Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus.1 Campak juga disebut rubeola, morbili atau measles. Campak biasanya menyerang
anak-anak berusia 5-10 tahun sebelum pengguna vaksin campak. Setelah masa imunisasi
(mulai tahun 1977), penyakit ini sering menyerang anak usia remaja dan orang dewasa
muda yang tidak mendapat vaksinasi sewaktu kecil atau yang diimunisasi pada saat
usianya lebih dari 15 bulan2. Campak biasanya menyerang anak-anak dengan derajat
ringan sampai sedang. Campak dapat meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis
akibat peradangan otak (ensefalitis)1. Musim yang baik untuk terjadinya wabah penyakit
campak adalah musim dingin dan permulaan musim semi, mungkin karena masa hidup
virus lebih panjang pada kelembaban yang relatif lebih rendah. Di Indonesia, menurut
penelitian retrospektif dilaporkan bahwa campak di Indonesia ditemukan sepanjang tahun.
Penularan yang paling efisien melalui paparan langsung dengan penderita yang terinfeksi
dan karena virus campak dapat hidup dalam droplet saluran nafas selama beberapa jam
maka penularan tidak memerlukan kontak langsung dengan penderita campak. Penderita
paling infeksius antara 4-5 hari sebelum munculnya ruam sampai 4 hari setelah munculnya
ruam 2.

BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 Definisi
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus
yang umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3
1

stadium yang masing-masing mempunyai ciri khusus: (1) Stadium masa tunas berlangsung
kira-kira 10-12 hari, (2) stadium prodromal dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat
dan ditemukan enantem pada mukosa pipi (bercak Koplik), faring dan peradangan mukosa
konjungtiva, dan (3) stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga
menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul didahului dengan suhu badan
yang meningkat, selanjutnya ruam menjadi menghitam dan mengelupas.3
II. 2 Epidemiologi
Campak merupakan penyakit endemis, terutama dinegara sedang berkembang. Di
Indonesia penyakit campak sudah dikenal sejak lama. Di masa lampau campak dianggap
sebagai suatu hal yang harus dialami setiap anak, sehingga anak yang terkena campak tidak
perlu diobati, mereka beranggapan bahwa penyakit campak dapat sembuh sendiri bila ruam
sudah keluar. Ada anggapan bahwa semakin banyak ruam yang keluar semakin baik. Dari
penelitian retrospektif dilaporkan bahwa campak di Indonesia ditemukan sepanjang tahun.
Studi kasus campak yang dirawat inap di rumah sakit selama kurun waktu lima tahun
(1984-1988), memperihatkan peningkatan kasus pada bulan Maret dan mencapai puncak
pada bulan Mei, Agustus, September dan Oktober.3
Kejadian luar biasa campak lebih sering terjadi di daerah pedesaan terutama yang
sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan, khususnya dalam program imunisasi. Di daerah
transmigrasi sering terjadi wabah dengan angka kematian tinggi. Di daerah perkotaan
khusus, kasus campak tidak terlihat, kecuali dari laporan rumah sakit. Hal ini tidak berarti
bahwa daerah urban terlepas dari campak. Daerah urban yang padat dan kumuh merupakan
daerah rawan terhadap penyakit yang sangat menular seperti campak. Daerah semacam ini
dapat merupakan kejadian luar biasa penyakit campak.3

II. 3 Etiologi
Virus campak berada di sekret nasofaring dan di dalam darah, minimal selama
masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. 3 Penyakit ini
disebabkan oleh virus campak dari famili Paramyxovirus genus Morbilivirus. Virus ini
merupakan virus RNA serat negatif yang berenvelop. 4 RNA virus ini mempunyai 2 fungsi
yaitu: (1) Sebagai template/cetakan untuk mensintesis mRNA (2) Sebagai template/
cetakan untuk mensintesis serat anti genom (+).5
Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi. Apabila
berada di luar tubuh manusia, keberadaannya tidak kekal. Pada temperatur kamar ia akan
2

kehilangan 60% sifat infektivitasnya setelah 3-5 hari, pada suhu 37C waktu paruh usianya
2 jam, sedangkan pada suhu 56C hanya satu jam. Sebaliknya virus ini mampu bertahan
dalam keadaan dingin. Pada suhu -70C dengan media protein ia dapat hidup selama 5,5
tahun, sedangkan dalam lemari pendingin dengan suhu 4-6C, dapat hidup selama 5 bulan.
Tetapi bila tanpa media protein, virus ini hanya mampu bertahan selama 2 minggu, dan
dapat dengan mudah dihancurkan oleh sinar ultraviolet.3
II. 4 Penularan
Virulensi campak sangat tinggi terutama pada anak yang rentan dengan kontak
keluarga yang menderita campak. Campak dapat ditularkan melalui droplet di udara oleh
penderita sejak 1 hari sebelum timbulnya gejala klinis sampai 4 hari sesudah munculnya
ruam. Masa inkubasinya antara 10-12 hari. Ibu yang pernah menderita campak akan
menurunkan kekebalannya kepada janin yang dikandungnya melalui plasenta, dan
kekebalan ini bisa bertahan sampai bayinya berusia 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi
diharapkan membentuk antibodinya sendiri secara aktif setelah menerima vaksinasi
campak. Dalam waktu 12 hari setelah infeksi campak sampai puncak titer sekitar 21 hari,
IgM akan terbentuk dan akan cepat menghilang untuk kemudian digantikan oleh IgG.2
II. 5 Patogenesis
Penyakit campak adalah penyakit pada manusia terutama menyerang aak-anak
melalui saluran nafas. Penyakit ini mempunyai masa inkubasi 10-14 hari. 4 Virus menyebar
melalui udara dan masuk ke saluran nafas dan mungkin hanya butuh jumlah virus yang
sedikit untuk dapat menginfeksi orang yang rentan terhadap penyakit. Virus bereplikasi
pada saluran nafas kemudian virus menginfeksi sel sistem imun yang ada di sekitar saluran
nafas yang mempunyai SLAM+ seperti sel monosit, sel dendritik dan limfosit. Setelah itu
virus menyebar ke jaringan limfe. Karena jumlah virus bertambah banyak maka timbullah
viremia primer, kemudian virus dapat menyebar ke berbagai jaringan dan organ limfoid
termasuk kulit, saluran cerna, hati dan ginjal. Virus melakukan replikasi pada sel
endothelial, epitelial dan monosit/makrofag, infeksi virus campak pada makrofag dapat
meningkatkan ekspresi LFA-1 yang merupakan molekul penempel yang dapat mendorong
masuknya sel ke dalam jaringan sehingga turut berpartisipasi dalam menyebarkan virus.
Kemudian terjadi pembentukan sel raksasa retikuloendothelial (Warthin-Finkeldey) yang
ukurannya mencapai lebih dari 100 nm dan di dekat pusat selnya mengandung lebih dari
100 agregat nukleus. Sel raksasa retikuloendothelial (Warthin-Finkeldey) inilah yang
nantinya menjadi sumber utama penyebaran virus ke jaringan lain. Sel ini banyak
ditemukan pada saat munculnya ruam pada kulit dan dengan mudah ditemukan pada
3

sekresi hidung dan konjungtiva pada saat masa prodromal dan hari pertama timbulnya
ruam. Sel epitel yang diinfeksi virus campak pada periode ini juga ditemukan pada saluran
genitalia dan urine.2

Gambar 1. Patogenesis

Sel endothelial pada pembuluh darah kecil yang diinfeksi oleh virus campak akan
memperlihatkan bukti adanya infeksi campak pada saat gejala prodromal dan muculnya
ruam pada kulit. Hal ini disertai dengan pelebaran pembuluh darah, peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, infiltrasi sel mononuklear dan terjadinya infeksi di jaringan
sekitar. Sel endotel yang diinfeksi ini tampaknya memegang peranan utama dalam
patogenesis dalam perubahan pada kulit, konjungtiva dan membran mukosa.
Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit
Hari

Manifestasi

Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring


atau kemungkinan konjungtiva
Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus

1-2

Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional

2-3

Viremia primer

3-5

Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi


pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh

5-7

Viremia sekunder

7-11

Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran
nafas

11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain


15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang
4

Sumber :Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition

II. 6 Manifestasi Klinis


Sekitar 10 hari setelah infeksi akan muncul demam yang biasanya tinggi, diikuti
dengan koriza/pilek, batuk dan peradangan pada mata

. Gejala penyakit campak

dikategorikan dalam tiga stadium: 1,4


1. Stadium masa inkubasi, berlangsung 10-14 hari.
2. Stadium masa prodromal.
Biasanya berlangsung 2-5 hari. Gejala utama yang muncul adalah demam yang
terus meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,4 40,6 oC pada hari ke 4
atau 5 yaitu pada saat ruam muncul. Selain itu biasanya terdapat lemas, anoreksia,
batuk yang makin berat, koriza/pilek, peradangan mata dan muncul bercak putih
pada mukosa pipi yang merupakan tanda diagnostik dini penyakit campak yang
disebut Kopliks spots. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum
dikelilingi eritema. Kopliks spot pertama muncul pada mukosa pipi yang
berhadapan dengan molar, selanjutnya menyebar dengan arah sentrifugal dan
menutupi seluruh permukaan mukosa pipi dan labialis.

Gambar 2. Kopliks Spot

3. Erupsi (Rash)
Terjadinya eritema berbentuk makulopapular disertai meningkatnya suhu badan.
Ruam ini muncul pertama kali pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang
telinga kemudian menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan
bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya ruam
menyebar ke seluruh punggung, abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ruam tersebut
dapat bertahan selama 5-6 hari. Suhu meningkat dengan mendadak ketika ruam
muncul dan sering mencapai 40C.

Gambar 3. Stadium Erupsi

Dapat timbul batuk dan diare yang berat, sehingga anak bisa mengalami
sesak nafas atau dehidrasi. Tidak jarang pula disertai muntah, anoreksia dan
perdarahan ringan pada kulit. Dua hari kemudian biasanya suhu akan menurun dan
gejala penyakit mereda. Ruam kulit akan mengalami hiperpigmentasi (berubah
warna menjadi lebih gelap) dan mungkin mengelupas. Keterlibatan jaringan limfe
secara menyeluruh dapat mengakibatkan terjadinya limfadenopati, splenomegali
ringan dan apendisitis. 6

Gambar 4. Manifestasi Klinis

II. 7 Diagnosis
Penyakit campak dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang klasik menurut
CDC (Centre for Disease Control and Prevention) dengan kriteria sebagai berikut: 2
1. Terdapat ruam papulomakuler menyeluruh yang terjadi dalam waktu 3 hari atau
lebih.
2. Demam 38,3oC (101oF).
3. Terdapat salah satu dari gejala berikut, batuk, koriza/pilek atau konjungtivitis
Tetapi gejala klinis pada penyakit campak sering mengalami modifikasi misalnya
penyakit campak dapat timbul tanpa disertai demam dan tanpa timbul ruam-ruam pada
kulit. Hal seperti ini sering terjadi pada anak atau bayi yang sangat muda, penderita dengan
6

immunocompromised, anak dengan malnutrisi atau bisa pada anak yang sebelumnya telah
mendapat imunisasi campak.4 Karena banyak penderita menunjukkan gejala yang tidak
jelas, maka untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.2
1. Pemeriksaan darah rutin
Biasanya ditemukan lekositosis dan peningkatan LED namun jarang ditemukan.
2. Deteksi virus
a. Virus campak dapat ditemukan pada sel mononuklear darah tepi, sekresi saluran
nafas, usapan konjungtiva dan dalam urine. Tetapi virus campak sangat sulit
ditemukan, sehingga pemeriksaan untuk menemukan virus jarang digunakan untuk
menegakkan diagnosis penyakit campak.
b. Sel epitel yang berasal dari nasofaring, mukosa bukalis, konjungtiva atau urine
dapat digunakan untuk pemeriksaan sitologi secara langsung untuk melihat sel
raksasa dan mendeteksi antigen dengan menggunakan antibodi terhadap proten N
virus. Protein ini paling banyak ditemukan pada sel yang terinfeksi.
c. Pemeriksaan jaringan langsung pada penderita dengan imunocompromised
karena respon antibodinya tidak terbentuk.
d. RNA virus dapat dideteksi dengan reverse transcription dan diamplifikasi
memakai PCR, teknik ini belum digunakan secara luas untuk menegakkan
diagnosis.
3. Mendeteksi antibody
Diagnosis penyakit campak paling sering ditegakkan dengan pemeriksaan serologi.
Menggunakan sampel saliva atau serum. Antibodi IgM muncul bersamaan dengan
munculnya ruam pada kulit dan sebagian besar dideteksi 3 hari sesudah munculnya
ruam. Antibodi IgM meningkat cepat dan kemudian menurun hingga tidak dapat
dideteksi setelah 4-12 minggu. IgG sebaiknya diperiksa pada sampel yang sama
untuk mengetahui apakah sudah pernah terinfeksi atau sudah pernah mendapat
imunisasi.
Saat pengambilan serum yang tepat untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium
adalah:
a.

Usapan tenggorokan dan saliva diambil dalam 6 minggu sesudah munculnya


gejala untuk pemeriksaan antibodi IgM spesifik campak dan mendeteksi RNA

b.

virus.
Sampel darah diambil dalam 6 minggu sesudah munulnya gejala untuk
mendeteksi antibodi IgM spesifik virus dan RNA virus.

c.

Sampel darah umumnya diambil pada fase akut (1-7 hari setelah munculnya
ruam pada kulit) dan pada fasse konvalesen untuk mendeteksi antibodi IgG
spesifik campak. Positif jika terjadi kenaikan titer antar fase akut dan
konvalesen 4 kali lipat.

II. 8 Penyulit
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih
kecil. Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri.
Beberapa penyulit campak adalah :
1. Bronkopneumonia
Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat
disebabkan oleh invasi langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh
bakteri

(Pneumococcus,

Streptococcus,

Staphylococcus, dan Haemophyllus

influenza). Ditandai dengan adanya ronki basah halus, batuk, dan meningkatnya
frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala pneumonia karena virus campak
akan menghilang kecuali batuk yang masih akan bertahan selama beberapa lama.
Bila gejala tidak berkurang, perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri
yang menginvasi mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak.
Penanganan dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.
2. Encephalitis
Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala
encephalitis biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset
penyakit. Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul
pada stadium prodromal. Tanda dari encephalitis yang dapat muncul adalah :
kejang, letargi, koma, nyeri kepala, kelainan frekuensi nafas, twitching dan
disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya komplikasi ini antara lain adalah adanya
proses autoimun maupun akibat virus campak tersebut.
3. Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan
karakteristik gejala terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti
kejang. Merupakan penyulit campak onset lambat yang rata-rata baru muncul 7
tahun setelah infeksi campak pertama kali. Insidensi pada anak laki-laki 3x lebih
sering dibandingkan dengan anak perempuan. Terjadi pada 1/25.000 kasus dan
menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal. Anak yang belum mendapat
vaksinansi memiliki risiko 10x lebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan
dengan anak yang telah mendapat vaksinasi
4. Konjungtivitis
8

Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat terjadi


infeksi sekunder oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion, pan oftalmitis dan
pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.
5. Otitis Media
Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi.
6. Diare
Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna
sehingga mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya
tahan penderita campak (Soegeng Soegijanto, 2002)
7. Laringotrakheitis
Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga
dibutuhkan tindakan trakeotomi.
8. Jantung
Miokarditis dan perikarditis dapat menjadi penyulit campak. Walaupun
jantung seringkali terpengaruh efek dari infeksi campak, jarang terlihat gejala
kliniknya.
9. Black measles
Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak yang
ditandai dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita
menunjukkan gejala encephalitis atau encephalopati dan pneumonia. Terjadi
perdarahan ekstensif dari mulut, hidung dan usus. Dapat pula terjadi koagulasi
intravaskuler diseminata
II. 9 Penatalaksanaan
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan, anak harus diberikan cukup
cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian
antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan anti konvulsan bila diperluan. Sedangkan pada
campak dengan penyulit, pasien perlu dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak dirawat
di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan
memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai. Vitamin A 100.000 IU per oral
diberikan satu kali, apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU perhari. 1,3 Parasetamol
untuk menurunkan demam dosis 10-15mg/kg BB.
II. 10 Pencegahan
a. Imunisasi aktif
Diberikan vaksin campak pada umur 9 bulan dan 6 tahun dengan dosis 1000
TCID50 atau sebanyak 0,5 ml secara subkutan.
b. Imunisasi Pasif (Imunoglobulin)
9

Indikasi :
Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat imunisasi,

kontak dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan kontraindikasi.


Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak
mempunyai resiko yang tinggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit ini,
maka harus diberikan imunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7 hari
paparan. Setelah itu vaksin MMR diberikan sesegera mungkin sampai usia 12
bulan, dengan interval 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin.7
Pemberian imunisasi campak pada usia kurang dari 12 bulan memerlukan

imunisasi ulang pada usia 15 bulan karena vaksin dinetralisasi oleh antibodi maternal
sedang pemberian imunisasi campak pada usia lebih dari 12 bulan atau 15 bulan tidak
perlu imunisasi ulang, karena dapat memperlihatkan serokonversi yang maksimum
dan daya proteksi vaksin mencapai 95-100 persen jika diberikan pada usia lebih dari 12
bulan.8

II. 11 Prognosis
Pada penyakit campak yang tidak disertai dengan komplikasi maka prognosisnya
baik. Sedangkan pada campak yang disertai komplikasi (misal ensefalitis dan pneumonia)
maka prognosisnya buruk karena dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup meskipun
jarang ditemukan. Penyakit campak juga merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas
yang penting pada anak-anak yang mengalami malnutrisi sehingga harus diwaspadai.

10

BAB III
KESIMPULAN
Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular. Menurut etiologinya camak
disebabkan oleh virus RNA dari famili paramixoviridae, genus Morbilivirus, yang
ditularkan secara droplet. Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium yang masing-masing
stadium mempunyai ciri khusus, yaitu stadium tunas, stadium prodromal, dan stadium
erupsi. Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan, anak harus diberikan cukup
cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian
antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan anti konvulsan bila diperluan. Sedangkan pada
campak dengan penyulit, pasien perlu dirawat inap. Campak dapat dicegah dengan
melakukan imunisasi aktif ataupun pasif.

Pada penyakit campak yang tidak disertai

dengan komplikasi maka prognosisnya baik. Sedangkan pada campak yang disertai
komplikasi (misal ensefalitis dan pneumonia) maka prognosisnya buruk karena dapat
menimbulkan kecacatan seumur hidup meskipun jarang ditemukan. Penyakit campak juga
merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang penting pada anak-anak yang
mengalami malnutrisi sehingga harus diwaspadai.

11

DAFTAR PUSTAKA
1.

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

2.
3.

Pembeantasannya. Jakarta: Erlangga.


Setiawan, I Made. 2008. Penyakit Campak. Jakarta: Sagung Seto.
Soedarmo, SSP. 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter

4.
5.

Anak Indonesia. Edisi Kedua. Hal 109-18.


Soedarto. 2007. Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya: Airlangga University Press.
Barlow, EW dkk. 2006. The Risk of Seizures After Receipt of Whole-Cell Pertussis or

6.

Measles, Mumps and Rubella Vaccine. N Engl J Med, Vol. 345, No. 9.
Rosenman, M dkk. 2009. Global Measles Mortality 20002008. PubMed, Vol. 58 /

7.

No. 47. 1321-1326.


Meldgaard, Kreesten. 2006. A Population-Based Study Of Measles, Mumps, And

8.

Rubella Vaccination And Autism. N Engl J M ed, Vol. 347, N o. 19


Padri, Salma. 2006. Efikasi Vaksin Campak pada Balita (15-59 bulan).Jakarta. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial RI.

12

Anda mungkin juga menyukai