Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012

69

TINJAUAN KARAKTERISTIK KONSOLIDASI


TANAH GAMBUT BAGAN SIAPI-API
Aazokhi Waruwu

1)

Hasian Haznam, Joko Ramadhan, Mhd. Safri, Agus Jaya K. Daeli


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Medan,
Jalan Gedung Arca No. 52, Telp (061) 7363771, Fax (061) 7347954, Medan, 20217,
Indonesia,
1)

Korespondensi, HP : 081362098080, e-mail : azokhiw@yahoo.com

ABSTRAK
Tanah gambut dapat mengalami pemampatan yang cukup tinggi sehingga kurang
baik digunakan sebagai dasar konstruksi. Perilaku pemampatan tanah gambut dapat diketahui
dari pengujian konsolidasi. Beberapa upaya dapa dilakukan untuk mengurangi pemampatan
tanah gambut, salah satunya dengan pemberian beban awal.
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan contoh tanah gambut yang diambil dari
Bagansiapiapi. Pengujian Konsolidasi dengan beban bertahap pada beberapa rasio penambahan
beban, pengujian konsolidasi setelah beban awal..
Pemampatan gambut Bagansiapi-api terlohat relatif besar, akan tetapi setelah diberikan
beban awal sebesar 10 kPa, 20 kPa dan 40 kPa dengan waktu pembebanan masing-masing 1 hari,
menunjukkan bahwa penurunan tanah gambut semakin kecil, berarti akibat adanya beban awal
dapat mengurangi pemampatan tanah gambut. Rasio penambahan beban LIR 0,5 dan LIR 1,0 lebih
lebih beraturan dari pada LIR 2,0 dan LIR 4,0, dengan demikian rasio penambahan beban yang
baik adalah pada LIR 0,5 dan LIR 1,0.
Kata kunci : gambut, pemampatan, rasio penambahan beban, konsolidasi.

1. PENDAHULUAN
Tanah gambut (peat soil) merupakan tanah yang mengandung bahan organik
dalam jumlah yang besar sehingga mempengaruhi sifat rekayasa tanah tersebut. Dengan
demikian sistem klasifikasi tanah berbeda dengan tanah lempung.

Gambut (peat)

berdasarkan proses terjadinya adalah campuran dari fragmen-fragmen material organik


yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk.
Tanah gambut dibagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu gambut berserat
(fibrous peat), gambut tak berserat (amorphous granuler peat). Untuk membedakan tanah
gambut ini didasarkan atas kandungan serat. Mac Farlane dan Radforth (1965) dalam
Endah dan Eding (1999), tanah gambut berserat mempunyai kandungan serat

20%

sedang tanah gambut tak berserat < 20%.


Endah (1997) memberikan gambaran sifat fisik dari tanah gambut di antaranya
kemampuan yang cukup tinggi untuk menyerap dan menyimpan air, sehingga kadar

Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012

70

airnya cukup tinggi dan akan berkurang dengan drastis bila dicampur dengan tanah
inorganik.
Konsolidasi adalah suatu proses pengurangan volume secara perlahan-lahan pada
tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian air pori.
Proses tersebut berlangsung terus sampai kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh
kenaikan tegangan total telah benar-benar hilang. Proses berkurangnya volume dalam
konsolidasi dapat disebabkan karena deformasi partikel-partikel, perubahan jarak antar
partikel, dan keluarnya air dan udara dari pori-pori tanah.
Dhowian dan Edil (1980), menunjukkan bahwa komponen pemampatan tanah
gambut terdiri dari 4 (empat) komponen regangan, yaitu : regangan seketika ( i),
regangan primer ( p), regangan sekunder ( s), regangan tersier ( t). Sifat mudah pampat
tanah gambut dapat diketahui dari hubungan antara angka pori dengan log tekanan efektif
(e-log

