Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam merupakan provinsi dengan persentase
penduduk miskin yang tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Sesuai data Badan Pusat Statistik tahun 2013, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
menempati peringkat ke-7 dengan persentase angka kemiskinan mencapai 20,98
persen. Hal tersebut dikarenakan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam masih pada
proses pembangunan perekonomian pasca bencana Tsunami pada Desember 2004
silam.
Untuk mengetahui pertumbuhan baik perekonomian, pendidikan, dan taraf
hidup di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, perlu adanya tolak ukur yaitu
dengan melihat indeks pembangunan manusia (IPM). Indeks pembangunan
manusia merupakan indeks yang dipergunakan untuk mengukur pencapaian hasil
dari pembangunan suatu daerah atau wilayah dalam tiga dimensi dasar
pembangunan yaitu usia harapan hidup, tingkat pendidikan, dan standar hidup
layak.
Usia harapan hidup yang merupakan unsur dasar IPM menggambarkan usia
maksimum yang diharapkan oleh seseorang untuk bertahan hidup. Indikator dari
angka harapan hidup antara lain angka kematian bayi, penduduk yang tidak
mencapai usia 40 tahun, persentase penduduk dengan keluhan kesehatan,
persentase penduduk yang sakit, dan lain sebagainya. Unsur IPM lainnya adalah
pengetahuan, yang terbagi atas angka melek huruf, angka putus sekolah, angka
partisipasi sekolah, dan rata-rata lamanya bersekolah. Untuk unsur yang terakhir
adalah standar hidup layak yang diukur melalui julah penduduk yang bekerja,
jumlah pengangguran terbuka, jumlah dan persentase penduduk miskin, dan
PDRB per kapita.
Pada praktikum ini, akan diketahui kerakteristik dari ketiga unsur yang
mempengeruhi peningkatan indeks pembangunan manusia dengan menggunakan
statistika deskriptif. Setelah mengetahui karakteristik tersebut, akan diketahui

kabupaten atau kota manakah yang cenderung sulit untuk meningkatkan indeks
pembangunan manusia di provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkanlatar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas adalah
sebagai berikut,
1. Bagaimana perbandingan indeks pembangunan manusia di Provinsi Nangroe
Aceh Darussalam dengan nasional tahun 2013?
2. Kabupaten/ Kota manakah yang menjadi prioritas untuk meningkatkan indeks
pembangunan manusia?
3. Kabupaten/ Kota manakah yang cenderung sulit untuk meningkatkan indeks
pembangunan manusia?
4. Bagaimana perkembangan penduduk miskin di Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam tahun 2009 sampai dengan 2013?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dari
praktikum ini adalah sebagai berikut
1. Mengetahui perbandingan indeks pembangunan manusia di Provinsi Nangroe
Aceh Darussalam dengan nasional tahun 2013.
2. Mengetahui Kabupaten/ Kota manakah yang menjadi prioritas untuk
meningkatkan indeks pembangunan manusia.
3. Menetahui

Kabupaten/

Kota

manakah

yang

cenderung

sulit

untuk

meningkatkan indeks pembangunan manusia.


4. Mengetahui perkembangan penduduk miskin di Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam tahun 2009 sampai dengan 2013.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil laporan penelitian ini adalah dapat
dijadikan sebagai sumber informasi terkait indeks pembangunan manusia
diProvinsi Nangroe Aceh Darussalam pada tahun 2013. Dapat menerapkan
metode statistika yang sesuai dengan topik bahasan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1

Statistika Deskriptif
Salah satu metode statistika yang paling sering digunakan adalah statistika

deskriptif. Statistik deskriptif juga sering disebut statistik deduktif. Statistika


deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis data statistik hasil survey atau penelitian tetapi tidak digunakan atau
ditujukan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas atau dalam arti kata tidak
untuk melakukan generalisasi atau Inferensi, sehingga statistik deskriptif hanya
berfungsi untuk mengorganisasi, menganalisa serta memberikan pengertian
tentang

data

baik

yang

menunjukkan

tentang

keadaan,

gejala

atau

persoalan/permasalahan dalam bentuk angka supaya dapat memberikan gambaran


yang teratur, jelas dan ringkas. Penyusunan tabel, diagram, grafik, dan besaranbesaran lain di infografik, jurnal dan hasil penelitian termasuk dalam kategori
statistikadeskriptif ini.
Ukuran pemusatan data adalah sembarang ukuran yang menunjukkan
pusat segugus data, yang telah diurutkan dari yang terkecil hingga terbesar atau
sebaliknya (Walpole, 1998).
1

