Anda di halaman 1dari 2

Pengaruh Globalisasi Terhadap Sistem Kedaulatan Suatu Negara

Pande Nyoman Anggita Widyari Dewi


151130030
Globalisasi merupakan sebuah fenomena yang melanda pada setiap aspekaspek kehidupan di dunia. Definisi globalisasi bergantung pada cara pandang masingmasing orang dalam mendefinisikannya. Pada dasarnya, globalisasi mengandung
suatu unsur integrasi di mana globalisasi dapat menyatukan aspek-aspek kehidupan
yang ada di dunia. Hal ini pada akhirnya akan berdampak pada kedaulatan suatu
negara dikarenakan oleh meleburnya batas-batas negara yang ada akibat globalisasi
yang ditandai dengan mudahnya berkomunikasi antarnegara dan terjadi pertukaran
informasi yang cepat.
Sejak lahirnya sistem negara-bangsa dalam Perjanjian Westphalia tahun 1968,
negara dianggap sebagai aktor tunggal dalam kegiatan internasional. Namun dengan
adanya globalisasi, bukan hanya negara saja yang berperan sebagai aktor kegiatan
internasional. Globalisasi melahirkan aktor baru yang menggeser peran pemerintah
seperti Multinational Corporation, International Govermental Organization dan nongovernmental organization. Globalisasi juga memaksa negara tunduk kepada
organisasi politik yang lebih besar seperti NATO, OPEC, APEC, atau pada aspek
ekonomi seperti WTO, World Bank dan IMF (Waters, 1995).
Waters menjelaskan mengenai posisi negara yang diperlemah akibat adanya
globalisasi dengan mengadopsi pemikiran Held (1991 dalam Waters 1995) yaitu (1)
meningkatnya hubungan ekonomi dan budaya yang mereduksi kekuatan negara,
sehingga kontrol pemerintah dalam kebijakan internal menjadi tidak efektif; (2)
munculnya kekuatan baru seperti TNC dianggap lebih memiliki kekuatan dibanding
pemerintah; (3) tanggungjawab negara seperti komunikasi, pertahanan dan ekonomi
akan lebih baik bila dikoordinasikan pada basis antar-pemerintah, tidak hanya
ditangani sendiri; (4) negara harus tunduk pada unit politik yang lebih besar seperti
NATO, OPEC, APEC atau pada organisasi internasional seperti IMF dan WTO; (5)
sistem pemerintahan global merupakan sistem dengan perkembangan politik dan
administratif yang muncul karena dinilai lebih baik daripada kekuatan negara (Waters,
1995:124).

Meskipun kedaulatan negara mengalami degradasi, bukan berarti keberadaan


negara beserta kedaulatannya tidak memiliki arti penting lagi. Mekanisme serta arus
globalisasi tidak akan berjalan tanpa adanya negara. Negara memiliki peran sebagai
sumber legitimasi dalam menyerahkan kekuasaan atau menyetujui kekuasaan yang
baru, baik melalui persetujuan antara negara-negara untuk mendirikan dan berada di
situ dalam bentuk pemerintahan/institusi internasional atau melalui penataan secara
konstitusional oleh negara dalam teritorial hubungan kekuasaan dan kewenangan
antara pemerintah pusat, provinsi, dan lokalnya sendiri dan juga pengaturan terhadap
swasta yang diakui secara publik dalam masyarakat sipil.
Kemudian, negara tidak serta merta mengimplementasikan seluruh
kepentingan global. Negara sebagai sebuah institusi harus mementingkan kepentingan
warga negaranya karena berkat kehendak mereka negara dapat terbentuk, serta negara
harus menjalankan aturan-aturan kebijakan yang tercantum di dalam konstitusi negara
tersebut. Banyak negara maju maupun negara berkembang yang mengeluarkan dan
menerapkan kebijakan-kebijakan yang berseberangan dengan tuntutan global, seperti
yang terjadi di Indonesia. Dalam bidang ekonomi, Indonesia tetap memberlakukan

pasal 33 UUD 1945 yakni dengan melunasi hutangnya dengan IMF dan kemudian
membubarkan forum CGI. Dalam bidang politik, Indonesia mendesak agar Amerika
Serikat dan sekutunya menarik pasukan dari Irak, memilih abstain dalam sidang
Dewan Keamanan PBB yang membahas tentang sanksi terhadap Iran.
Dengan kata lain, apabila suatu negara memiliki kemandirian dan keberanian
untuk mengambil kebijakan atau sikap yang menentang terhadap tuntutan
kepentingan global untuk mengutamakan kepentingan negaranya, maka globalisasi
tidak akan selamanya mengancam pemberlakuan sistem kedaulatan suatu negara.

Anda mungkin juga menyukai