). Dari kurva angka pori terhadap log tekanan efektif yang dilakukan oleh

Soepandji dan Bharata (1996) terlihat bahwa gambut palembang mempunyai bentuk
kurva yang mulus seperti pada tanah inorganik.
Farni (1996) menyatakan bentuk kurva pemampatan pada tanah gambut yang
telah mengalami beban awal dengan besar dan periode pembebanan bervariasi
menunjukan adanya peningkatan perbaikan perilaku pemampatan, karena pemampatan
pada semua uji dijumpai bahwa pemampatan primer terbesar terjadi pada menit-menit
awal (Munawir, 1993). Sedangkan Endah dan Eding (1999, 2000) menyatakan bahwa
pemampatan primer pada tanah gambut berlangsung sangat cepat yaitu sekitar 10-15
menit pertama setelah itu, pemampatan tetap berlangsung sebagai akibat adanya rangkak
(creep).
Soepandji

dkk

(1999)

tanah

gambut

dengan

kondisi

over

consolidated, konsolidasi isotropik yang terjadi relatif kecil (dalam hal ini 3 =30
kPa) akan menghasilkan suatu kondisi pemampatan tanah yang optimum, hal ini
dibuktikan dengan besarnya nilai regangan pada kondisi kritis yang lebih besar, bila
dibandingkan dengan kondisi normally consolidated.
Farni (1996) menyatakan bentuk kurva pemampatan pada tanah gambut yang
telah mengalami beban awal dengan besar dan periode pembebanan bervariasi
menunjukan adanya peningkatan perbaikan perilaku pemampatan, karena pemampatan
pada semua uji dijumpai bahwa pemampatan primer terbesar terjadi pada menit-menit
awal (Munawir, 1993).
Endah dan Eding (1999, 2000) menyatakan bahwa pemampatan primer pada
tanah gambut berlangsung sangat cepat yaitu sekitar 10-15 menit pertama setelah itu,

Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012

71

pemampatan tetap berlangsung sebagai akibat adanya rangkak (creep). Kecepatan


pemampatan primer dipengaruhi oleh rasio penambahan beban dan sistem pembebanan
tetap, sedangkan kecepatan pemampatan sekunder tidak terpengaruh tetapi cenderung
meningkat pada beban rendah (maksimum 320 kPa ) dan kemudian menurun dengan
meningkatnya beban.
Soepandji dan Bharata (1996) menyatakan bahwa untuk tekanan efektif yang
kecil (25 kPa dan 50 kPa) terlihat fenomena yang sama, yaitu sulitnya memisahkan
pemampatan primer dan pemampatan sekunder, sedangkan pada tekanan efektif yang
besar (100-400 kPa) terlihat batas antara kedua pemampatan tersebut kecepatan
pemampatan sekunder adalah linier terhadap waktu.
Sifat mudah pampat tanah gambut dapat diketahui dari hubungan antara angka
pori dengan log tekanan efektif (e-log ). Dari kurva angka pori terhadap log tekanan
efektif yang dilakukan oleh Soepandji dan Bharata (1996) terlihat bahwa gambut
palembang mempunyai bentuk kurva yang mulus seperti pada tanah inorganik, sedangkan
Endah dan Wardana (1998) menyatakan bahwa makin tinggi kandungan organik tanah
makin besar pemampatan tanah yang bersangkutan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sing W.L. dkk (2008) menunjukan hubungan
koefisien konsolidasi vertikal (cv) dan koefisien konsolidasi sekunder (c1), tersier (c2)
terhadap tekanan konsolidasi pada tanah gambut tidak terganggu dan yang distabilisasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada tekanan konsolidasi 12,5 sampai 800 kPa dengan
rasio penambahan beban 2, nilai cv tanah gambut berada di antara 12,803 sampai 50,953
2

m /tahun. Sedangkan c1 sebesar 0,003 sampai 0,021 dan c2 0,010 sampai 0,053.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan contoh tanah gambut yang diambil
dari beberapa daerah di Bolungkut Kecamatan Merbau Labuhan Batu Utara Propinsi
Sumatera Utara dan Bagansiapiapi Riau. Alat yang digunakan untuk uji konsolidasi pada
tanah gambut adalah alat Konsolidasi Oedometer. Uji dilaksanakan di Laboratorium
Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Medan.
Penelitian pendahuluan dilakukan meliputi berat volume, gravitas khusus
(specific gravity), kadar air, angka pori awal, kadar abu, kadar organik, dan kadar serat.
Dari hasil uji sifat fisik diperoleh kadar air, berat jenis, kandungan organik, kadar serat,
kadar abu, kemudian berdasarkan data tersebut tanah gambut diklasifikasikan.
Metode uji konsolidasi yang digunakan untuk mengetahui perilaku pemampatan
tanah gambut adalah sebagai berikut ini:

Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012

72

Metode konsolidasi yang dilakukan dalam penelitian ini melalui 3 tahapan :


1.

Uji Konsolidasi Beban Langsung dengan cara pembebanan langsung, beban yang
dikerjakan langsung (25 kpa, 50 kpa, 100 kpa), selama 1 minggu.