Mean
Mean adalah jumlah keseluruhan pada data yang diperoleh kemudian
dibagi dengan banyaknya data (Walpole, 1993). Rumus yang digunakan untuk
menghitung mean dari data tidak berkelompok adalah :
n

x
i 1

(2.1)

Keterangan :
x
n

xi

: Mean atau rata - rata


: Banyaknya data yang akan diolah
: Data suku ke n

Median
Median adalah sekelompok data yang telah diurutkan terlebih dahulu dari
data yang terkecil hingga yang terbesar kemudian dicari nilai tengahnya.
Pengamatan yang tepat ditengah-tengah bilabanyaknya pengamatan itu ganjil,
atau rata-rata kedua pengamatan yang ditengah bila banyaknya pengamatan itu
genap (Walpole, 1998).
Rumus yang digunakan untuk menghitung median adalah :

Me

xn 2 xn 2 1
2

(2.2)

Keterangan :
Me
xn 2

xn 2 1

: Median atau nilai tengah


: Data suku dari setengah jumlah n
: Data suku dari tengah jumlah kemudian di tambah 1

Modus
Modus adalah nilai yang sering muncul pada suatu data. Otomatis modus
terjadi pada datum atau satuan data yang memiliki frekuensi paling besar
(Walpole, 1998).

Nilai Maksimum
Maksimum adalah nilai yang memiliki tingkatan paling tinggi atau paling
besar dari nilai lainnya (Walpole, 1998).

Nilai Minimum
Minimum adalah nilai yang memiliki tingkatan paling kecil atau paling
rendah dari nilai lainnya (Walpole, 1998).
Ukuran penyebaran data adalah suatu ukuran untuk mengetahui seberapa
jauh pengamatan-pengamatan tersebut menyebar dari rata-ratanya.

Varians
Varians adalah ukuran bagi persebaran (dispersi) data. (Walpole, 1998)

s2

(x x )

i 1

n 1

(2.3)

Keterangan
s2

xi

: Varians
: Data suku ke n

Diagram Batang (Bar Chart)


Barchart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom

arah vertikal. Kolom arah horizontal menunjukkan waktu. Saat mulai dan akhir
dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas, sedangkan durasi kegiatan
digambarkan oleh panjangnya diagram batang (Ervianto, 2005).
3

Diagram Lingkaran (Pie Chart)


Diagram lingkaran / pie chart adalah diagram yang digunakan untuk

menunjukkan perbandingan (rasio) nilai data tertentu terhadap semua data.


Diagram lingkaran disajikan dengan membagi lingkaran menjadi beberapa sektor
atau juring. Banyaknya sektor tergantung dari banyaknya data. Setiap sektor
menunjukkan satu datum atau satuan data. Besar sektor merupakan persentase
dari nilai datum terhadap keseluruhan nilai data (Walpole, 1998).
4

Indeks Pembangunan Manusia


IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata

sederhana dari tiga indeks dasar yaitu indeks harapan hidup, indeks pendidikan,
dan indeks standar hidup layak. Menurut UNDP, Indeks Pembangunan Manusia
mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar
kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan
tiga dimensi dasar yaitu:
a. Dimensi umur panjang dan sehat.
b. Dimensi pengetahuan.
c. Dimensi kehidupan yang layak (BPS, 2012).

Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait


banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan
hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan
gabungan 17 indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun
untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli
(Purchasing Power Parity). Kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah
kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita
sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup
layak. Rumus penghitungan IPM dapat disajikan sebagai berikut :
IPM = 1 /3 [X(1) + X(2) + X(3)]
Di mana :
X(1) : Indeks harapan hidup
X(2) : Indeks pendidikan
X(3) : Indeks standar hidup layak
Sebelum menghitung IPM, setiap komponen dari IPM harus terlebih
dahulu dihitung indeksnya sehingga bernilai antara 0 (terburuk), dan 1 (terbaik).
Untuk memudahkan dalam menganalisa biasanya indeks ini dikalikan 100.
5

Angka Harapan Hidup


Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun

yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Perhitungan angka harapan
hidup melalui pendekatan tak langsung (indirect estimation). Jenis data yang
digunakan adalah Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Paket
program Mortpark digunakan untuk menghitung angka harapan hidup berdasarkan
input data ALH dan AMH. Selanjutnya, dipilih metode Trussel dengan model
West, yang sesuai dengan histori kependudukan dan kondisi Indonesia dan
negara-negara Asia Tenggara umumnya (Preston, 2004 dalam BPS, 2012). Indeks
harapan hidup dihitung dengan menghitung nilai maksimum dan nilai minimum
harapan hidup sesuai standar UNDP, yaitu angka tertinggi sebagai 19 batas atas
untuk perhitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 25 tahun (Sirusa,
2015).
6

