Anda di halaman 1dari 27

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA..................................................................1
ABSTRAKSI.............................................................................2
I.

PENDAHULUAN................................................................................3
A.

LATAR BELAKANG........................................................................3

B.

Rumusan Masalah............................................................................7

C.

Tujuan Penulisan..............................................................................7
PEMBAHASAN............................................................................... 8

II.
A.

Islamophobia di Eropa dan Amerika Serikat..........................................8


1. Reaksi Dunia Antara Pembunuhan Tiga Muslim AS dan Kasus Charlie
Hebdo dan Ambiguitas Pasal DUHAM...............................................10
2. Perlakuan Diskriminatif di Amerika Serikat dan Instrumen AntiDiskriminasi.................................................................................12
3.

B.
III.

Gerakan Anti-Islam di Eropa.........................................................15


Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat..................18
PENUTUP.................................................................................... 24

A.

Kesimpulan...................................................................................24

B.

Saran........................................................................................... 25

1 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

ABSTRAKSI
Meskipun telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak untuk meyakini dan
menjalankan agama yang dipilih tanpa adanya pembedaan apalagi sampai
menimbulkan perlakuan diskriminatif, pelanggaran dengan jutifikasi agama masih
terus terjadi. Salah satunya adalah perlakuan diskriminatif yang didasari oleh
fenomena Islamophobia. Islamophobia adalah perasaan ketakutan atau kebencian
terhadap Islam, orang-orang Islam maupun budaya Islam. Istilah Islamophobia
muncul pertama kali pada tahun 1922 dalm sebuah essai seorang orientalis
bernama Etienne Dinet dalam karyanya yang berjudul LOrient vu delOccident.
Perlakuan diskriminatif atas dasar Islamophobia tidak bisa dibenarkan begitu saja
mengingat masih banyak yang perlu dikaji ulang dan dibuktikan terkait
menyebarnya fenomena ini. Selain itu, pada dasarnya negara-negara di Eropa dan
Amerika Serikat justru telah berulang kali dan secara gamblang melakukan
pelanggaran dalam bentuk perlakuan diskriminatif terhadap umat Muslim.
Namun, hingga kini tidak ada istilah yang menyebutkan Eropanopobia atau
Americanophobia.
Kata Kunci : Islamophobia, Diskriminatif, Eropa dan Amerika

2 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

I.

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islamophobia adalah perasaan ketakutan atau kebencian terhadap Islam,
orang-orang Islam maupun budaya Islam. Istilah Islamophobia muncul pertama
kali pada tahun 1922 dalm sebuah essai seorang orientalis bernama Etienne Dinet
dalam karyanya yang berjudul LOrient vu delOccident. Islamophobia kemudian
menjadi sebuah istilah yang umum digunakan pada tahun 1990an untuk
mendefinisikan perlakuan diskriminatif yang diterima oleh umat Islam di Eropa
Barat. Meskipun beragam definisi mengenai Islamophobia masih ramai
diperdebatkan oleh para ahli, namun semuanya mengarah pada sebuah kesamaan
tentang terbentuknya ideologi ketakutan yang tidak rasional terhadap Islam. Dari
sinilah muncul keyakinan bahwa setiap muslim merupakan penganut fanatik
ajaran agamanya, mempunyai tendensi untuk melakkan kekerasan terhadap orangorang non-Muslim dan meyakini pula bahwa Islam menolak nilai seperti
kesetaraan, toleransi dan demokrasi.
Di kawasan Eropa, Islamophobia bukanlah sebuah fenomena baru. Gejala
kebencian terhadap Islam di belahan bumi Eropa sudah berlangsung cukup lama
semenjak abad delapan masehi dan telah berkembang dalam berbagai bentuk.
Dahulu kala, kebencian tersebut diekspresikan dalam wujud Perang Salib. Namun
fenomena Islamophobia di Eropa hari ini menjadi jauh lebih kompleks semenjak
terjadinya tragedi 11 September 2011 di Amerika Serikat serta tragedi Bom
London 7 Juli 2005.
Ketika beberapa tragedi mulai merambah di daratan Eropa, masyarakat
Eropa serta merta kembali terpengaruh untuk melihat Islam dengan penuh
kecurigaan. Sentimen seperti ini lantas dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok
sayap kanan konservatif untuk menciptakan iklim kecurigaan, prasangka, serta
ketakutan terhadap orang-orang Islam.
Beberapa partai politik konservatif semisal Barisan Nasional Perancis
(French National Front), Partai Nasional inggris (British National Party), Partai
3 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

Pembebasan Austria (Austria Freedom Party), Kelompok Flemish Belgia


(Belgian Felmish Bloc), Liga wilayah Utara Italia (Italian Northern League) dan
Partai Pim Fortuyn List Belanda menjadikan isu imigran muslim dan budaya
Islam sebagai dagangan politik mereka. Sentimen anti-Islam telah menjadi kartu
truf serta aset berharga dalam memperoleh dukungan dari masyarakat Eropa pada
tingkat akar rumput.1
The European Monitoring Centre on Racism and xenophobia (EUMC), sebuah
LSM pemonitor Uni Eropa, telah merilis sebuah laporan setebal 117 halaman
berjudul Summary Report on Islamophobia in the EU after 11 September 2011
yang memperkuat adanya indikasi Islamophobia diseluruh Eropa. Bukti-bukti
akan peningkatan Islamophobia di seluruh Eropa serta pengucilan terhadap
komunitas muslim yang mengarah kepada radikalisasi telah meningkatkan
perdebatan di dalam Uni Eropa. Apakah lantas Islamophobia memang benar
adanya atau hanyalah sebuah isu yang tak berdasar yang pada akhirnya bisa
mencenderai nilai-niai HAM terkait kebebasan meyakini, memeluk, dan
mempraktekkan agama?
Berbicara mengenai Hak Asasi Manusia, maka akan ada banyak aspek
yang menjadi bagian di dalamnya. Berdasarkan definisinya, hak azasi adalah hak
yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan
kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat tanpa perbedaan atas
dasar bangsa, ras, agama, atau kelamin.2
Dalam perkembangannya, HAM menjadi salah satu isu penting dalam
tingkatan high level dunia internasional. Usaha untuk menjadikan HAM sebagai
salah satu isu penting diawali dengan terwujudnya Deklarasi Universal HAM

1 Muhammad Qobidl Ainul Arif. 2014. Politik Isamophobia di Eropa.


Yogyakarta: Deepublish.
2 Prof. Miriam Budiarjo. 2000. Hak-Hak Azasi Manusia, dalam DasarDasar Ilmu Politik, Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka Utama, pp.120.
4 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

pada tahun 1948 yang kemudian ditegaskan dalam konvensi tentang Hak-Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya serta Hak-Hak Sipil dan Politik pada tahun 1966.3
HAM yang dalam pekembangannya menjadi isu internasional yang
penting, pada sisi lain juga menjadi salah satu aspek yang debatable. Hal ini
dikarenakan HAM mengalami perkembangan dalam keadaan dan konstelasi
ekonomi, politik, dan budaya yang berbeda-beda antar-negara. Perdebatan yang
terjadi melingkupi berbagai aspek yang terdapat dalam HAM. Salah satu aspek
tersebut adalah terkait dengan isu agama.
Meskipun telah diatur dalam Deklrasi Universal HAM tahun 1948, isu
agama tetap saja menjadi aspek yang dilematis dalam perkembangan HAM. Salah
satu aspek penting yang menjadi bahasan banyak negara adalah seputar
pertanyaan apakah agama adalah aspek yang harus digabungkan dengan negara
atau harus dipisahkan dari urusan negara. Untuk itu, Pasal 2 dalam Deklrasi
Universal HAM tahun 1948 bisa menjadi rujukan dalam menjawab permasalahan
ini.
Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang
tercantum di dalam Pernyataan ini tanpa perkecualian apapun, seperti ras,
warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat yang berlainan,
asal mula kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun
kedudukan lain.4
Mengacu pada pasal tersebut sudah sangat jelas bahwa setiap orang
memiliki kebebasan dalam beragama. Oleh karena itu, setiap negara terutama
yang telah meratifikasi Deklrasi Universal HAM tahun 1948 harus melindungi
kepentingan warga negaranya dalam aspek keagamaan terlepas apakah negara
tersebut menjadikan agama sebagai sektor privat maupun sebagai sektor publik.

