Anda di halaman 1dari 17

Matsukawa Geothermal Field Case

Pada keadaan lapangan Geothermal di Matsukawa, Jepang, memiliki


keadaan seperti berikut ini
1. Lapangan Panasbumi Matsukawa berada di Jepang bagian Timur laut, dan
merupakan asosiasi Panasbumi dengan Gunung api Strato-vulcano.
2. Luas areanya memiliki panjang sekitar 7,5 km, dan lebar sekitar 1,5 km,
dengan sedikit vegetasi.
3. Hanya memiliki 2 - 3 fitur yang aktif
4. Hasil pemetaan dari 300 singkapan dan hasil Core menunjukkan :
- 200 sample telah diuji melalui XRD
- 60 sample diketahui melalui XRD dan SEM terdapat mineral lempung.
Referensi: Sumi, K., 1968, Hydrothermal Rock Alteration of The Matsukawa
Geothermal Area, Northeast Japan, Geological Survey of Japan Report 225.
Berikut ini adalah Peta persebaran mineral dan Peta bawah permukaan dari
Lapangan Panasbumi Matsukawa

Gambar 1. Peta Persebaran Mineral pada Lapangan Panasbumi Matsukawa Tanpa Skala

Gambar 2. Peta Persebaran Mineral Bawah Permukaan Lapangan Panasbumi Matsukawa


dengan Skala Garis.

Melalui dua peta tersebut, dilakukan analisis data yang akan menghasilkan
peta persebaran mineral aliterasi berdasarkan suhu, sehingga dapat ditentukan
dimana hebat source ataupun suhu tertinggi yang didasarkan oleh suhu
pembentukan mineral. Selanjutnya dari persebaran mineral tersebut ditentukan
pula zona alterasinya, berikut ini adalah pembahasan hasil analisis persebaran
mineral tersebut beserta peta outputnya:

1. Deliniasi Kontur Berdasarkan Suhu Pembentukan Mineral


Indikasi
Sesar

Suhu

Gambar 3. Deliniasi Kontur Berdasarkan Suhu Pembentukan Mineral

Suhu pembentukan 330C - 380C


Suhu pembentukan 280 C - 330 C
Suhu pembentukan 230 C -280 C
Suhu pembentukan 180 C -230 C
Suhu pembentukan 130 C -180 C
Suhu pembentukan 80 C-130 C
Pada peta ini, telah dilakukan konturing yang didasari oleh perbedaan suhu
pembentukkan mineral-mineral alterasi hidrothermal. Secara umum, mineral mineral aliterasi menunjukkan pengelompokkan tertentu, dimana pada suatu
kelompok, hanya terdapat mineral yang terbentuk pada rentang suhu yang
khas, dari persebaran mineral pada peta, dilakukan pengelompokkan seperti
data berikut ini :

Tabel 1. Daftar Range Suhu Pembentukan Mineral

Mineral
Biotit
Garnet
Magnetit

100

200

300

400

Mineral
Garnet
K Feldspar
Epidot
Amphibol

100

200

300

400

Mineral
Epidot
Serisit
Adularia
Illite

100

200

300

400

Mineral
Illite
Smectite
Dickite
Pyrophilite
Adularia

100

200

300

400

Mineral
Kalsedon
Alunite

100

200

300

400

Mineral
Haloisit
Opal
Christobalit
Alunite

100

200

300

400

Berdasarkan asosiasi mineral aliterasi tersebut, terdapat 2 kelompok


mineral yang sangat berbeda yaitu yang berada di sebelah kiri dan yang ada di
bagian kanan peta, sehingga deliniasi kontur berdasarkan suhu dipisah
menjadi 2 puncak kontur. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan suhu
pembentukan kelompok Illite yang berada pada bagian tengah peta, dimana
bila mengikuti konturing dengan heat source bagian kiri, maka ia seharusnya
masuk kelompok suhu pembentukan yang sama dengan Illite Smectite, namun
individu Illite yang melimpah menunjukkan suhu pembentukan yang lebih
tinggi, dan indikasi adanya sesar yang menyingkap mineral - mineral Illite
tersebut.
Berdasarkan Kelompok tersebut, maka dibentuklah kontur pada Peta yang
memiliki kontur, berupa :

Bagian dengan suhu pembentukkan 330-380 C ditandai dengan warna


merah, bagian ini dicirikan dengan keterdapatan asosiasi mineral biotit

sekunder,garnet dan sedikit Magnetit


Bagian dengan suhu pembentukkan 280-330 C ditandai dengan warna
orange, bagian ini dicirikan dengan keterdapatan asosiasi mineral

garnet, amphibol, epidot, dan K-feldspar.


