1 1 1 1 1 1
, , , , ,
2 3 4 5 6 7
(2) 1,
1 1 1 1 1 1
, , , , ,
7 8 2 5 3 4
Rangkaian bilangan (1) merupakan banjar; sebab ada suatu pola perubahan
tertentu antara suku-suku yang berurutan, yakni :
+1
+1
+1
Dan seterusnya
Rangkaian bilangan (2) bukan merupakan banjar; sebab tidak ada pola
perubahan tertentu antara unsur-unsur berurutannya.
2.
dinyatakan sebagai :
Dn = S1 + S2 + S3 + Sn atau
n
Dn S i
i 1
dengan :
D
deret
banyaknya suku
urutan suku, I = 1, 2, 3, , n
suku
a2 a1
=b
S3 S2
a3 a2
=b
Sn Sn-1
an an-1
=b
Dengan b (beda) merupakan suatu konstanta (0) yang nilainya dapat positif atau
negatif.
Contoh :
Jika kita mempunyai banjar seperti dibawah ini :
5, 10, 15, 20, 25
maka banjar tersebut merupakan banjar hitung, sebab :
S2 = S1 =
10 5
= 5
S3 S2 =
15 10
= 5
S4 S3 =
20 15
= 5
S5 S4 =
25 20
= 5
Jika S1, S2, S3, , Sn merupakan suatu banjar hitung, maka berlaku :
S2
= S1 + b
= S1 + (2 1)b
S3
= S2 + b = S1 + b + b = S1 + 2b
= S1 + (3 1)b
S4
= S3 + b = S1 + 2b + b = S1 + 3b
= S1 + (4 1)b
Sn
= Sn-1 + b =
= S1 + (n 1)b
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam banjar hitung berlaku:
Sn = a + (n 1)b
Dengan :
Sn
= nomor/urutan suku
Contoh :
Jika kita mempunyai banjar seperti di bawah ini :
1, 6, 11, 16,
Maka besarnya suku ke-20 dari banjar di bawah ini:
S20 = 1 + (20 1)5
S20 = 1 + 95 = 96
Deret Hitung
Deret hitung merupakan jumlah dari seluruh suku banjar hitung. Jika S 1,
S2, S3, , Sn-1, Sn merupakan banjar hitung, maka deret dari banjar hitung tersebut
adalah :
Dn
= S1 + S2 + S3 + + Sn-1 + Sn
= a + (a + b) + (a + 2b) + + )Sn b) + Sn
Dn
= Sn + (Sn b) +
2Dn
= n (a + Sn)
Dn
+ (a + b) + a
(+)
n
(a + Sn)
2
Jadi, kita memperoleh suatu formula untuk menghitung deret dari suatu banjar
hitung, yang dapat disajikan sebagai :
Dn
n
(a + Sn)
2
Dengan :
Dn
Sn
Contoh :
Jika kita mempunyai banjar seperti di bawah ini:
50, 45, 40, 35,
Maka banjar tersebut merupakan banjar hitung dengan :
A = 50 dan b = S2 S1 = 45 50 = -5
Untuk menentukan besarnya suku ke-7 dapat digunakan formula :
Sn = a + (n 1)b, untuk n = 7 diperoleh
S7 = 50 + (7 -1) (-5) = 20
Untuk menentukan deret 7 suku pertama dari banjar hitung tersebut dapat
digunakan formula:
Dn
n
(a + Sn)
2
D7
7
(50 20) 245
2
n r
S1 S 2 S n 1
2
S1 S 2 S 3 S 4
Jika S1, S2, S3, , Sn-1, Sn merupakan suatu banjar ukur, maka :
= S1 . r(2-1)
S2
= S1 . r
S3
= S2 . r
= S1. r . r = S1 . r2
= S1 . r(3-1)
S4
= S3 . r
= S1. r2 . r = S1 . r3
= S1 . r(4-1)
Sn
= Sn-1 . r
= S1 . r(n-1)
= nomor/urutan suku
Contoh :
Jika kita mempunyai banjar seperti di bawah ini:
1, 3, 9, 27, 81,
Maka banjar tersebut merupakan banjar ukur dengan :
A = 1 dan r = 3
Besarnya suku ke-9 dari banjar ukur di atas adalah :
S9 = 1. 3(9-1) = 1 . 38 = 6561
Deret Ukur
Deret ukur merupakan jumlah dari suku-suku banjar ukur. Jika S1, S2, S3,
, Sn-1, Sn merupakan banjar ukur, maka deret dari banjar ukur tersebut adalah :
Dn = S1 + S2 + S3 + + Sn-1 + Sn
Dn
r. Dn
(1 r) Dn
Dn
a a.r n
1 r
Dn
a (1 r n )
1 r
Jadi, kita memperoleh suatu formula untuk menghitung deret dari suatu banjar
ukur, yang dapat disajikan sebagai :
Dn
a (1 r n )
1 r
Dengan :
D
= nomor/urutan suku
= suku pertama
Contoh :
Jika kita mempunyai banjar seperti di bawah ini:
1, 2, 4, 8, 16, 32,
maka jumlah 9 suku pertama atau deret 9 suku pertama dari banjar tersebut
adalah:
D9
a (1 r n )
1 r
D9
a (1 2 9 )
= 511
1 2
Jika banjar ukur tersebut merupakan banjar ukur tak berhingga dengan
0 < r < 1, maka rn bernilai sangat kecil (mendekati 0), hal ini berarti :
D
a (1 0)
1 r
a
1 r
Contoh:
Jika kita mempunyai banjar seperti di bawah ini :
4, 2, 1,
1 1
,
,
2 4
Maka banjar tersebut merupakan banjar ukur tak berhingga dengan a = 4 dan
r=
1
2
1
1
+
+
2
4
D = 1 r
4
D=
1 =8
2
Dua abad yang lampau, tepatnya pada tahun 1798, Malthus menyatakan
suatu pendapat bahwa : Penduduk, bila tak terkendali, akan bertambah menurut
banjar ukur.
Terlepas dengan adanya pendapat yang pro dan kontra terhadap pernyataan
Malthus tersebut, berikut akan diberikan penjabaran secara matematis tentang
pernyataan tersebut.
Pernyataan Malthus di atas dapat diartikan sebagai berikut:
1)
2)
= periode (waktu)
Sn
dengan :
a
= periode (waktu)
Sn
Contoh :
Pabrik Tahu Kuning di Kediri pada bulan keempat memproduksi tahu sebanyak
20.000 buah, pada bulan kelima memproduksi sebanyak 22.500 buah, dan pada
bulan keenam memproduksi sebanyak 25.000 buah. Jika pabrik tahu tersebut
mempunyai pola produksi seperti pada ketiga bulan tersebut, maka kita dapat
menentukan jumlah produksi pabrik tersebut selama 1 tahun, dengan cara sebagai
berikut:
-
= 20.000,
S5
= 22.500, dan
S6
= 25.000
S 6 25.000
1,111
S 5 22.500
S 5 22.500
1,125
S 4 20.000
Karena
S6
S5
S5
, jelas bahwa pola produksi pabrik tersebut bukan
S4
Langkah kedua adalah mencari tingkat produksi pada bulan pertama dan bulan
ke-12 (akhir tahun)
S5 = a + 5b 22.500 = a + 5 (2.500)
Diperoleh a = 22.500 12.500 = 10.000
S12 = a + 11b = 10.000 + 11 (2.500) = 37.500.
Jadi, tingkat produksi bulan pertamanya = 10.000 dan tingkat produksi bulan
keduabelasnya = 37.500.
Langkah terakhir adalah menghitung jumlah produksi selama satu tahun (12
bulan), yang tidak lain merupakan deret dari banjar hitung dengan n = 12
tersebut.
D12 = 10.000 + 12.500 + 15.000 + + 37.500
D12 =
12
(10.000 + 37.500) = 6 (47.500) = 285.000
2
= P+I
1.
2.
3.
4.
yaitu :
1.
2.
Dengan demikian, total pinjaman yang harus dibayar oleh debitur adalah :
S = P+I
S = P + P . i. t
S = P (I + i.t)
Contoh :
Satya meminjam ke Koperasi Boss untuk menambah modal usahanya sebesar Rp.
5.000.000,00.
tingkat bunga sebesar 20% per tahun. Dari pernyataan di atas, maka secara
matematis dapat disajikan bahwa P = 5.000.000 dan I = 20% /tahun = 0,2/tahun.
Jika sembilan bulan kemudian Satya ingin melunasi pinjamannya, maka :
(i)
9
tahun
12
I = 5.000.000 x 0,2 x
9
= 750.000
12
ilustrasi
di
atas,
tentunya
dapat
dipahami
bahwa
total
Jika
besarnya uang yang disimpan Budi pada awal tahun pertama adalah Rp.
10.000.000,00 maka jumlah uang Budi pada akhir tahun kelima dapat dihitung
sebagai:
St
P (1 + i)t
S5 = P (1 + i)5
S5
S5
S5
Jadi, jumlah simpanan Budi pada akhir tahun kelima adalah Rp. 30.516.334,00
Jika ditinjau dari nominal yang diterima oleh kedua orang tersebut, terlihat
bahwa keduanya menerima uang dengan nominal yang sama, yaitu Rp.
10.000.000,00 perbedaannya hanya terletak pada waktu penerimaannya.
Sekarang kita misalkan Shinta menyimpan uang yang baru diterimanya tersebut
ke sebuah bank dengan tingkat bunga majemuk sebesar 15% per tahun, maka
setelah 3 tahun (bertepatan dengan saat penerimaan uang Mega) uang Shinta
sudah menjadi sebesar :
S3 = Rp. 10.000.000,00 (1 + 0,15)3
S3 = Rp. 10.000.000,00 (1,520875) = Rp. 15.208.750,00
Jika pada saat Mega menerima uangnya (tiga tahun setelah Shinta
menyimpan uangnya) Shinta mengambil simpanannya di bank, maka :
-
Dari uraian di atas, jelas bahwa sejumlah tertentu uang yang diterima pada
masa sekarang lebih berarti (mempunyai nilai real yang lebih tinggi) daripada
jika uang tersebut diterima pada masa yang akan datang.
Hubungan nilai sekarang dan nilai yang akan datang dari sejumlah tertentu
uang dapat ditunjukkan dengan formula:
P
Ft
(1 i ) t
dengan:
P
= nilai sekarang
= periode (tahun)
Contoh:
Jika kita diminta untuk memilih dua cara penerimaan uang sebagai berikut:
(1) Menerima uang sebesar Rp. 10.000.000,00 sekarang
(2) Menerima uang sebesar Rp. 12.000.000,00 dua tahun yang akan datang;
Maka untuk dapat melakukan pilihan secara rasional kita perlu membandingkan
nilai real atau nilai sekarang dari kedua penerimaan tersebut. Setelah itu kita pilih
yang memberikan nilai sekarang lebih tinggi.
Jika tingkat bunga yang berlaku sebesar 15% per tahun, maka:
Nilai sekarang dari penerimaan cara (1) = Rp. 10.000.000,00
Nilai sekarang dari penerimaan cara (2) dapat dicari dengan formula:
P
Ft
(1 i ) t
Rp.12.000.000,00
= Rp. 9.073.724,00 (dibulatkan dalam rupiahan)
(1 0,15) t
Karena nilai sekarang penerimaan cara (1) lebih besar daripada nilai
sekarang penerimaan cara (2), maka sebaiknya kita memilih penerimaan dengan
cara (1), yakni menerima sekarang sejumlah Rp. 10.000.000,00.
1
,
3
1
. Tentukanlah :
9
1
1
, dan S5 =
9
3
S4 S3 =
1
2
-1=3
3
S5 S4 =
1
1
2
=9
3
9
1
S4
1
3
S3
1 3
1
S5
1
9
1 3
S4
3
Karena S4 : S3 = S5 : S4 =
1
atau Sn : Sn-1 = konstan maka banjar
3
Sn
1
= konstan n =
S n 1
3
1 = a. (
S3 = a.r2
1 2
)
3
1
a= 1 =9
9
1 n-1
)
3
Karena 9 = (
1 -2
) , maka
3
Sn = (
1 -2 1 n-1
) ( )
3
3
Sn = (
1 n-3
)
3
1 n-3
1 1 1
) = 9, 3, 1,
,
,
,
3
3 9 27
1
1
+
+
3
9
Dn = 1 r
9
Dn = 1 1 = 13
2
3
2.
Log 3, log 3 + log 2, log 3 + log 2 + log 2, log 3 + log 2 + log 2 + log 2,
log 3 + log 2 + log 2 + log 2 + log 2, atau
Log 3, log 3 + log 2, log 3 + 2 log 2, log 3 + 3 log 2, log 3 + 4 log 2,
Dari bentuk terakhir tersebut terlihat bahwa banjar tersebut merupakan
banjar hitung dengan :
a = log 3
b = log 3 + log 2 = log 3 = log 2
b. Bentuk umum suku-suku banjar hitung dapat dinyatakan sebagai :
Sn = a + (n 1)b
S15 = log 3 + (15 1) log 2 = log 3 + 14 log 2
Dalam bentuk logaritma, suku ke-15 dari banjar tersebut adalah S15 = log
(3) (2)14 = log 49152
Dalam bentuk bilangan real, maka suku ke-15 dari banjar tersebut adalah:
S15 = log 3 + 14 log 2 = 0,4771 + 14 (0,3010) = 4,6911
c. S10 = log 3 + 9 log 2 = 0,4771 + 9 (0,3010) = 3,1861
S1 = a = log 3 = 0.4771
D10 =
3.
10
(0,4771 + 3,1861) = 5(3,6632) = 18,316
2
Tentukan :
a. Target produksi bulan ke-12
b. Target produksi untuk tahun yang bersangkutan
Penyelesaian:
Persoalan di atas dapat dipandang sebagai banjar hitung dengan a = 5.000
dan b = 100
a. Target produksi bulan ke-12 = S12
Sn = a + (n 1)b
S12 = 5.000 + (12 1)100 = 6.100
Jadi, target produksi bulan ke-12 adalah 6.100 unit.
b. Target produksi untuk 1 tahun = D12
Dn =
n
(a + Sn)
2
D12 =
12
(5.000 + 6.100) = 66.600
2
Jadi, target produksi untuk tahun yang bersangkutan adalah 66.600 unit.
4.
Dharmawan
menyimpan
uangnya
pada
sebuah
bank
sebesar
Rp.
Penyelesaian:
a. Sistem bunga tunggal
St = O (1 + i)t
Dengan :
P
= Rp. 1.000.000,00
= 1 tahun = 12 bulan
maka diperoleh:
S12 = Rp. 1.000.000,00 (1 + 0,015(12))
S12 = Rp. 1.180.000,00
Jadi, dengan sistem bunga tunggal, jumlah simpanan Dharmawan pada
akhir tahun pertama = Rp. 1.180.000,00
b. Sistem bunga majemuk
St = P (1 + i)t
Dengan P, i dan t seperti di atas, maka diperoleh :
S12 = Rp. 1.000.000,00 (1 + 0,015)12
S12 = Rp. 1.000.000,00 (1,19561817)
S12 = Rp. 1.195.618,00 (dibulatkan dalam rupiahan)
Jadi, dengan sistem bunga majemuk, jumlah simpanan Dharmawan pada
akhir tahun pertama = Rp. 1.195.618,00
DERET
Deret ialah rangkaian bilangan yang tersusun secara teratur dan memenuhi
kaidah-kaidah tertentu. Bilangan-bilangan yang merupakan unsur dan pembentuk
sebuah deret dinamakan suku. Keteraturan rangkaian bilangan yang membentuk
sebuah deret terlihat pada pola perubahan bilangan-bilangan tersebut dari satu
suku ke suku berikutnya.
Dilihat dari jumlah suku yang membentuknya, deret digolongkan atas
deret berhingga dan deret tak berhingga. Deret berhingga adalah deret yang
jumlah suku-sukunya tertentu, sedangkan deret tak berhingga adalah deret yang
jumlah suku-sukunya tidak terbatas. Sedangkan dilihat dari segi pola perubahan
bilangan pada suku-sukunya, deret bisa dibeda-bedakan menjadi deret hitung,
deret ukur dan deret harmoni.
Suatu deret yang terbatas mempunyai suku-suku yang banyaknya terbatas
dan dapat dispesifikasikan, sedangkan deret yang tidak terbatas mempunyai sukusuku yang banyaknya tidak terbatas dan tidak dapat dispesifikasikan. Suku yang
umum, yaitu suku ke-n dari suatu deret menunjukkan aturan pembentukan sukusuku.
1+
1
1
1
1
+
+
+
merupakan deret terbatas. Suku yang umum
2
3
4
5
mempunyai bentuk
1
.
n
(indefinitely) 1,
1 1 1 1 1 1 1
,
,
,
,
,
,
, merupakan suatu barisan tidak
2 3 4 5 6 7 8
n
n 1
1
1
1
1
1
1
1
+
+
+
+
+
+
+
2
3
4
5
6
7
8
1
.
n
n 1
n = 0.
konvergen, kemudian lim
n
Artinya, kalau suku ke-n suatu deret tidak mendekati nol ketika n , deret
Catatan :
Dapat ditunjukkan bahwa kesalahan (error) yang timbul akibat memecah
suatu deret bertukar-tukar yang konvergen pada setiap suku tidak melebihi
dalam nilai mutlak. Suku pertama yang dihilangkan (discarded), artinya kalau
1 2 3 4 ... merupakan deret bertukar-tukar yang konvergen,
n k 1
k ,
tanda mutlak
3. Konvergensi mutlak
Suatu deret dari beberapa suku yang positif dan beberapa suku yang negatif
dikatakan konvergen mutlak (absolute convergent) kalau deret dibentuk dari
suku-suku tersebut dengan membuat semua sukunya konvergen.
Deret
konvergen lainnya dari beberapa suku yang positif dan negatif dikatakan
konvergen bersyarat (conditionally convergent).
beberapa suku yang positif dan negatif konvergen mutlak, deret tersebut
konvergen bersyarat, tetapi sebaliknya tidak perlu benar.
4. Uji rasio-uji dari Cauchy (Cauchys test-ratio test)
Misalnya, 1 + 2 + 3 + + n + merupakan suatu deret tidak
terhingga dengan suku-suku yang positif. Dengan menggunakan bentuk suku
umum yang berurutan n dan n 1 , bentuk test-ratio:
n 1
n 1
, = Rho
dan misalkan lim
n
n
n
Kemudian kalau < 1, deret konvergen
besar dari suku yang sesuai dari deret yang diketahui divergen. Deret ukur
yang dibahas di atas dan deret-p sering kali berguna di dalam penerapan
tes/uji perbandingan. Deret-p adalah sebagai berikut
1+
1
1
1
+ .
p +
p + +
2
3
np
Deret ini konvergen kalau p > 1 dan divergen kalau p 1. Kalau p = 1, deretp merupakan deret harmonik.
Catatan :
Oleh karena konvergensi atau divergensi dari suatu deret tidak dipengaruhi
oleh omisi (menghilangkan) sejumlah suku-suku yang terbatas, tes
perbandingan mungkin diterapkan pada suku-suku k , k 1 , k 2 ,
daripada terhadap suku-suku 1 , 2 , 3 ,
Contoh:
1.
n ( 1) n 1
2n 1
2n
lim n 0
n x
Dari n 1
n 1
n x
n
lim
2(n 1) 1
2 n 1
lim
n x
2n 1
2n
= lim
n x
2.
1
1 ,
2
2n 1
2
1
lim
2( 2n 1) n x
4
2
n 1
2n 1
1
,
2
1
3
1
5
1
7
...
lim n 0
n x
Dan
n 1 n
konvergen.
lim n 1 lim
n x
n x
n
2( n 1) 1
2n 1
(2n 1)1 / 2
= lim
1/ 2
n
(2n 1)
1 ,
= -1
1
1
( )( p series, p 1) , maka deret divergen sebagai
1/ 2
n
(2n 1)
Soal-soal Latihan
1.
(1)
2.
n 1
n 1
n 1
1
n2 1
n
1
3.
n2
4.
1 ln n
n 1
n 1
5.
(1)
n 1
n 1
1
( 2n 1)
Deret Berpangkat
Suatu deret tidak terhingga berbentuk a0 + ax + a2x2 + + anxn + =
a
n 0
(power series) dalam x. Lebih umum lagi, suatu deret tidak terhingga berbentuk
b
n 0
( x a ) n , dimana koefisien
b0, b1, b2, bebas dari x, disebut deret berpangkat dalam (x-a).
Suatu deret berpangkat dalam x atau (x-a) mungkin konvergen untuk
semua nilai x atau hanya untuk x = 0 saja atau x = a; atau mungkin konvergen
untuk beberapa nilai x, tetapi divergen untuk lainnya.
berpangkat konvergen untuk nilai-nilai x dalam interval R < x < R. maka R < x
< R merupakan interval konvergen dari deret berpangkat dan R merupakan radius
konvergensi. Interval konvergensi ditentukan oleh produser berikut: diturunkan
dari uji rasio-uji dari Cauchy.
L=0
L0
a n 1
L , maka
an
M=0
M0
bn 1
L , maka
bn
Contoh:
1.
n 1
1 , maka interval konvergensi adalah -1 < x < 1 dan titik
n
....
2 (3)(2 2 ) (5)(2 3 ) (7)(2 4 )
( 1) n 1 x n 1
( 2n 3) 2 n 1
(2n 3)2 n 1
L lim
n
n
2(n 1) 3 2
1
2n 3
lim
n
2
4n 2
Maka, interval konvergensi -2 < x < 2 titik akhir interval harus diuji.
Kalau x = -2, deret adalah:
1
2
22
23
24
....
2 (3)( 2 2 ) (5)( 2 3 ) (7)( 2 4 )
Atau
1+1+
n
1
1
1
+
+
+ .
3
5
7
1
2n 1
lim n 0
n
lim
n
n 1
n
1
2n 1
2(n 1) 1
lim
lim
1
n
n
1
2n 1
2n 1
2
1
(p-series, p = 1),
2 n 1 2n
Catatan :
Mengalikan suatu deret dengan suatu konstan tidak mempengaruhi
konvergensi.
Kalau x = 2, deret adalah
1
2
22
23
24
...,
2 (3)(2 2 ) (5)( 2 3 ) (7)( 2 4 )
Atau
11
1 1 1
...
3 5 7
n (1) n
1
(hilangkan suku pertam)
2n 1
lim 0
n
n!
lim
( 1)! n
4.
0.
( x 1)
1
1
1
( x 1) 2 ( x 1) 3 ( x 1) 4 ....
2
2
4
( x 1) n
n
M lim
1 , maka interval konvergensi adalah 0 < x < 2,
n
n
1
1
1
- .
2
3
4
1
n
lim n 0
n
lim
n 1
1 ,
n
1
(p-series, p =1)
n
1
1
1
+
+ .
2
3
4
1
n
( x 1)
1
1
1
( x 1) 2 ( x 1) 3
( x 1) 4 ....
4
9
16
n (1)
n 1
( x 1) n
n2
n2
M lim
n
( n 1) 2
1
1
1
- .
4
9 16
1
n2
lim n 0
n
lim
n 1
1 , maka uji rasio gagal.
n
1
(p-series, p =2)
n2
n ( 1) n 1
1
1
1
- .
4
9 16
1
, maka deret konvergen mutlak.
n2
6.
3( x 2) 2 4( x 2) 3 5( x 2) 4
....
2!
3!
4!
M lim
n2
n2
( n 1)!
lim
0
n ( n 1) 2
n 1
n!
Dalil Taylor
Untuk maksud teoretis atau komputasional, seringkali lebih mudah untuk
mewakili suatu fungsi x dengan suatu deret berpangkat, dalil Taylor (Taylors
theorem) memberikan deret berpangkat yang tepat untuk mewakili banyak fungsi.
Dalil Taylor: deret tidak terhingga
k 0
f k (a)
xa
( x a) 2
( x a) k f (a) f ' (a)
f ' ' (a)
... f
k!
1!
2!
( n .1)
(a)
( x a ) n .1
Rn
(n 1)!
Konvergen dan mewakili fungsi f(x) untuk nilai-nilai x untuk semua turunan f(x)
yang ada dan untuk Rn 0 ketika n . Dalam hal ini, f(x) dikatakan diperluas
di dalam suatu deret Taylor untuk x = a. Untuk hal khusus, dimana a = 0,
perluasan (ekspansi) merupakan deret Maclaurin.
Rn disebut sisa setelah n suku (remainder after n terms) dan dapat ditunjukkan
bahwa
Rn f
(n)
( )
( x a) n
, dimana a x.
n!
Formula ini dapat dipergunakan untuk menentukan suatu batas bagi kesalahan
yang disebabkan karena hanya menggunakan n suku pertama dari deret kalau
max a
Rn diperoleh.
Catatan :
Ada beberapa suku untuk deret Taylor yang konvergen untuk nilai-nilai x untuk
sisa (remainder) yang tidak mendekati nol ketika n , untuk nilai x yang
demikian itu, deret tidak mewakili fungsi. Akan tetapi, dalam banyak hal, interval
konvergensi dari deret sama seperti interval untuk R n ketika n , seperti
di dalam hal untuk contoh-contoh di sini. Suatu deret Taylor untuk x = a, berguna
untuk menghitung fungsi yang diwakilinya untuk nilai x dekat a. Sama halnya,
suatu deret Maclaurin berguna untuk menghitung fungsi yang diwakilinya untuk
nilai x dekat 0 (nol).
Suatu bukti dalil Taylor yang sangat mendalam tidak diberikan di dalam buku ini.
Hasil dapat dibuat masuk akal dengan menggunakan catatan teknis 3.
Perlu dicatat bahwa setiap fungsi yang dapat didefinisikan dapat diperluas dalam
suatu deret Taylor, suatu fungsi yang dapat didiferensiasikan hanya dapat suatu
jumlah yang terbatas dapat diperluas dalam suatu deret yang mempunyai sejumlah
suku yang terbatas; suatu fungsi yang dapat didiferensiasikan secara tidak terbatas
dan diperluas dalam suatu deret yang tidak terbatas. Akan tetapi, agar menjadi
valid di dalam representasi suatu fungsi, deret harus konvergen untuk nilai-nilai x
dalam range yang dikehendaki, sebagai tambahan, agar berguna untuk maksud
Jadi,
sebelum menggunakan suatu perluasan deret Taylor untuk mewakili suatu fungsi,
sifat atau ciri konvergensinya harus diteliti.