Semen
Dr Edi Hilmawan
Pelatihan Audit Energi di Industri Semen, Hotel Bidakara, 17-18 November 2014
SYLLABUS
AUDIT ENERGI LISTRIK DI
INDUSTRI SEMEN
Sekilas tentang Audit dan Konservasi Energi
Persiapan Audit Energi Listrik
Pengukuran dan Pengumpulan Data Proses dan Kelistrikan
Analisa Data Proses dan Listrik
Perhitungan Neraca Energi Listrik
Perhitungan Kinerja Efisiensi Energi Listrik Peralatan
Penyusunan Laporan Hasil Audit Energi Listrik
Pelatihan Audit Energi di Industri Semen, Hotel Bidakara, 17-18 November 2014
2.
Tentukan batasan neraca energi listrik yang akan dihitung (lokasi dan waktu)
3.
4.
5.
6.
Susun hasil pengumpulan data pasokan dan penggunaan energi listrik tersebut ke
dalam tabel neraca yang menggambarkan keseimbangan antara penyediaan dan
penggunaan. Neraca energi listrik juga dapat dinyatakan dalam grafik pie atau
sankey
Pelatihan Audit Energi di Industri Semen, Hotel Bidakara, 17-18 November 2014
Energi Terpakai
343000
MWh
1. KILN
2. Finish Mill
3. Raw MIll
4. Crusher
Rugi-rugi
Total Energi
Masuk
343000
MWh
Total Energi
Terpakai
Efisiensi
116791
113363
103076
9643
MWh
MWh
MWh
MWh
126
MWh
342300
MWh
99,96
Pelatihan Audit Energi di Industri Semen, Hotel Bidakara, 17-18 November 2014
Pelatihan Audit Energi di Industri Semen, Hotel Bidakara, 17-18 November 2014
RAW
MILL
KILN
FINISH
MILL
PACKER
COAL
MILL
Untuk mendapatkan
informasi lebih rinci, jika
memungkinkan dapat
ditambahkan pengukuran
tambahan pada peralatan2
utama
PLN
Idealnya penggunaan listrik untuk masing2 proses dapat dipisahkan secara tegas. Pada
kenyataannya tidak mudah untuk dapat membagi secara tegas penggunaan listriknya
berdasarkan proses. Umumnya di panel-panel distribusi pengkabelan dilakukan
berdasarkan tingkat kepraktisan di lapangan sehingga banyak peralatan2 yang
mengambil sumber listrik dari luar proses terkait.
Pelatihan Audit Energi di Industri Semen, Hotel Bidakara, 17-18 November 2014
Bisa dilakukan dengan mencatat atau mengukur parameter proses seperti jumlah
produk pada saat pengukuran untuk kemudian dikoreksi secara proposional terhadap
jumlah produk tsb.
Misal: Pengukuran untuk sistem di atas, akan tetapi dengan alat ukur hanya terdapat
tiga, diputuskan untuk melakukan pengukuran parameter kelistrikan secara
berurutan, masing2 selama 4 jam, sbb:
(1) PLN, G1 dan G2 pada saat produksi semen sejumlah 250 tph
(2) CRUSHER, RAW MILL dan COAL MILL saat produksi semen sejumlah 200 tph
(3) KILN, FINISH MILL dan PACKING saat produksi semen sejumlah 300 tph.
Maka hasil pengukuran parameter listrik harus dikoreksi terhadap produksi semen
yang sama, misalnya 250 tph
Pelatihan Audit Energi di Industri Semen, Hotel Bidakara, 17-18 November 2014
Energi Masuk
PLN
G1
G2
kWh
tph
kWh
(1)
(2)
(3)
24000
28000
31000
250
250
250
24000
28000
31000
(4)
28,9%
33,7%
37,3%
83000
2000
20000
5000
23000
25000
3000
200
200
200
300
300
300
1600
16000
4000
27600
30000
3600
1,9%
19,3%
4,8%
33,3%
36,1%
4,3%
Catatan:
Total
Energi
digunakan
78000
82800 basis produksi
99,8% 250 tph, maka:
Koreksi
terhadap
kWh terukur
dilakukan berdasarkan
Dengan SEC
Raw Mill A = 23 kWh/t, Raw Mill B = 20 kWH/t, Kiln : 25 kWh/t, Cement Mill A = 25 kWh/t dan Cement
Mill B = 32 kWh/t,
Maka neraca energi pabrik dapat dihitung
Pelatihan Audit Energi di Industri Semen, Hotel Bidakara, 17-18 November 2014
Pelatihan Audit Energi di Industri Semen, Hotel Bidakara, 17-18 November 2014
Perhitungan Neraca Energi Listrik di masingmasing proses dapat dilakukan dengan cara
yang sama seperti yang dilakukan di atas,
hanya saja lingkupnya dibatasi pada proses
terkait.
Proses perhitungan bisa dilakukan melalui
pengukuran, perhitungan atau kombinasi antara
keduanya.
Pelatihan Audit Energi di Industri Semen, Hotel Bidakara, 17-18 November 2014