Bagian dengan suhu pembentukkan 230-280 C ditandai dengan warna
kuning, bagian ini dicirikan dengan keterdapatan asosiasi mineral

epidot, amphibol, K-feldspar, dan serisit


Bagian dengan suhu pembentukkan 180-230 C ditandai dengan warna
hijau muda, bagian ini dicirikan dengan keterdapatan asosiasi mineral
epidot, illite, adularia, dan serisit di kontur sebelah kiri serta dickite

dan pyrophilite di kontur sebelah kanan


Bagian dengan suhu pembentukkan 130-180 C ditandai dengan warna
biru muda, bagian ini dicirikan dengan keterdapatan asosiasi mineral
adularia, ilite, dan smektit serta kaolinit, alunit, dan kalsedon di kontur

sebelah kanan
Bagian dengan suhu pembentukkan berkisar 80 - 130 C ditandai
dengan warna biru tua, bagian ini dicirikan dengan keterdapatan

asosiasi mineral ilite dan smektit di kontur sebelah kiri serta asosiasi
mineral haloisit, christobalit, opal, dan alunit di kontur sebelah kanan.

2. Deliniasi Kontur Berdasarkan Zona Alterasi Hidrothermal


Indikasi
Sesar

Gambar 4. Deliniasi Kontur Berdasarkan Zona Alterasi

Zona potasik
Zoba philik
Zona propilik
Zona argilik
Zona argilik lanjutan
Pada penampang ini telah dilakukan delineasi zona alterasi hidrothermal
yang dicirikan oleh asosiasi mineral yang cukup khas. Dalam penampang ini
dapat dibagi menjadi 5 zona, yaitu :
Zona potasik, yang ditandai dengan warna merah, dengan asosiasi
mineral berupa garnet, epidot, biotit sekunder, k-Feldspar, amphibol, dan
sedikit Magnetit, mineral-mineral ini terbentuk pada suhu berkisar antara
6

280-350 C. Zona potasik ini merupakan zona yang paling dekat dengan
sumber panas (heat source), hal ini terlihat ada komposisi mineral
penyusunnya yang memiliki suhu pembentukkan yang tinggi.
Zona philik, yang ditandai dengan warna orange, dengan asosiasi mineral
berupa epidot, serisit, dan sedikit adularia. Mineral mineral ini terbentuk
pada suhu berkisar 230-280 C . Zona ini disebut juga dengan zona
alterasi serisit, yang menandakan adanya dominasi serisit pada zona ini.
Zona philik ini mengelilingi zona potasik, dan sumber panasnya masih
cukup dekat.
Zona propilitik, yang ditandai dengan warna kuning, dengan asosiasi
mineral berupa epidot, ilite, dan sedikit adularia. Mineral mineral ini
terbentuk pada suhu berkisar 220-300 C. Zona propilitik ini memiliki
jarak yang cukup dekat dengan sumber panas.
Zona argilic, yang ditandai dengan warna hijau muda, dengan asosiasi
mineral berupa ilite, smektit, dan sedikit adularia, serta pada bagian
kanan terdapat Illite, Dickite dan Pyrophilite. Mineral mineral ini
terbentuk pada suhu berkisar 140-220 C . Zona argilic ini memiliki jarak
yang cukup jauh dengan sumber panas.
Zona argilic lanjutan (advance argilic) , yang ditandai dengan warna hijau
tua dengan asosiasi mineral berupa Alunite, haloisit, christobalit, opal,
dan kalsedon. Mineral mineral ini dapat terbentuk pada suhu berkisar
100-300 C. Zona argilic lanjutan ini memiliki jarak yang jauh dengan
sumber panas.
Penentuan zona alterasi ditentukan dari mineral khas tiap zona di
mana mineral yang terbentuk pada suhu tinggi tidak selalu masuk ke
dalam kategori zona alterasi yang tinggi juga karena selain bergantung
pada suhu, klasifikasinya juga bergantung pada pH. Pada kedua peta
terlihat pola konturing yang tidak identik, zona alterasi juga dicirikan oleh
adanya asosiasi mineral yang terbentuk, dan dipengaruhi oleh pH yang
dapat diakibatkan karena adanya perbedaan provenance ataupun
komposisi kimia fluida pada batuan, bila terdapat individu mineral yang
ditemukan dengan asosiasi berbeda maka dapat ditarik mineral dominan

pada suatu zona. Persebaran mineral penciri dan kaitannya dengan zona
alterasi ditunjukkan oleh tabel klasifikasi Himpunan Mineral Penciri
menurut Corbett dan Leach, 1998.
Tabel 2. Klasifikasi Zona Alterasi berdasarkan mineral khas yang dipengaruhi
Suhu dan pH menurut Corbett dan Leach, 1998

