Matsukawa Geothermal Field Case
Matsukawa Geothermal Field Case
Gambar 1. Peta Persebaran Mineral pada Lapangan Panasbumi Matsukawa Tanpa Skala
Melalui dua peta tersebut, dilakukan analisis data yang akan menghasilkan
peta persebaran mineral aliterasi berdasarkan suhu, sehingga dapat ditentukan
dimana hebat source ataupun suhu tertinggi yang didasarkan oleh suhu
pembentukan mineral. Selanjutnya dari persebaran mineral tersebut ditentukan
pula zona alterasinya, berikut ini adalah pembahasan hasil analisis persebaran
mineral tersebut beserta peta outputnya:
Suhu
Mineral
Biotit
Garnet
Magnetit
100
200
300
400
Mineral
Garnet
K Feldspar
Epidot
Amphibol
100
200
300
400
Mineral
Epidot
Serisit
Adularia
Illite
100
200
300
400
Mineral
Illite
Smectite
Dickite
Pyrophilite
Adularia
100
200
300
400
Mineral
Kalsedon
Alunite
100
200
300
400
Mineral
Haloisit
Opal
Christobalit
Alunite
100
200
300
400
sebelah kanan
Bagian dengan suhu pembentukkan berkisar 80 - 130 C ditandai
dengan warna biru tua, bagian ini dicirikan dengan keterdapatan
asosiasi mineral ilite dan smektit di kontur sebelah kiri serta asosiasi
mineral haloisit, christobalit, opal, dan alunit di kontur sebelah kanan.
Zona potasik
Zoba philik
Zona propilik
Zona argilik
Zona argilik lanjutan
Pada penampang ini telah dilakukan delineasi zona alterasi hidrothermal
yang dicirikan oleh asosiasi mineral yang cukup khas. Dalam penampang ini
dapat dibagi menjadi 5 zona, yaitu :
Zona potasik, yang ditandai dengan warna merah, dengan asosiasi
mineral berupa garnet, epidot, biotit sekunder, k-Feldspar, amphibol, dan
sedikit Magnetit, mineral-mineral ini terbentuk pada suhu berkisar antara
6
280-350 C. Zona potasik ini merupakan zona yang paling dekat dengan
sumber panas (heat source), hal ini terlihat ada komposisi mineral
penyusunnya yang memiliki suhu pembentukkan yang tinggi.
Zona philik, yang ditandai dengan warna orange, dengan asosiasi mineral
berupa epidot, serisit, dan sedikit adularia. Mineral mineral ini terbentuk
pada suhu berkisar 230-280 C . Zona ini disebut juga dengan zona
alterasi serisit, yang menandakan adanya dominasi serisit pada zona ini.
Zona philik ini mengelilingi zona potasik, dan sumber panasnya masih
cukup dekat.
Zona propilitik, yang ditandai dengan warna kuning, dengan asosiasi
mineral berupa epidot, ilite, dan sedikit adularia. Mineral mineral ini
terbentuk pada suhu berkisar 220-300 C. Zona propilitik ini memiliki
jarak yang cukup dekat dengan sumber panas.
Zona argilic, yang ditandai dengan warna hijau muda, dengan asosiasi
mineral berupa ilite, smektit, dan sedikit adularia, serta pada bagian
kanan terdapat Illite, Dickite dan Pyrophilite. Mineral mineral ini
terbentuk pada suhu berkisar 140-220 C . Zona argilic ini memiliki jarak
yang cukup jauh dengan sumber panas.
Zona argilic lanjutan (advance argilic) , yang ditandai dengan warna hijau
tua dengan asosiasi mineral berupa Alunite, haloisit, christobalit, opal,
dan kalsedon. Mineral mineral ini dapat terbentuk pada suhu berkisar
100-300 C. Zona argilic lanjutan ini memiliki jarak yang jauh dengan
sumber panas.
Penentuan zona alterasi ditentukan dari mineral khas tiap zona di
mana mineral yang terbentuk pada suhu tinggi tidak selalu masuk ke
dalam kategori zona alterasi yang tinggi juga karena selain bergantung
pada suhu, klasifikasinya juga bergantung pada pH. Pada kedua peta
terlihat pola konturing yang tidak identik, zona alterasi juga dicirikan oleh
adanya asosiasi mineral yang terbentuk, dan dipengaruhi oleh pH yang
dapat diakibatkan karena adanya perbedaan provenance ataupun
komposisi kimia fluida pada batuan, bila terdapat individu mineral yang
ditemukan dengan asosiasi berbeda maka dapat ditarik mineral dominan
pada suatu zona. Persebaran mineral penciri dan kaitannya dengan zona
alterasi ditunjukkan oleh tabel klasifikasi Himpunan Mineral Penciri
menurut Corbett dan Leach, 1998.
Tabel 2. Klasifikasi Zona Alterasi berdasarkan mineral khas yang dipengaruhi
Suhu dan pH menurut Corbett dan Leach, 1998
Heatsource
Caprock*
Caprock
Reservoar
Heat
Source
10
Magnetit
Bagian dengan suhu pembentukkan 210-270 ditandai dengan warna
Orange tua, bagian ini dicirikan dengan keterdapatan asosiasi mineral
ilite, adularia, klorit, dan epidot.
11
Cap
Reservoir
Heat
Source
Gambar 7. Deliniasi Kontur Zona Bawah Permukaan berdasarkan Persebaran Mineral.
12
Sumber panas terdapat pada dekat dengan zona merah, hal ini
diprediksi dari mineral-mineral yang terdapat pada zona merah memiliki
suhu pembentukkan yang sangat tinggi.
Batuan reservoir
Batuan reservoir diprediksi terdapat pada zona berwarna Orange
tua, pada zona merah terdapat mineral garnet yang umumnya dapat
menjadi mineral penciri base reservoir, sedangkan mineral epidot
merupakan mineral penciri top reservoir, juga pada zona orange terdapat
mineral adularia, hal ini diinterpretasikan dari keterdapatan mineral
adularia. Proses pembentukkan mineral adularia memerlukan siklus air,
sehingga dapat diinterpretasikan bagian yang terdapat mineral adularia
memiliki permeabilitas yang tinggi. Hal tersebut menjadikan daerah
dengan mineral dominan adularia sebagai tempat reservoir karena salah
satu syarat batuan reservoir yang baik adalah memiliki porositas dan
permeabilitas yang tinggi, agar dapat mengalirkan fluida panas. Adanya
mineral klorit juga merupakan suatu penanda bahwa telah memasuki zona
reservoir. Adanya struktur geologi berupa sesar juga memperbesar nilai
permeabilitas.
pada reservoir.
4. Proses Geologi
13
a. Proses yang terjadi pertama kali merupakan Intrusif, dimana Intrusi ini
memotong batuan sedimen, dikarenakan persebaran batuan sedimen
luas, mudah terjadi perubahan bila ditembus oleh fluida temperatur
tinggi, dan keterdapatan Garnet. Intrusif ini memiliki beberapa zona
dimana semakin menjauhi hebat source suhu pembentukan mineral
yang ditemui lebih rendah, dan terdapat beberapa zona yang dibagi
berdasarkan
kelompok
mineral
penciri,
dimana
hal
tersebut
dipengaruhi oleh Suhu dan pH. Model Intrusif tersebut awalnya dapat
digambarkan seperti berikut ini:
b. Setelah terjadi proses intrusif, secara perlahan proses erosi yang terjadi
menyingkap zona alterasi yang seharusnya terdapat dibawah
permukaan. Hal tersebut didapat dari persebaran mineral yang sudah
menunjukkan zona Potasik, dan Profilik yang sudah berada di
permukaan.
14
Argilic
Phylic
Prophyliti
c
Gambar 10. Deliniasi Kontur Zona Bawah Permukaan yang Menunjukkan Adanya
Bidang Sesar berdasarkan Keterdapatan Mineral
15
REFERENSI
http://www.libertystaruranium.com/wp-content/uploads/2012/03/JMG-PorphyryCopper-Model.png (diakses pada Sabtu, 4 April 2015 pukul 16.00 WIB)
http://isticlyne.blogspot.com/2013/03/jenis-jenis-alterasi-hidrothermal.html
(diakses pada Minggu, 5 April 2015 pukul 12.45 WIB)
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/505/jbptitbpp-gdl-dewiprihat-25208-4-2011ta3.pdf (diakses pada Minggu, 5 April 2015 pukul 12.55 WIB)
http://repository.upnyk.ac.id/2482/1/Studi_Alterasi_Hidrotermal_daerah_Karangb
olong,_Kabupaten_Kebumen,_Jawa_Tengah.pdf (diakses pada Minggu, 5
April 2015 pukul 13.10 WIB)
http://grsj.gr.jp/iga/bukai-files/sympo_200610_all_abs.pdf (diakses pada Minggu,
5 April 2015 pukul 13.20 WIB)
http://www.researchgate.net/publication/248522658_Study_of_the_reservoir_at_t
he_Matsukawa_geothermal_field (diakses pada Minggu, 5 April 2015 pukul
13.24 WIB)
16
LAMPIRAN
17