PENDAHULUAN
1
pengkajian stabilisasi tanah, guna untuk memperbaiki sifat-sifat tanah yang terjadi
pada tanah lempung. Jikalau ada beban yang bekerja diharapkan dapat saling
mengunci dengan rapat agar tidak terjadi penurunan (settlement).
Dalam penelitian ini tanah lempung distabilisasikan dengan menggunakan
limbah gypsum, karena gypsum mengandung mineral yang sangat tinggi dan
mengandung kalsium yang dapat mengurangi retak pada tanah dan ini sangat
cocok untuk karakteristik tanah lempung yang kering (Dewi, Sutejo, Rahmadini
dan Arfan, 2019).
Gypsum yang digunakan dalam penelitian ini ialah limbah gypsum yang
merupakan hasil percetakan plafon yang sudah rusak.Maka dari itu dengan
memanfaatkan limbah gypsum sebagai bahan tambahan untuk pengujian
konsolidasi tanah untuk mengurangi dampak pencemaran bagi lingkungan sekitar.
2
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mendapat persentase
penurunan konsolidasi tanah lempung yang dapat distabilisasi dengan limbah
gypsum sehingga dapat memperbaiki sifat fisik dan mekanik tanah. Dan bagi
peneliti yang akan menganalisis penurunan konsolidasi, diharapkan penelitian ini
bisa menjadi referensi umtuk menambah wawasan yang luas.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
No Penelitian Judul Metode Hasil
20%.Hasil uji standard
Proctor didapatkan nilai
berat volume kering
maksimum yang naik dan
nilai kadar air optimum
yang semakin menurun
seiring dengan penambahan
NaCl.
2. Dewi, Pengaruh Pengujian Hasil dari klasifikasi tanah
Sutejo, Limbah Plafon indeks menurut AASHTO
Rahmadini Gipsum properties (American Association of
dan Arfan Terhadap menurut State Highway and
(2019) Penurunan standar ASTM Transport Officials) yaitu
Konsolidasi seperti uji sampel tanah asli termasuk
Pada Tanah kadar air, berat ke dalam tanah berbutir
Lempung jenis, halus > 35% lolos saringan
Ekspansif konsistensi 200 dengan tingkat
Atterberg, penggunaan sebagai
batas cair subgrade cukup sampai
(LL), batas buruk. Hasil uji mineralogi
plastis (PL), di Laboratorium Kimia PT.
analisa Semen Baturaja (Persero)
saringan. Tbk. Yang terdapatpada
Pengujian limbah plafon gipsum
konsolidasi, mengandung 88,54%
koefisien CaSO42H20 dan 41,18%
konsolidasi Sulfur Trioksida (SO3).
(Cv), indeks Nilai indeks pemampatan
pemampatan (Cc) tanah asli diperoleh
5
No Penelitian Judul Metode Hasil
(Cc) sebesar 0,190. Setelah
dicampur dengan limbah
plafon gipsum pada
persentase 15% kadar
limbah plafon gipsum, nilai
indeks pemampatan (Cc)
sebesar 0,080. Pada tanah
asli dengan tekanan 2,5
kN/m2 nilai koefisien
konsolidasi (Cv) diperoleh
sebesar 25,612 m2/tahun
dan pada penggunaan 15%
limbah plafon gipsum
dengan tekanan yang sama
nilai Cv menjadi sebesar
43,469 m2/tahun.
3. Marliyanto Penurunan Pada penelitian Berdasarkan metode
(2018) Konsolidasi ini dilakukan AASHTO, tanah asli dan
Tanah stabilisasi tanah campuran termasuk
Lempung di menggunakan kelompok A-7-6.
Desa Kemiri, bahan Berdasarkan USCS, tanah
Kec. stabilisasi asli dan tanah + gipsum 5%
Kebakkramat, gipsum dan termasuk CH sedangkan
Kab. tras. Ada 2 tanah campuran termasuk
Karanganyar jenis pengujian CL. Pada uji kepadatan,
yang yang nilai berat volume kering
Distabilisasi dilakukan, mengalami kenaikan
Campuran yaitu uji sifat sedangkan w.opt mengalami
Gipsum dan fisis dan sifat penurunan seiring
6
No Penelitian Judul Metode Hasil
Tras mekanis. Uji bertambahnya persentase
sifat fisis tras dan gipsum 5%. Hasil
meliputi uji uji konsolidasi menunjukkan
kadar air, berat nilai Cv mengalami
jenis, batas- kenaikan seiring
batas Atteberg, bertambahnya persentase
dan analisa tras dan 5 % gipsum
butiran tanah. sedangkan nilai Cc dan Sc
Uji sifat mengalami penurunan.
mekanis
meliputi uji
kepadatan
tanah dan
konsolidasi
4. DesyIslan Stsbilisasi Uji sifat fisis Berdasarkan hasil pengujian
dyNeny Tanah meliputi uji sifat fisis, semakin besar
(2022) Lempung kadar air, uji persentase campuran kapur
Menggunakan berat jeni, uji maka nilai kadar air, berat
Kapur batas atterberg jenis, batas cair, indeks
Terhadap (batas cair, plastisitas, dan lolos
Penurunan batas plastis, saringan No.200 mengalami
Konsolidasi batas susut), penurunan dari nilai tanah
Pada Ruas uji indeks asli. Hasil klasifikasi
Jalan Raya plastisitas (uji menuut ASSTHO tanah asli
Wonogiri - analisa ukuran dan tanah campuran kapur
Ponorogo butiran tanah, masuk dalam kelompok A-
nilai GI atau 7-6, yaitu tipe tanah
kelompok berlempung dengan
indeks, penilaian umum sebagai
7
No Penelitian Judul Metode Hasil
klasifikasi tanah dasar dari sedang
tanah). Uji sampai dengan buruk
sifat mekanis apabila digunakan untuk
meliputi uji bangunan dan lapis pondasi
standard pekererasan jalan. Hasil uji
proctor, uji konsolidasi menunjukkan
konsolidasi. bahwa nilai Cv mengalami
kenaikan seriring dengan
bertambahnya persentase
kapur. Sedangkan Hasil
penelitian menunjukkan
bahwa nilai Cc dan Sc
mengalami penurunan
seiring dengan
bertambahnya persentase
kapur.
5. Tumurang Stabilisasi Uji sifat fisik Hasil penelitian yang
(2022) Tanah meliputi uji didapatkan menurut sistem
Lempung properties klasifikasi tanah USCS
Dengan Semen (kadar air, tergolong kedalam
Dan Gypsum berat kelompok CH, sedangkan
Ditinjau Dari jenis,berat menurut sistem klasifikasi
Nilai CBR volume), uji AASHTO diketahui bahwa
analisa tanah tergolong kedalam
granuler kelompo A-7-5. Nilai CBR
(analisis tanah asli unsoaked
butiran dan diperoleh sebesar 7,2% dan
analisis soaked sebesar 1,667%.
hydrometer), Nilai CBR tertinggi dalam
8
No Penelitian Judul Metode Hasil
uji batas keadaan unsoaked yaitu
atterberg, uji pada campuran semen 5% +
pemadatan gypsum 10% dengan waktu
tanah dan pemeraman 7 hari sebesar
pengujian 31,750% dan persentase
CBR. peningkatan dari tanah asli
sebesar 340,972%. Sama
halnya dengan unsoaked,
nilai CBR tertinggi yang
diperoleh dalam keadaan
soaked yaitu pada variasi
campuran semen 5% +
gypsum 10% dengan
pemeraman 7 hari dan
perendaman 4 hari sebesar
26,873% .
9
2.2.1.1 Klasifikasi AASHTO
Klasifikasi AASHTO (American Association Of State Highway and
Transporting Official)Sistem ini bertujuan menentukan kualitas tanah yang
dipergunakan pada pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tanah dasar
(subgrade). Di karena sistem ini ditunjukkan untuk pekerjaan jalan tersebut,
maka dalam penggunaan sistem ini proses pelaksanaannya harus
dipertimbangkan terhadap maksud dan tujuan aslinya. Sistem ini membagi
tanah ke dalam 7 kelompok utama yaitu A-1 sampai dengan A-7. A-1, A-2 dan
A-3 adalah tanah berbutir di mana 35% atau kurang dari jumlah butiran tanah
tersebut lolos ayakan No.200. tanah di mana lebih dari 35% butirannya tanah
lolos ayakan No.200 diklasifikasikan ke dalam kelompok A-4. A-5, A-6 dan A-
7.Butiran dalam kelompok A-4 sampai dengan A-7 disebut sebagian besar
adalah lanau dan lempung. Adapun sistem klasifikasi AASHTO ini didasarkan
pada kriteria sebagai berikut:
A. Ukuran butir
a) Kerikil (gravel) adalah bagian tanah yang lolos ayakan diameter 75
mm dan tertahan pada ayakan No.20 (2 mm).
b) Pasir (sand) adalah fraksi tanah yang lolos ayakan No.10 (2 mm) dan
yang tertahan ayakan No.200 (0,075 mm).
c) Lanau dan lempung (silt and clay) adalah bagian yang lolos saringan
No.200.
