Anda di halaman 1dari 21

PRESENTASI KASUS

HEMATOTHORAKS

Oleh:

Muhammad Ikhsan Amadea

PROGRAM INTERNSHIP RSUD ARJAWINANGUN


PERIODE 2 November 2015 2 November 2016

PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Alamat

: Ny. K
: 26 tahun
: Perempuan
: ibu rumah tangga
: Arjawinangun

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan tambahan

: sesak nafas
: luka luka bekas tusukan pada bahu,
punggung dan tangan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan sesak yang dirasakan sejak 30 menit
SMRS, pasien merasakan sesak setelah ditusuk oleh suaminya sendiri saat
berada disebuah warung, suami korban diketahui sedang dalam pengaruh
alkohol, pasien mengaku di tusuk sebanyak 3 kali, pada bagian bahu
bagian belakang, punggung, dan tangan bagian belakang. Pasien mengaku
ditusuk menggunakan pisau belati. Dari bekas tusukan mengalir darah
secara aktif. Sesak dirasakan pasien terus menerus tidak dipengaruhi oleh
aktifitas. Setelah kejadian, pasien tidak mengalami mual, muntah, pingsan,
serta tidak terdapat adanya bekas kekerasan benda tumpul di bagian tubuh
yang lain. Tidak terdapat jejas pada dada depan pasien dan tidak dirasakan
nyeri pada bagian dada depan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien menyangkal mempunyai penyakit diabetes milletus, TB dan
hipertensi,

III.

PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran

: Kompos mentis

Tanda Vital

: TD

: 90/60 mmHg

: 120 x/menit

S
R

: 37oC
: 42 x/ menit

Kepala

: Normocephal

Mata

: Konjungtiva anemis -/Sklera ikterik -/Refleks pupil +/+

Leher

: Tiroid tidak teraba membesar


KGB tidak teraba membesar

Thoraks
Cor

:
I : Iktus cordis tidak terlihat
P : Iktus cordis teraba pada ICS V garis
midclavikula
P : Batas jantung sulit dinilai
A : BJ I-II reguler, murmur(-), gallop(-)

Pulmo I : Pergerakan torak asimetris


Pal : vokal fremitus hemitoraks kanan dan kiri
asimetris,krepitasi (-)
Per : dull pada lapangan paru kiri, sonor pada
lapangan paru kanan
A : VBS kiri (-), kanan VBS (+) , rh -/-, wh -/Abdomen

Ekstremitas

: datar, simetris.

: Bising usus (+) normal

: Timpani seluruh lapang abdomen

: lembut, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)

Superior kanan kiri

: udem (-) , akral hangat

Inferior kanan kiri : udem (-) , akral hangat


Status Lokalis :

IV.
LAB

Vulnus pungtum a.r setinggi thorakal III-VI posterior sinistra


ukuran 0,5x2cm, kedalaman > 4cm. 2 cm dari batang tubuh ke
kiri
Vulnus pungtum a.r clavikula dextra ukuran 0,5 x 2cm
Vulnus pungtum a.r distal posterior brachii sinistra 0,5 x 2cm

PEMERIKSAN PENUNJANG
Laboratorium 15 November 2015
RESULT

FLAGS

UNIT

NORMAL

WBC

10.5

10^3/

4.0-12.0

RBC

3.58

10^6/

4.0-6.20

HGB

7.5

g/dl

11.0-17.0

HCT

39.5

35.0-55.0

MCV

86.2

MCH

27.3

Pg

26.0-34.0

MCHC

31.6

g/dl

31.0-35.0

PLT

290

10^3/

KGDS : 108 mg/dL

80.0-100.0

150.0-400.0

Foto rontgen:

Saran Pemeriksaan : torakosintesis dan AGD


V.

Diagnosis banding
1. Pneumothorax sinistra
2. Tamponade cardiac

VI.

Diagnosis kerja
Dipsnea e.c hematothorax sinistra

VII.

Penatalaksanaan
O2 4 lpm
Terapi debridement : Wound toilet
Chest tube (direncanakan)

VIII.

Prognosis
Ad Vitam
Ad Functionam

: dubia
: dubia

PEMBAHASAN
Hematothoraks atau hemothoraks adalah akumulasi darah pada rongga
intrapleura. Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah sistemik maupun
pembuluh darah paru. Pada trauma, yang tersering perdarahan berasal dari arteri
interkostalis dan arteri mammaria interna.
Akumulasi darah dalam dada , atau hematothorax adalah masalah yang
relatif umum , paling sering akibat cedera untuk intrathoracic struktur atau
dinding dada . Hematothorax yang tidak berhubungan dengan trauma jarang
terjadi dan dapat disebabkan oleh berbagai penyebab . Identifikasi dan pengobatan
traumatik hematothorax adalah bagian penting dari perawatan pasien yang terluka
.
Hematothorax mengacu pada mengumpulnya darah dalam rongga pleura .
Walaupun beberapa penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit setidaknya 50 %
diperlukan untuk mendefinisikan hematothorax ( dibandingkan dengan berdarah
efusi pleura ) , sebagian besar tidak setuju pada perbedaan tertentu . Meskipun
etiologi paling umum adalah hematothorax tumpul atau trauma tembus , itu juga
dapat hasil dari sejumlah nontraumatic menyebabkan atau dapat terjadi secara
spontan .
Pentingnya evakuasi awal darah melalui luka dada yang ada dan pada saat
yang sama , menyatakan bahwa jika perdarahan dari dada tetap , luka harus
ditutup dengan harapan bahwa adanya tekanan intrathoracic akan menghentikan
perdarahan. Jika efek yang diinginkan tercapai , luka dapat dibuka kembali
beberapa hari kemudian untuk evakuasi terdapat bekuan darah atau cairan serosa.
Mengukur frekuensi hematothorax umumnya sulit . Hematothorax yang
sangat kecil dapat dikaitkan dengan satu patahan tulang rusuk dan mungkin tidak
terdeteksi atau tidak memerlukan pengobatan .
Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya
hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan
intervensi operasi. Hematotoraks akut yang cukup banyak yang terlihat pada foto
toraks, sebaiknya diterapi dengan selang dada kaliber besar. Selang dada tersebut
akan mengeluarkan darah dari rongga pleura, mengurangi resiko terbentuknya
bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor

kehilangan darah selanjutnya. Walaupun banyak faktor yang berperan dalam


memutuskan perlunya indikasi operasi pada penderita hematotoraks, status
fisiologi dan volume darah yang keluar dari selang dada merupakan faktor utama.
Sebagai patokan bila darah yang dikeluarkan secara cepat dari selang dada
sebanyak 1.500 ml, atau bila darah yang keluar lebih dari 200 ml tiap jam untuk 2
sampai 4 jam, atau jika membutuhkan transfusi darah terus menerus, eksplorasi
bedah harus dipertimbangkan.
Oleh karena itu,penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami tentang
penyebab, penegakan diagnosis, serta penatalaksanaan pasien hematothorax.

DEFINISI
Hematothorax adalah adanya kumpulan darah di dalam ruang antara
dinding dada dan paru-paru (rongga pleura). Sumber darah mungkin dari
dinding dada, parenkim paruparu, jantung atau pembuluh darah besar.
Kondisi biasanya merupakan akibat dari trauma tumpul atau tajam. Ini juga
mungkin merupakan komplikasi dari beberapa penyakit.
Hemathothoraks (hemotoraks) adalah terakumulasinya darah pada
rongga thoraks akibat trauma tumpul atau tembus pada dada. Hemathothoraks
biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya adalah pecahnya
sebuah pembuluh darah atau kebocoran aneurisma aorta yang kemudian
mengalirkan darahnya ke rongga pleura.
ETIOLOGI
Penyebab utama hematothoraks adalah trauma, seperti luka penetrasi
pada paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada. Trauma tumpul
pada dada juga dapat menyebabkan hematothoraks karena laserasi pembuluh
darah internal.
Penyebab hematothoraks antara lain :
1. Penetrasi pada dada

2. Trauma tumpul pada dada


3. Laserasi jaringan paru
4. Laserasi otot dan pembuluh darah intercostal
5. Laserasi arteri mammaria interna
Secara umum, penyebab terjadinya Hematotoraks adalah sebagai berikut :
a. Traumatis
- Trauma tumpul.
-

Penetrasi trauma (Trauma tembus, termasuk iatrogenik).

b. Non traumatic atau spontan


- Neoplasia (primer atau metastasis).
- Diskrasia darah, termasuk komplikasi antikoagulasi.
- Emboli paru dengan infark.
- Robek adhesi pleura berkaitan dengan pneumotorax spontan.
- Bullous emfisema.
- Tuberkulosis.
- Paru atriovenosa fistula.
- Nekrosis akibat infeksi.
- Telangiektasia hemoragik herediter.
- Kelainan vaskular intratoraks non pulmoner.
- Sekuestrasi inralobar dan ekstralobar.
- Patologi abdomen.
Hemothoraks massif lebih sering disebabkan oleh luka tembus
yang merusak pembuluh darah sistemik atau pembuluh darah pada hilus
paru.

PATOFISIOLOGI
Hemothoraks adalah adanya darah yang masuk ke areal pleura (antara
pleura viseralisdan pleura parietalis). Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul
atau trauma tajam pada dada, yang mengakibatkan robeknya membran serosa
pada dinding dada bagian dalam atau selaput pembungkus paru. Robekan ini akan

mengakibatkan darah mengalir ke dalam rongga pleura, yang akan menyebabkan


penekanan pada paru.
Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau A.
mamaria interna. Rongga hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan, sehingga
pasien hematotoraks dapat syok berat (kegagalan sirkulasi) tanpa terlihat adanya
perdarahan yang nyata, oleh karena perdarahan masif yang terjadi terkumpul di
dalam rongga toraks.
Pendarahan di dalam rongga pleura dapat terjadi dengan hampir semua
gangguan dari jaringan dada di dinding dan pleura atau struktur intrathoracic.
Respon fisiologis terhadap perkembangan hemothorax diwujudkan dalam 2 area
utama: hemodinamik dan pernafasan. Tingkat respon hemodinamik ditentukan
oleh jumlah dan kecepatan kehilangan darah.
Perubahan hemodinamik bervariasi tergantung pada jumlah perdarahan
dan kecepatan kehilangan darah. Kehilangan darah hingga 750 mL pada seorang
pria 70-kg seharusnya tidak menyebabkan perubahan hemodinamik yang
signifikan. Hilangnya 750-1500 mL pada individu yang sama akan menyebabkan
gejala awal syok (yaitu, takikardia, takipnea, dan penurunan tekanan darah).
Tanda-tanda signifikan dari shock dengan tanda-tanda perfusi yang buruk
terjadi dengan hilangnya volume darah 30% atau lebih (1500-2000 mL). Karena
rongga pleura seorang pria 70-kg dapat menampung 4 atau lebih liter darah,
perdarahan dapat terjadi tanpa bukti eksternal dari kehilangan darah.
Efek pendesakan dari akumulasi besar darah dalam rongga pleura dapat
menghambat gerakan pernapasan normal. Dalam kasus trauma, kelainan ventilasi
dan oksigenasi bisa terjadi, terutama jika berhubungan dengan luka pada dinding
dada. Sebuah kumpulan yang cukup besar darah menyebabkan pasien mengalami
dyspnea dan dapat menghasilkan temuan klinis takipnea. Volume darah yang
diperlukan untuk memproduksi gejala pada individu tertentu bervariasi tergantung
pada sejumlah faktor, termasuk organ cedera, tingkat keparahan cedera, dan
cadangan paru dan jantung yang mendasari.
Dispnea adalah gejala yang umum dalam kasus-kasus di mana hemothorax
berkembang dengan cara yang membahayakan, seperti yang sekunder untuk

penyakit metastasis. Kehilangan darah dalam kasus tersebut tidak akut untuk
menghasilkan respon hemodinamik terlihat, dan dispnea sering menjadi keluhan
utama.
Darah yang masuk ke rongga pleura terkena gerakan diafragma, paru-paru,
dan struktur intrathoracic lainnya. Hal ini menyebabkan beberapa derajat
defibrination darah sehingga pembekuan tidak lengkap terjadi. Dalam beberapa
jam penghentian perdarahan, lisis bekuan yang sudah ada dengan enzim pleura
dimulai.
Lisis sel darah merah menghasilkan peningkatan konsentrasi protein cairan
pleura dan peningkatan tekanan osmotik dalam rongga pleura. Tekanan osmotik
tinggi intrapleural menghasilkan gradien osmotik antara ruang pleura dan jaringan
sekitarnya yang menyebabkan transudasi cairan ke dalam rongga pleura. Dengan
cara ini, sebuah hemothorax kecil dan tanpa gejala dapat berkembang menjadi
besar dan gejala efusi pleura berdarah.
Dua keadaan patologis yang berhubungan dengan tahap selanjutnya dari
hemothorax adalah empiema dan fibrothorax. Empiema hasil dari kontaminasi
bakteri pada hemothorax. Jika tidak terdeteksi atau tidak ditangani dengan benar,
hal ini dapat mengakibatkan syok bakteremia dan sepsis.
Fibrothorax terjadi ketika deposisi fibrin berkembang dalam hemothorax
yang terorganisir dan melingkupi baik parietal dan permukaan pleura viseral.
Proses adhesive ini menyebkan paru-paru tetap pada posisinya dan mencegah dari
berkembang sepenuhnya.
Hemotoraks traumatik
trauma

laserasi pembuluh darah atau struktur parenkim paru

darah berakumulasi di rongga pleura

hemotoraks.

perdarahan

Gambar 3 . Skema Patofisiologi Trauma Toraks


KLASIFIKASI
Pada orang dewasa secara teoritis hematothoraks dibagi dalam 3 golongan,
yaitu:
a. Hematothoraks ringan

Jumlah darah kurang dari 400 cc

Tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada foto thoraks

Perkusi pekak sampai iga IX

b. Hematothoraks sedang

Jumlah darah 500 cc sampai 2000 cc

15% - 35% tertutup bayangan pada foto thoraks

Perkusi pekak sampai iga VI

c. Hematothoraks berat

Jumlah darah lebih dari 2000 cc

35% tertutup bayangan pada foto thoraks

Perkusi pekak sampai iga IV

a.

b.

c.

Gambar 4 . Klasifikasi hemotoraks a. Ringan b. Sedang c. Berat


GEJALA KLINIS
Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah di
dinding dada. Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan
nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok hipovalemik merupakan keluhan dan
gejala yang pertama muncul. Secara klinis pasien menunjukan distress
pernapasan berat, agitasi, sianosis, takipnea berat, takikardia dan peningkatan
awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah
jantung.
Respon tubuh degan adanya hemothoraks dimanifestasikan dalam 2 area
mayor:
a. Respon hemodinamik
Respon hemodinamik sangat tergantung pada jumlah perdarahan yang
terjadi. Tanda-tanda shock seperti takikardi, takipnea, dan nadi yang
lemah dapat muncul pada pasien yang kehilangan 30% atau lebih volume
darah
b. Respon respiratori

Akumulasi darah pada pleura dapat menggangu pergerakan napas. Pada


kasus trauma, dapat terjadi gangguan ventilasi dan oksigenasi, khususnya
jika terdapat injuri pada dinding dada. Akumulasi darah dalam jumlah
yang besar dapat menimbulkan dispnea.
Tingkat respon hemodinamik ditentukan oleh jumlah dan kecepatan
hilangnnya darah. Perdarahan hingga 750 mL biasanya belum mengakibatkan
perubahan hemodinamik. Perdarahan 750-1500 mL akan menyebabkan gejala
gejala awal syok (takikardi, takipneu, TD turun).
Adapun tanda dan gejala adanya hemotoraks dapat bersifat simptomatik
namun dapat juga asimptomatik. Asimptomatik didapatkan pada pasien dengan
hemothoraks yang sangat minimal sedangkan kebanyakan pasien akan
menunjukan symptom, diantaranya:

Nyeri dada yang berkaitan dengan trauma dinding dada

Tanda-tanda syok, seperti hipotensi, nadi cepat dan lemah, pucat, dan akral
dingin
-

Kehilangan darah volume darah Cardiac output

Kehilangan banyak darah

TD

vasokonstriksi perifer pewarnaan kulit

oleh darah berkurang

Tachycardia
-

Kehilangan darah

volume darah

Cardiac output

hipoksia

kompensasi tubuh takikardia

Dyspnea
-

Adanya darah atau akumulasi cairan di dalam rongga pleura


pengembangan paru terhambat

pertukaran udara tidak adekuat

sesak napas.
-

Darah atau akumulasi cairan di dalam rongga pleura pengembangan


paru terhambat pertukaran udara tidak adekuat
takipneu dan peningkatan usaha bernapas

Hypoxemia

kompensasi tubuh

sesak napas.

Hemotoraks

paru sulit mengembang

kerja paru terganggu

kadar O2 dalam darah

Takipneu
-

Akumulasi darah pada pleura


meningkatkan usaha napas

hambatan pernapasan

takipneu.

Kehilangan darah

volume darah

kompensasi tubuh

takipneu.

Anemia

Deviasi trakea ke sisi yang tidak terkena.


-

reaksi tubuh

Akumulasi darah yang banyak

Cardiac output

hipoksia

menekan struktur sekitar

mendorong trakea ke arah kontralateral.

Gerak dan pengembangan rongga dada tidak sama (paradoxical).

Penurunan suara napas atau menghilang pada sisi yang terkena


-

Suara napas adalah suara yang terdenger akibat udara yang keluar dan
masuk paru saat bernapas. Adanya darah dalam rongga pleura
pertukaran udara tidak berjalan baik

suara napas berkurang atau

hilang.

Dullness pada perkusi (perkusi pekak)


-

Akumulasi darah pada rongga pleura

suara pekak saat diperkusi

(Suara pekak timbul akibat carian atau massa padat).

Adanya krepitasi saat palpasi.

DIAGNOSA
Penegakkan diagnosis hemothoraks berdasarkan pada data yang
diperoleh dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari
anamnesa didapatkan penderita hemothoraks mengeluh nyeri dada dan sesak
napas. Juga bisa didapatkan keterangan bahwa penderita sebelumnya
mengalami kecelakaan pada dada. Pada pemeriksaan fisik dari inspeksi
biasanya tidak tampak kelainan, mungkin didapatkan gerakan napas tertinggal

atau adanya pucat karena perdarahan. Pada perkusi didapatkan pekak dengan
batas tidak jelas, sedangkan pada auskultasi didapatkan bunyi napas menurun
atau bahkan menghilang.
Pemeriksaan penunjang untuk diagnostik, diantaranya:

Chest x-ray : adanya gambaran hipodense (menunjukkan akumulasi


cairan) pada rongga pleura di sisi yang terkena dan adanya
mediastinum shift (menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal
(jantung)). Chest x-ray sebagi penegak diagnostik yang paling utama
dan lebih sensitif dibandingkan lainnya.

Gambar 5 . Chest xray Hematotoraks Kanan

CT Scan : diindikasikan untuk pasien dengan hemothoraks minimal,


untuk evaluasi lokasi clotting (bekuan darah) dan untuk menentukan
kuantitas atau jumlah bekuan darah di rongga pleura.

Gambar 6 . CT-scan Hematotoraks

Nilai AGD : Hipoksemia mungkin disertai hiperkarbia yang


menyebabkan asidosis respiratori. Saturasi O2 arterial mungkin
menurun pada awalnya tetapi biasanya kembali ke normal dalam
waktu 24 jam.

Cek darah lengkap : menurunnya Hb dan hematokrit menunjukan


jumlah darah yang hilang pada hemothoraks.

Torakosentesis

Menunjukkan

darah/cairan

serosanguinosa

(hemothoraks).
Diagnosis banding
KONDISI
Tension pneumothorax

PENILAIAN
Deviasi Tracheal
Distensi vena leher
Hipersonor

Massive hemothorax

Bising nafas (-)


Deviasi Tracheal
Vena leher kolaps
Perkusi : dullness

Cardiac tamponade

Bising nafas (-)


Distensi vena leher
Bunyi jantung jauh dan lemah
EKG abnormal

PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi dari hemothoraks adalah untuk menstabilkan
hemodinamik pasien, menghentikan perdarahan dan mengeluarkan darah
serta udara dari rongga pleura. Langkah pertama untuk menstabilkan
hemodinamik adalah dengan resusitasi seperti diberikan oksigenasi, cairan
infus, transfusi darah, dilanjutkan pemberian analgetik dan antibiotik.

Langkah

selanjutnya

untuk

penatalaksanaan

pasien

dengan

hemothoraks adalah mengeluarkan darah dari rongga pleura yang dapat


dilakukan dengan cara:

Chest tube (Tube thoracostomy drainage) : tube thoracostomy drainage


merupakan terapi utama untuk pasien dengan hemothoraks. Insersi
chest tube melalui dinding dada untuk drainase darah dan udara.
Pemasangannya selama beberapa hari untuk mengembangkan paru ke
ukuran normal.
Indikasi untuk pemasangan thoraks tube antara lain:

Adanya udara pada rongga dada (pneumothorax)

Perdarahan di rongga dada (hemothorax)

Post operasi atau trauma pada rongga dada (pneumothorax


or

hemothorax)

abses paru atau pus di rongga dada (empyema).

Adapun langkah-langkah dalam pemasangan chest tube


thoracostomy adalah sebagai berikut:

Memposisikan pasien pada posisi trandelenberg

Disinfeksi daerah yang akan dipasang chest tube dengan


menggunakan alkohol atau povidin iodine pada ICS VI atau
ICS VII posterior Axillary Line

Kemudian dilakukan anastesi local dengan menggunakn


lidokain

Selanjutnya insisi sekitar 3-4cm pada Mid Axillary Line

Pasang curved hemostat diikuti pemasangan tube dan


selanjutnya dihubungkan dengan WSD (Water Sealed
Drainage)

Lakukan jahitan pada tempat pemasangan tube

Gambar pemasangan chest tube

Thoracotomy : merupakan prosedur pilihan untuk operasi eksplorasi


rongga dada ketika hemothoraks massif atau terjadi perdarahan persisten.
Thoracotomy juga dilakukan ketika hemothoraks parah dan chest tube
sendiri tidak dapat mengontrol perdarahan sehingga operasi (thoracotomy)
diperlukan untuk menghentikan perdarahan. Perdarahan persisten atau
berkelanjutan

yang

segera

memerlukan

tindakan

operasi

untuk

menghentikan sumber perdarahan di antaranya seperti ruptur aorta pada


trauma berat.
Operasi (Thoracotomy) diindikasikan apabila :

1 liter atau lebih dievakuasi segera dengan chest tube

Perdarahan persisten, sebanyak 150-200cc/jam selama 2-4 jam

Diperlukan transfusi berulang untuk mempertahankan stabilitas


hemodinamik

Adanya sisa clot sebanyak 500cc atau lebih

Gambar 5 . Prosedur torakotomi

Trombolitik agent : trombolitik agent digunakan untuk memecahkan


bekuan darah pada chest tube atau ketika bekuan telah membentuk massa
di rongga pleura, tetapi hal ini sangat berisiko karena dapat memicu
terjadinya perdarahan dan perlu tindakan operasi segera.

KOMPLIKASI
Komplikasi dapat berupa :
a. Kegagalan pernafasan (Paru-paru kolaps sehingga terjadi gagal napas dan
b.
c.
d.
e.

meninggal).
Fibrosis atau skar pada membran pleura.
Pneumothorax.
Pneumonia.
Septisemia.

f. Syok.
Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan
diafragma (otot besar di dasar toraks) memungkinkan paru-paru untuk
memperluas dan kontak. Jika tekanan dalam rongga dada berubah tibatiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan yang mengumpul di rongga
menempatkan pasien pada risiko infeksi dan mengurangi fungsi paru-paru,
atau bahkan kematian.

PROGNOSIS
Prognosis berdasarkan pada penyebab dari hemothoraks dan
seberapa cepat penanganan diberikan. Apabila penanganan tidak dilakukan
segera maka kondisi pasien dapat bertambah buruk karena akan terjadi
akumulasi darah di rongga thoraks yang menyebabkan paru-paru kolaps dan
mendorong mediastinum serta trakea ke sisi yang sehat.

KESIMPULAN
Hemathothoraks (hemotoraks) adalah terakumulasinya darah pada rongga
thoraks akibat trauma tumpul atau tembus pada dada. Hemathothoraks biasanya
terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya adalah pecahnya sebuah
pembuluh darah atau kebocoran aneurisma aorta yang kemudian mengalirkan
darahnya ke rongga pleura.
Hemathothoraks dapat dibagi berdasarkan penyebabnya, yaitu oleh trauma
dan non-trauma. Penanganan dan tujuan pengobatan Hematothorax adalah untuk
menstabilkan pasien,mmenghentikan pendarahan, dan menghilangkan darah dan
udara dalam rongga pleura. Penanganan pada hemotoraks dapat berupa resusitasi
cairan, pemasangan chest tube ( WSD ), sanpai Thoracotomy. Tergantung dari
derajat keparahannya.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui penyebab serta menangani
dengan cepat kasus ini karena dapat sangat menentukan prognosis yang akan
terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusponegoro , A . D (1995) . ilmu bedah . FK UI.Jakarta


2. Richardson JD, Miller FB, Carrillo EH, Spain DA. Complex thoracic injuries.
Surg Clin North Am. Aug 1996;76(4):725-48.
3. Clark JM, Harryman DT 2nd. Tendons, ligaments, and capsule of the rotator
cuff. Gross and microscopic anatomy. J Bone Joint Surg Am. Jun
1992;74(5):713-25.
4. Johnson EM, Saltzman DA, Suh G, Dahms RA, Leonard AS. Complications
and risks of central venous catheter placement in children. Surgery. Nov
1998;124(5):911-6.
5. Syamsu Hidayat,R Dan Wim De Jong, Buku Ajar Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta,tahun 1995
6. Gopinath N, Invited Arcticle Thoracic Trauma, Indian Journal of Thoracic
and Cardiovascular Surgery Vol. 20, Number 3, 144-148.
7. Mosby Inc. Elsevier Chapter 26. Thoracic Trauma. 2007
8. Bruce J.Simon. The Journal of Trauma_ Injury, Infection, and Critical CareJ
Trauma. 2005;59:12561267.
9. Parry GW, Morgan WE, Salama FD. Management of haemothorax. Ann R Coll
Surg Engl. Jul 1996;78(4):325-6.
10. Setiawan, I., Tengadi K.A, Santoso, A. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Edisi 9. EGC. Jakarta.
11. Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC :
Jakarta.
12. Tanto chris Et.al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai