Health Education Preeklamsia
Health Education Preeklamsia
PENDAHULUAN
Preeklamsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
perinatal di Indonesia1. Preeklampsia juga merupakan penyebab kedua setelah
perdarahan dan sebagai penyebab langsung terhadap kematian maternal2.
Pengertian preeklampsia adalah sindrom yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah dan proteinuria yang muncul ditrimester kedua kehamila. Jumlah
ibu yang mengalami hipertensi akibat kehamilan berkisar 10% dan 3 - 4%
diantaranya mengalami preeklampsia3.
Faktor risiko yang dapat meningkatkan insiden preeklampsia antara lain
nulipara, kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, janin
lebih dari satu, multipara, hipertensi kronis, diabetes mellitus dan penyakit ginjal.
Preeklampsia juga dipengaruhi oleh paritas, genetik dan faktor lingkungan 4. Dari
gejala-gejala klinik preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan
berat. Pembagian preeklamsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya
dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan
preeklamsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma.
Jika penderita mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan
penglihatan atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut5. Bila
preeklamsi berat yang tidak ditangani dengan cepat maka akan menyebabkan
penderita mengalami kehilangan kesadaran bahkan kematian akibat kegagalan
jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati atau perdarahan otak. 6 Untuk mencegah
BAB II
PEMBAHASAN
2.4 Penatalaksanaan10
2.4.1 Cairan yang diberikan dapat berupa
5 % Ringer-dekstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan: < 125
cc/jam.
Infus dekstrose 5 % yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus ringer
laktat (60 - 125 cc/jam) 500 cc.
Dipasang foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin (oliguria terjadi bila
produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam. Diberikan antasida
untuk menetralisis asam lambung yang sangat asam diet cukup protein, rendah
karbohidrat, lemak dan garam.
2.4.2 Pemberian obat anti kejang:
Cara pemberian magnesium sulfat regimen: loading dose: initial dose 4
gram MGSO4: intravena, (40% dalam 10 cc) selama 15 menit. Maintenance dose:
diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer/ jam atau diberikan 4 atau 5 gram i.m
selanjutnya maintenance dose diberikan garam i.m tiap 4-6 jam. Diasepam,
fenitoin (dosis 15 mg/kg berat badan dengan pemberian intravena 50 mg/menit)
2.4.3 Pemberian antihipertensi
Nifedipine: dosis 10-20 mg peroral, diulangi setelah 30 menit; maksimum
120 mg dalam 24 jam. Sodium nitroprusside: 0,25 g i.v /kg/menit, infus;
ditingkatkan 0,25g i.v/kg/5 menit. Diakzokside: 30-60 mg i.v/5 menit; atau i.v
infus 10mg/menit/dititrasi.
2.5 Komplikasi pada Ibu
Sistem saraf pusat: perdarahan intrakranial, trombosis vena sentral,
hipertensi ensefalopati, edema serebri, edema retina, makular atau retina
detachment dan kebutaan korteks serebri, edema retina, makular atau
retina detachment dan kebutaan korteks.
Gastrointestinal-hepatik: subskapular hematoma hepar, ruptur kapsul
hepar.
Ginjal: gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut.
Hematologik: DIC, trombositopenia dan hematoma hepar luka operasi.
Kardiopulmonar: edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik, depresi
atau arrest, pernapasan, kardiak arrrest, iskemik miokardium.
Lain-lain: asites, edema larinng, hipertensi yang tidak terkendali.
kematian
neonatal
perdarahan
intraventrikular,
becrotizing
dan
eklampsia
merupakan
komplikasi
karena
itu,
pencegahan
atau
diagnosis
dini
dapat
hamil
yang
teratur
dengan
memperhatikan
sepenuhnya,
namun
frekuensinya
dapat
dikurangi
rendah
lemak.
Kurangi
garam
apabila
berat
badan
DAFTAR PUSTAKA
AB,
Editor:
Saifudidn
AB,
Saifudidn
AB,
Editor:
Saifudidn
AB,