B. Plastisitas, plastis adalah kemampuan tanah penyesuaian diri dengan
bentuk pada volume konstan tanpa retak-retak atau remuk. Namun
bergantung pada kadar air, tanah dapat berbentuk cair, plastis, semi padat,
atau padat. Tingkat keplastisan suatu tanah umumnya ditunjukkan dari
nilai indeks plastisitas, yaitu selisih nilai batas cair dan batas plastis suatu
tanah. Namun berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari
tanah mempunyai indeks plastis sebesar 10 atau kurang. Namun
berlempung dipakai bilamana bagian-bagian yang halus dari tanah
mempunyai indeks plastis sebesar 11 atau lebih.
10
C. Apabila batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) ditemukan dalam sampel
tanah yang akan ditentukan klasifikasi tanahnya, maka batuan-batuan
tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu, tetapi persentase tanah yang
dikeluarkan harus dicatat.
Untuk mengkoreksi mutu kualitas dari suatu tanah sebagai bahan lapisan
tanah dasar (subgrade) dari suatu jalan, suatu angka yang dinamakan Indeks
Kelompok (group index) GI, dipergunakan untuk mengevaluasi tanah lebih
lanjut tanah-tanah dalam kelompoknya. Indeks kelompok dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan 2.1 berikut ini:
GI = (F - 35) [0,2 + 0,005 (LL - 40)] + 0,01 (F - 15)(PI - 10) (2.1)
Dengan,
GI : Indeks kelompok (group index)
F: Persen butiran lolos saringan No.200 (0,075 mm)
LL: Batas Cair
PI : Indeks plastisitas
11
5. Tidak ada batasan atas nilai GI, (dalam tabel 2.2 untuk tanah berlempung
A-7, GI maksimum 20)
Umumnya dasar sistem klasifikasi AASHTO dipergunakan
mengklasifikasi tanah, untuk itu data dari uji dicocokkan dengan angka-
angka yang diberikan dalam Tabel 2.2 dari kolom sebelah kiri ke kolam
sebelah kanan hingga ditemukan angka-angka yang sesuai. (Das, 1995).
12
1) Tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir), dengan syarat kurang dari 50%
tanah lolos melalui saringan No.200. Dengan symbol G atau S,G
merupakan singkatan dari kerikil (gravell), dan S untuk pasir (sand)
atau tanah berpasir.
2) Tanah berbutir halus (lanau dan lempung), dengan syarat lebih dari
50% tanah lolos melalui saringan no.200. Dengan symbol M yang
merupakan singkatan dari lumpur anorganik, C singkatan dari lanau
organic, danO singkatan dari lumpur dan lanau organic.
Untuk menentukan klasifikasi tanah pada system USCS dapat dilihat pada
Tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.3 Klasifikasi Tanah USCS
Simbol
Divisi Utama Nama Jenis Kriteria Laboratorium
Kelompok
Kerikil bersih Kerikil gradasi baik dan campuran pasir - kerikil, Cu = D40/D10> 4, Cc = ((D30)²)/(D10
Kerikil 50% atau lebih
GW
ada butiran halus) Kerikil gradasi buruk dan campuran pasir - kerikil,
Tanah berbutir kasar 50% atau lebih
ada butiran halus) Pasir gradasi buruk, pasir berkerikil, sedikit atau tidak
SP Tidak memenuhi kriteria untuk SW
mengandung butiran halus
Kerikil banyak Batas - batas Atterberg di Bila batas Atterberg berada di
SM Pasir berlanau, campuran pasir - lanau
kandungan bawah garis A atau PI < 4 daerah arsir dari diagram
butiran halus Batas - batas Atterberg di plastisitas, maka dipakai
SC Pasir berlempung, campuran pasir - lempung
bawah garis A atau PI > 7 dobel simbol
Lanau tak organik dan pasir sangat halus, serbuk
ML
Tanah berbutir halus 50% atau lebih
lolos saringan no. 200 (0,075 mm)
13
2.2.2 Tanah Lempung
Tanah lempung mengandung bahan organic, himpunan mineral dan
endapan-endapan yang lepas atau turun.Lempung membentuk gumpalan keras
saat kering dan lengket apabila tercampur dengan air.Tanah didefinisikan secara
umum adalah kumpulan dari bagian-bagian yang padat dan tidak terkait antara
satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik) rongga-rongga di
antara material tersebut berisi udara dan air (Verhoef, 1994).
Lempung (clay) adalah bagian dari tanah yang sebagian besar terdiri dari
partikel mikroskopis dan mikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya
dengan mikroskopis biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan
merupakan partikel-partikel dari mika, mineral mineral yang sangat halus lain
(Braja M. Das, 1985). Sifat-sifat tanah lempung pada umumnya terdiri dari
(Hardiyatmo, 1999):
a) Ukuran butir halus kurang dari 0,002 mm
b) Permeabilitas rendah
c) Kenaikan air kapiler tinggi
d) Sangat kohesif
e) Kadar kembang susut yang tinggi
f) Proses konsolidasi lambat
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah lempung
ekspansif secara umum dibedakan menjadi dua yaitu faktor komposisi tanah dan
faktor pengaruh lingkungan.Faktor yang pertama dapat diketahui dengan
mengadakan percobaan di laboratorium pada contoh tanah terusik. Hal-hal yang
perlu di dalam percobaan antara lain tipe dan jumlah mineral, tipe kation di dalam
tanah, luas permukaan, distribusi ukuran partikel dan air pori. Suhardjito, 1989).
2.2.3 Gypsum
Gypsum sangat cocok digunakan untuk stabilisasi tanah lempung. Karena
kadar mineral yang sangat tinggi pada gypsum dapat mengurangi retak pada tanah
yang digantikan oleh kalsium sehingga pengembangannya sedikit. Limdah
gypsum yang digunakan dalam penelitian ini ialah limbah gypsum yang
merupakan hasil percetakan plafon yang sudah rusak dan tidak bisa digunakan
14
lagi. Gypsum adalah salah satu contoh mineral dengan kadar kalsium yang
mendominasi pada mineralnya.
Dalam pekerjaan teknik sipil, manfaat penggunaan gypsum antara lain
seperti berikut ini (Dalam Yulindasari Sutejo dkk, 2015).
a) Gypsum yang dicampur lempeng dapat mengurangi retak karena
sodium pada tanah tergantikan oleh kalsium pada gypsum sehingga
pengembangannya lebih kecil.
b) Gypsum dapat meningkatkan stabilitas tanah organik karena
mengandung kalsium yang mengikat tanah bermateri organik terhadap
lempeng yang memberikan stabilitas terhadap agregat tanah.
c) Gypsum meningkatkan kecepatan perembesan air dikarenakan gypsum
lebih menyerap banyak air
d) Gypsum sebagai penambahan kekerasan untuk bahan bangunan
e) Gypsum sebagai salah satu bahan pembuat Portland Cement
Jenis gypsum yang sering digunakan adalah jenis gypsum aplus. Gypsum ini
dapat digunakan untuk plamir, bermanfaat untuk memperbaiki permukaan tembok
yang retak, kurang rata, kasar dan berlubang kecil. Ada beberapa jenis gypsum
yang bisa digunakan sebagai bahan tambahan untuk stabilisasi namun gypsum
aplus ini cocok digunakan sebagai bahan stabilisasi tanah.
2.2.3.1.Perkerasan Lentur
Perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan aspal sebagai
bahan pengikat.Pada hakekatnya lapisan perkerasannya mempunyai 5
lapisan utama untuk menampung beban lalu lintas yang semakin meningkat
dari hari ke hari. Kegagalan setiap fungsi lapisan akan menyebabkan jalan
mengalami kerusakan dan tidak dapat menanggung beban yang dikenakan
di atasnya dengan baik. Oleh karena itu kerusakan setiap lapisan akan
memberikan dampak terhadap lapisan yang lain. (Gatot Rusbintardjo, 2005).
Ke 5 lapisan utama tersebut dapat diliahat pada Gambar 2.1 berikut :
16
Gambar 2.1 Susunan lapis konstruksi perkerasan lentur
17
c) Untuk efisiensi penggunaan material
d) Sebagai penahan partikel halus tanah dasar yang akan naik ke
lapisan pondasi atas
3. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Base adalah bagian lapisan perkerasan yang terletak antara lapisan
permukaan dengan lapisan perkerasan bawah atau dengan lapisan tanah
dasar bila tidak menggunakan lapisan permukaan bawah. Fungsi dari
lapisan perkerasan atas sendiri adalah sebagai berikut:
a) Sebagai penahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan ke
lapisan bawahnya
b) Sebagai lapisan peresapan bagi lapisan di bawahnya
c) Sebagai bantalan atau alas lapisan permukaan
4. Lapisan Resap Pengikat (Prime Coat)
Adapun fungsi dari lapisan ini adalah sebagai berikut:
a) Dapat menghasilkan satu permukaan yang rata, permukaan ini
menstabilkan gesekan yang terjadi pada berbagai jenis kendaraan
dan dapat memberikan kenyamanan berkendara yang baik
b) Dapat menghalangi masuknya air ke dalam lapisan-lapisan di
bawahnya, yang mana jika air tersebut masuk akan menyebabkan
kelemahan struktur lapisan di bawahnya
c) Sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan beban roda lalu
lintas
d) Lapisan Penutup (Surface)
e) Lapisan penutup adalah lapisan perkerasan jalan yang terletak di
atas lapis permukaan atau di atas lapis pondasi atas yang tergantung
pada jenis atau macam lapisan yang dipakai. Berikut merupakan
fungsi dari lapisan penutup adalah sebagai berikut:
f) Menghasilkan permukaan yang rata dan rapi
g) Mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap kehausan dan
perubahan bentuk permukaan
18
h) Tampilan permukaan lapisan ini juga dapat mengurangi percikan
dan semburan air dari ban kendaraan atau sebagai lapisan kedap air
i) Menyalurkan beban dari kendaraan agar lapisan di bawahnya tidak
akan mengalami perubahan bentuk yang berlebih
j) Bertindak sebagai pelindung lapisan yang ada di bawahnya
k) Sebagai lapisan penahan beban roda
20
c) Sebagai lapisan aus, yaitu lapisan tempat bergeseknya roda
kendaraan
d) Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan dibawahnya sehingga
dapat dipikul oleh lapisan lain dengan daya dukung yang lebih baik
Dengan,
W = Kadar air (%)
Ww= Berat air (gram)
Ws = Berat tanah kering (gram)
21
𝑊𝑤 +𝑊𝑠
𝛾𝑠𝑎𝑡 = (2.6)
𝑉
𝛾′ = 𝛾𝑠𝑎𝑡 − 𝛾𝑤 (2.7)
Dengan ,
2.2.4.3 BeratJenis
Berat jenis merupakan, dimana massa tanah kering yang mengisi
ruangan di dalam lapisan tanah. Adapun persamaan yang dapat digunakan
untuk mencari berat jenis ini, dapat dilihat dari persamaan pada 2.8 berikut
ini:
𝛾 𝑊
𝐺𝑠 = 𝛾 𝑠 = 𝑉 .𝛾𝑠 (2.8)
𝑤 𝑠 𝑤
Dengan,
Gs = Beat jenis tanah (specific gravity) (gr/cm³)
Ws= Berat volume butiran (gr/cm)
Ts= Berat volume butiran (gr/cm³)
Γw= Berat volume air (gr/cm³)
Vs= Volume butiran
22
2.2.4.4 Batas Atterbeg
Untuk menentukan kualitas tanah maka dilakukan pengujian Batas
Atterbeg, yaitu sebagai berikut:
1) Batas Cair(Liquid Limit)
Batas cair (LL) merupakan kadar air tanah yang berada pada batas
antara keadaan cair dan keadaan plastis, pendekatan yang digunakan
untuk mencari batas cair menggunakan persamaan pada 2.9 sebagai
berikut:
𝐿𝐿 = 𝑊𝑛 𝑥 (𝑁⁄25)0,121 (2.9)
Dengan,
LL = Batas cair (%)
Wn= Kadar air pada ketukan ke N (%)
N = Jumlah ketukan
2) Batas Plastis (Plastic Limit)
Batas Plastis(PL) adalah kadar air yang untuk nilai-nilai di bawahnya,
tanah tidak lagi berpengaruh sebagai bahan yang plastis. Tanah
akanbersifat sebaga bahan yang plastis dalam kadar air yang berkisar
antara LL dan PL.Kisaran ini disebut indeks plastisitas.
3) Indeks Plastisitas (Plasticity Index)
Indeks Plastisitas yaitu menyatakan interval kadar air, dimana keadaan
tanah dalam kondisi plastis. Untuk menentukan indeks plastis dapat
menggunakan persamaan pada 2.10 berikut ini.
𝐼𝑃 = 𝐿𝐿 − 𝑃𝐿 (2.10)
Dengan,
IP = Indeks plastisitas (%)
LL = Batas cair (%)
PL = Batas plastis (%)
23
2.2.4.5 Analisa Saringan
Dengan ukuran tanah yang berdiameter 4,75 mm sampai dengan
0.075 mm atau lolos saringan No.4 ASTM dan tertahan saringan No.200
yang berdasarkan ASTM D 422-63.
Perhitungan:
a) Berat masing – masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan
(Wci)
b) Berat tanah yang tertahan (Wbi)
c) Berat tanah yang tertahan (Wai) = Wbi – Wci
d) Jumlah seluruh berat tanah yang tertahan diatas saringan
(SWaiWtot).
e) Presentase tanah yang tertahan pada masing – masing saringan
(Pi)dapat dihitung menggunakan persamaanpada 2.11 berikut ini:
𝑊𝑏𝑖− 𝑊𝑐𝑖
Pi = 𝑥 100% (2.11)
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Dengan ,
K = konstanta yang dipengaruhi temperatur dan berat jenis.
L = Kedalaman efektif.
T = waktu saat pembacaan (menit).
b Hidung presentase berat P dari butir yang lebih kecil, dengan
persamaan pada 2.14 berikut ini:
24
𝑅×𝑎
𝑃= × 100 (2.14)
𝑊
Dengan,
R = Pembacaan hidrometer terkoreksi
a = Angka koreksi untuk hidrometer terhadap berat jenis
W = Berat benda uji (gram).
25
contoh tanah terhadap waktu. Berikut ini merupakan skema alat Oedometer
atau Konsolidometer dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini.
26
Gambar 2.4 Sifat khusus grafik hubungan ∆H terhadap log t
27
Pada konsoliodasi, perubahan tinggi (∆H) persatuan dari awal (H)
adalah sama dengan perubahan volume (∆V) per satuan volume awal, atau
dapat dilihat pada persamaan 2.15 berikut ini:
∆𝐻 ∆𝑉
= (2.15)
𝐻 𝑉
Dengan,
V = Volume
H = Tinggi
∆𝐻= Perubahan tinggi
∆𝑉= Perubahan volume
Berikut ini adalah fase uji konsolidasi dapat dilihat pada Gambar 2.6
dibawah ini.
Bila volume padat Va = 1 dan volume pori awal adalah eo, maka
kedudukan akhir dari proses konsolidasi dapat dilihat dalam Gambar
2.6volume padat besarnya tetap, angka pori berkurang karena adanya ∆ e.
Dari Gambar 2.4 dapat diperoleh persamaan 2.16 berikut ini:
∆𝑒
∆𝐻 = 𝐻 1+𝑒 (2.16)
𝑜
Dengan,
H = Tinggi
28
∆𝐻= Perubahan tinggi
Va= 1= Volume padat
eo= Volume pori awal
29
Beberapa nilai Cc, yang didasarkan pada sifat-sifat tanah pada tempat-
tempat tertentu yang diberikan oleh azzouzdkk, (1976) sebagai berikut :
Cc = 0,01WN (untuk lempung Chicago) (2.20)
Cc = 0,0046 (LL – 9) (untuk lempung Brasilia) (2.21)
Cc = 0,208 eo + 0,0083 (untuk lempung Chicago) (2.22)
Cc = 0,0115WN (untuk tanah organik, gambut) (2.23)
Dengan WN adalah kadar air asli (%) dan eo adalah angka pori.
30
terdapat tambahan tegangan efektif vertikal sebesar (∆p). Sebagai akibat
penambahan tegangan dari po’ ke p1’ (dengan p1’ = po’ + ∆p) terjadi
pengurangan angka pori dari e0 ke e1. Pengurangan volume persatuan
volume lempung. Penurunan untuk lempung normally consolidated(pc’ =
p0’) dengan tegangan efektif sebesar p1’ dapat dilihat pada Persamaan 2.24
berikut ini.
𝐻 𝑝′0 +∆p
𝑆𝑐 = 𝐶𝑐 𝑙𝑜𝑔 (2.24)
1+𝑒0 𝑝0 ′
Dengan,
Cc = indeks pemampatan
H = tebal lapisan tanah
e0 = angka pori awal
∆p = tambahan tegangan akibat beban fondasi
p0’ = tekanan overburden efektif mula-mula sebelum dibebani
31
R50 = (R0 + R100)/2 (2.25)
32
Gambar 2.8 Metode kecocokan log-waktu (Casagrande, 1940)
2.2.12 Metode Akar Waktu (Square Root of Time Methode) (Taylor, 1948)
Penggunaan dari cara ini adalah dengan menggambarkan hasil
pengujian konsolidasi pada grafik hubungan akar dari waktu dengan
penurunannya hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.8 di bawah ini.
33
dengan 1,15 kali absis OQ. Prosedur untuk memperoleh derajat konsolidasi
U = 90%, adalah sebagai berikut :
a. Gambarkan grafik hubungan penurunan dengan akar waktu dari data
hasil pengujian konsolidasi pada beban tertentu yang diterapkan.
b. Titik U = Q diperoleh dengan memperpanjang garis dari bagian awal
kurva yang lurus sehingga memotong ordinatnya di titik P dan
memotong absis di titik Q. Anggapan kurva awal berupa garis lurus
adalah konsisten dengan anggapan bahwa kurva awal berbentuk
parabol.
c. garis lurus PR digambar dengan absis OR sma dengan 1,15 kali absis
OQ.Perpotongan dari PR dan kurvanya ditentukan titik R90 pada absis.
d. Tv untuk U = 90% adalah 0,848. Pada keadaan ini, koefisien
konsolidasiCvdiberikan menurut persamaan 2.27 berikut ini :
0,848𝐻𝑡2
𝐶𝑣 = (2.27)
𝑡90
34
BAB III
METODE PENELITIAN
36
2) Gypsum
Limbah gypsum yang digunakan adalah hasil percetakan plafon yang
kemuadian ditumbuk dan diayak dengan lolos saringan No.200,
sehingga memperoleh hasil yang baik. Dibawah ini, pada Gambar 3.3
merupakan proses pengayakan limbah gypsum.
37
4) Saringan / Ayakan
Saringan atau ayakan dibuat sesuai ketentuan besaran ukuran butiran
suatu material.Dipergunakan untuk menyaring atau membagi tanah
berdasarkan ukuran butir yang tertahan.Berikut ayakan yang digunakan
saat pengujian dapat dilihat pada Gambar 3.5.
38
6) Jangka Sorong
Jangka sorong ialah alat ukur dengan ketelitian yang sangat-sangat tepat
dan akurat.Dipergunakan untuk alat ukur yang berukuran kecil, guna
mengetahui ukuran dalam benda, dapat juga mengukur diameter dalam
maupun luar.Berikut jangka sorong yang dipergunakan dapat dilihat
pada Gambar 3.7.
39
8) Piknometer
Piknometer atau Picnometermerupakan botol kaca memiliki ukuran
atau kapasitas 50-100ml, dipergunakan pada pengujian berat jenis tanah
dan memiliki ketahanan untuk bertahan dalam suhu panas.Berikut
picnometer yang dipergunakan dapat dilihat pada gambar 3.9.
40
Gambar 3.11 Mangkuk
(Sumber: Dokumentasi, 2023)
11) Pisau Perata
Pisauataupunbiasadisebutspatulaadalahalatyangdipergunakanuntuk
mencampur atau meratakan benda uji, dan memiliki mata pisau dengan
panjang 0,75 cm dan lebar 0,20 cm. Berikut pisau perata yang
dipergunakan dapat dilihat pada Gmbar 3.12.
41
Gambar 3.13 Tabung Ukur &Minuskus
(Sumber: Dokumentasi, 2023)
13) Penumbuk
Berat penumbuk ini 2,5 kg digunakan untuk menumbuk tanah pada
pengujian pemadatan tanah. Penumbuk yang digunakan dapat dilihat
pada Gambar 3.14.
42
Gambar 3.15 Cetakan atau Mold
(Sumber: Dokumentasi, 2023)
43
Gambar 3.17 Alat Oedometer Test
(Sumber: Dokumentasi, 2023)
1. Data Primer, yaitu pengambilan data dengan cara langsung seperti pada
penelitian ini, mengambil sampel tanah yang kemudian akan diuji, lalu dari
hasil pengujian tersebut didapatkan hasil berupa data hasil uji sifat fisik dan
mekanis tanah.
44
2. Data Sekunder, yaitu pengambilan data melalui sumber yang sudah ada bisa
dari internet maupun buku. Data sekunder dari penelitian ini yaitu latar
belakang Negara Indonesia, grafik klasifikasi tanah, penelitian terdahulu,
landasan teori dan lokasi pengambilan sampel.
Dari hasil pengujian akan dihasilkan data untuk yang selanjutnya dilakukan
analisis data sehingga didapatkan hasil yang dapat dijadikan sebagai berbandingan
akan keadaan asli atau kondisi asli tanah dan setelah dilakukan percobaan dengan
penambahan bahan tambah untuk campuran tanah tersebut. Pada penelitian ini
banyaknya penggunaan tanah dan campuran limbah gypsum dapat dilihat pada
tabel-tabel berikut ini:
a) Untuk pengujian sifat fisik, banyak tanah yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 3.1 berikut:
45
Tabel 3.1 Pengujian Sifat Fisik
b) Untuk pengujian batas atterbeg variasi, banyak tanah dan gypsum yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Pengujian Batas Atterbeg
c) Untuk pengujian pemadatan tanah asli dan variasi, banyak campuran yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Pengujian Pemadatan Tanah Asli dan Variasi
46
d) Untuk pengujian konsolidasi tanah asli dan variasi, banyak tanah dan
gypsum yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4 Pengujian Konsolidasi Tanah Asli dan Variasi
47
dan harus sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Tabel 3.1 yang telah
disepakati.
Tabel 3.5 Berat Minimum Benda Uji Kadar Air
Ukuran partikel Ukuran Berat minimum benda uji basah
maksimum saringan yang di rekomindasikan untuk
No (100% lolos) standar kadar air
± 0,1% ± 1%
1 ≤ 2,0 mm No. 10 20 gram 20 gram
2 4,75 mm No. 4 100 gram 20 gram
3 9,5 mm 3/8 in 500 gram 50 gram
4 19,0 mm ¾ in 2,5 gram 250 gram
5 37,5 mm 1 ½ in 10 kg 1 kg
6 75,0 mm 3 in 50 kg 5 kg
(Sumber: SNI 1965 – 2008)
Pelaksanaan :
a. Bersihkan dan keringkan cawan kosong, kemudian cawan kosong tersebut
di timbang sebagai berat cawan kosong (W1).
b. Sediakan sampel tanah uji kadar air, lalu masukkan contoh tanah (basah) itu
ke dalam cawan kosong tadi untuk ditimbang sebagai berat cawan + tanah
basah (W2).
c. Kemudian sampel uji tanah (basah) di masukkan ke dalam oven bersuhu
(105⁰C - 110⁰C) selama 16 sampai 24 jam dengan keadaan cawan terbuka.
Tutupan cawan dipasang pada bagian bawah cawan dengan kertas penanda
kode pembeda masing-masing cawan tersebut.
d. Cawan dengan tanah kering di ambil dari dalam oven. Lalu di dinginkan
dalam desikator, setelah tanah tidak lagi panas. Kemudian di timbang
sebagai berat cawan + tanah kering (W3).
48
gr/cm3.Pengujian ini dilakukan menggunakan metode silinder tipis yang
dimasukkan ke dalam tanah, sehingga tidak dapat dilakukan pada jenis tanah
berpasir lepas atau terdapat banyak sekali kerikil. Berikut ini adalah tahapan
pelaksanaan uji berat volume tanah :
a. Ambil cincin, kemudian bersihkan dan timbang beratnya (W1).
b. Letakkan bagian yang tajam dipermukaan tanah dan tekan dengan hati-
hati sampai tanahnya masuk keseluruhannya ke dalam cincin.
c. Potong dan ratakan kedua sisinya dengan pisau.
d. Bila ada sedikit lubang tambal dengan tanah yang sama.
e. Bersihkan sisa-sisa tanah yang menempel pada bagian luar cincin,
kemudian timbang cincin bersi tanah.
f. Hitung volume tanah dengan mengukur ukuran dalam cincin dengan
ketelitian 0.01 cm.
g. Peralatan dibersihkan dan disimpan kembali pada tempatnya.
51
n. Segera setelah di kocokletakkan tabung dalam water bath dan dengan hati-
hati masukkan alat hidrometer. Biarkan alat hidrometer terapung bebas,
dan tekanlahstopwatch.
o. Lakukan bacaan hidrometer (Ra) dan thermometer pada menit ke 2, 5, 30,
60, 250, 1440. Jangan lupa mencatat tanggal/bulan/tahun. Sesudah setiap
pembacaan, cuci dan kembalikan hidrometer kedalam tabung gelas ukur
yang berisi larutan air suling dan lakukan pembacaan hidrometer (bacaan
koreksi terhadap nol hidrometer = Zc). Hal ini disebabkan karena larutan
Difloculating Agent (laurtan kimia yang digunakan untuk memisahkan
butiran tanah) akan mengubah bacaan untuk harga nol. Harga Zc dapat
positif atau negative.
p. Amati selisih antara batas atas dari cekungan permukaan air dalam pipa.
Nilai ini merupakan harga koreksi terhadaptminikus = mc pada umumnya
batas atas dari minikus dijadikan patokan pada saat pengambilan bacaan
selama test berlangsung.
q. Bersihkan alat, lokasi pengujian dan kembalikan seluruh alat pada
tempatnya.
53
i. Lalu dimasukkan ke dalam oven hingga 24 jam.
j. Setelah 24 jam timbang lagi, dan mulailah mengolah data.
54
3.3.4.7 Uji batas aterbeg variasi
Pengujian batas atterbeg variasi dengan campuran gypsum meliputi uji
batas cair, batas plastis dan indeks plastis.Dimana, setiap pengujian
memiliki 3 jenis campuran gypsum yaitu 5%, 10% dan 15%. Langkah
pengujian batas atterbeg sebagai berikut:
A. Pengujian Batas Cair
Pengujian batas cair tanah bermaksud untuk menentukan batas
cair tanah adalah kadar air tanah tersebut berada pada peralihan yang
diperiksa dengan alat Casagrande. Dalam pengujian ini sampelnya
telah dicampur dengan gypsum sebanyak 5%, 10% dan 15%.Berikut
ini langkah-langkah pengujian batas cair tanah :
1. Taruhlah contoh sampel tanah yang sudah dicampur dengan
gypsum (sebanyak ±200 gram) dalam mangkok porselen, lalu
campur rata dengan air destilasi sebanyak 15cc – 20cc. Aduk-
aduk, tekan-tekan dengan spatel, bila perlu tambahkan air secara
bertahap berkisar 1cc – 3cc aduk-aduk dan tekan-tekan. Sehingga
diperoleh adukan yang benar-benar merata.
2. Apabila adukan tanah ini sudah merata dan kebasahannya telah
menghasilkan sekitar 30 – 40 pukulan pada percobaan, taruhlah
sebagian tanah tersebut ke dalam mangkok casagrande. Gunakan
spatel, sebar dan tekan dengan baik agar tanah tidak berongga
atau tidak terperangkatnya gelembung udara dalam tanah.
Ratakan permukaan tanah dan buat mendatar dengan ujung depan
mangkok. Kembalikan tanah yang kelebihan ke dalam mangkok
porselen.
3. Dengan alat pembarut, buatlah alur lurus pada garis tengah
mangkok casagrande searah dengan sumbu alat, sehingga terpisah
menjadi dua bagian secara simetris. Bentuk alur harus baik dan
tajam dengan ukuran sesuai dengan alat pembarut. Untuk
menghindari terjadinya alur yang tidak baik atau ter-
gesernyatanah dalam mangkok casagrande, barutlah dengan
55
gerakan maju dan mundur beberapa kali dengan setiap kali sedikit
lebih dalam.
4. Setelah membuat alur lurus pada garis tengah mangkuk, segera
gerakkan pemutar hingga mangkuk terangkat dan terjatuh sampai
kedua belah tanah bertemu. Catatlah jumlah pukulan pada saat
tanah mulai menyatu.
5. Pada percobaan pertama tersebut, jumlah pukulan harus antara
31s/d 40 kali, lalu masukkan sampel tanah yang berada
dimangkukcasagrande ke dalam 2 sampel cawan A dengan
masing-masing berat cawan 38 gram.
6. Ulangi semua langkah 1 – 5 di atassehingga mendapatkan sampel
tanah yang ketukannya 21 s/d 30 dimasukkan ke dalam cawan B,
ketukan 11 s/d 20 dimasukkan ke dalam cawan C ketukan 1 s/d
10 dimasukkan ke dalam cawan D.
7. Lalu dimasukkan ke dalam oven hingga 24 jam.
8. Setelah 24 jam timbang lagi, dan mulailah mengolah data.
56
b) Lalu bentuklah bola atau bentuk ellipsoida dari contoh tanah
seberat 8 gram (diameter ±13mm). Gilinglah benda uji ini
diatas plat kaca yang terletak pada bidang mendatar dibawah
jari-jari tangan dengan tekanan secukupnya sehingga
terbentuk batang-batang yang berdiameter rata. Gerakan
menggiling tanah menggunakan kecepatan kira-kira ½ detik
satu gerakan maju mundur.
c) Bila pada penggilingan berdiameter batang telah menjadi
sekitar 3 mm (bandingkan dengan batang kawat pembanding)
dan ternyata batangnya masih licin, ambil dan potong-potong
menjadi 6 sampai 8 bagian, kemudian remas seluruhnya
sampai homogen. Selanjutnya giling lagi seperti tadi, jika
gilingan menjadi batang berdiameter 3 mm dan ternyata
batangnya masih licin, ulangi lagi remas bentuk menjadi bola
lagi dan giling lagi sampai seterusnya sampai batang tanah
tampak retal-retak dan tidak dapat digiling lagi menjadi
batang yang lebih kecil meskipun belum mencapai diameter 3
mm.
d) Kumpulkan tanah yang retak-retak atau terputus-terputus di
dalam 2 cawan.
e) Timbang sampel tanah tersebut dengan berat masing-masing
cawan 37 gram.
f) Lalu dimasukkan ke dalam oven hingga 24 jam.
g) Setelah 24 jam timbang lagi, dan mulailah mengolah data.
58
i. Sejumlah tanah lembab yang sudah disiapkan di padatkan dalam silinder dalam
lapisan-lapisan yang sama tebalnya (3 lapisan), sehingga tanah padat yang
diperoleh kira-kira 0,50 cm lebih tinggi dari silinder utama. Setiap lapisan
ditumbuk dengan jumlah tumbukan tertentu secara merata pada seluruh
permukaan. Penumbuk yang digunakan yaitu penumbuk standar dengan berat
2,5 kg.
j. Lepas silinder sambungan (silinder bagian atas), kemudian potong tanah
dengan pisau (straight edge) sehingga tanah rata dengan permukaan silinder,
bila perlu lubang-lubang kecil yang terdapat permukaan tanah ditambal
sehingga permukaan menjadi lebih halus. Lebas pelat dasar, kemudian timbang
silinder bersama tanahnya dan catat beratnya (W2).
k. Keluarkan tanah padat tersebut, kemudian dibelah dan diambil contoh dari
bagian atas, tengah dan bawah secukupnya untuk diperiksa kadar airnya.
Kemudian ditimbang dan catat beratnya (W3).
l. Pekerjaan ini lakukan sebanyak 6 kali sehingga diperoleh 6 data yaitu 3 data
kadar air dibawah kadar air optimum dan 3 data kadar air diatas kadar air
optimum sehingga didapatkan kepadatan tanah maksimum.
60
3.4 Bagan Alir Penelitian
Mulai
Studi Pustaka
Klasifikasi Tanah
61
A
Batas Atterbeg :
a) Batas Cair
b) Batas Plastis
c) Indeks Plastis
Klasifikasi Tanah
Analisa Data
Kesimpulan
&
Saran
Selesai
62
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
63
Tabel 4.2 Pengujian Berat Jenis
No Keterangan Sample
1 Piknometer no A B
2 Massa Piknometer W1 Gram 23,73 24,57
3 Massa Piknometer + Tanah W2 Gram 33,77 34,6
4 Massa Piknometer + Tanah + Air W3 Gram 78,72 79,11
5 Massa Piknometer + Air W4 Gram 73,51 73,73
6 Temperatur t°C 31,5 31,5
7 A = W2-W1 10,04 10,03
8 B = W3-W4 5,21 5,38
9 C = A-B 4,83 4,65
10 Berat Jenis G1 = A/C 2,08 2,16
11 Rata-rata G1 2,118
64
Diameter Tabung cm 5
Tinggi Tabung cm 2
65
100
90
80
70
Persentase Lolos (%)
60
50
Ayakan
40
Hidrometer
30
20
10
0
10 1 0.1 0.01 0.001
Ukuran Butiran (mm)
66
Tabel 4.4 HasilPengujian Batas Cair Tanah Asli
Batas Cair Tanah (LL)
No Uraian Satuan Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D
1 2 1 2 1 2 1 2
1 Jumlah Pukulan (N) 36 30 19 10
2 Berat Cawan (W1) gram 14,55 14,82 14,53 14,16 13,78 13,76 14,91 13,86
3 Berat Cawan + Tanah Basah (W2) gram 33,54 33,23 33,51 33,35 33,92 34,12 34,32 34,24
4 Berat Cawan + Tanah Kering (W3) gram 26,91 26,87 26,53 26,44 26,19 26,09 25,9 25,95
5 Berat Air (W2-W3) A gram 6,63 6,36 6,98 6,91 7,73 8,03 8,42 8,29
6 Berat Tanah Kering (W3 - W1) B gram 12,36 12,05 12 12,28 12,41 12,33 10,99 12,09
7 Kadar Air w = (A/B) x 100% % 53,641 52,780 58,167 56,270 62,288 65,126 76,615 68,569
8 Kadar Air Rata - Rata % 53,210 57,219 63,707 72,592
9 Batas Cair % 59,628
Berdasarkan hasil pengujian batas cair (LL) pada tanah lempung di Desa
Sukadana, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah dengan
menggunakan 4 sampel kadar air tanah menggunakan alat Cassagrande
didapatkan nilai batas cair yaitu sebesar 59,628 %.
