Anda di halaman 1dari 3

Kronologis Kasus Gayus Tambunan

Kronologis kasus gayus ini diambil dari blog SIR MR SRI TAMIANG yang diposkan hari
Minggu tanggal 13 Maret 2011 dengan pengeditan kata seperlunya.

Berawal tudingan Mantan Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Susno Duadji tentangadanya
praktek mafia hukum di tubuh Polri dalam penanganan kasus money laundring oknum pegawai
pajak bernama Gayus Halomoan Tambunan yang merembet kepada Kejaksaan Agungdan Tim
Jaksa Peneliti, Tim Jaksa Peneliti akhirnya bersuara mengungkap kronologis penanganan kasus
Gayus H. Tambunan. Berikut ini kronologis penanganan kasus Gayus H.Tambunan menurut Tim
Peneliti Kejaksaan Agung.Kasus bermula dari kecurigaan Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan(PPATK) terhadap rekening milik Gayus H. Tambunan di Bank Panin. Polri
kemudianmelakukan penyelidikan terhadap kasus ini.

Tanggal 7 Oktober 2009 penyidik Bareskrim MabesPolri menetapkan Gayus H. Tambunan


sebagai tersangka dengan mengirimkan SuratPemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP).

Dalam berkas yang dikirimkan penyidik Polri kepada kejaksaan, Gayus H. Tambunandijerat
dengan tiga pasal berlapis yakni pasal korupsi, pencucian uang, dan penggelapan. Hal inikarena
Gayus H. Tambunan adalah seorang pegawai negeri dan memiliki dana Rp. 25 miliar diBank
Panin.

Hasil penelitian jaksa menyebutkan bahwa hanya terdapat satu pasal yang terbuktiterindikasi
kejahatan dan dapat dilimpahkan ke Pengadilan, yaitu penggelapan namun hal initidak terkait
dengan uang senilai Rp. 25 milliar yang diributkan PPATK dan Polri. Untuk korupsiterkait dana
Rp.25 milliar tidak dapat dibuktikan karena dalam penelitian ternyata uang tersebutmerupakan
produk perjanjian Gayus dengan Andi Kosasih. Andi Kosasih adalah pengusahagarmen asal
Batam yang mengaku pemilik uang senilai hampir Rp. 25 miliar di rekening BankPanin milik
Gayus H. Tambunan. Hal ini didukung dengan adanya perjanjian tertulis antaraterdakwa (Gayus
H. Tambunan) dan Andi Kosasih yang ditandatangani tanggal 25 Mei 2008.

Menurut Cirrus Sinaga selaku anggota Tim Jaksa Peneliti kasus Gayus, Gayus H.Tambunan dan
Andi Kosasih awalnya berkenalan di pesawat. Kemudian keduanya bertemankarena merasa
sama-sama besar, tinggal dan lahir di Jakarta Utara. Karena pertemanankeduanyalah Andi
Kosasih meminta Gayus H. Tambunan mencarikan tanah dua hektar untukmembangun ruko di
kawasan Jakarta Utara. Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan tanahtersebut sebesar US$ 6
juta. Namun Andi Kosasih baru menyerahkan uang sebesar US$2.810.000. Andi menyerahkan
uang tersebut kepada Gayus melalui transaksi tunai di rumahorang tua istri Gayus lengkap
dengan kwitansinya, sebanyak enam kali yaitu pada tanggal 1 Juni2008 sebesar US$ 900.000,
tanggal 15 September 2008 sebesar US$ 650.000, tanggal 27Oktober 2008 sebesar US$ 260.000,
tanggal 10 November 2008 sebesar US$ 200.000, tanggal10 Desember 2008 sebesar US$
500.000, dan terakhir pada tanggal 16 Februari 2009 sebesarUS$ 300.000. Andi Kosasih
menyerahkan uang tersebut karena dia percaya kepada Gayus H.Tambunan.
Menurut Cirrus Sinaga, dugaan money laundring hanya tetap menjadi dugaan karenaPusat
Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK) sama sekali tidak dapatmembuktikan uang
senilai Rp. 25 milliar tersebut merupakan uang hasil kejahatan pencucianuang (money
laundring). PPATK telah dihadirkan dalam kasus tersebut sebagai saksi. Dalam proses perkara,
PPATK tidak bisa membuktikan transfer rekening yang diduga tindak pidana.

Dari perkembangan proses penyidikan kasus tersebut, ditemukan juga adanya aliran danasenilai
Rp 370 juta di rekening lainnya di Bank BCA milik Gayus H. Tambunan. Uang
tersebutdiketahui berasal dari dua transaksi yaitu dari PT.Mega Cipta Jaya Garmindo. PT. Mega
CiptaJaya Garmindo adalah perusahaan milik pengusaha Korea, Mr. Son dan bergerak di
bidanggarmen. Transaksi dilakukan dalam dua tahap yaitu pada tanggal 1 September 2007
sebesar Rp.170 juta dan 2 Agustus 2008 sebesar Rp. 200 juta.

Setelah diteliti dan disidik, uang senilai Rp.370 juta tersebut diketahui bukan merupakankorupsi
dan money laundring tetapi penggelapan pajak murni. Uang tersebut dimaksudkan
untukmembantu pengurusan pajak pendirian pabrik garmen di Sukabumi. Namun demikian,
setelahdicek, pemiliknya Mr Son, warga Korea, tidak diketahui berada di mana. Uang tersebut
masukke rekening Gayus H. Tambunan tetapi ternyata Gayus tidak urus pajaknya. Uang tersebut
tidakdigunakan oleh Gayus dan tidak dikembalikan kepada Mr. Son sehingga hanya diam di
rekeningGayus. Berkas P-19 dengan petujuk jaksa untuk memblokir dan kemudian menyita uang
senilaiRp 370 juta tersebut. Dalam petunjuknya, jaksa peneliti juga meminta penyidik
Polrimenguraikan di Berita Acara Pemeriksaan (BAP) keterangan tersebut beserta
keterangantersangka (Gayus H. Tambunan).

Dugaan penggelapan yang dilakukan Gayus diungkapkan Cirrus Sinaga secara terpisahdan
berbeda dasar penanganannya dengan penanganan kasus money laundring, penggelapan
dankorupsi senilai Rp. 25 milliar yang semula dituduhkan kepada Gayus. Cirrus dan jaksa
penelitilain tidak menyinggung soal Rp 25. milliar lainnya dari transaksi Roberto Santonius,
seorangkonsultan pajak. Kejaksaan pun tak menyinggung apakah mereka pernah memerintahkan
penyidik Polri untuk memblokir dan menyita uang dari Roberto ke rekening Gayus senilai Rp
25milyar itu.

Sebelumnya, penyidik Polri melalui AKBP Margiani, dalam keterangan persnyamengungkapkan


bahwa jaksa peneliti dalam petunjuknya (P-19) berkas Gayus memerintahkan penyidik untuk
menyita besaran tiga transaksi mencurigakan di rekening Gayus. Adapun tigatransaksi itu
diketahui berasal dari dua pihak, yaitu Roberto Santonius dan PT. Mega Jaya CitraTermindo.
Transaksi yang berasal dari Roberto, yang diketahui sebagai konsultan pajak bernilaiRp. 25 juta,
sedangkan dari PT. Mega Jaya Citra Termindo senilai Rp. 370 juta. Transaksi ituterjadi pada
tanggal 18 Maret, 16 Juni dan 14 Agustus 2009. Uang senilai Rp. 395 juta tersebutdisita
berdasarkan petunjuk dari jaksa peneliti kasus itu.
Berkas Gayus dilimpahkan ke pengadilan. Jaksa mengajukan tuntutan 1 (satu) tahun danmasa
percobaan 1 (satu) tahun. Dari pemeriksaan atas pegawai Direktorat Jenderal Pajak
itusebelumnya, beredar kabar bahwa ada "guyuran" sejumlah uang kepada polisi, jaksa,
hinggahakim masing-masing Rp 5 miliar. Diduga gara-gara „guyuran‟ uang tersebut Gayus
terbebas dari hukuman. Dalam sidang di Pengadilan Negeri Tangerang tanggal 12 Maret 2010,
Gayusyang hanya dituntut satu tahun percobaan, dijatuhi vonis bebas.

Menurut Yunus Husein, Ketua PPATK, "Mengalirnya uang belum kelihatan kepadaaparat
negara atau kepada penegak hukum. Namun anehnya penggelapan ini tidak ada pihak
pengadunya, pasalnya perusahaan ini telah tutup. Sangkaan inilah yang kemudian maju ke
persidangan Pengadilan Negeri Tangerang. Di Pengadilan Negeri Tangerang, Gayus
tidakterbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penggelapan.
Hasilnya,Gayus divonis bebas.”

Sosok Gayus dinilai amat berharga karena ia termasuk saksi kunci dalam kasus dugaanmakelar
kasus serta dugaan adanya mafia pajak di Direktorat Jenderal Pajak. Belum diketahuiapakah
Gayus melarikan diri lantaran takut atau ada tangan-tangan pihak tertentu yangmembantunya
untuk kabur supaya kasus yang membelitnya tidak terbongkar sampai ke akarnya.Satgas
Pemberantasan Mafia Hukum meyakini kasus Gayus H. Tambunan bukan hanya soal pidana
pengelapan melainkan ada juga pidana korupsi dan pencucian uang.

Gayus diketahui berada di Singapura. Dia meninggalkan Indonesia pada Rabu 24 Maret2010
melalui Bandara Soekarno-Hatta. Namun dia pernah memberikan keterangan kepadaSatgas kalau
praktek yang dia lakukan melibatkan sekurang-kurangnya 10 rekannya. Imigrasitidak
mengetahui posisi Gayus.

Anda mungkin juga menyukai