2.

Uji Konsolidasi Beban Bertahap dengan cara pembebanan bertahap, beban


dinaikan dua kali lipat setiap harinya, beban yang dikerjakan berturut-turut 25
kPa, 50 kPa, 100 kPa, 200 kPa dan Metode LIR (Load Increment Ratio)
secarabertahap, LIR 0,5, LIR 1,0, LIR 2,0, dan LIR 4,0 masing-masingselama 24
jam.

3.

Uji Konsolidasi Beban Setelah diberi Beban Awal dengan menggunakan


alat konsolidasi dengan beban bertahap 24 jam. Sehingga didapat data kadar aiar
dan berat volume tanah tersebut.
Dari hasil uji konsolidasi Oedometer diperoleh grafik hubungan antara penurunan

dan waktu kemudian dianalisis untuk menghitung koefisien konsolidasi (Cv) dan untuk
menghitung indeks pemampatan (Cc).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Sifat Fisis dan Klasifikasi Tanah Gambut Bagansiapiapi Provinsi Riau
Penelitian pendahuluan terhadap sifat-sifat fisis tanah gambut dari kota Bagansiapiapi
Provinsi Riau adalah sebagaimana yang ada dalam tabel 1.
Tabel 1. Hasil penelitian sifat fisis tanah gambut Bagansiapiapi
No

Sifat Fisis

Nilai Koefisian

Kadar Air ( Wc )

623,33 %

Berat Jenis ( Gs )

1,81

Berat Volume Basah (

Berat Volume Kering (

Angka Pori ( e )

10,284

Kadar Serat

34,23 %

Kadar Abu

6,28 %

Kadar Organik

93,73 %

)
d

1,152 gr/cm

0,160 gr/cm

Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012

73

Tabel 1 menyatakan bahwa tanah gambut Bagansiapiapi Provinsi Riau


diklasifikasikan sebagai tanah gambut berkadar abu sedang (medium peat) karena
mengandung kadar abu diantara 5% - 15% (ASTM D4427-84) (1989). Berdasarkan kadar
seratnya tanah gambut Bagansiapiapi diklasifikasikan sebagai tanah gambut berkadar
serat sedang (Hemic Pead) karena memiliki kadar serat antara 33% - 67% (ASTM
D4427-84 1989), dan diklasifikasikan sebagai tanah gambut berkadar organik tinggi
(Sphagnum moss peat) karena memiliki kandungan organik minimum sebesar 66,6% dari
berat kering (ASTM 1989 D2607-69). Juga menunjukkan bahwa tanah gambut
Bagansiapiapi mempunyai kadar air yang sangat tinggi yaitu 623,33 % dimana sebagian
besar air porinya terserap di sekeliling permukaan butiran.
3.2. Kurva Hubungan Antara Angka Pori dengan Tekanan Efektif
Periode pembebanan dan besar beban awal yang diberikan mempunyai pengaruh
terhadap besar terhadap angka pori, hal ini dapat dilihat pada gambar 1. Tanah gambut
lebih didominasi dengan ruang pori yang diisi dengan air dan udara, terlihat hubungan
dari tingginya kadar air tanah gambut. Perubahan volume berhubungan dengan nilai pada
angka pori semakin besar beban yang diberikan maka semakin kecil nilai angka pori yang
terjadi.
Pada gambar 1 diperlihatkan kurva hubungan angka pori terhadap tekanan efektif
( e - ) pada masing-masing sampel. Besar tekanan efektif sangat mempengaruhi
kecepatan air pori untuk mengalir keluar, terutama proses keluarnya air pori dari
makropri berlangsung cepat. Sebelum beban awal diberikan terlihat bahwa pemampatan
awal relatif besar, akan tetapi setelah diberikan beban awal sebesar 10 kPa, 20 kPa dan 40
kPa dengan waktu pembebanan masing-masing 1 hari, menunjukkan bahwa penurunan
tanah gambut semakin kecil, berarti akibat adanya beban awal yang diberikan, maka
tanah gambut semakin mampat.
Angka pori dihitung setelah dilakukan uji konsolidasi. Pada gambar 2
menunjukkan grafik hubungan antara angka pori terhadap tegangan untuk uji konsolidasi
beban bertahap 24 jam, 48 jam dan uji konsolidasi modifikasi LIR (Load
Increment Ratio), memperlihatkan bahwa semakin besar tegangannya maka angka
pori semakin mengecil. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pemampatan yang lebih
besar pada beban yang besar.

Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012

Gambar 1. Hubungan angka pori dengan tekanan efektif

74

Gambar 2. Hubungan angka pori dengan tekanan efektif


Dari grafik hubungan angka pori terhadap tekanan efektif diperoleh hubungan
bahwa nilai angka pori menurun sebanding dengan penambahan besar tekanan yang
diberikan. Penyebab turunnya angka pori adalah pada saat tekanan diperbesar, ketinggian
sampel tanah mengalami penurunan. Penurunan ini menandakan adanya pengurangan
jumlah dari pori tanah yang ada sehingga mengurangi besarnya angka pori.
Pada LIR 0,5 dan LIR 1,0 grafik angka pori terlihat lebih bagus dari pada LIR 2,0
dan LIR 4,0. Hal ini dikarenakan besarnya rasio penambahan beban pada uji konsolidasi
dan pada LIR 2,0 dan LIR 4,0 penambahan beban hanya terjadi sebanyak tiga kali
dikarenakan sampel uji konsolidasi telah mencapai penurunan yang maksimal sehingga
tidak mampu menerima penambahan beban lagi. Hal ini disebabkan kadar air yang
dimiliki sampel uji konsolidasi tanah gambut sangat besar.

Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012

75

3.3. Indeks Pemampatan (Cc) (Compression Index)


Terdapat pengaruh beban awal terhadap indeks pemampatan sekunder. Pengaruh
yang dimaksud adalah semakin besar beban awal yang diberikan dan semakin besar
angka pori, maka akan semakin kecil nilai indeks pemampatan sekunder, atau sebaliknya
semakin kecil beban awal, maka semakin besar indeks pemampatan sekunder. Pada
gambar 3 terlihat pada beban awal 10 kPa sampai 20 kPa indeks pemampatan terus turun.
Tetapi pada beban awal 40 kPa indeks pemampatan naik. Hal ini disebabkan karena
beban awal yang diberikan pada tanah gambut terlalu besar sehingga nilai indeks
pemampatan menjadi besar. Maka dari itu, sebaiknya untuk penelitian tanah gambut
Bagansiapiapi untuk beban awal Max hanya sebesar 20 kPa saja, sehingga pemampatan
optimum terdapat pada beban 20 kPa dengan indeks pemampatan 0,233.

Gambar 3. Hubungan antara indeks pemampatan dengan besarnya beban awal


Nilai indeks pemampatan akibat modifikasi penambahan beban dapat dilihat pada
gambar 4. Terjadi ketidak beraturan nilai indeks pemampatan yang diperoleh. Hal ini
disebabkan oleh besar kecilnya rasio penambahan beban yang diberikan pada uji
konsolidasi tanah gambut. Nilai indeks pemampatan (cc) ditentukan dari grafik hubungan
antara angka pori terhadap tekanan. Pada gambar 4.8 memperlihatkan bahwa nilai indeks
pemampatan (cc) akan menurun seiring dengan besarnya LIR (Load Increment

Ratio) yang digunakan. Hal ini dikerenakan semakin besarnya LIR (Load Increment
Ratio) maka rasio penambahan beban akan semakin besar sehingga pemampatan akan
terjadi lebih cepat.

Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012

76

Gambar 4. Hubungan antara indek pemampatan terhadap LIR


3.4. Koefisien Konsolidasi (Cv)
Besar beban awal berpengaruh terhadap nilai koefisien konsolidasi, kondisi
tersebut karena semakin besar beban dan lama pembebanan awal maka proses
keluarnya air dari makro pori berlangsung cepat, diikuti dengan penurunan yang
sangat besar, menyebabkan tanah semakin mampat dan kekuatan tanah semakin
bertambah. Semakin besar nilai koefisien pemampatan dan semakin besar nilai
koefisien perubahan volume maka semakin besar nilai koefisien konsolidasi.
Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa nilai koefisisen konsolidasi mengalami

peningkatan pada tekanan 0,5 kg/cm dan mengalami penurunan pada tekanan 1 kg/cm .
Untuk nilai Cv terbesar pada penelitian tanah gambut Bagansiapiapi dengan pembebanan
2

0,4 kg/cm yaitu 0,0158.

Gambar 5. Perbandingan nilai koefisien konsolidasi tanah gambut Bagansiapiapi

Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012

77

Nilaicv yang diperolehpadaujikonsolidasitanahgambutdapatdilihat pada Gambar


6. Besar kecilnya rasio penambahan beban sangat berpengaruh dengan kecepatan aliran
air yang keluar dari pori-pori tanah gambut. Semakin besar rasio beban yang diberikan,
semakin cepat air yang keluar. Hal ini dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Hubungan antara koefisien konsolidasi terhadap besarnya tekanan efektif


Nilai koefisien konsolidasi dipengaruhi oleh besarnya nilai T90 yang diperoleh.
Besarnya pemampayan yang terjadi menyebabkan besarnya nilai T90 yang diperoleh tidak
beraturan.Berdasarkan gambar 6 dapat dikatakan bahwa pada LIR yang kecil proses
konsolidasi berjalan secara lambat, sedangkan pada LIR yang besar proses konsolidasi
berjalan dengan cepat.

Pada iji konsolidasi beban bertahap 24 jam, nilai koefisien

konsolidasi (cv) pada penambahan tekanan sebesar 1,0 kg/cm akan mengalami kenaikan
setelah sebelumnya mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena kadar serat pada sampel
yang cukup tinggi sehingga proses konsolidasi tidak beraturan.
Pada uji konsolidasi LIR 0,5, nilai koefisien konsolidasi (cv) pada penambahan
2

tekanan sebesar 0,422 kg/cm akan mengalami kenaikan setelah sebelumnya mengalami
penurunan. Hal ini terjadi karena kadar serat pada sampel yang cukup tinggi dan sebagai
akibat dari variasi rasio penambahan beban pada uji konsolidasi tanah gambut.

4. KESIMPULAN
Dari studi penelitian serta analisa yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan
antara lain :
1. Sebelum beban awal diberikan terlihat bahwa pemampatan awal relatif besar, akan
tetapi setelah diberikan beban awal sebesar 10 kPa, 20 kPa dan 40 kPa dengan waktu

Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012

78

pembebanan masing-masing 1 hari, menunjukkan bahwa penurunan tanah gambut


semakin kecil, berarti akibat adanya beban awal dapat mengurangi pemampatan tanah
gambut.
2. Rasio penambahan beban LIR 0,5 dan LIR 1,0 grafik angka pori dengan tekanan
terlihat lebih beraturan dari pada LIR 2,0 dan LIR 4,0. Hal ini dikarenakan pada LIR
2,0 dan LIR 4,0 telah mencapai penurunan yang maksimal sehingga penambahan
beban tidak akan mempengaruhi penurunan, dengan demikian rasio penambahan
beban yang baik adalah pada LIR 0,5 dan LIR 1,0.
DAFTAR PUSTAKA
Behzad Kalantari dan Bujang B.K. Huat, 2009, Effect of Fly Ash on the Strength Values
of Air Cured Stabilized Tropical Peat with Cement, EJGE.
Endah, N., dan Eding, I.I., 1999, Aplikasi Model Gibson dan Lo Untuk Tanah Gambut
Berserat di Indonesia, Jurnal Teknik Sipil, ITB, Vol. 6, No. 1, Januari 1999,
Bandung.
Endah, N., dan Eding, I.I., 2000, Pengaruh Rasio Penambahan Beban Terhadap Perilaku
Pemampatan Tanah Gambut Berserat Asal Riau dan Usulan Metode Hardin Untuk
Prakiraan Pemampatannya, Majalah IPTEK, Vol. II, No. 2, ITS, Surabaya.
Endah, N., dan Wardana, G.N., 1998, Korelasi Kecepatan Regangan dan Kandungan
Bahan Organik pada Uji Konsolidasi dengan Metode Constant Rate of Strain,
Media Teknik, No. 4, Tahun XX, Edisi November 1998, hal. 41-49, UGM,
Yogyakarta.
Rahayu, T., 2000, Analisis Pemampatan Sekunder pada Tanah Gambut Jambi dengan
Metode Gibson Lo dan Mikasa Wilson, Tesis, Jurusan Teknik Sipil, ITB,
Bandung.
Sing W.L., 2008, Engineering Behaviour of Stabilized Peat Soil, European Journal of
Scientific Research ISSN 1450-216X Vol.21 No.4 (2008), pp.581-591.
Soepandji, B., Bharata, R., 1996, Perilaku Tanah Gambut Dalam Proses Konsolidasi
Monodimensi dan Analisa Parameter Triaksial Lintasan Tekanan, Jurnal
Geoteknik, HATTI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai