,6
29,6
29,6
29,6
14
14
14
467,088
1,022,976
866,688
464,572
639,064
477,774
20,25
993,228
268916
263,34
144,858
28,868
JUMLAH A
5,082,464
49,6
372
JUMLAH B
372
7,51
3,662,432
JUMLAH C
3,662,432
5,5
5,5
5,5
5,5
5,5
JUMLAH D
75,35
118,25
167,2
66,583
667,205
4,941,035
36
= 0.02 x ( 54 ) 0.4
= 0.68 kg/m ( Tekan )
Koefisien angin kiri
= - 0.02 x ( 54 )
= 1.08 kg/m
q angin kanan
= 0.68 x ( 40 ) x ( 1.3 )
= 35 kg/m 25 kg/m... ok
q angin kiri
= -0.4 ( 54) ( 1.3 )
= 28.08 kg/m 25 kg/m
Q total angin kanan + kiri = 35 + 28.08 = 63.08 kg/m
Kombinasi Pembebanan :
Diperoleh dari tabel SKSNI 15-1991-03, Hal : 13
1. WD = 112.75 kg/m
2. WL = 350 kg/m
3. W = 63.08 kg/m
= 0.75 x ( 1.2 . D + 1.6 . L + 1 . ( W )
= 0.75 x ( 1.2 x 112.75 ) + ( 1.6 x 350 ) + ( 1 x ( 63.08 )
= 568.78 kg/m
Mmax ( arah x )
= 1/8 . q . l
= 1/8 x 568.78 x ( 10.82 )
= 8323 kgm
Mmax ( arah Y )
= 1/8 x q x l
= 1/8 x 568.78 x ( 13 )
= 12015 kgm
Kontrol tegangan
Tegangan yang terjadi :
Mx My
Wx Wy
8323 12015
=
33.0
9.37
= 251.78 + 1282
= 1534 kg/cm2 < 1600 Kg/cm2 .................( OK )
Kontrol lendutan :
Lendutan yang terjadi :
5 (q cos ) L4 1 P cos L3
x
384 E I x
48 E I x
5 (8323.0.58).(10.82) 4 1 100 0.58.(10.82) 3
384
48 2.1.10 6 284
2.1.10 6 284
= 0.001447 cm
5 (q sin ) L4 1 P sin L3
y
384 E I y
48 E I y
37
38
= 0.041458 cm
tot x 2 y 2
= 0.001447 2 0.041458 2
= 0.0414 cm
1
ijin
L
360
1
=
(10.82)
360
= 0.030 cm > 0.0414 cm..( OK )
C. Perhitungan Kuda-Kuda
Dicoba WF 250 x 125 x 5 x 8
Diperoleh dari Tabel Profil Baja Hal : 23
Berat
: 25.7 kg/m
A
: 32.68 cm2
Ix
: 3.540 cm4
Iy
: 255 cm4
Wx
: 285cm3
Wy
: 41.4 cm3
ix
: 10,4 cm4
iy
: 2,79 cm4
Pembebanan Akibat Beban Mati :
Diperoleh Dari PPIUG Hal : 11,12. tabel 2.1
Berat gording ( 3x18x5.50)
= 297 kg m
Berat atap ( 3x8.5x13.5)
= 344.25 kg m
Usuk + reng ( 3x13.5x40)
= 1620 kg m
Beban air hujan ( 3x20x13.5 )
= 8.1 kg m
Berat alat penyambung ( 10%)
= 60 kg m
Wdtotal
= 2329 kg
Berat per m1 = 2329 / 13.5
= 172.5 kg/m1
Beban dalam arah vertikal = 172.5 / cos 540
= 297.4 kg/m1
Pembebanan Akibat Beban Hidup :
Beban terpusat
( P )
= 100 kg/m
Beban hidup
= 250 kg/m
WLtotal
= 350 kg/m
Pembebanan Akibat Beban Angin
Diperoleh dari tabel PPIUG Hal : 23,pasal 4.3
Koefisien angin kanan
= 0.02 x ( 54 ) 0.4
= 0.68 kg/m ( Tekan )
Koefisien angin kiri
= - 0.02 x ( 54 )
= 1.08 kg/m
39
q angin kanan
= 0.68 x ( 40 ) x ( 1.3 )
= 35 kg/m 25 kg/m... ok
q angin kiri
= -0.4 ( 54) ( 1.3 )
= 28.08 kg/m 25 kg/m
Q total angin kanan + kiri = 35 + 28.08 = 63.08 kg/m
Kontrol Kestabilan kuda-kuda :
Dari Output SAP diketahui :
N
: 40890 Kgm
M : 19810 Kgm
D
: 14649 Kgm
Stabilitas batang tekan
Lk = 10.68 m = 1068 cm
L
1068
- k
3.83 cm
iy
2.79
1.000 { Tabel 3 PPBBI 1984 }
Kontrol terhadap tegangan
N
40890 Kg
1.000
A
32.68 Cm 2
= 1251.22 Kg / Cm2 < 1600 Kg / Cm2 ( OK )
Stabilitas terhadap KIP ( Lateral Torsional Buckling )
h
250
75
= 50 75
5
tb
L
b
1068
12.5
1,25
= 43.44 >1,25
= 19.531
25
0 .8
h
ts
Penampang tidak berubah bentuk.