67
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Indeks Plastis Tanah Asli
68
Tabel 4.8 Sampel Uji Batas Atterberg
Pengujian batas atterberg yang meliputi uji batas cair, batas plastis dan
indeks plastis. Berikut merupakan hasil dari pengujian batas atterberg pada
tanah asli + gypsum.
a) Batas Cair (5%, 10% dan 15%), bertujuan untuk menentukan kadar
air suatu jenis tanah pada batasan antara keadaan plastis dan keadaan
cair. Dapat dilihat hasil pengujian batas cair dengan variasi campuran
gypsum 5%, 10% dan 15%, pada Tabel dibawah ini. Berikut
merupakan hasil uji batas cair tanah + 5% gypsum dapat dilihat pada
Tabel 4.9 berikut.
69
Berikut merupakan hasil uji batas cair tanah + 10% gypsum dapat dilihat
pada Tabel 4.10 berikut.
Berdasarkan hasil pengujian batas cair (LL) pada tanah + 10% gypsum
dengan 4 sampel kadar air tanah menggunakan alat Cassagrande
didapatkan nilai batas cair yaitu sebesar 55,358 %.
Berikut merupakan hasil uji batas cair tanah + 15% gypsum dapat dilihat
pada Tabel 4.11 berikut.
70
Berdasarkan hasil pengujian batas cair (LL) pada tanah + 15% gypsum
dengan 4 sampel kadar air tanah menggunakan alat Cassagrande
didapatkan nilai batas cair yaitu sebesar 49,133 %.
b) Batas Plastis dan(5%, 10% dan 15%), pengujian ini bertujuan untuk
menentukan batas plastis tanah. Batas plastis tanah yaitu keadaan air
minimum, bagi tanah tersebut yang masih dalam keadaan plastis. Dapat
dilihat hasil pengujian batas plastis dan batas cair pada Tabel-tabel
berikut.
Tabel4.12 Hasil Pengujian Batas Plastis Tanah Asli + 5% Gypsum
Batas Plastis / Plastic Limit 5% Gypsum (PL)
Nomor Cawan Satuan BP 1 BP 2
Massa Cawan (M1) gram 13,69 13,65
Mssa cawan + tana basah (M2) gram 37,53 37,34
Mssa cawan + tanah kering (M3) gram 31,78 31,31
Massa tanah kering B = (M3-M1) gram 18,09 17,66
Massa air A = (M2-M3) gram 5,75 6,03
Kadar air (A/B) x 100% % 31,79 34,14
Kadar air rata-rata (WC) % 32,97
Batas Plastis = 32,97
Tabel 4.13 Hasil Pengujian Batas Plastis Tanah Asli + 10% Gypsum
Batas Plastis / Plastic Limit 10% Gypsum(PL)
Nomor Cawan Satuan BP 1 BP 2
Massa Cawan (M1) gram 13,69 13,65
Mssa cawan + tana basah (M2) gram 37,43 36,9
Mssa cawan + tanah kering (M3) gram 31,47 30,76
Massa tanah kering B = (M3-M1) gram 17,78 17,11
Massa air A = (M2-M3) gram 5,96 6,14
Kadar air (A/B) x 100% % 33,52 35,89
Kadar air rata-rata (WC) % 34,70
Batas Plastis = 34,70
71
Tabel 4.14 Hasil Pengujian Batas Plastis Tanah Asli + 15% Gypsum
Batas Plastis / Plastic Limit 15% Gypsum(PL)
Nomor Cawan Satuan BP 1 BP 2
Massa Cawan (M1) gram 4,24 4,13
Mssa cawan + tana basah (M2) gram 37,66 37,59
Mssa cawan + tanah kering (M3) gram 29,11 28,78
Massa tanah kering B = (M3-M1) gram 24,87 24,65
Massa air A = (M2-M3) gram 8,55 8,81
Kadar air (A/B) x 100% % 34,38 35,74
Kadar air rata-rata (WC) % 35,06
Batas Plastis = 35,06
c) Indeks Plastis(5%, 10% dan 15%), cara menentukan indeks (IP) dengan
mencari selisih dari batas cair (LL) dengan batas plastis (PL).
1) Variasi 5%
IP = LL – PL
IP = 58,451 –32,97
IP = 23,98 %
Dari hasil pengujian tersebut maka tanah lempung dapat
dikelompokkan menjadi tanah yang nilai plastisnya tinggi dan kohesif.
Pengelompokan tanah dapat dilihat pada Tabel 4.7.
2) Variasi 10%
IP = LL – PL
IP = 55,356 –34,70
IP = 20,50 %
Dari hasil pengujian tersebut maka tanah lempung dapat
dikelompokkan menjadi tanah yang nilai plastisnya tinggi dan kohesif.
Pengelompokan tanah dapat dilihat pada Tabel 4.7.
3) Variasi 15%
IP = LL – PL
IP = 49,998 –35,06
IP = 14,07 %
72
Dari hasil pengujian tersebut maka tanah lempung dapat dikelompokkan
menjadi tanah yang nilai plastisnya sedang dan kohesif. Pengelompokan
tanah dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Berikut merupakan data rekapan hasil uji batas atterberg tanah asli dan
campuran limbah gypsum dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut.
Tabel 4.15 Data Hasil Pengujian Batas Atterberg Tanah Asli dan Campuran
Batas-Batas Atterberg
Jenis
LL (%) PL (%) PI (%)
Tanah asli 59,628 27,67 31,961
Tanah asli + 5% gypsum 58,451 32,97 23,98
Tanah asli + 10% gypsum 55,356 34,7 20,5
Tanah asli + 15% gypsum 49,998 35,06 14,07
Berikut merupakan grafik hasil uji batas atterberg tanah asli dan campuran
limbah gypsum dapat dilihat pada Grafik 4.2 berikut.
70
60
50
40
PI (%)
30 PL (%)
LL (%)
20
10
0
Tanah asli Tanah asli + 5% Tanah asli + Tanah asli +
gypsum 10% gypsum 15% gypsum
Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengujian Batas Atterberg Tanah Asli dan
Campuran
73
Berdasarkan hasil pengujian batas atterberg diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa:
a) Batas Cair (LL)
Hasil uji batas cair pada sampel tanah asli didapatkan nilai
59,628% sedangkan pada sampel tanah + gypsum mengalami
penurunan, seiring bertambahnya persentase gypsum maka LL
semakin kecil. Penurunan terkecil pada sampel tanah + 15%
gypsum dengan nilai 49,998%. Hai ini terjadi karena limbah
gypsum menyebabkan diameter butiran tanah yang berukuran
besar semakin banyak, sehingga menjadikan partikel tanah
semakin mudah terlepas dari ikatannya.
b) Batas Plastis (PL)
Hasil uji batas plastis pada sampel tanah asli didapatkan nilai
sebesar 27,63% namun setelah dicampur dengan limbah gypsum
dengan persentase 5%, 10% dan 15% terjadi peningkatan.
Peningkatan ini terjadi karena penurunan kohesi, yang
menyebabkanikatan antar tanah semakin berkurang, sehingga
dibutuhkan penambahan air untuk setiap campuran gypsum agar
menjadi plastis.
c) Indeks Plastis (PI)
Indeks plastis (PI) didapatkan dengan rumus batas cair
dikurangi patas plastis (PI = LL - PL). Maka nilai PI bergantung
pada nilai batas plastis dan batas cair pada suatu jenis tanah.
Nilai PI terbesar terjadi pada tanah asli dengan nilai 31,961%.
Nilai PI terkecil pada tanah campuran gypsum dengan
persentase 15% sebesar 14,07%.
1.198
1.200
1.169
1.150
1.050
5.00 15.00 25.00 35.00 45.00 55.00
Kadar air (%)
Gambar 4.3 Grafik hubungan kadar air dengan volume tanah kering
Dari hasil pengujian diatas didapatkan kadar air optimum
sebesar 31,723% dan volume tanah kering sebesar 1,278 gr/cm3.
B. Tanah Asli + Gypsum
Sampel yang digunakan untuk penellitian ini berupa tanah
lempung diambil dari Desa Sukadana, Kecamatan Pujut, Kabupaten
Lombok Barat dengan kedalaman minimal 30 cm. Dan sampel
gypsum yang diperoleh dari hasil percetakan plafon yang sudah
rusak dan tidak bisa digunaka lagi. Pada penelitian ini menggunakan
tiga variasi campuran gypsum yaitu 5%, 10% dan 15% dapat dilihat
pada Tabel 4.16.
75
4) Tanah asli + 5% gypsum, dapat dilihat pada Grafik 4.3 hasil
pemadatan tanah campuran.
1.300
1.270
1.150 1.134
1.100
1.068
w optimum= 29,8 %
1.050
1.000
12.00 17.00 22.00 27.00 32.00 37.00 42.00 47.00 52.00
Kadar air (%)
Gambar 4.4 Grafik hubungan kadar air dengan volume tanah kering
5) Tanah asli + 10% gypsum, dapat dilihat pada Grafik 4.4 hasil
pemadatan tanah campuran.
1.300 1.279
Berat volume tanah kering (gr/cm3)
1.251
1.250 1.224 γdmax = 1,279
1.200 1.181
1.150
1.100 1.086
w optimum= 29 %
1.050
1.000
12.00 17.00 22.00 27.00 32.00 37.00 42.00 47.00 52.00
Kadar air (%)
Gambar 4.5 Grafik hubungan kadar air dengan volume tanah kering
76
6) Tanah asli + 15% gypsum, dapat dilihat pada Grafik 4.5 hasil
pemadatan tanah campuran.
1.400 1.367
1.200
1.150 1.115
1.100
w optimum= 28,63 %
1.050
1.000
12.00 17.00 22.00 27.00 32.00 37.00 42.00 47.00 52.00
Kadar air (%)
Gambar 4.6 Grafik hubungan kadar air dengan volume tanah kering
1.34
1.32
1.3
1.28 1.279
1.274 1.27
1.26
1.24
1.22
Tanah asli Tanah asli + 5% Tanah asli + Tanah asli +
gypsum 10% gypsum 15% gypsum
77
Dari Grafik 4.7 diatas, didapatkan bahwa berat volume kering
mengalami kenaikan seiring bertambahnya persentase limbah
gypsum. Dikarenakan penambahan limbah gypsum menyebabkan
ukuran diameter butiran menjadi bervariasi, sehingga saat
dipadatkan masing-masing butiran akan masuk ke pori-pori sesuai
dengan ukuran butirnnya. Hal ini menyebabkan berat volume kering
maksimum tanah menjadi lebih besar.
32
31.723
31.5
31
Kadar Air Optimum (%)
30.5
30
29.8
29.5
29 29
28.5 28.63
28
27.5
27
Tanah asli Tanah asli + 5% Tanah asli + 10% Tanah asli + 15%
gypsum gypsum gypsum
78
4.1.7. Konsolidasi Tanah Asli dan Campuran Gypsum
A. Tanah Asli
Sampel yang digunakan untuk penellitian ini berupa tanah lempung
diambil dari Desa Sukadana, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Barat
dengan kedalaman minimal 30 cm. Dalam pengujian konsolidasi, untuk
mengetahui nilai kecepatan waktu konsolidasi dapat diperoleh dari grafik
Metode Akar Waktu (Square Root of Time Methode). Nilai kecepatan
waktu konsolidasi dapat dilihat pada Grafik berikut.
20.010
Penurunan (mm)
19.980
19.950
t90 = 1,21 (menit)
19.920
19.890
19.860
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Akar Waktu (menit)
19.850
Penurunan (mm)
19.750
19.700
19.650
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Akar Waktu (mm)
79
3. Tegangan 0,2 kg/cm2
19.650
19.590
t90 = 0,90 (menit)
Penurunan (mm)
19.530
19.470
19.410
19.350
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Akar Waktu (Menit)
19.370
19.310
Penurunan (mm)
19.250
19.190
t90 = 0,72 (menit)
19.130
19.070
19.010
18.950
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Akar Waktu (menit)
80
B. Tanah Asli + Gypsum
Sampel yang digunakan untuk penellitian ini berupa tanah lempung
diambil dari Desa Sukadana, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Barat
dengan kedalaman minimal 30 cm. Dan sampel gypsum yang diperoleh
dari hasil percetakan plafon yang sudah rusak dan tidak bisa digunaka lagi.
Pada penelitian ini menggunakan tiga variasi campuran gypsum yaitu 5%,
10% dan 15% dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Sampel Uji Konsolidasi
20.010
Penurunan (mm)
19.980
19.970
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Akar Waktu (menit)
81
b. Tegangan 0,1 kg/cm2
20.015
20.010
Penurunan (mm)
20.000
19.995
19.990
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Akar Waktu (mm)
20.010
20.000
Penurunan (mm)
19.980
19.970
19.960
19.950
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Akar Waktu (Menit)
82
d. Tegangan 0,41 kg/cm2
20.040
20.000
Penurunan (mm)
19.960
t90 = 0,81 (menit)
19.920
19.880
19.840
19.800
0 5 10 15 20 25
Akar Waktu
20.010
Penurunan (mm)
t90 = 1,323(menit)
20.000
19.990
19.980
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Akar Waktu (menit)
83
b. Tegangan 0,1 kg/cm2
20.020
20.010
19.990
19.980
19.970
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Akar Waktu (mm)
20.010
19.990
Penurunan (mm)
19.970
t90 = 0,92(menit)
19.950
19.930
19.910
19.890
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Akar Waktu (Menit)
84
d. Tegangan 0,41 kg/cm2
20.020
19.970
t90 = 0,81(menit)
Penurunan (mm)
19.920
19.870
19.820
19.770
19.720
0 5 10 15 20 25
Akar Waktu
20.010
Penurunan (mm)
20.000
t90 = 1,538(menit)
19.990
19.980
19.970
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Akar Waktu (menit)
85
b. Tegangan 0,1 kg/cm2
19.985
Penurunan (mm)
19.980
t90 = 1,43(menit)
19.975
19.970
19.965
19.960
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Akar Waktu (mm)
19.980
19.970
Penurunan (mm)
19.960
t90 = 1(menit)
19.950
19.940
19.930
19.920
19.910
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Akar Waktu (Menit)
86
d. Tegangan 0,41 kg/cm2
19.940
19.930
19.900
19.890
19.880
0 5 10 15 20 25
Akar Waktu
87
dikarenakan rongga yang terdapat pada tanah asli telah terisi
oleh gypsum, semakin besar penurunannya maka akan semakin
padat.
Jenis Cc
Tanah asli 0,3100
Tanah asli + 5% gypsum 0,0825
Tanah asli + 10% gypsum 0,078
Tanah asli + 15% gypsum 0,0335
Berikut adalah Grafik 4.26 nilai Cc pada tanah asli dan tanah campuran
5%, 10% dan 15% gypsum.
88
0.3500
0.3000 0.3100
0.2500
0.2000
Cc
0.1500
0.1000
0.0825 0.0780
0.0500
0.0335
0.0000
Tanah asli Tanah asli + 5% Tanah asli + 10% Tanah asli + 15%
gypsum gypsum gypsum
89
Tabel 4.20 nilai Sc pada tanah asli dan tanah campuran 5%, 10% dan
15% gypsum.
Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Sc
Jenis Sc (Cm)
Tanah asli 1,4580
Tanah asli + 5% gypsum 0,0951
Tanah asli + 10% gypsum 0,0780
Tanah asli + 15% gypsum 0,0470
Berikut adalah Grafik 4.27 nila Sc pada sampel tanah asli dan sampel
tanah campuran 5%, 10% dan 15% gypsum.
1.6000
1.4580
1.4000
1.2000
1.0000
Sc
0.8000
0.6000
0.4000
0.2000
0.0951 0.0780 0.0470
0.0000
Tanah asli Tanah asli + 5% Tanah asli + Tanah asli +
gypsum 10% gypsum 15% gypsum
4.2. Pembahasan
Dari hasil pengujian sifat fisik dan mekanik, berikut pembahasannya:
90
a) Pengujian Kadar Air
Berdasarkan hasil pengujian kadar air tanah, tanah lempung
ekspansif pada Desa Sukadana, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok
Tengah yang menggunakan 2 sampel benda uji didapatkan kadar air
rata-rata sebesar 48,78% hasil pengujian kadar air tanah dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
b) Berat Jenis
Berdasarkan hasil pengujian berat jenis tanah, tanah lempung
ekspansif pada Desa Sukadana, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok
Tengah yang menggunakan 2 sampel benda uji, didapatkan berat jenis
rata-rata sebesar 2,118 gr/cm3 hasil pengujian berat jenis dapat dilihat
pada Tabel 4.2.
c) Berat Volume Tanah
Berdasarkan hasil pengujian berat volume tanah, tanah lempung
ekspansif pada Desa Sukadana, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok
Tengah yang menggunakan 2 sampel benda uji, didapatkan volume rata
– rata tanah basah (γ wet) sebesar 1,682 gr/cm3 dan berat volume tanah
kering (γdry) sebesar 1,132 gr/cm3 pada kadar air 48,66%. Hasil
pengujian berat volume dapat dilihat pada Tabel 4.3.
d) Analisa Saringan dan Hidrometer
Hasil pengujian analisa saringan dan hidrometer memiliki
prosentase lolos saringan no. 200 (0,075 mm) sebesar 73,74%. Menurut
sistem klasifiksi tanah USCS (Unified Soil Classification System),
Tanah lempung ekspansif pada Desa Sukadana, Kecamatan Pujut,
Kabupaten Lombok Barat memiliki nilai prosentase butiran lolos
saringan no. 200 (0,075 mm) lebih dari 50% sehingga termasuk tanah
berbutir halus lempung tak organik dengan plastisitas tinggi, lempung
gemuk (fat clays) dengan simbol CH. Hasil analisa saringan dan
hidrometer dapat dilihat pada Grafik 4.1.
e) Pengujian Batas Atterberg Tanah Asli dan Campuran Gypsum
91
Dari hasi pengujian maka didapatkan hasil uji batas atterberg tanah
asli dan campuran limbah gypsum dapat dilihat pada tabel 4.15 dan
dapat dilihat pada grafik hasil uji batas atterberg tanah asli dan
campuran limbah gypsum dapat dilihat pada Grafik 4.2 diatas, bahwa:
a. Batas Cair (LL)
Hasil uji batas cair pada sampel tanah asli didapatkan nilai
59,628% sedangkan pada sampel tanah + gypsum mengalami
penurunan, seiring bertambahnya persentase gypsum maka LL
semakin kecil. Penurunan terkecil pada sampel tanah + 15%
gypsum dengan nilai 49,998%. Hal ini terjadi karena limbah
gypsum menyebabkan diameter butiran tanah yang berukuran besar
semakin banyak, sehingga menjadikan partikel tanah semakin
mudah terlepas dari ikatannya.
b. Batas Plastis (PL)
Hasil uji batas plastis pada sampel tanah asli didapatkan nilai
sebesar 27,63% namun setelah dicampur dengan limbah gypsum
dengan persentase 5%, 10% dan 15% terjadi peningkatan.
Peningkatan ini terjadi karena penurunan kohesi, yang
menyebabkanikatan antar tanah semakin berkurang, sehingga
dibutuhkan penambahan air untuk setiap campuran gypsum agar
menjadi plastis.
c. Indeks Plastis (PI)
Indeks plastis (PI) didapatkan dengan rumus batas cair
dikurangi patas plastis (PI = LL - PL). Maka nilai PI bergantung
pada nilai batas plastis dan batas cair pada suatu jenis tanah. Nilai
PI terbesar terjadi pada tanah asli dengan nilai 31,961%. Nilai PI
terkecil pada tanah campuran gypsum dengan persentase 15%
sebesar 14,07%.
f) Pemadatan Tanah Asli dan Campuran
Dari hasil pengujian pemadatan, didapatkan nilai berat volume
kering (γdmax) dan nilai kadar air optimum (wopt), hubungan antara berat
92
volume kering bisa dilihat pada Grafik 4.7 bahwa didapatkan berat
volume kering mengalami kenaikan seiring bertambahnya persentase
limbah gypsum. Dikarenakan penambahan limbah gypsum
menyebabkan ukuran diameter butiran menjadi bervariasi, sehingga saat
dipadatkan masing-masing butiran akan masuk ke pori-pori sesuai
dengan ukuran butirannya. Hal ini menyebabkan berat volume kering
maksimum tanah menjadi lebih besar.
Sedangkan untuk kadar air optimum dari sampel tanah asli dan
persentase penambahan limbah gypsum dapat dilihat pada Grafik 4.8
yaitu bahwa kadar air optimum mengalami penurunan seiring
bertambahnya persentase limbah gypsum. Dikarenakan air diserap oleh
limbah gypsum, karena gypsum mengandung mineral yang sangat
tinggi dan mengandung kalsium. Jadi bisa disimpulkan bahwa limbah
gypsum memiliki daya serap air yang tinggi sehingga kadar air yang
terkandung dalam tanah berkurang.
g) Konsolidasi Tanah Asli dan Campuran
Dari pengujian konsolidasi, dapat dilihat pada Tabel 4.18
rekapitulasi hasil perhitungan t 90, maka semakin banyak penambahan
limbah gypsum maka nilai koefisien konsolidasi (Cv) semakin besar.
Yaitu pada tanah asli dengan tekanan 0,05 Kg/m2 nilai Cv sebesar 1,21.
Dan pada saat penambahan 15% gypsum dengan tekanan 0.05
Kg/m2menjadi semakin besar dengan nilai Cv 1,538. Perubahan nilai
Cv yang semaskin besar dikarenakan rongga yang terdapat pada tanah
asli telah terisi oleh gypsum, semakin besar penurunannya maka akan
semakin padat.
Nilai indeks pemampatan (Cc) dari hasil pengujian konsolidasi
menurun, dapat dilihat pada Grafik 4.26 dengan sampel tanah asli dan
campuran gypsum menurun. Penurunan terjadi karena sifat gypsum
yaitu mengandung mineral dan kalsium, sehingga rongga-rongga pori
yang terdapat pada tanah asli diisi oleh gypsum. Karena itu material
tanah asli dan gypsum saling mengikat, sehingga rongga-rongga
93
tersebut terisi menjadi lebih padat. Dengan semakin banyaknya
persentase campuran gypsum yang digunakan, maka nilai angka pori (e)
yang ada pada tanah tersebut semakin berkurang. Jadi, ini menunjukkan
pencampuran limbah gypsum mampu memperbaiki nilai Cc tanah.
Nilai penurunan konsolidasi (Sc) dari hasil pengujian konsolidasi
mengalami penurunan seiring bertambahnya persentase campuran
limbah gypsum dengan persentase campuran 5%, 10% dan 15% dapat
dilihat pada Grafik 4.27. Karena penurunan konsolidasi (Sc) berbanding
lurus dengan nilai indeks pemampatan (Cc), sehingga ketika nilai Cc
menurun maka nilai Sc juga akan berkurang.
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
d. Dari pengujian sifat fisik tanah, menunjukkan bahwa jenis tanah
termasuk jenis lempung ekspensif dengan plastisitas tinggi yang
termasuk dalam klasifikasi AASHTO termasuk kelompok A-7-6 yaitu
tanah berbutir halus >35% lolos saringan 200, dengan nilai batas cair
(LL) sebesar 59,628%, nilai batas plastis (PL) sebesar 27,67% dan nilai
indeks plastis sebesar (PI) 31,961%. Dengan kadar air yang diperoleh
sebesar 48,78%, berat jenisnya sebesar 1,118% dan berat volume
sebesar 1,132 gr/cm3
e. Hasil indeks pemampatan (Cc) tanah asli sebesar 0.31 dan
perbedaannya setelah dicampur dengan limbah gypsum pada persentase
15%, nilai indeks pemampatan (Cc) menurun, dengan nilai 0.0335.
Pada tanah asli dengan tekanan 0,05 Kg/m2 nilai Cv sebesar 1,21
cm2/dtk. Dan nilainya berbeda pada saat penambahan 15% gypsum
dengan tekanan 0.05 Kg/m2 menjadi semakin besar dengan nilai Cv
1,538 cm2/dtk, nilai hasil penurunan konsolidasi (Sc) tanah asli sebesar
1,458 cm dan setelah dicampur dengan limbah gypsum pada persentase
15% nilai Sc menurun, dengan nilai 0,047 cm.
5.2. Saran
1) Dalam pembacaan dial pada saat ujii konsolidasi perlu ketelitian yang
tinggi.
2) Saat penggunaan alat oedometer harus diatur dengan kondisi yang
tepat dan ketika pengujian berlangsung, pastikan alat tersebut terhindar
dari gangguan yang dapat berpengaruh pada pembacaan dailnya.
95
DAFTAR PUSTAKA
Bowles. J. E. 1991. Sifat – sifat Fisis Dan Geoteknis Tanah. Edisi Kedua. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Dewi, R., Sutejo, Y., Rahmadini, R., & Arfan, M. (2019). Pengaruh Limbah
Plafon Gipsum Terhadap Penurunan Konsolidasi Pada Tanah
Lempung Ekspansif. Cantilever, Jurnal Penelitian dan Kajian Bidang
Teknik Sipil.
Kusuma, R. I., Mina, E., & Fakhri, N. (2018). Stabilisasi Tanah Lempung Lunak
Dengan Memanfaatkan Limbah Gypsum Dan Pengaruhnya Terhadap
Nilai California Bearing Ratio (CBR) (Studi Kasus Jalan Simpang
Kertajaya, Kec. Sumur, Kab. Pandeglang. Fondasi: Jurnal Teknik
Sipil. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
96
Marliyanto, M. S., & Qunik Wiqoyah, S. T. (2018). Penurunan Konsolidasi
Tanah Lempung di Desa Kemiri, Kec. Kebakkramat, Kab.
Karanganyar yang Distabilisasi Campuran Gipsum dan Tras.
Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(SNI 2812 : 2011). (2011) Cara Uji Konsolidasi Tanah Satu Dimensi
(SNI 1965 : 2008). (2008). Cara Uji Penentuan Kadar Air untuk Tanah dan
Batuan Di Laboratorium.
97