Angka Melek Huruf

Angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang
dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Seperti halnya
rata-rata lama sekolah, angka melek huruf juga menggunakan batasan yang
dipakai sesuai kesepakatan beberapa negara. Batas maksimum untuk angka melek
huruf adalah 100 (seratus), sedangkan batas minimumnya 0 (nol). Nilai 100 20
menggambarkan kondisi 100 persen atau semua masyarakat mampu membaca dan
menulis, sedangkan nilai 0 mencerminkan kondisi sebaliknya.
7

Indikator Rata-rata Lama Sekolah


Salah satu komponen pembentuk IPM adalah dari dimensi pengetahuan

yang diukur melalui tingkat pendidikan. Dalam hal ini, indikator yang digunakan
adalah rata-rata lama sekolah (mean years of schooling) dan angka melek huruf.
Pada proses pembentukan IPM, rata-rata lama sekolah memiliki bobot sepertiga
dan angka melek huruf diberi bobot dua pertiga, kemudian penggabungan kedua
indikator ini digunakan sebagai indeks pendidikan sebagai salah satu komponen
pembentuk IPM. Rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang
digunakan untuk penduduk usia 15 tahun keatas dalam menjalani pendidikan
formal. Perhitungan rata-rata lama sekolah menggunakan dua batasan yang
dipakai sesuai kesepakatan beberapa negara. Rata-rata lama sekolah memiliki
batas maksimumnya 15 tahun dan batas minimum sebesar 0 tahun.
8

Pengeluaran Perkapita
Rata-rata Pengeluaran Perkapita Riil Yang Disesuaikan seringkali diseut

sebagai

daya

beli.

Daya

beli

adalah

kemampuan

masyarakat

dalam

membelanjakan uangnya dalam bentuk barang maupun jasa. Daya beli berguna
untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk
sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. Kemampuan daya beli antar
daerah berbeda-beda dengan rentang tertinggi 732.720 dan yang terendah
360.000. Semakin rendahnya nilai daya beli suatu (Sirusa, 2015).
9

Kemiskinan
Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak

mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai


kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Untuk mengukur kemiskinan, BPS
8

menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs


approach). Berdasarkan pendekatan basic needs, maka dapat dihitung garis
kemiskinan konsumsi dan selanjutnya dapat dihitung persentase penduduk
miskin (Head Count Index), yaitu persentase penduduk yang berada dibawah garis
kemiskinan konsumsi. Dengan demikian, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Metode yang digunakan
adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan
(GKNM).
Menurut BPS (Papua Barat Dalam Angka 2011) penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis
Kemiskinan. Garis kemiskinan adalah penjumlahan dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Garis
kemiskinan makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum
makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita perhari. Garis
kemiskinan

non-makanan

(GKNM)

adalah

kebutuhan

minimum

untuk

perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya.


Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk
memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi
ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan pokok baik pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan
pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya kemampuan
untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan masyarakat dan
standar pendidikan. Masyarakat miskin berdasarkan pengertian di atas
digolongkan sebagai kelompok masyarakat marjinal. Pengertian kemiskinan ini
adalah pengertian secara umum yang seringkali banyak ditemukan di negaranegara maju maupun negara sedang berkembang.
Menurut Sharp, et.al (1996: 173-191) dalam Mudrajad (2006) mencoba
mengidentifikasi penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi:
1) Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang

timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah


terbatas dan kualitasnya rendah.
2) Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia.
Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktifitasnya rendah,
yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya
manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung,
adanya diskriminasi, atau karena keturunan.
3) Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

10

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data sekunder yang
diperoleh dari publikasi data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi
Nangroe Aceh Darussalam di situs resmi Badan Pusat Statistik Propinsi Aceh
yang diakses pada
Hari/tanggal
: Rabu, 22 April 2015
Waktu
: 15.00 WIB
Tempat
: Jurusan Statistika ITS
3.2. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi variael IPM
dan beberapa faktor penyusun IPM itu sendiri yang dijelaskan dalam tabel
berikut:
Tabel 3.1 Variabel Penelitian

N
o
1
2
3
4
5

Variabel
Indeks Pembangunan
Manusia
Angka Harapan Hidup
Angka Melek Huruf
Lama Pendidikan
Garis Kemiskinan

3.3. Langkah Analisis


Berikut adalah langkah analisis yang dilakukan penulis untuk menjawab
permasalahan yang telah dirumuskan:
1. Mengumpulkan data Indeks Pembangunan Manusia beserta indikatorindikatornya
2. Menganalisis karakteristik data Indeks Pembangunan Manusia propinsi
Aceh dan indikatornya .berdasarkan periode waktu tertentu
3. Menarik kesimpulan dan saran.

3.4. Diagram Alir


Berdasakan langkah analisis yang telah dijelaskan, dapat disusun diagram
alir penelitian sebagai berikut:

11

Mulai

Mengumpulkan data

Menganalisis
Karakteristik Data

Menganalisis Indeks
Pembangunan Manusia

Kesimpulan

Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir

12

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Aceh


Pembangunan manusia dapat diwakili dengan nilai indeks, yakni Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). Berikut adalah grafik perbandingan Indeks


Pembangunan Manusia Provinsi Aceh dengan Nasional.

60

62

64

66

68

70

72

74

76

78

Gambar 4.1 Ranking IPM Aceh dalam IPM per-Provinsi se-Indonesia Tahun 2013

13

80

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa Indeks Pembangunan


Manusia di Provinsi Aceh menempati urutan ke 20 di Indonesia dengan IPM
sebesar 73,05 yang berarti IPM Provinsi Aceh memasuki kategori sedang karena
berada diantara 50-100. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Aceh
dapat dikatakan cukup mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini
dindikasikan karena pada beberapa akhir tahun, pembangunan di Provinsi Aceh
mengalami peningkatan, baik dari segi pendidikan, gaya hidup, dan lain-lainnya,
sehingga membuat indikator-indikator Indeks Pembangunan Manusia seperti
Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-Rata Lama Sekolah,
Pengeluaran per Kapita juga ikut membaik, sehingga membuat Indeks
Pembangunan Manusia dalam kategori sedang.
74.5
74

73.81

73.5

73.29

73

72.77

72.5
72
71.5

72.27
71.76

73.05

72.51

Aceh

72.16

Indonesia

71.7

71.31

71
70.5
70
2009

2010

2011

2012

2013

Gambar 4.2 Perbandingan IPM Provinsi Aceh dan Nasional

Secara umum nilai IPM Provinsi Aceh masih berada di bawah angka IPM
Nasional, namun dalam kurun waktu 5 tahun yakni dari tahun 2009-2013
pembangunan manusia di Provinsi Aceh menunjukkan peningkatan yang cukup
berarti. Hal ini ditunjukkan dengan kenaikan angka IPM setiap tahunnya yang
dapat dilihat pada Gambar 4.2. Kenaikan IPM tertinggi di Provinsi Aceh terjadi
dari tahun 2012 yaitu sebesar 72,51 ke tahun 2013 yaitu sebesar 73,05, dimana
telah terjadi peningkatan IPM sebesar 0,54.

14

Tabel 4.1 Komponen IPM Provinsi Aceh 2008-2012

Angka Harapan Hidup (Tahun)


Angka Melek Huruf (Persentase)
Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun)

2008
68,5
96,2
8,5

Pengeluaran Per Kapita (Ribu/Tahun)

605,56

2009
68,6
96,39
8,63
610,2
7

2010
68,7
96,88
8,81

2011
68,8
96,95
8,9

2012
68,94
96,99
8,93

611,42

615,6

618,79

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa setiap komponen IPM di Provinsi
Aceh dari tahun 2008 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan. Kenaikan IPM
Provinsi Aceh dari tahun 2011 ke 2012 dapat dikatakan didukung oleh semua
komponen IPM. Kesejahteraan hidup penduduk Provinsi Aceh yang direfleksikan
melalui angka harapan hidup, menunjukkan peningkatan sebesar 0,14 dari tahun
2011 ke tahun 2012. Peningkatan angka harapan hidup ini menunjukkan adanya
peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup masyarakat di Provinsi
Aceh pada tahun 2012. Dilihat dari ngka melek huruf yang mengalami
peningkatan dari 96,95% menjadi 96,99% dapat diketahui bahwa masyarakat di
Provinsi Aceh telah banyak yang sadar akan pentingnya pendidikan yang
didasarkan oleh kemampuan membaca, hal ini berpengaruh pada rata-rata lama
sekolah masayarakat Aceh yang meningkat 0,03 pada dua tahun terakhir. Hal ini
diindikasikan karena berbagai kebijakan pemerintah mengenai perbaikan kualitas
pendidikan telah berhasil terlaksana dan memberikan hasil atau pengaruh yang
cukup besar dalam pencapaian ini disamping meningkatnya sarana dan prasarana
pendidikan di Aceh. Pendapatan per kapita di Provinsi Aceh juga mengalami
peningkatan seiring meningkatnya komponen IPM lainnya, dari 615,6 pada tahun
2011 meningkat menjadi 618,79 pada tahun 2012.