Lxh 1068 x 25
1708.8
C1
bxt s 12.5 x0,8
C 2 0.63
0.63
2,1x10 6
826.875
1600
dasar
C1 > C2 maka :
C
826.875
kip 2 0,7
0,7 1600
C1
1708.8
= 541.95 kg / cm2
3
tb
kipp 0,042 C1 C 2 dasar
h
3
0,5
= 0,042 1708.8 826.875 x
1600
25
= 759.6 Kg / cm2 > 541.95 Kg / cm2 (OK)
Kontrol terhadap tegangan
40
N
40890 Kg
1.000
A
32.68 Cm 2
= 1251.22 Kg / Cm2 < 1600 Kg / Cm2 ( OK )
d. Perhitungan Kolom Pendek
Dicoba WF 300 x175 x 6 x 9
Diperoleh dari Tabel Profil Baja Hal : 23
Dengan data data sbb :
Berat
A
Ix
Iy
Wx
Wy
ix
iy
: 41.1 kg/m
: 52.68 cm2
: 11.100 cm4
:792 cm4
: 641 cm3
: 91.0 cm3
: 14.5 cm
: 388 cm
41
URAIAN
A . Kuda-kuda
WF250x125x5x8
WF250x125x5x8
WF250x125x5x8
WF250x125x5x8
WF250x125x5x8
WF250x125x5x8
WF250x125x5x8
WF250x125x5x8
WF250x125x5x8
WF125x60x6x8
WF125x60x6x8
WF125x60x6x8
III.
14
IV.
15
16
17
18
19
C.GORDING
C 150x65x20x2.3
D.RG-1
C150x50x20x2,3
C150x50x20x2,3
C150x50x20x2,3
C150x50x20x2,3
C150x50x20x2,3
PANJANG ( m)
3,945
4,32
14,64
15,695
2,159
16,14
10,125
11,185
9,085
9,405
10,347
2,062
0,75
27,093
4
8
2
1
1
1
2
3
1
2
1
1
10
18
13,7
10,75
15,2
12,106
12,131
1
2
2
1
1
25.7
25.7
25.7
25.7
25.7
25.7
25.7
25.7
25.7
13.2
13.2
13.2
405.546
888.192
752.496
403.3615
55.4863
414.798
520.425
862.3635
233.4845
248.292
136.5804
27.2184
JUMLAH A
4948.244
41.4
310.5
JUMLAH B
310.5
5.5
2682.207
JUMLAH C
2682.207
4.51
4.51
4.51
4.51
4.51
61.787
96.965
137.104
54.59806
54.71081
405.1709
42
DATA AWAL
BIAYA DATA
AWAL
DATA HASIL
ANALISA
KUDA-KUDA WF250,125,6,9
WF250,125,5,8
K.PENDEK WF300,175,7,11 Rp.186,213,123 WF300,175,7,11
GORDING C 150,65,20,3,2
C 150,65,20,3,2
BIAYA DATA
ANALISA
EFISIENSI
Rp.161,706,103
86%
Daftar Pustaka
Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung
(PPIUG 1983),Yayasan Lembaga Penyelidiki Masalah Bangunan , Bandung
Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia
(PPBBI 1984), Yayasan Lembaga Penyelidiki Masalah Bangunan , Bandung
Santoso H.Ir, Tabel Profil Baja
Departeman Pekerjaan Umum, Tata Cara Perhitungan Beton Untuk Bangunan Gedung
(SKSNI-1-1991-03)