3 Ibid.
4 Pasal 2 Deklarasi Universal HAM Tahun 1948 dalam
http://www.ohchr.org/EN/UDHR/Pages/Language.aspx?LangID=in
5 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

Namun, meskipun telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak untuk


meyakini dan menjalankan agama yang dipilih tanpa adanya pembedaan apalagi
sampai menimbulkan perlakuan diskriminatif, pelanggaran dengan jutifikasi
agama masih terus terjadi.

Hal yang sangat memprihatinkan adalah ketika

pelangaaran HAM atas nama agama muncul dari negara yang dianggap sudah
sangat mapan dalam mengelaborasi nilai-nilai HAM, yakni Amerika Serikat dan
negara-negara Eropa. Pelanggaran HAM di AS dan Eropa adalah penistaan
terhadap hak-hak kelompok minoritas terutama agama Islam dan pelecehan
sakralitas agama dengan dalih kebebasan berekspresi.
Kilas balik, pada dasarnya Amerika Serikat adalah salah satu negara yang
sangat mengedepankan kebebasan beragama dalam konsep HAM yang
dituangkan dalam Bill of Right pada tahun 1791. Bill of Right melarang negara
untuk mengutak-atik lima kebebasan dasar, termasuk didalamnya adalah
kebebasan agama bagi setiap orang. Kebijakan yang diambil dalam pembuatan
Bill of Right adalah benar-benar keputusan sebuah negara dengan adanya
pengharusan untuk menghargai hak-hak sipil yang dimiliki oleh seorang warga
negara bahkan urusan agama sekalipun.5
Peristiwa WTC pada tahun 2001 yang sebenarnya masih diperdebatkan
akan keabsahannya, pada akhirnya berhasil menggiring dunia barat terutama
Amerika Serikat menuju gerbang Islamophobia. Bahkan, hingga saat ini
fenomena Islamophobia masih terus terjadi di Amerika Serikat dan hanya
didasarkan pada doktrinasi bahwa Islam adalah agama yang radikal.
A phobia, according to the Merriam-Webster dictionary, is an
exaggerated, usually inexplicable and illogical fear of a particular object, class of
objects, or situation. It may be hard for the afflicted to sufficiently determine or

5 Mohammad Darry. Relasi Agama dan Negara di Amerika Serikat,


dalam http://mohammad-darry-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail81267-Negara%20Agama%20dan%20Demokrasi-Relasi%20Negara
%20dan%20Agama%20di%20Amerika%20Serikat.html, diakses pada 7
November 2015 Pukul 08.00 WIB.
6 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

communicate the source of this fear, but it exists. In recent years, a specific
phobia has gripped Western societies, Islamophobia.6
Hal inilah yang menimbulkan pertanyaan mendasar apakah peristiwa
WTC pada tahun 2001 lantas dapat dijadikan sebagai justifikasi terhadap banyak
pelanggaran intoleran terhadap umat Islam yang terjadi di Amerika Serikat?
Untuk itu, maka diperlukan pembahasan yang komprehensif dalam menjawab
pertayaan seperti ini. Jika terjadinya fenomena di Islamophoia di Amerika hanya
didasarkan pada doktrinasi tanpa dasar atau hanya didasarkan pada sebuah
kejadian yang belum terbukti keabsahannya, maka Amerika Serikat telah keliru
dalam menafsirkan apa sebenarnya HAM itu sendiri. Oleh karena itu, sudah
seharusnya dilakukan sebuah penilaian yang jauh lebih objektif terkait dengan
HAM di Amerika Serikat bahwa dalam perkembangannya Amerika Serikat
sebenarnya juga banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran HAM.

Namun,

hingga saat ini dunia tidak mengenal istilah Americanophobia.


Seiring dengan suburnya perkembangan Islam di Eropa, Islamophobia
dikabarkan juga mulai tumbuh di benua ini. Serangan-serangan terhadap Muslim
maupun fasilitas keagamaan Muslim terjadi di berbagai negara. Di Jerman,
Inggris, Perancis, Belanda, Norwegia, Denmark, dan Austria tercatat terjadi
serangan yang didasari kebencian atau Islamophobia.7
B. Rumusan Masalah

6 Islamophobia: Understanding Anti-Muslim Sentiment in the West,


dalam http://www.gallup.com/poll/157082/islamophobiaunderstanding-anti-muslim-sentiment-west.aspx, dikases pada 7
November 2015 Pukul 08.30 WIB.
7 Joko Sadewo, Kebencian Terhadap Islam di Eropa, dari Pembakaran
Hingga Penyerangan Republika (Online), Senin, 1 September 2014,
dalam http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islamnusantara/14/09/01/nb6lq0-kebencian-terhadap-islam-di-eropa-daripembakaran-hingga-penyerangan, diakses pada 6 November 2015
Pukul 20.00 WIB.
7 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

1. Sejauhmana perkembangan Islamophobia di Eropa dan Amerika Serikat


serta keterkaitannya dengan perkembangan HAM di Eropa dan Amerika
Serikat?
2. Bagaimana kasus diskriminatif di Amerika Serikat dapat dikategorikan
sebagai bentuk Islamophobia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana Islamophobia berkembang di Amerika Serikat dan
Eropa serta keterkaitannya dengan perkembangan HAM Eropa dan
Amerika Serikat.
2. Mengetahui kasus yang dapat dikategorikan sebagai bentuk Islamophobia
di Amerika Serikat dan Eropa.

II. PEMBAHASAN
A. Islamophobia di Eropa dan Amerika Serikat
Seiring dengan suburnya perkembangan Islam di Eropa, Islamophobia
dikabarkan mulai tumbuh di benua ini. Serangan-serangan terhadap Muslim
maupun fasilitas keagamaan Muslim terjadi di berbagai negara. Di Jerman,
Inggris, Perancis, Belanda, Norwegia, Denmark, dan Austria tercatat terjadi
serangan yang didasari kebencian atau Islamophobia.8
Secara global, banyak Muslim melaporkan tidak merasa dihormati oleh
masyarakat Barat. Persentase yang signifikan dari beberapa negara Barat terkait
sentimen ini, mengatakan bahwa masyarakat masyarakat Barat tidak menghormati
masyarakat Muslim. Secara khusus, 52% orang Amerika dan 48% dari Kanada
mengatakan Barat tidak menghormati masyarakat Muslim. Persentase yang lebih

8 Ibid, hlm 3.
8 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

kecil dari Italia, Perancis, Jerman, dan Inggris responden setuju.9 Lalu apa
penyebab dari hal ini?
Belum lama, dunia dicuatkan oleh sebuah kejadian yang setidaknya
menyengat perkembangan HAM internasional terkait dengan isu rasial. Hal yang
lebih mencuatkan adalah isu sosial ini datang dari sebuah negara yang dianggap
sudah sangat mapan dalam mengelaborasi HAM, Amerika Serikat. Kasus tersebut
menimpa seorang remaja berumur 14 tahun. Terasa sangat percuma ketika
Amerika Serikat sangat vokal dalam menyuarakan perdamaian internasional pada
tingkatan High Level, namun pada nyatanya problema terkait isu HAM terutama
rasialisme dalam negerinya sendiri masih perlu dipertanyakan. Sejauh ini sudah
terdapat banyak kasus yang melibatkan Amerika Serikat dan sekaligus
menggoyahkan posisi Amerika Serikat sebagai negara yang paling mapan dan
dewasa dalam mengelaborasi nilai-nilai HAM.
Peristiwa WTC pada tahun 2001 yang sebenarnya masih diperdebatkan akan
keabsahannya, pada akhirnya berhasil menggiring dunia barat terutama Amerika
Serikat menuju gerbang Islamophobia. Dalam konstelasi politik yang memang
besar, peristiwa ini sedikit wajar apabila menimbulkan respon warga Amerika
Serikat yang begitu mengutuk tragedi ini. Namun, isu sosial yang mencuat belum
lama ini hanya datang dari seorang anak berusia 14 tahun. Kasus berbau rasisme
ini menimpa Ahmed Mohamed. Lantaran hanya menciptakan sebuah jam digital
yang kemudian ia bawa ke sekolah, ia kemudian digiring ke kantor polisi dengan
keadaan tangan diborgol. Ahmed menyatakan bahwa dia diinterogasi oleh lima
polisi yang berbeda. Kelimanya bertanya padanya kenapa dia berusaha untuk
membuat sebuah bom. Sidik jarinya juga sempat diambil oleh polisi.10 Hal ini
lantas menimbulkan pertanyaan yang mendasar, wajarkah sikap dari pihak sekolah
9 Ibid, hlm 4.
10Aditya Panji, Kisah Ahmed, Bocah Pembuat Jam Digital yang Mendadak
Tenar, CNNINDONESIA (Online), Kamis, 17 September 2015, dalam
http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150917144940-199-79385/kisahahmed-bocah-pembuat-jam-digital-yang-mendadak-tenar/, diakses pada 6
November 2015 Pukul 20.30 WIB.

9 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

dan kepolisian dalam melakukan pemeriksaan yang sama halnya seperti


melakukan pemeriksaan terhadap seorang pelaku terorisme? Kemudian, apa
jadinya jika yang membuat jam digital tersebut adalah anak yang pada nama dan
wajahnya tidak mengindikasikan bahwa anak tersebut beragama Islam? Bisa
dipastikan kejadiannnya tidak akan menghebohkan seperti Ahmed.
Kasus ini kemudian mengundang aksi seragam yang memberikan dukungan
terhadap Ahmed Mohamed. Bahkan Mark Zuckerberg dan Presiden Obama
melalui Facebook dan Twitter mengajak Ahmed untuk bertemu. Terlepas dari
banyaknya dukungan yang datang, hal utama yang menjadi fokus saat ini dan ke
depannya adalah terkait isu Islamophobia itu sendiri. Amerika Serikat yang
sejatinya

menempatkan

agama

dalam

sektor

privat

sudah

seharusnya

meninggalkan sentimen terhadap Islam. Perdamaian internasional hanya akan


dicapai dengan melepas segala sentimen yang menyangkut rasialisme.
Kilas balik, Pada Maret 2003, Amerika Serikat melakukan agresi militer di
Irak. Agresi ini mengusung misi utama menjatuhkan Saddam Hussein. Perang
dilegalisasikan dengan tuduhan Saddam Hussein memiliki bom nuklir dan senjata
penghancur massal serta berkolaborasi dengan kelompok teror Al Qaeda. Tapi
hingga penarikan terakhir pasukan AS, bom nuklir itu tak pernah ditemukan. 11
Berakhirnya agresi militer menimbulkan kesengsaraan yang nyata bagi warga
Irak. Hampir seluruh fasilitas dan infrastruktur Irak hancur. Puluhan ribu warga
Irak yang tidak berdosa tewas sia-sia, jutaan orang kehilangan keluarga dan
tempat tinggal. Namun apa yang dilihat oleh dunia internasional tetap saja
menempatkan bahwa permasalahan seperti ini dikarenakan oleh aksi-aksi radikal
kelompok-kelompok Islam.
Sebuah penelitian yang dilakukan Opinion Research Business (ORB),
menunjukkan jumlah korban tewas perang Irak mencapai lebih dari satu juta jiwa.
Selain itu, sebanyak 20 persen keluarga di Irak mengaku kehilangan sedikitnya
satu sanak famili akibat perang. Penelitian salah satu lembaga independen yang
11http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=287447&val=7228&title=IRAK%20PASCA%20INVASI
%20AMERIKA%20SERIKAT
10 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

berbasis di London, Inggris itu digelar pada Agustus hingga September 2007.
Tidak hanya sebatas itu, kita juga tentunya masih ingat bagaimana Amerika
Serikat melakukan invansi ke Libya dalam misi menumbangkan Moammar
Khadafi.

Namun,

apakah

dengan

begini

lantas

memunculkan

istilah

Americanophobia? Saya rasa tidak sama sekali.


1. Reaksi Dunia Antara Pembunuhan Tiga Muslim AS dan Kasus Charlie
Hebdo dan Ambiguitas Pasal DUHAM
Belum lama juga terjadi sebuah kasus pembunuhan tiga Muslim di North
Carolina, Amerika Serikat (AS) dan kasus serangan pada kantor majalah Charlie
Hebdo. Kedua kasus ini menjadi sasaran perbandingan dari berbagai pihak. Para
pengguna media sosial ramai-ramai mengutuk penembakan tiga Muslim di North
Carolina

dengan

menudingnya

sebagai

kejahatan

rasial.

Hastag

#MuslimLivesMatter dan #ChapelHillShooting menjadi trending topic di Twitter


untuk membela korban.12 Berbagai media Barat jadi sasaran kemarahan pengguna
internet yang dianggap menerapkan standar ganda. Dalam kasus di Paris, pelaku
serangan dicap teroris, sedangkan dalam kasus di North Carolina pelaku serangan
yang menyerahkan diri hanya dianggap penjahat biasa. Dari sini, sekali lagi yang
menjadi fokus utama adalah terkait Islamophobia itu sendiri. Seperti yang telah
ditegaskan dalam berbagai naskah HAM internasional dan sudah diterima sebagai
hal yang bersifat fundamental, bahwa sikap diskriminatif dalam aspek apapun
adalah bentuk pencederaan terhadap nilai-nilai HAM. Penerapan standar ganda ini
telah menimbulkan kritik dari berbagai penggiat HAM internasional yang
diartikulasikan sebagai salah satu bentuk perlakuan diskriminatif.
Lebih jauh lagi, maka ada baiknya untuk melakukan studi kasus terhadap
terjadinya peristiwa-peristiwa di atas. Majalah Perancis Charlie Hebdo yang
menjadi sasaran penyerang yang menembak mati sejumlah wartawan dan polisi
sudah sering menjadi kontroversi. Majalah mingguan satir berbasis di Paris ini
12Reka K. Nistanto, Ada Kesan Tidak Adil, #ChapelHillShooting Mendunia,
KOMPAS
(Online),
Kamis,
12
Februari
2015,
dalamhttp://tekno.kompas.com/read/2015/02/12/15430867/ada.kesan.tidak.ad
il.chapelhillshooting.mendunia, diakses pada 5 November 2015 Pukul 13.00
WIB.

11 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

didirikan pada 1970, dan menjadi terkenal karena kartun-kartunnya yang berisiko
dan keberanian mengejek para politisi, tokoh terkenal dan simbol-simbol semua
agama. Keberanian Charlie Hebdo membuat kartun satire tentang Nabi
Muhammad dalam beberapa tahun terakhir telah membuat marah sejumlah umat
Muslim dan membuat majalah ini menjadi sasaran serangan.

Banyak umat

Muslim yang percaya bahwa penggambaran Nabi Muhammad dalam bentuk


apapun merupakan penghinaan agama. Hal ini seharusnya dikaji secara
komprehansif dari berbagai perspektif. Dari sini juga dapat dilihat ambiguitas
diaantara beberapa pasal yang terdapat dalam UDNHR. Pasal 19 Deklarasi
Universal Hak-Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights)
berbunyi:
Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi; hak
ini mencakup kebebasan untuk berpendapat tanpa intervensi dan untuk mencari,
menerima dan berbagi informasi dan ide melalui media apapun dan tanpa
memandang batas negara.
Sementara Pasal 18 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia berbunyi:
Setiap orang berhak atas kemerdekaan berfikir, berkeyakinan dan
beragama; hak ini mencakup kebebasan untuk berganti agama atau kepercayaan,
dan kebebasan untuk menjalankan agama atau kepercayaannya dalam kegiatan
pengajaran, peribadatan, pemujaan dan ketaatan, baik sendiri maupun bersamasama dengan orang lain, dimuka umum atau secara pribadi.
Merujuk kepada dua pasal di atas, maka kasus penyerangan terhadap
Majalah Perancis Charlie Hebdo dapat dijelaskan dengan cara membenturkan
kedua pasal tersebut. Pasal 19 menegaskan bahwa setiap orang bebas berekspresi,
namun tidak dijelaskan secara jelas mengenai batasan-batasan dalam berekspresi
itu sendiri. Oleh karena itu pihak Charlie Hebdo bisa saja melakukan justifikasi
bahwa penyerangan tersebut adalah sebagai bentuk penghalangan untuk
berkspresi yang telah dijamin kedudukannya dalam HAM internasional.
Sementara itu, merujuk kepada Pasal 18 sudah jelas bahwa setiap orang juga
bebas dalam menentukan keyakinan dan menjalankan praktek keagamaan. Kedua
12 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

pasal ini secara tidak langsung menimbulkan pertentangan konsep yang cukup
mendasar. Pada hakikatnya setiap orang memang memiliki hak untuk berekspresi.
Namun pada sisi lain juga kebebasan berekspresi tersebut tentunya harus diiringi
oleh penghormatan terhadap aspek lain. Dalam kaitannya dengan kebebasan
berekspresi Majalah Charie Hebdo, terjadinya penyerangan diakibatkan oleh
adanya penistaan terhadap nilai-nilai yang dianggap suci dan sangat dijunjung
umat Islam sebagai hak azasi dalam konteks keagamaan yang tidak bisa diganggu
gugat.
2. Perlakuan Diskriminatif di Amerika Serikat dan Instrumen AntiDiskriminasi
Kejadian diskriminatif sempat dialami seorang traveler berjilbab dalam
penerbangan di AS. Protes pun ramai di social media di AS membela traveler
tersebut. Semua orang semestinya dapat perlakuan setara di pesawat terbang.
Darlene Hider adalah perempuan berjilbab yang naik maskapai Delta Air Lines
dengan nomor penerbangan 1576 dari Florida ke Detroit bersama suami dan
keempat anaknya. Saat di pesawat, salah satu anaknya yang bayi sedang sakit dan
menangis.13
Tanpa diduga, seorang wanita yang duduk di depannya menegur Hider
untuk menyuruh anaknya diam. Sang suami pun mencoba untuk menenangkan
anaknya, ketika muncul respon berikutnya dengan nada menghina Hider yang
tidak bisa mengurus anak. Tidak tanggung-tanggung, si penumpang juga
melontarkan nada rasis: Ini Amerika! Hider pun merasa terkejut dituding
demikian. Hider membalas, apa karena dia pakai jilbab lantas dirinya bukan orang
Amerika? Hider menjelaskan dirinya adalah warga negara AS kepada orang yang
mengatainya.

13 Johanes Randy, Diskriminasi Traveler Berjilbab di Pesawat Delta Airlines,


DETIK
(Online),
Kamis,
5
Februari
2015,
dalam
http://travel.detik.com/read/2015/02/05/125200/2824481/1382/diskriminasitraveler-berjilbab-di-pesawat-delta-airlines, diakses pada 5 November 2015
Pukul, 21.00 WIB.

13 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

Bukannya mendapat dukungan, Hider malah mendapat perlakuan


diskriminasi berikutnya dari pramugari maskapai Delta Air Lines. Sang pramugari
meminta Hider dan keluarganya untuk pindah ke belakang pesawat, dengan nada
berteriak dan memaksa. Merasa tergerak, salah satu penumpang lain berusaha
untuk membantu Hider dan keluarganya. Namun sang pramugari malah
mengancam penumpang yang ingin membantu Hider, bahwa ia akan mengusirnya
dari pesawat apabila membantu.
Semua peristiwa itu direkam seorang penumpang dan kemudian diupload
di Youtube bertajuk diskriminasi terhadap muslim di pesawat Delta Airlines,
seperti yang disimak detikTravel, Kamis (5/2/2015). Saudara laki-laki Hider,
Abed Ayoub yang bekerja sebagai pengacara di The American-Arab AntiDiscrimination kemudian langsung ramai berkicau di Twitter mengenai kejadian
yang menimpa Hider.
Disimak dari Twitter-nya, Ayoub mengkritik tindakan Delta Airlines
beserta aksi diskriminasi yang dialami saudarinya di pesawat. Ayoub bahkan
memposting Hider yang sedang menangis di bangku belakang pesawat. Twitternya pun ramai sahutan user-user lain dan termasuk juga pihak maskapai Delta
Airlines.
Ayoub juga men-tweet secara jelas runtutan dari peristiwa yang dialami
Hider dan keluarganya di Twitter. Belakangan Ayoub mengatakan pihak Delta
Airlines sudah mendatangi Hider di bandara kedatangan dan meminta maaf.
Ayoub juga menceritakan para penumpang pesawat banyak yang membela Hider.
Juru bicara Delta Air Lines, Brian Kruse kepada media di AS mengatakan,
bahwa ia telah menjalin komunikasi dan mendengar duduk perkaranya. Delta
tidak membenarkan peristiwa diskriminasi dalam bentuk apa pun.
Dari kasus ini ada beberapa hal yang perlu dicermati terkait nilai-nilai
fundamental dalam Deklarasi Universal HAM 1948 yang telah dilanggar.
Perlakuan diskriminatif ini bertentangan dengan beberapa pasal yang terdapat
dalam DUHAM. Pasal pertama adalah Pasal 1 yang berbunyi:

14 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak


yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu
sama lain dalam semangat persaudaraan.
Pasal 1 ini menekankan bahwa setiap orang memiliki hak-hak yang sama. Dalam
konteks ini, sudah jelas bahwa hak-hak sebagaimana yang dimaksud dalam pasal
tersebut meliputi harus dilaksanakannya perlakuan non-diskriminatif terhadap
semua orang tanpa memandang apapun termasuk aspek agama. Pengharusan
untuk melaksanakan nilai dalam pasal 1 ini kemudian ditegaskan lagi dalam Pasal
2 DUHAM yang berbunyi:
Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang
tercantum di dalam Pernyataan ini tanpa perkecualian apapun, seperti ras,
warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat yang berlainan,
asal mula kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun
kedudukan lain.
Di samping itu, tidak diperbolehkan melakukan perbedaan atas dasar
kedudukan politik, hukum atau kedudukan internasional dari negara atau daerah
dari mana seseorang berasal, baik dari negara yang merdeka, yang berbentuk
wilayah-wilayah perwalian, jajahan atau yang berada di bawah batasan
kedaulatan yang lain.
Selain itu perlakuan diskriminatif sebagaimana yang telah dijelaskan di atas
juga bertentangan dengan Pasal 7 DUHAM yang berbunyi:
Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum
yang sama tanpa diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama
terhadap setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Pernyataan ini
dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi semacam itu.
Dalam Pasal 18 juga telah ditegaskan:
Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama; dalam
hal ini termasuk kebebasan berganti agama atau kepercayaan, dan kebebasan
untuk menyatakan agama atau kepercayaan dengan cara mengajarkannya,
15 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

mempraktekkannya, melaksanakan ibadahnya dan mentaatinya, baik sendiri


maupun bersama-sama dengan orang lain, di muka umum maupun sendiri.
Perlakuan diskriminatif yang dilakukan oleh pihak Delta Airlines merupakan
bentuk perlakuan rasial yang hanya dikarenakan seorang traveler mengenakan
Jilbab sebagai identitas seorang Muslim. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan
Pasal 18 dimana setiap orang berhak untuk mempraktekkan keyakinan agama
mereka tanpa mendapatkan perlakuan diskriminatif.
3. Gerakan Anti-Islam di Eropa
Seiring dengan suburnya perkembangan Islam di Eropa, Islamophobia dikabarkan
mulai tumbuh di benua ini. Serangan-serangan terhadap Muslim maupun fasilitas
keagamaan Muslim terjadi di berbagai negara. Di Jerman, Inggris, Perancis,
Belanda, Norwegia, Denmark, dan Austria tercatat terjadi serangan yang didasari
kebencian atau Islamophobia.
Di Jerman, serangan terbaru terjadi di Masjid Mevlana, Berlin 11 Agustus
lalu. Sehari sebelumnya, Masjid Raya Sulaimaniah di kota Bielefeld, Jerman juga
dibakar. Pelakunya adalah tersangka yang membakar Alquran di masjid tersebut.
Sebelumnya, pada Februari, Masjid Utama di Cologne yang juga salah satu
masjid terbesar di Jerman juga menjadi sasaran serangan. Tersangka menabrakkan
sebuah mobil ke pintu masjid dan berniat membakar masjid.
Di Jerman telah muncul Gerakan anti Islam - Pegida dinilai sebagai aib
yang mencoreng citra toleransi di negeri ini. Tapi di timur Jerman gerakan ini
makin banyak pendukungnya dan sebaliknya aksi anti-Pegida juga bertambah
banyak. Popularitas gerakan anti-Islam Pegida yang terus meningkat memicu
pertanyaan, apakah ada yang salah dalam politik Jerman? Apakah perlu menggelar
dialog dengan kelompok rasiss semacam itu?
Sedikitnya 18.000 orang unjuk rasa di Kota Dresden, sebalah timur
Jerman, Senin, 5 Januari 2015, menentang pengaruh Islam di negara-negara
Eropa. Demonstrasi ini menimbulkan aksi tandingan di beberapa kota di Jerman.
Mereka yang turut ambil bagian itu merupakan pendukung gerakan sayap kanan
16 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

yang dikenal dengan kelompok "Patriotic Europeans Against the Islamisisation of


the Occident" (PEGIDA)". Seruan Kanselir Angela Merkel agar aksi tersebut
dihentikan tetap tak digubris. Menurut Merkel sikap pengunjuk rasa itu rasialis.14
Dalam pidatonya menyambut tahun baru di Kota Neustrlitz pekan lalu, Merkel
mendesak warga Jerman agar supaya menghidari unjuk rasa anti-muslim seraya
mengatakan bahwa para pengunjuk rasa itu hatinya penuh dengan kebencian.
Di Cologne, rumah terbesar bagi umat Islam di Jerman, telah terjadi 10
kali unjuk rasa tandingan melawan aksi pendukung PEGIDA. Adapun unjuk rasa
serupa di kota multi etnik Berlin, kata polisi setempat, dihadiri sekitar 5.000
pengunjuk rasa. "Jerman merupakan sebuah negara dimana para pendatang dari
negara lain diterima dengan baik," kata Menteri Kehakiman Heiko Maas di
Berlin. Sebelumnya, Wakil Konselor Jerman Sigmar Gabriel mengatakan,
serangan di masjid-masjid sama pentingnya dengan serangan di pusat-pusat
komunitas lain. Ia tidak ingin konflik-konflik yang terjadi di negara lain menjalar
ke negaranya.
Sementara itu dari Cologne Cathedal, salah satu penanda yang sangat
terkenal di Jerman, diperoleh kabar telah berlangsung perlawanan balik terhadap
kelompok pengunjuk rasa anti-Islam. Aski serupa juga dilakukan di Kota Berlin,
Stuttgart, Cologne, dan Dresden. Unjuk rasa tandingan terhadap kelompok
PEGIDA di Berlin, menurut taksiran polisi setempat, diikuti oleh sekitar 10.000
orang, di Cologne 2.000, dan di Stuttgart sebanyak 5.000 orang. Lebih dari tiga
bulan ini, telah terjadi unjuk rasa dilakukan oleh pendukung PEIDA di sebelah
timur Kota Dresden, sebuah kota yang dihuni oleh hanya beberapa gelintir umat
muslim.
Selain tiga serangan itu, 78 serangan yang menargetkan masjid-masjid
telah terjadi sejak 2012. 219 serangan dilakukan antara tahun 2011 dan 2012.
14Gerakan Anti-Islam Muncul di Jerman, TEMPO (Online), 6 Januari
2015, dalam
http://dunia.tempo.co/read/news/2015/01/06/117633200/gerakan-antiislam-muncul-di-jerman dikases pada 5 November 2015 Pukul 21.30
WIB.
17 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

Meskipun serangan pembakaran jarang dilakukan, namun serangan yang


menargetkan para Muslim di Eropa telah menyebar karena adanya kebencian.
Di Norwegia, imam masjid asal Pakistan terluka karena serangan dengan
kapak pada Juni lalu. Sebelumnya sebuah kepala babi ditinggalkan di depan pintu
masjid tersebut. Masjid-masjid lain di negara ini juga diancam akan dibakar.
Tak hanya di Jerman, serangan rasis dan Islamophobia juga menargetkan
masjid-masjid di Denmark dan Inggris. Tidak ada korban dilaporkan sejauh ini.
Selain masjid, umat Islam di negara tersebut juga menjadi sasaran tindak
kejahatan karena kebencian. Di London, 500 Muslim dikabarkan menjadi korban
tahun 2013.
Di Belanda, empat tersangka berusaha menyerang masjid yang dikelola
Turki Juni lalu. Namun, komunitas Muslim di sana dapat mencegah serangan
tersebut. serangan kecil di masjid juga terjadi di beberapa kota di Belanda.
Empat masjid mendapat serangan, mulai dari pelemparan telur hingga bom
molotov, hingga kepala babi yang ditinggalkan di masjid-masjid seperti yang
terjadi di Norwegia. Di Austria, simbol swastika digambar di dinding-dinding
masjid selama awal bulan ini.
Banyaknya serangan yang terjadi membuat Turki gerah. Delegasi Turki
akhirnya berkunjung ke Jerman pekan lalu untuk membicarakan kecurigaan atas
serangan-serangan yang terjadi, khususnya di beberapa masjid di Berlin.
Dari berbagai tindak kekerasan sudah jelas bahwa negara-negara di atas
telah melakukan pelanggaran nilai HAM terkait kebebasan beragama. Hal ini
sudah tercantum dalam Pasal 18 Deklarasi Universal HAM 1948, yang
menegaskan:
Setiap orang berhak atas kemerdekaan berfikir, berkeyakinan dan
beragama; hak ini mencakup kebebasan untuk berganti agama atau kepercayaan,
dan kebebasan untuk menjalankan agama atau kepercayaannya dalam kegiatan
pengajaran, peribadatan, pemujaan dan ketaatan, baik sendiri maupun bersamasama dengan orang lain, dimuka umum atau secara pribadi.
18 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

Dari pasal tersebut ditegaskan bahwa setiap orang berhak untuk memeluk dan
menjalankan agama dalam kegiatan peribadatan. Berbagai penyerangan dan
kekerasan yang dilakukan terhadap umat Muslim di Eropa jelas merupakan
sebuah bentuk pelanggaran HAM yang nyata.
B. Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat
Semakin berkembang dan menjalarnya fenomena Islamophobia di negaranegara barat telah menimbulkan konsekuensi yang cukup merugikan komunitas
Muslim di negara-negara barat. Penjelasan di atas membuktikan bahwa
sebenarnya Islamophobia tidak didasari alasan yang jelas. Seharusnya negaranegara Eropa dan Amerika Serikat melakukan intropeksi dan refleksi terhadap
nilai-nilai dalam HAM yang telah diakui sebagai konsep yang tak bisa diganggu
gugat lagi. Negara-negara barat cenderung hanya melihat bahwa mereka adalah
korban dari berbagai tindakan kelompok radikal Islam. Namun, pada nyatanya
sudah sangat terbukti bahwa negara-negara barat sebenarnya juga telah banyak
melakukan berbagai pelanggaran HAM.
Di Perancis Kultur anti-agama ini sudah ada sejak abad ke 18, di mana
ketika itu Perancis menganggap agama sebagai sumber perang dan sumber
kesulitan sosial. Kultur anti-agama ini membuat masyarakat Perancis bersifat agak
segan untuk menunjukkan atribut agama. Di Perancis, agama merupakan masalah
yang sensitif. Penggunaan atribut agama di ruang publik dianggap sebagai sesuatu
yang membahayakan nyawa penganutnya, karena dapat menjadi sumber konflik
antar komunitas beragama. Dalam hal ini pemerintah Perancis mengeluarkan
peraturan terkait pelarangan wanita memakai cadar, hijab bagi wanita Muslim. 15
Sikap pemerintah Perancis secara jelas teah menodai nilai-nilai yang terkandung
dalam Deklarasi Universal HAM pada 1948 di mana Perancis menjadi salah satu
negara yang telah melakukan ratifikasi.
15 Francois Raillon, Agama dan Sensitivitas di Perancis,
CNNINDONESIA (Online), Kamis, 8 Januari 2015, dalam
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150108161402-13523297/agama-dan-sensitivitas-di-perancis/, diakses pada 5 November
2015 Pukul 21.45 WIB.
19 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

Pada bagian pembahasan sebelumnya juga telah dijelaskan bahwa seiring dengan
suburnya perkembangan Islam di Eropa, Islamophobia dikabarkan mulai tumbuh.
Serangan-serangan terhadap Muslim maupun fasilitas keagamaan Muslim terjadi
di berbagai negara. Di Jerman, Inggris, Perancis, Belanda, Norwegia, Denmark,
dan Austria tercatat terjadi serangan yang didasari kebencian atau Islamophobia. 16
Sementara itu kondisi serupa juga terjadi di Amerika Serikat. Kasus berbau
rasisme ini menimpa Ahmed Mohamed. Lantaran hanya menciptakan sebuah jam
digital yang kemudian ia bawa ke sekolah, ia kemudian digiring ke kantor polisi
dengan keadaan tangan diborgol. Selain itu juga terjadi kasus pembunuhan tiga
Muslim di North Carolina, Amerika Serikat. Kedua kasus ini dipicu oleh adanya
fenomena Islamophobia di Amerika Serikat sendiri.17
Dalam konstelasi politik yang jauh lebih luas sebenarnya Amerika Serikat telah
berulang kali melakukan bentuk pelanggaran HAM. Hal ini bisa dilihat di mana
Amerika Serikat telah melakukan intervensi dalam urusan regional di Timur
Tengah, termasuk intervensi yang melegalisasi penggunaan kekuatan militer.
Pada tahun 2011 Amerika Serikat mengeluarkan laporan tentang
kebebasan beragama di dunia. Dalam laporan ini Amerika Serikat salah satunya
menyoroti kebebasan beragama di Indonesia yang dianggap belum terlalu
menjunjung nilai HAM. Catatan penting kita tentang laporan ini adalah, bahwa
AS sesungguhnya telah kehilangan otoritas bahkan sekadar otoritas moral untuk
menyoroti palaksanaan HAM di negara-negara lain. Di AS sendiri pelecehan
berkaitan dengan agama meningkat, tetapi luput dibahas dalam laporan. Belum
lagi meningkatnya gejala Islamophobia terutama pasca Serangan 911, yang tentu
saja merupakan pelanggaran HAM. Jangan lupakan pula rencana pembangunan
masjid yang ditolak karena diklaim masih berada di Ground Zero. Belum lagi
provokasi murahan yang penuh kebencian terhadap al-Quran oleh pendeta Terry
Jones hingga pembakaran al-Quran oleh pengikutnya. Tidak ada sanksi yang tegas
dari pemerintah amerika dengan alasan itu kebebasan berekspersi. Kita juga tentu
16 Ibid, hlm.5
17 Ibid, hlm.5
20 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

mempertanyakan sikap diamnya AS terhadap larangan pemakaian pakaian muslim


di beberapa negara Eropa seperti Prancis dan Belanda, larangan shalat berjamaah
di tempat umum di Prancis, termasuk sikap anti Islam kelompok ultranasionalis
Eropa yang terus meningkat.
Selain itu, ratifikasi larangan membangun menara masjid dalam
referendum di Swiss menjadi gaya baru anti Islam dengan rasa demokrasi di
Eropa. Sebelum penyelenggaraan referendum larangan pembangunan menara
masjid di Swiss, sikap anti Islam di Eropa dilakukan dengan menerbitkan buku,
mencetak karikatur menghina, memproduksi film-film penistaan dan membatasi
aktivitas umat Islam oleh pemerintah seperti larangan jilbab di sekolah Perancis.
Namun penyelenggaraan referendum guna melarang pembangunan menara masjid
menceritakan semakin meluasnya sikap anti Islam di Eropa.
Sikap anti Islam dan Islamophobia di Eropa dalam bentuk lahiriahnya
yang demokratis dan dimulai dari Swiss patut mendapat perhatian khusus. Swiss
negara yang boleh dikata konsekuen dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip liberal
demokrasi. Rakyat negara ini tidak pernah menyaksikan perang selama lebih dari
seabad lalu dikarenakan politik yang netral dan sikap damai di hadapan segala
etnis dan agama. Swiss sendiri menjadi pusat mayoritas lembaga-lembaga
internasional dan banyak dari perjanjian baik di tingkat regional maupun
internasional. Di negara dengan latar belakang seperti ini dilakukan referendum
soal larangan pembangunan menara masjid.
Pertanyaannya, apa yang menyebabkan menara masjid menjadi begitu
penting bagi golongan kanan dan anti Islam di negara ini? Seberapa banyak
jumlah umat Islam di Swiss dan ada berapa jumlah menara di negara ini yang
membuat kalangan anti Islam di negara ini mulai merasa khawatir yang berujung
pada pengumpulan tanda tangan demi penyelenggaraan referendum.
Negara Swiss dengan jumlah penduduk 7,5 juta jiwa, diperkirakan jumlah
umat Islam di negara ini hanya 400 ribu orang yang berarti hanya 6 persen
populasi Swiss. Dengan jumlah yang cukup besar ini, ternyata umat Islam di sana
hanya memiliki sejumlah masjid dan tempat-tempat ibadah yang terbatas.
21 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

Akhirnya, umat Islam negara ini kebanyakan menyelenggarakan acara-acara


ibadah dan keagamaan di taman-taman atau rumah pribadi. Hal yang patut
dicermati, negara konfederasi Swiss terbagi dalam 26 kanton dari jumlah ini
hanya ada 4 masjid. Kini pertanyaannya adalah apa yang membuat sebagian orang
menganggap menara masjid dapat menjadi ancaman bagi Swiss.
Sejatinya, kelompok anti Islam di Eropa saat ini tengah berusaha mencari
alasan guna dapat membatasi lebih banyak aktivitas keagamaan, sosial dan
kebudayaan masyarakat Islam di Eropa. Hal yang dilakukan oleh dua partai kanan
dan ekstrim Swiss dalam mensosialisasikan ide larangan pembangunan menara
masjid dengan bentuk referendum. Ulrich Schluer, anggota Partai Sayap Kanan
Rakyat Swiss dalam menjustifikasi referendum larangan pembangunan masjid
mengatakan, "Menara masjid tidak ada hubungannya dengan agama dan mutlak
menjadi simbol politik."
Jelas, setiap agama pasti memiliki prinsip, nilai, budaya dan pandangan
dunia yang khusus dan pada saat yang sama, tempat-tempat ibadah setiap agama
juga memiliki ciri khas arsitektur yang memperkenalkan pengikutnya. Menaramenara masjid juga memiliki ciri khas seperti ini. Sejatinya, menara-menara
masjid dalam Islam menjadi simbol arsitektur dan peradaban Islam.
Kebanyakan masjid terkenal dan besar di negara-negara Islam dan bahkan
di negara-negara non-Islam memiliki menara. Sekalipun masjid yang memiliki
menara dan tidak tidak punya perbedaan dari sisi agama dan spiritual. Namun
bagaimanapun juga, puluhan tahun berlalu di mana umat Islam melaksanakan
ibadah dan aktivitas keagamaannya di masjid-masjid Eropa tanpa pernah masalah
ini dianggap melanggar undang-undang negara-negara ini. Dengan bersandarkan
pada data dan lembaga polling Eropa, umat Islam termasuk warga yang paling taat
hukum.
Larangan pembangunan menara masjid lewat referendum adalah aksi
puncak dari kalangan anti Islam di Eropa. Referendum soal pembangunan masjid
di Eropa bertentangan dengan Liberalisme Barat. Karena para pendukung
Liberalisme menghormati nilai-nilai dan keyakinan agama. Namun ini bukan
22 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

pertama kalinya Barat menerapkan standar ganda dalam menghadapi umat Islam
dan negara-negara Islam soal hak asasi manusia (HAM) dan kebebasan
berpendapat. Standar ganda yang diberlakukan negara-negara dan partai-partai
politik Barat dalam membela HAM dan kebebasan berpendapat membuktikan
tema-tema semacam ini hanya akan dihormati bila berada dalam bingkai
kepentingan negara-negara Barat. Bila tidak demikian, dengan enteng mereka
menistakan hak-hak jutaan umat Islam dengan alasan demokrasi dan membela
liberalisme.
Jujur saja, bagaimana mungkin berbicara mengenai kebebasan dan dalam
kondisi yang sama tidak mampu melihat adanya empat menara masjid? Bila di
negara-negara Islam dilaksanakan referendum soal larangan pemanfaatan menara
gereja tempat membunyikan lonceng, apakah negara-negara Barat bersikap pasif
seperti ini
Menghormati hak-hak minoritas termasuk senjata ampuh yang biasa
digunakan negara-negara Barat guna membela HAM. Dengan mengklaim
membela HAM, negara-negara ini mencela dan menekan negara-negara lain. Di
mana negara-negara yang bersikap bertentangan dengan kepentingan dan politik
mereka, dengan alasan membela HAM negara-negara tersebut ditekan secara
politik dan ekonomi. Sekalipun klaim yang demikian, umat Islam masih saja
menyaksikan betapa negara-negara Barat tidak mengindahkan hak-hak minoritas
umat Islam di Eropa dan melarang pemanfaatan simbol-simbol keagamaannya.
Hasil referendum larangan membangun menara di Swiss menunjukkan
gaya baru dalam menghadapi Islam di Eropa. Fenomena ini dapat menjadi
ketegangan politik dan perilaku rasis terhadap umat Islam. Padahal Islam adalah
agama yang menuntut kebebasan dan keadilan. Sekalipun seluruh langkah politik
dan propaganda negatif negara-negara dan media-media Barat berusaha
menampilkan wajah buruk Islam yang suka melakukan aksi kekerasan, namun
agama Islam secara bertahap malah semakin meluas. Dengan dasar ini,
kecenderungan opini publik untuk lebih mengenal Islam juga semakin luas.

23 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

Data statistik yang ada menunjukkan semakin banyaknya warga Eropa


yang memeluk agama Islam. Pada prinsipnya, satu dari sikap anti Islam yang
diterapkan untuk membatasi aktivitas sosial dan keagamaan umat Islam adalah
pertumbuhan cepat Islam di benua ini. Referendum di Swiss membuat negaranegara Islam tersadar betapa Barat dengan segala kekuatan politik dan propaganda
berusaha keras menghadapi Islam dan umat Islam. Dalam kondisi yang demikian,
penting bagi negara-negara Islam untuk mengurangi perselisihan mereka guna
melakukan konsolidasi menghadapi tekanan politik dan propaganda Barat yang
anti keyakinan dan nilai-nilai Islam.18
Hal-hal diatas sudah seharusnya menjadi bahan pertimbangan negara-negara barat
untuk melakukan refleksi sudah sejauhmana mereka menjunjung nilai-nilai dan
prinsip fundamental dalam HAM. Negara-negara barat tidak bisa melakukan
justifikasi yang tidak mendasar terhadap fenomena Islamophobia. Karena apabila
demikian, pada aspek lain mereka telah melakukan tindakan yang diskriminatif
terkait isu agama. Justru, apabila dikaji lebih jauh lagi tindakan-tindakan
kekerasan yang dilakukan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat sudah cukup
memberikan justifikasi dengan dasar yang amat kuat bahwa mereka telah
melakukan pelanggaran terhadap nilai-nilai HAM.

III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meskipun telah diatur dalam Deklrasi Universal HAM tahun 1948, isu
agama tetap saja menjadi aspek yang dilematis dalam perkembangan HAM. Salah
18Sikap Anti Islam di Eropa dengan Rasa Demokrasi, IRIB (Online),
Rabu, 28 September 2015, dalam
http://indonesian.irib.ir/ranah/telisik/item/33844%20Sikap_Anti_Islam_d
i_Eropa_dengan_Rasa_Demokrasi, diakse pada 8 November 2015 Pukul
11.00 WIB.
24 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

satu aspek penting yang menjadi bahasan banyak negara adalah seputar
pertanyaan apakah agama adalah aspek yang harus digabungkan dengan negara
atau harus dipisahkan dari urusan negara.
Namun, meskipun telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak untuk
meyakini dan menjalankan agama yang dipilih tanpa adanya pembedaan apalagi
sampai menimbulkan perlakuan diskriminatif, pelanggaran dengan jutifikasi
agama masih terus terjadi.

Hal yang sangat memprihatinkan adalah ketika

pelangaaran HAM atas nama agama muncul dari negara yang dianggap sudah
sangat mapan dalam mengelaborasi nilai-nilai HAM, yakni Amerika Serikat dan
negara-negara Eropa.
Dalam perkembangannya di Eropa dan Amerika Serikat telah terjadi
fenomena yang dikenal dengan istilah Islamophobia. Hal ini dipandang
masyarakat barat sebagai akibat dari adanya beberapa gerakan radikal dari
ekstrimis Muslim dunia. Ketika beberapa tragedi mulai merambah di daratan
Eropa, masyarakat Eropa serta merta kembali terpengaruh untuk melihat Islam
dengan penuh kecurigaan. Sentimen seperti ini lantas dimanfaatkan oleh
kelompok-kelompok

sayap

kanan

konservatif

untuk

menciptakan

iklim

kecurigaan, prasangka, serta ketakutan terhadap orang-orang Islam.


Namun, hal ini tidak bisa dibenarkan begitu saja mengingat masih banyak
yang perlu dikaji ulang dan dibuktikan terkait menyebarnya fenomena ini. Selain
itu, pada dasarnya negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat justru telah
berulang kali dan secara gamblang melakukan pelanggaran terhadap umat
Muslim. Namun, hingga kini tidak ada istilah yang menyebutkan Eropanopobia
atau Americanophobia.
Di Eropa telah terjadi banyak sekali perlakuan diskriminatif terhadap
kaum minoritas Muslim. Serangan-serangan terhadap Muslim maupun fasilitas
keagamaan Muslim terjadi di berbagai negara Eropa. Di Jerman, Inggris, Perancis,
Belanda, Norwegia, Denmark, dan Austria tercatat terjadi serangan yang didasari
kebencian atau Islamophobia. Di Aerika Serikat juga telah terjadi berbagai
perlakuan diskriminatif terhadap masyarakat Muslim. Perlakuan diskriminatif ini
25 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

bertentangan dengan beberapa Pasal dalam DUHAM yang mengatur tentang


perlakuan anti-diskriminatif, diantaranya Pasal 1, Pasal 2, Pasal 18, dan Pasal 19.
Islamophobia yang diartikan sebagai perasaan ketakutan atau kebencian
terhadap Islam, orang-orang Islam maupun budaya Islam tidak bisa dijadikan
justifikasi untuk melakukan tindakan diskriminatif terhadap masyarakat Muslim.
Hal ini dikarenakan bentuk Islamophobia yang terjadi di Eropa dan Amerika
Serikat harus dikaji ulang dan dibuktikan keabsahannya karena telah bertentangan
nilai-nilai fundamental HAM.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya dunia internasional kembali mengkaji
ulang untuk membuktikan siapa yang sebenarnya telah melakukan pelanggaran
HAM dan penistaan terhadap nilai-nilai fundamental dalam HAM. Selain itu,
seharusnya negara-negara barat kembali melakukan refleksi terhadap nilai-nilai
HAM.
B. Saran
Pemaparan diatas bukan merupakan sebuah bentuk mencari justifikasi
terhadap suatu pihak tertentu. Lebih dari itu, penjelasan diatas hanya dimaksudkan
untuk melakukan perbandingan yang memungkinkan untuk menemukan solusi
terkait isu yang dibahas. Sentimen dan kekerasan atas nama agama apapun pada
dasarnya harus segera dihentikan. Kekerasan yang dimaksud disini tidak hanya
sebatas kekerasan konvensional melainkan juga kekerasan terkait dengan isu
rasialisme. Untuk itu, tidak ada alasan lagi untuk bersentimen negatif terhadap
pihak manapun demi tercapainya perdamaian antar berbagai pihak atau kelompok
dan penghormatan terhadap HAM.

DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. Miriam Budiarjo dalam Dasar-Dasar Ilmu Politik. 2000. Hal.120.

26 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

2. Pasal 2 Deklarasi Universal HAM Tahun 1948 dalam


http://www.ohchr.org/EN/UDHR/Pages/Language.aspx?LangID=in z
3. http://mohammad-darry-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-81267-Negara
%20Agama%20dan%20Demokrasi-Relasi%20Negara%20dan%20Agama
%20di%20Amerika%20Serikat.html
4. Islamophobia: Understanding Anti-Muslim Sentiment in the West, dalam
http://www.gallup.com/poll/157082/islamophobia-understanding-anti-muslimsentiment-west.aspx
5. http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islamnusantara/14/09/01/nb6lq0-kebencian-terhadap-islam-di-eropa-daripembakaran-hingga-penyerangan
6. Islamophobia: Understanding Anti-Muslim Sentiment in the West, dalam
http://www.gallup.com/poll/157082/islamophobia-understanding-anti-muslimsentiment-west.aspx
7. http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150917144940-199-79385/kisahahmed-bocah-pembuat-jam-digital-yang-mendadak-tenar/
8. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=287447&val=7228&title=IRAK%20PASCA%20INVASI
%20AMERIKA%20SERIKAT
9. http://tekno.kompas.com/read/2015/02/12/15430867/ada.kesan.tidak.adil.chap
elhillshooting.mendunia.
10. http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150108161402-13523297/agama-dan-sensitivitas-di-perancis

27 | Islamophobia : Kritik Terhadap Perkembangan HAM Barat

Anda mungkin juga menyukai