15

Subulussalam
Kota Lhokseumawe
Kota Langsa
Kota Sabang
Kota Banda Aceh
Pidie Jaya
Bener Meriah
Aceh Jaya
Nagan Raya
Aceh Tamiang
Gayo Lues
Aceh Barat Daya

2012

Aceh Utara

2013

Bireuen
Piddie
Aceh Besar
Aceh Barat
Aceh Tengah
Aceh Timur
Aceh Tenggara
Aceh Selatan
Aceh Singkil
Simeulue
62 64 66 68 70 72 74 76 78 80
Gambar 4.3 IPM Provinsi Aceh Berdasarkan Kabupaten/Kota Tahun 2012-2013

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa dari tahun 2012 ke tahun 2013 IPM
pada semua kabupaten/kota di Provinsi Aceh mengalami peningkatan. Dapat
dilihat pula kabupaten/kota yang menonjol atau dapat dijadikan prioritas menurut
nilai IPM yang tertinggi adalah Kota Banda Aceh yang tidak lain merupakan
ibukota dariProvinsi Aceh. IPM di Kota Banda Aceh selalu menempati tempat
teratas apabila dibandingkan dengan kabupaten atau kota yang lain meskipun dari
tahun 2012 ke tahun 2013 IPM di Kota Banda Aceh mengalami peningkatan yang
tidak begitu besar yaitu sebesar 0,5. Jika dikaitkan dengan komponen-komponen
IPM di Kota Banda Aceh, diketahui bahwa beberapa tahun terakhir, di kota Banda
Aceh terjadi pembangunan yang cukup pesat dari tahun ke tahun apalagi sejak
terjadinya bencana tsunami pada tahun 2004 lalu, baik dibangunnya sarana
kesehatan dalam bentuk rumah sakit ataupun puskesmas, sarana pendidikan,
sarana rekreasi dan lainnya. Hal lainnya juga disebabkan karena Kota Banda Aceh
16

memiliki sektor pariwisata dan pendidikan yang cukup besar, banyak tempattempat yang banyak dikunjungi masyarakat dari luar provinsi bahkan luar negeri
sehubungan dengan peristiwa tsunami yang pernah melanda kota tersebut.
Berikut disajikan grafik komponen-komponen Indeks Pembangunan Manusia di
Provinsi Aceh untuk melihat kabupaten/kota manakah yang memiliki peran yang
cukup berarti dalam peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Aceh.
74
72
70
68
66
64
62
60
58

Gambar 4.4 Indikator Angka Harapan Hidup Provinsi Aceh Tahun 2013

Berdasarkan Gambar 4.4 terlihat secara jelas untuk indikator angka harapan
hidup di Provinsi Aceh pada tahun 2013 yang paling tinggi adalah dari Kabupaten
Bireuen yaitu sebesar 72,63 tahun dan yang paling rendah adalah dari Kabupaten
Simeulue yaitu sebesar 63,32 tahun. Hal tersebut dikarenakan pada Kabupaten
Bireuen kondisi keamanannya sangat kondusif, aman, dan damai sejak
penandatanganan perdamaian antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh
Merdeka pada tahun 2005 lalu, serta pada kondisi saat ini pelaksanaan
pembangunan di Kabupaten Simeulue telah dilaksanakan sampai ke daerah
pedalaman yang sebelumnya tak tersentuh sama sekali. Sedangkan pada
Kabupaten Simeulue dikarenakan posisi geografisnya yang cukup terisolasi dari
Pulau Sumatera, hiruk pikuk konflik di Aceh daratan tidak pernah berimbas di
kawasan ini, bahkan tidak ada pergerakan Gerakan Aceh Merdeka di kawasan
kepulauan ini sehingga menyebabkan keamanan hidup masyarakat di kabupaten
ini belum cukup baik.

17

102
100
98
96
94
92
90
88
86
84
82

Gambar 4.5 Indikator Angka Melek Huruf Provinsi Aceh Tahun 2013

Berdasarkan Gambar 4.5 dapat dilihat dengan jelas untuk indikator angka
melek huruf di Provinsi Aceh yang paling tinggi adalah dari Kabupaten Simeulue
yakni 99,79%, sedangkan yang paling rendah adalah dari Kabupaten Aceh Timur
sebesar 88,19%. Penyebab Angka Melek Huruf di Kabupaten Simeulue tinggi
yakni terdapat sisi lain dari wajah Kabupaten Simeulue yang belum terungkap di
masyarakat luas, tidak hanya tingkat nasional akan tetapi tingkat internasional,
yaitu beraneka ragam jenis bahasa, budaya, dan di kabupaten terluar ini hubungan
sosial diantara masyarakat sangat harmonis. Angka Melek Huruf di Kabupaten
Aceh Timur rendah disebabkan karena masyarakat sekitar daerah tersebut belum
memahami arti pentingnya kemampuan untuk menulis dan membaca dengan baik
dan benar atau sebagian besar masyarakat daerah tersebut lebih mementingkan
orientasi untuk bekerja tanpa mengemban jenjang pendidikan terlebih dahulu.

18

14
12
10
8
6
4
2
0

Gambar 4.6 Indikator Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Aceh Tahun 2013

Berdasarkan Gambar 4.6 terlihat secara jelas untuk indikator rata-rata lama
sekolah di Provinsi Aceh yang paling tinggi adalah dari Kota Banda Aceh yakni
12,27 tahun, sedangkan yang paling rendah adalah di Kota Subulussalam sebesar
7,66 tahun. Rata-rata lama sekolah di Kota Banda Aceh adalah yang paling tinggi
apabila dibandingkan dengan kabupaten/kota yang lainnya dikarenakan pada kota
tersebut yang merupakan ibukota Provinsi Aceh, program wajib belajar 9 tahun
dianggap begitu penting apabila dibandingkan dengan orientasi bekerja dan
mencari uang. Selain itu, di Kota Banda Aceh terdapat universitas atau perguruan
tinggi yang membuat masyarakat di kota ini berkeinginan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi.

19

650
640
630
620
610
600
590
580
570

Gambar 4.7 Indikator Pengeluaran per Kapita Provinsi Aceh Tahun 2013

Berdasarkan Gambar 4.7 terlihat secara jelas untuk indikator pengeluaran


per Kapita di Provinsi Aceh tahun 2013 yang paling tinggi adalah pada Kota
Banda Aceh yakni 643,83ribu/tahun, sedangkan yang paling rendah adalah
Kabupaten Aceh Timur sebesar 599,27ribu/tahun. Hal ini dapat disebabkan karena
pengaruh pendapatan dari setiap kabupaten/kota itu, semakin besar pendapatan
juga semakin besar pengeluaran atau kebutuhan yang dikeluarkan. Sedangkan
semakin kecil pendapatannya, kebutuhan atau pengeluaran yang dikeluarkan juga
semakin kecil. Selain itu, pada Kota Banda Aceh kepadatan penduduknya cukup
tinggi sehingga menyebabkan pengeluaran masyarakat yang cukup banyak.
Setelah dikaitkan dengan indikator-indikator Indeks Pembangunan Manusia,
terlihat bahwa Kota Banda Aceh adalah wilayah yang mampu untuk dijadikan
prioritas dalam rangka peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi
Aceh. Setiap indikator IPM pada Kota Banda Aceh cukup tinggi dan selalu
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun apabila dibandingkan dengan
kabupaten/kota lainnya yakni pada Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf,
rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita. Setiap kabupaten/kota di
Provinsi Aceh tidak ada yang cenderung sulit untuk mengalami peningkatan
Indeks Pembangunan Manusia karena jika dilihat indikator-indikator IPM di
setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh selalu mengalami peningkatan yang berarti
dari tahun ke tahun.

20

4.2

Kemiskinan di Provinsi Aceh


Berikut ini disajikan grafik pertumbuhan penduduk miskin di Provinsi Aceh pada

tahun 2009 hingga tahun 2012.


920
909.04
900

894.8

892.87

880
860

861.85

Aceh
842.42

840
820
800
2009

2010

2011

2012

2013

Gambar 4.8 Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Aceh Tahun 2009-2013

Berdasarkan Gambar 4.8 dapat diketahui bahwa setiap tahunnya jumlah penduduk
miskin di Provinsi Aceh dari tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami fluktuasi.
Pada tahun 2010 terjadi penurunan dari tahun 2009, disebabkan oleh berhasilnya
program kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk
Provinsi Aceh. Kemudian terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun 2010
hingga tahun 2012, hal ini dapat terjadi akibat dari kebijakan pemerintah
mengurangi subsidi BBM yang mengakibatkan naiknya harga kebutuhan pokok.
Namun pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh mengalami
penurunan yang cukup signifikan lagi. Upaya pemerintah dalam menanggulangi

21

kemiskinan harus segera dilakukan secara terkoordinasi dan terintegrasi dari


perencanaan, penganggaran hingga pelaksanaan agar jumlah penduduk miskin
khususnya di Provinsi Aceh dapat segera mengalami penurunan yang merupakan
indikasi atas meningkatnya kesejahteraan masyarakat dalam wilayah tersebut.

22

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang terlah dilakukan, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut.


1. Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Aceh menempati urutan ke 20 di
Indonesia dengan IPM sebesar 73,05 dengan peningkatan terus menerus dari
tahun ke tahun yang berarti IPM Provinsi Aceh memasuki kategori sedang
karena berada diantara 50-100.
2. Kota Banda Aceh adalah wilayah yang mampu untuk dijadikan prioritas
dalam rangka peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Aceh.
Setiap indikator IPM pada Kota Banda Aceh cukup tinggi dan selalu
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dibandingkan dengan
kabupaten/kota lainnya yakni pada Angka Harapan Hidup, Angka Melek
Huruf, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita.
3. Setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh tidak ada yang cenderung sulit
untuk mengalami peningkatan Indeks Pembangunan Manusia karena jika
dilihat indikator-indikator IPM di setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh
selalu mengalami peningkatan yang berarti dari tahun ke tahun.
4. jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh dari tahun 2009 hingga tahun
2013 mengalami fluktuasi. Penurunan yang paling berarti adalah pada tahun
2013, jumlah penduduk miskin berkurang hingga 66,62 ribu jiwa.
5.2

Saran
Saran untuk melakukan penelitian selanjutnya, diharapkan data yang digunakan

dalam analisis benar-benar data yang diperoleh dari situs resmi yang dimiliki oleh daerah
yang hendak dianalisis. Ketelitian dan ketajaman logika diperlukan dalam melakukan
pembahasan agar informasi yang dihasilkan dari penelitian dapat tersampaikan dengan
baik dan benar.

23

DAFTAR PUSTAKA
Ervianto, Wulfram I. 2005. Manajemen Proyek. Konstruksi. Yogyakarta: ANDI
Sirusa. 2015. Sistem Rujukan Statistika. http://www.sirusa.bps.go.id/ Diakses pada
Rabu, 11 Maret 2015 pkl 22.12
Walpole, Ronald E. 1998. Pengantar Metode Statistika. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
http://tkpkri.org/content/view/189/239/lang,id/ diakses pada hari Rabu, 22 April
2015