Sistem Panas bumi memiliki beberapa komponen penting yang


dapat dianalisa melalui persebaran mineral, antara lain :
Sumber Panas (Heat Source)

Umumnya berupa sumber panas magmatik namun dapat pula


berupa gradien geothermal.
Batuan reservoir
Suatu tubuh atau Volume batuan yang memiliki porositas dan
permeabilitas yang cukup baik, sehingga mengandung fluida (air
panas, uap, gas) sehingga panas dapat diekstraksi
Fluida
Merupakan media dimana panas dapat diekstraksi, fluida ini dapat
berupa fluida meteorik yang terpanaskan maupun hasil pencampuran
fluida meteorik dan magmatik.
Batuan penutup (caprock)
Tubuh batuan yang impermeable, yang menutup reservoir sehingga
panas fluida dalam reservoir dapat dicegah untuk keluar ke
permukaan.
Dari peta permukaan didapatkan bahwa persebaran sumber panas
berada pada zona Potasik, dimana ditemui mineral Biotit, Magnetit dan
Garnet sebagai penciri, dan juga mineral dengan suhu pembentukan
tinggi, sementara zona reservoir berada pada zona Propilik, dimana
didominasi oleh mineral Adularia, Epidot dan Illite, adularia sendiri
terbentuk pada tempat yang jenuh akan air, sehingga menunjukkan pada
suatu waktu batuan yang mengandung adularia pernah berfungsi sebagai
reservoar, serta persebaran mineral lempung umumnya berada pada zona
Argilik, dimana ditemui mineral Smectite, Illite dan Adularia. Mineral mineral lempung dapat mengurangi permeabilitas batuan sehingga akan
menjaga fluida panas untuk tidak bermigrasi.

Heatsource
Caprock*

Caprock

Reservoar

Heat
Source

Gambar 5. Deliniasi Kontur Berdasarkan Zona Alterasi, berdasarkan keterdapatan


mineral dapat diinterpretasikan zona Reservoar, Caprock dan Hearsource

10

3. Deliniasi Bawah Permukaan

Gambar 6. Deliniasi Kontur Bawah Permukaan berdasarkan Suhu Pembentukan


Mineral.

Penampang 3 merupakan hasil penampang bawah permukaan dari


suatu hasil pemboran, jika dilihat penampang ini memiliki kelerangan
(slope).
Pada penampang ini, dilakukan deliniasi berdasarkan zonasi alterasi
yang dicirikan oleh mineral-mineral asosiasinya. Dapat dibagi menjadi 3
zona, yaitu :
Bagian dengan suhu pembentukkan 270-330 ditandai dengan warna
merah, bagian ini dicirikan dengan keterdapatan asosiasi mineral biotit
sekunder, garnet, serisit, epidot, aktinolit, klorit, kalkopirit, dan sedikit

Magnetit
Bagian dengan suhu pembentukkan 210-270 ditandai dengan warna
Orange tua, bagian ini dicirikan dengan keterdapatan asosiasi mineral
ilite, adularia, klorit, dan epidot.

11

Bagian dengan suhu pembentukkan 150-210 ditandai dengan warna


Orange muda, bagian ini dicirikan dengan keterdapatan asosiasi

mineral ilite, smektit, dan klorit.


Bagian dengan suhu pembentukkan 90-150 ditandai dengan warna
kuning, bagian ini dicirikan dengan keterdapatan asosiasi mineral
kalsedon, smektit, K-feldspar, dan klorit.
Jika diperhatikan, terdapat adanya ketidakmenerusan deliniasi, hal ini

diindikasikan terjadi karena adanya struktur geologi, berupa sesar naik.


Adanya sesar ini menyebabkan mineral yang terbentuk pada suhu tinggi di
bawah permukaan menjadi berada di atas dekat dengan permukaan.
Pada penampang ini, dapat diperkirakan beberapa komponen, yaitu :

Cap

Reservoir

Heat
Source
Gambar 7. Deliniasi Kontur Zona Bawah Permukaan berdasarkan Persebaran Mineral.

Sumber panas (heat source)

12

Sumber panas terdapat pada dekat dengan zona merah, hal ini
diprediksi dari mineral-mineral yang terdapat pada zona merah memiliki
suhu pembentukkan yang sangat tinggi.

Batuan reservoir
Batuan reservoir diprediksi terdapat pada zona berwarna Orange
tua, pada zona merah terdapat mineral garnet yang umumnya dapat
menjadi mineral penciri base reservoir, sedangkan mineral epidot
merupakan mineral penciri top reservoir, juga pada zona orange terdapat
mineral adularia, hal ini diinterpretasikan dari keterdapatan mineral
adularia. Proses pembentukkan mineral adularia memerlukan siklus air,
sehingga dapat diinterpretasikan bagian yang terdapat mineral adularia
memiliki permeabilitas yang tinggi. Hal tersebut menjadikan daerah
dengan mineral dominan adularia sebagai tempat reservoir karena salah
satu syarat batuan reservoir yang baik adalah memiliki porositas dan
permeabilitas yang tinggi, agar dapat mengalirkan fluida panas. Adanya
mineral klorit juga merupakan suatu penanda bahwa telah memasuki zona
reservoir. Adanya struktur geologi berupa sesar juga memperbesar nilai
permeabilitas.

Batuan penutup (caprock)


Untuk batuan penutup diperkirakan pada peta bawah permukaan
memiliki lokasi di bagian teratas, dapat diinterpretasikan demikian meski
data yang ada cukup terbatas, umumnya batuan penutup tersusun dari
mineral lempung seperti smektit, dan illite namun pada penampang ini
terlihat adanya asosiasi mineral ilite dan smektit yang bersamaan dengan
mineral adularia dan klorit yang merupakan mineral penciri permeabilitas
tinggi. Sedangkan pada bagian berwarna kuning, terdapat adanya Smektit
dan tidak disertai Adularia. Sehingga Caprock dari sistem ini tetap ada,
namun dirasa kurang mumpuni dalam hal menutup dan menjaga fluida

pada reservoir.
4. Proses Geologi

13

a. Proses yang terjadi pertama kali merupakan Intrusif, dimana Intrusi ini
memotong batuan sedimen, dikarenakan persebaran batuan sedimen
luas, mudah terjadi perubahan bila ditembus oleh fluida temperatur
tinggi, dan keterdapatan Garnet. Intrusif ini memiliki beberapa zona
dimana semakin menjauhi hebat source suhu pembentukan mineral
yang ditemui lebih rendah, dan terdapat beberapa zona yang dibagi
berdasarkan

kelompok

mineral

penciri,

dimana

hal

tersebut

dipengaruhi oleh Suhu dan pH. Model Intrusif tersebut awalnya dapat
digambarkan seperti berikut ini:

Gambar 8. Zona Alterasi Hidrothermal dan Mineral Pencirinya

b. Setelah terjadi proses intrusif, secara perlahan proses erosi yang terjadi
menyingkap zona alterasi yang seharusnya terdapat dibawah
permukaan. Hal tersebut didapat dari persebaran mineral yang sudah
menunjukkan zona Potasik, dan Profilik yang sudah berada di
permukaan.

14

Argilic

Phylic

Prophyliti
c

Gambar 9. Zona Alterasi Hidrothermal dan Mineral Pencirinya setelah Tererosi


dan Zona Potasic Berada di Permukaan

c. Setelah terjadinya proses erosi, terjadi proses geologi berupa struktur


sekunder, yaitu terbentuknya Sesar Naik yang diketahui melalui peta
bawah Permukaan, dan indikasi adanya kelompok mineral Illite yang
berkumpul. Kelompok mineral Illite tersebut dapat tersingkap
dipermukaan karena proses sesar naik tersebut sehingga ia berada
diantara mineral yang terbentuk di suhu lebih rendah. Namun
kelompok Illite tersebut juga dapat terbentuk oleh adnaya Heat Source
lain yang tidak terdapat pada peta persebaran mineral di permukaan.

Gambar 10. Deliniasi Kontur Zona Bawah Permukaan yang Menunjukkan Adanya
Bidang Sesar berdasarkan Keterdapatan Mineral

15

REFERENSI
http://www.libertystaruranium.com/wp-content/uploads/2012/03/JMG-PorphyryCopper-Model.png (diakses pada Sabtu, 4 April 2015 pukul 16.00 WIB)
http://isticlyne.blogspot.com/2013/03/jenis-jenis-alterasi-hidrothermal.html
(diakses pada Minggu, 5 April 2015 pukul 12.45 WIB)
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/505/jbptitbpp-gdl-dewiprihat-25208-4-2011ta3.pdf (diakses pada Minggu, 5 April 2015 pukul 12.55 WIB)
http://repository.upnyk.ac.id/2482/1/Studi_Alterasi_Hidrotermal_daerah_Karangb
olong,_Kabupaten_Kebumen,_Jawa_Tengah.pdf (diakses pada Minggu, 5
April 2015 pukul 13.10 WIB)
http://grsj.gr.jp/iga/bukai-files/sympo_200610_all_abs.pdf (diakses pada Minggu,
5 April 2015 pukul 13.20 WIB)
http://www.researchgate.net/publication/248522658_Study_of_the_reservoir_at_t
he_Matsukawa_geothermal_field (diakses pada Minggu, 5 April 2015 pukul
13.24 WIB)

16

LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai