Disusun Oleh:
Wida Widiawati
1125030279
VII G
SASTRA INGGRIS
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang
selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya karena kemurahan-Nya
makalah Perusahaan Bahan Bangunan Mandiri Alfin Jaya ini
dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan.Penulis sadar bahwa
dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Akan tetapi,
dengan segala kekurangan dan keterbatasan makalah ini, mudahmudahan dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan bagi
yang membaca dan memahaminya Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,
saran dan kritik guna penyempurnaan makalah ini.
Bandung, 2015
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kaligrafi merupakan seni arsitektur rohani, yang dalam proses
penciptaannya melalui alat jasmani. Kaligrafi atau khath, dilukiskan sebagai
kecantikan rasa, penasehat pikiran, senjata pengetahuan, penyimpan rahasia dan
berbagai masalah kehidupan. Oleh sebagian ulama disebutkan khat itu ibarat ruh
di dalam tubuh manusia. Akan tetapi yang lebih mengagumkan adalah, bahwa
membaca dan menulis merupakan perintah Allah SWT yang pertama
diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang tertuang dalam al-Quran
surat al-Alaq ayat 1-5, yaitu:Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah
menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan
mulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajari (mausia) dengan parantaraan kalam.
Dia mengajari manusia apa yang belum diketahuinya.
Dalam pembuatan sebuah karya kaligrafi terdapat aturan dan teknik
khusus penulisannya, pada pemilihan warna, bahan tulisan, medium, hingga pena
dan memiliki cirri khas dari masing-masing jenis kaligrafi. Walaupun hanya
belajar secara otodidak perbedaan dalam setiap jenis kaligrafi Islam dan cara
menulis yang ada dalam senikali grafi Islam memang seharusnya terlebih dahulu
di pelajari sehingga memiliki dasar yang menjadi keindahan dari kaligrafi atau
seni menulis indah.
Ditengah kebingungan manusia modern akan pemenuhan hasrat akan
makna-makna dan citraan, tanpa disadari mereka tengah kehilangan identitas
dirinya. Derasnya arus informasi membuat setiap kemudahan tiada berfaedah.
Manusia lebih tertarik untuk mengetahui hal-hal baru dan hal-hal lama dianggap
sudah kuno. Contohnya pesantren.
Harus diakui, pondok pesantren, yang dalam setiap benak selalu identik
dengan keterbatasan. Keterbatasan untuk melakukan hal-hal yang manusia
modern lakukan. Contohnya saja dalam segi fashion dan pergaulan. Para santri,
dalam hal fashion, tentulah menjadi terbatas untuk memakai pakaian layaknya
non-santri, begitu pun dalam pergaulan.
Sama halnya yang terjadi di Pondok Pesantren Pengkolan Nailul Kirom.
Pondok Pesantren yang dipimpin oleh Drs. KH. Moh Kolilullah ini, mengalami
penurunan jumlah santri. Dari jumlah yang dulunya mencapai 200 orang lebih,
kini hanya berjumlah 60 santri. Menurut KH. Kolil, kesemua santrinya adalah
mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, padahal dulu
banyak pula santri yang berasal dari Universitas Pasundan, Universitas Pasundan
dll. Menurutnya juga, dulu karena keterbatasan tempat, santri-santri banyak yang
menginap di rumah-rumah penduduk. Hampir setiap rumah mempunyai satu
santri yang nyantren di ponpes Pengkolan Nailul Kirom ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
5
2.1 Kaligrafi
2.1.1 Pengertian Kaligrafi
Kaligrafi adalah salah satu jenis seni rupa Islam. Atau bisa juga
disebut ilmu seni menulis indah, ia berasal dari Bahasa Inggris, yaitu
Caligraphy is (art) beautiful hand writing. Juga dari Bahasa latin, yaitu
Calios yang berarti indah; Graph yang berarti tulisan. Jadi, kaligrafi
adalah tulisan yang indah. Kaligrafi dalam bahasa Arab disebut Alkhoth, yang berarti guratan garis atau tulisan.
Ada beberapa pengertian kaligrafi menurut para ahli. Pertama,
menurut Syaikh Syamsuddin Al-Ahfani, pengertian khath (kaligrafi)
adalah: "Ilmu yang mempelajari bermacam bentuk huruf tunggal, pisah
dan tata letaknya serta metode cara merangkainya menjadi susunan
kata atau cara penulisannya di atas kertas dan sebagainya" (Al-akfani
-Irsyadul Qasid).
Kedua, menurut Yaqut Al-Musta'shimy, "Kaligrafi adalah seni
arsitektur yang dieksoresikan lewat alat keterampilan". Ketiga,
menutut Ubaid bin Ibad: "Khat merupakan duta/ utusan dari tangan,
sedang pena adalah dutanya"
2. Gaya Tsuluts
Kaligrafi ini merupakan seorang menteri bahasa arabnya (wazir)
di masa Kekhalifahan Abbasiyah. Tulisan kaligrafi gaya Tsuluts
sangat ornamental, dengan banyak hiasan tambahan dan mudah
dibentuk dalam komposisi tertentu untuk memenuhi ruang tulisan
yang tersedia. Karya kaligrafi yang menggunakan gaya Tsuluts
bisa ditulis dalam bentuk kurva, dengan kepala meruncing dan
terkadang ditulis dengan gaya sambung dan interseksi yang kuat.
Karena keindahan dan keluwesannya ini, gaya Tsuluts banyak
digunakan sebagai ornamen arsitektur mesjid, sampul buku, dan
dekorasi interior, dan lain sebagainya.
3. Gaya Farisi
Seperti tampak dari namanya, kaligrafi gaya Farisi dikembangkan
oleh orang Persia dan menjadi huruf resmi bangsa ini sejak masa
Dinasti Safawi sampai sekarang. Kaligrafi Farisi sangat
mengutamakan unsur garis, ditulis tanpa harakat, dan kepiawaian
penulisnya ditentukan oleh kelincahannya mempermainkan tebaltipis huruf dalam 'takaran' yang tepat. Gaya ini banyak digunakan
sebagai dekorasi eksterior masjid di Iran, yang biasanya dipadu
dengan warna-warni Arabes.
4. Gaya Riqah
Kaligrafi ini merupakan hasil pengembangan kaligrafi gaya
Naskhi dan Tsuluts. Sebagaimana halnya dengan tulisan gaya
Naskhi yang dipakai dalam tulisan sehari-hari. Riqah
dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Utsmaniyah, lazim pula
digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan
praktis lainnya. Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa
harakat, sehingga memungkinkan untuk ditulis cepat.
5. Ijazah (Raihani)
Tulisan kaligrafi gaya Ijazah (Raihani) merupakan perpaduan
antara gaya Tsuluts dan Naskhi, yang dikembangkan oleh para
pakar kaligrafer Daulah Usmani. Gaya ini lazim digunakan untuk
penulisan ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya.
Karakter hurufnya seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit
hiasan tambahan, dan tidak lazim ditulis secara bertumpuk
(murakkab).
6. Gaya Diwani
Kaligrafi ini dikembangkan oleh kaligrafer Ibrahim Munif.
Kemudian, disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah dan kaligrafer
Daulah Usmani di Turki akhir abad ke-15 dan awal abad ke16.Gaya ini digunakan untuk menulis kepala surat resmi kerajaan.
Karakter gaya ini bulat dan tidak berharakat. Keindahan
tulisannya bergantung pada permainan garisnya yang kadangkadang pada huruf tertentu neninggi atau menurun, jauh melebihi
patokan garis horizontalnya. Model kaligrafi Diwani banyak
digunakan untuk ornamen arsitektur dan sampul buku.
8. Gaya Kufi
Kaligrafi gaya kufi, penulisannya banyak digunakan untuk
penyalinan Alquran periode awal. Karena itu, gaya Kufi ini adalah
model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrafi. Gaya
ini pertama kali berkembang di Kota Kufah, Irak, yang merupakan
salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam sejak
abad ke-7 M.
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Makna Kaligrafi yang ada dipesantren
14
surah ini.[4] Dalam hadits dinyatakan bahwa salat yang tidak disertai alFatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak sempurna". [5] Walau begitu,
hal tersebut tidak berlaku bagi orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam
hadits lain disebutkan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan
membaca:
"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak ada tuhan kecuali Allah,
Allah Maha Besar, tidak ada daya dan kekuatan kecuali karena
pertolongan Allah."[6]
Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa
Iftitah dan dilanjutkan dengan "Aamiin" dan kemudian membaca ayat atau
surah al-Qur'an (pada rakaa'at tertentu). Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat
pertama dan kedua dalam salat, harus diiringi dengan ayat atau surah lain alQur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga hingga keempat, hanya Al-Fatihah saja
yang dibaca.
Disebutkan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi
Muhammad adalah dengan memberi jeda pada setiap ayat hingga selesai
membacanya, misal:
Bismillhir
rahmnir
rahm (jeda) Alhamdu
lillhi
rabbil
lamn (jeda) Arrahmnir rahm (jeda) Mliki yaumiddn (jeda) dan
seterusnya. Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki
yaumiddn dengan ma pendek dibaca Mlikiyaumiddndengan ma panjang.
Dalam salat, Al-Fatihah biasanya diakhiri dengan kata "Aamiin". "Aamiin"
dalam salat Jahr biasanya didahului oleh imam dan kemudian diikuti oleh
makmum. Pembacaan "Aamiin" diharuskan dengan suara keras dan
panjang.Dalam hadits disebutkan bahwa makmum harus mengucapkan
"aamiin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan pendapat lain
mengatakan bahwa "aamiin" diucapkan apabila imam mengucapkannya
Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat ada yang
membacanya keras dan ada yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang
sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan
seluruh bacaannya (termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain) dari awal
hingga akhir salat, disebut Salat Sir (membaca tanpa suara). Salat Sir
contohnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat
dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat Jahr, yaitu
salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr contohnya adalah salat
Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah,
Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat.
Sedangkan pada saat itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti
bacaan Imam karena dapat mengganggu bacaan Imam dan hanya untuk
mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca (dengan lirih) apabila
imam tidak mengeraskan suaranya. Sementara dalam Salat Lail, bacaan
Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini
seperti yang tertera dalam hadits:
"Rasulullah bersabda, "Wahai Abu Bakar, saya telah lewat di
depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Abu Bakar
menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang aku bisiki sudah mendengar."
16
Dia bersabda kepada Umar, "Aku telah lewat di depan rumahmu ketika
kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai
Rasulullah, aku membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan."
Nabi Muhammad bersabda, "Wahai Abu Bakar, keraskan sedikit
suaramu." Kepada Umar dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."
Surah Ar-Rahman (Arab: )adalah surah ke-55 dalam alQur'an. Surah ini tergolong surat makkiyah, terdiri atas 78 ayat.
Dinamakan Ar-Rahmaan yang berarti Yang Maha Pemurah berasal dari
kata Ar-Rahman yang terdapat pada ayat pertama surah ini. ArRahman adalah salah satu dari nama-nama Allah. Sebagian besar dari
surah ini menerangkan kepemurahan Allah swt. kepada hamba-hambaNya, yaitu dengan memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga baik
di dunia maupun di akhirat nanti.
Ciri khas surah ini adalah kalimat berulang 31 kali Fa-biayyi alaa'i
Rabbi kuma tukadzdzi ban (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang
kamu dustakan?) yang terletak di akhir setiap ayat yang menjelaskan
nikmat Allah yang diberikan kepada manusia.
Pokok-pokok terjemahan
Yang Maha Pengasih, Yang menyampaikan Al-Quran. Yang menciptakan
manusia. (Ayat:1-3)
1. Tiap-tiap yang ada padanya (bumi) akan binasa. tetapi untuk selamanya
Wajah Tuhanmu Yang Maha Menakjubkan dan Maha Agung. manakah
perkara Tuhan yang kalian berdua dustakan? (Ayat:26-28)
2. bergantung padaNya yang ada di langit juga di bumi. setiap hari Dia
senantiasa Memelihara. manakah perkara Tuhan yang kalian berdua
dustakan? (Ayat:29-30)
3. Tiada upah (bagi) kebaikan melainkan kebaikan. manakah perkara Tuhan
yang kalian berdua dustakan? (Ayat:61)
17
Rahman memiliki kalimat ini; maka nikmat Tuhan manakah yang kamu
dustakan? Berulang, Allah memberi peringatan kepada kita; maka nikmat
Tuhan manakah yang kamu dustakan?
Melalui surat ini Allah seolah memberi sinyal kepada kita akan sifat
kita yang pelupa, kufur nikmat, dan tidak mau berfikir. Ya, tiga hal itu yang
ada dibenak saya (semoga Allah mengampuni kesalahanku) ketika ayat demi
ayat dibaca.
Pada saat itu Allah berfirman padanya: Siapakah orang yang sering
bangun malam bersamamu saat di dunia dan tekun membacamu. Ia
menjawab: Ya Rabbi, fulan bin fulan, lalu wajah mereka menjadi putih,
dan ia berkata kepada mereka: Berilah syafaat orang-orang yang mencintai
kalian, kemudian mereka memberi syafaat sampai yang terakhir dan tidak
ada seorang pun yang tertinggal dari orang-orang yang berhak menerima
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran Foto
21
22
23