LAMPIRAN
Lampiran 1. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Aceh

ACEH

Angka Harapan
Hidup
(tahun)
2012
2013
68.94
69.4

Angka Melek
Huruf
(persen)
2012
2013
96.99
97.04

Rata-rata Lama
Sekolah
(tahun)
2012
2013
8.93
9.02

Pengeluaran per
Kapita
(ribu rupiah PPP)
2012
2013
618.79
621.4

2
7

Simeulue

63.12

63.32

99.29

99.79

8.63

8.97

625.59

628.09

Aceh Singkil

65.28

65.58

96.25

96.27

7.78

7.83

617.48

620.4

Aceh Selatan

67.14

67.54

96.55

96.6

8.45

8.51

614.19

616.71

Aceh Tenggara

69.29

69.69

97.97

98.08

9.37

9.38

605.79

609.76

Aceh Timur

69.86

70.26

98.27

98.33

8.53

8.58

594.86

599.27

Aceh Tengah

69.76

70.26

98.65

98.98

9.71

9.77

625.37

628.15

Aceh Barat

70.15

70.55

94.96

95.12

8.8

8.81

607.02

610.22

Aceh Besar

70.87

71.17

96.98

97

9.84

9.86

617.09

619.61

Piddie

69.84

70.34

96.31

96.32

8.74

8.75

620.01

622.8

Bireuen

72.43

72.63

98.51

98.55

9.29

9.31

601.22

603.75

Aceh Utara

69.86

70.26

97.83

97.87

9.2

9.26

614.35

616.46

Aceh Barat Daya

67.38

67.78

96.47

96.51

8.25

8.35

625.24

628.41

Gayo Lues

67.22

67.62

87.89

88.19

8.74

8.76

607.65

610.93

Aceh Tamiang

68.57

68.75

98.33

98.38

8.86

8.89

607.12

610.37

Nagan Raya

69.76

70.26

91.77

92.12

8.11

8.4

611.39

615.23

Aceh Jaya

68.13

68.53

94.76

95.67

8.73

8.77

604.83

607.36

Bener Meriah

67.74

68.04

98.79

98.94

8.83

8.98

614.81

617.52

Pidie Jaya

69.36

69.76

95.48

95.54

8.69

8.75

630.37

634.12

Kota Banda Aceh

71.42

71.72

99.25

99.39

12.25

12.27

640.06

643.83

Kota Sabang

71.59

71.89

99.09

99.14

10.6

10.63

634.22

636.22

Kota Langsa
Kota
Lhokseumawe

70.93

71.23

99.31

99.36

10.59

10.6

610.79

613

71.47

72.03

99.65

99.69

10.38

10.67

640.07

641.23

Subulussalam

66.13

66.63

96.55

96.57

7.63

7.66

620.99

624.12

Provinsi

Lampiran 2. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi dan Nasional

Provinsi

1996

1999

2002

2004

2005

2006

2007

2008

11. Aceh

69,4

65,3

66.0

68,7

69,05

69,41

70,35

70,76

12. Sumatera Utara

70,5

66,6

68,8

71,4

72,03

72,46

72,78

73,29

13. Sumatera Barat

69,2

65,8

67,5

70,5

71,19

71,65

72,23

72,96

14. Riau

70,6

67,3

69,1

72,2

73,63

73,81

74,63

75,09

15. Jambi

69,3

65,4

67,1

70,1

70,95

71,29

71,46

71,99

16. Sumatera Selatan

68.0

63,9

66.0

69,6

70,23

71,09

71,4

72,05

17. Bengkulu

68,4

64,8

66,2

69,9

71,09

71,28

71,57

72,14

18. Lampung

67,6

63.0

65,8

68,4

68,85

69,38

69,78

70,3

19. Kepulauan Bangka


Belitung

65,4

69,6

70,68

71,18

71,62

72,19

20. Kepulauan Riau

70,8

72,23

72,79

73,68

74,18

31. DKI Jakarta

76,1

72,5

75,6

75,8

76,07

76,33

76,59

77,03

32. Jawa Barat

68,2

64,6

65,8

69,1

69,93

70,32

70,71

71,12

33. Jawa Tengah

67.0

64,6

66,3

68,9

69,78

70,25

70,92

71,6

34. Yogyakarta

71,8

68,7

70,8

72,9

73,5

73,7

74,15

74,88

35. Jawa Timur

65,5

61,8

64,1

66,8

68,42

69,18

69,78

70,38

36. Banten

66,6

67,9

68,8

69,11

69,29

69,7

51. Bali

70,1

65,7

67,5

69,1

69,78

70,07

70,53

70,98

52. Nusa Tenggara Barat

56,7

54,2

57,8

60,6

62,42

63,04

63,71

64,12

53. Nusa Tenggara Timur

60,9

60,4

60,3

62,7

63,59

64,83

65,36

66,15

61. Kalimantan Barat

63,6

60,6

62,9

65,4

66,2

67,08

67,53

68,17

62. Kalimantan Tengah

71,3

66,7

69,1

71,7

73,22

73,4

73,49

73,88

63. Kalimantan Selatan

66,3

62,2

64,3

66,7

67,44

67,75

68,01

68,72

64. Kalimantan Timur

71,4

67,8

70.0

72,2

72,94

73,26

73,77

74,52

65. Kalimantan Utara

71. Sulawesi Utara

71,8

67,1

71,3

73,4

74,21

74,37

74,68

75,16

72. Sulawesi Tengah

66,4

62,8

64,4

67,3

68,47

68,85

69,34

70,09

73. Sulawesi Selatan

66.0

63,6

65,3

67,8

68,06

68,81

69,62

70,22

74. Sulawesi Tenggara

66,2

62,9

64,1

66,7

67,52

67,8

68,32

69.00

75. Gorontalo

64,1

65,4

67,46

68,01

68,83

69,29

76. Sulawesi Barat

64,4

65,72

67,06

67,72

68,55

68,2

67,2

66,5

69.0

69,24

69,69

69,96

70,38

65,8

66,4

66,95

67,51

67,82

68,18

81. Maluku
82. Maluku Utara
91. Papua Barat
94. Papua

Indonesia (BPS)

63,7

64,83

66,08

67,28

67,95

60,2

58,8

60,1

60,9

62,08

62,75

63,41

64.00

67,7

64,3

65,8

68,7

69,57

70,1

70,59

71,17

Anda mungkin juga menyukai