Anda di halaman 1dari 30

BAB.

I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Petir merupakan fenomena alam yang terjadi karena loncatan atau pelepasan
muatan listrik akibat beda potensial antara awan dan bumi. Letak Indonesia pada daerah
katulistiwa dengan iklim tropis dan kelembaban tinggi mengakibatkan terjadinya hari guruh
yang sangat tinggi dan mempunyai kerapatan sambaran petir yang besar jika dibandingkan
dengan Negara lain. Sambaran petir yang terjadi baik pengaruh anggin yang membawa uap
air dengan kandungan partikel bebas. Semakin tinggi dari permukaan temperatur udara
semakin dingin sehingga uap air dan partikel bebas berubah menjadi Kristal es. Di dalam
awan, Kristal es bermuatan positif, Sedangkan titik-titik air bermuatan negative. Oleh karena
itu efek yang ditimbulkan dari bahaya petir cenderung menghancurkan , maka tidak ada
pilihan lain selain memasang alat penagkal petir.

Penangkal petir adalah sebuah batang logam atau konduktor yang dipasang di
atas gedung dan pada perangkat listrik yang terhubung ke tanah melalui kawat, untuk
melindungi bangunan pada saat terjadi petir. Sebuah batang logam, yang lebih tinggi
dari gedung, dipasang di dinding bangunan. Salah satu ujung batang kawat ini berada
di luar atap bangunan dan yang lainnya terkubur di dalam tanah. Jika petir
menyambar bangunan itu, maka secara langsung petir akan menyambar pada kawat
batang logam, kemudian petir akan melewati kawat menuju tanah, sehingga potensial
listrik dari petir dapat di netralkan.
Penangkal petir adalah salah satu komponen di dalam sistem perlindungan
dari petir. Selain itu, penangkal petir ditempatkan sesuai struktur pada bagian
tertinggi dari bangunan. Sistem perlindungan dari petir biasanya mencakup hubungan
antar konduktor logam pada atap, jalur konduktor logam dari atap ke tanah, koneksi
ikatan objek logam dalam struktur dan jaringan landasan. Bagian atap penangkal petir
terdiri dari strip logam atau batang, biasanya dari tembaga atau aluminium. Sistem
perlindungan dari petir dipasang pada bangunan, pohon, monumen, jembatan atau
kapal layar untuk melindungi dari bahaya petir. Penangkal petir kadang-kadang
disebut finial atau terminal udara. Penangkal petir pertama kali diciptakan oleh
Benjamin Franklin di Amerika pada 1749 dan dikembangkan oleh Prokop divisi di
Eropa pada 1754.
1.2 SEJARAH

Sebagai sebuah bangunan yang tinggi, petir menjadi lebih dari sebuah
ancaman. Petir dapat merusak struktur yang terbuat dari bahan, seperti batu, kayu,
beton dan baja yang dapat mengalirkan arus listrik yang tinggi dari petir sehingga
dapat memanaskan bahan dan akan menyebabkan potensi kebakaran atau kerusakan
berbahaya lainnya.
Beberapa konduktor petir paling kuno ditemukan di Sri Lanka di tempattempat seperti Kerajaan Anuradhapura yang ada pada ribuan tahun lalu. Raja-raja
Sinhala, yang menguasai pembangunan stupa dan struktur bangunan canggih,
memasang ujung logam yang terbuat dari perak atau tembaga pada titik tertinggi dari
setiap bangunan untuk menangkap muatan petir. Di berbagai belahan dunia,
monumen Buddha kuno telah hancur oleh sambaran petir, tapi tidak di Sri Lanka.
Sebuah konduktor petir mungkin telah sengaja digunakan di Menara Miring
Nevyansk, Rusia. Puncak dari menara-menara dimahkotai dengan batang logam
dalam bentuk bola dengan paku di atasnya. Penangkal petir ini didasarkan melalui
bangkai rebar, yang menembus seluruh bangunan. Menara Nevyansk dibangun antara
tahun 1725 dan 1732, atas perintah industrialis Akinfiy Demidov. Menara Nevyansk
dibangun 25 tahun sebelum percobaan Benjamin Franklin dan penjelasan ilmiah.
Namun, maksud sebenarnya di balik atap logam dan baja tulangan tetap tidak
diketahui.
Di Amerika Serikat, batang konduktor petir runcing, juga disebut "penarik
petir" atau "Franklin rod," diciptakan oleh Benjamin Franklin pada 1749 sebagai
bagian dari eksplorasi terobosan tentang listrik. Meski bukan yang pertama yang
menunjukkan hubungan antara listrik dan petir, Franklin adalah orang pertama yang
mengusulkan sistem yang bisa diterapkan untuk pengujian hipotesis. Franklin
berspekulasi bahwa, dengan sebuah batang besi yang semakin tajam pada ujungnya,
"Saya pikir api listrik akan ditarik diam-diam keluar dari awan, sebelum ia datang
cukup dekat untuk menyerang ...."
Pada abad ke-19, penangkal petir menjadi motif dekoratif. Penangkal petir
yang dihiasi dengan bola kaca hias. Daya tarik hias dari bola-bola kaca telah
digunakan pada baling-baling cuaca. Tujuan utama dari bola adalah untuk mengetahui
adanya sambaran petir dengan hancurnya bola atau jatuhnya bola. Jika setelah badai
bola ditemukan hilang atau rusak, pemilik properti harus mengecek bangunan,
batang, dan landasan kawat dari kerusakan.

BAB. II
PEMBAHASAN
A. PROSES TERJADINYA PETIR
Proses terjadinya petir akibat perpindahan muatan negatif (elektron) menuju
ke muatan positif (proton). Para ilmuwan menduga lompatan bunga api listriknya
sendiri terjadi, ada beberapa tahapan yang biasanya dilalui. Pertama adalah
pemampatan muatan listrik pada awan bersangkutan. Umumnya, akan menumpuk di
bagian paling atas awan adalah listrik muatan negatif, di bagian tengah adalah listrik
bermuatan positif, sementara di bagian dasar adalah muatan negatif yang berbaur
dengan muatan positif, pada bagian inilah petir biasa berlontaran. Petir dapat terjadi
antara awan dengan awan, dalam awan itu sendiri, antara awan dan udara, antara
awan dengan tanah (bumi).
Terdapat 2 teori yang mendasari proses terjadinya petir :
1. Proses Ionisasi

Sambaran Petir merupakan peristiwa alam yaitu proses pelepasan muatan


listrik (Electrical Discharge) yang terjadi di atmosfer, hal ini disebabkan
berkumpulnya ion bebas bermuatan negatif dan positif di awan, ion listrik dihasilkan
oleh gesekan antar awan dan juga kejadian ionisasi ini disebabkan oleh perubahan
bentuk air mulai dari cair menjadi gas atau sebaliknya, bahkan padat (es) menjadi
cair. Ion bebas menempati permukaan awan dan bergerak mengikuti angin yang
berhembus, bila awan-awan terkumpul di suatu tempat maka awan bermuatan ion
tersebut akan memiliki beda potensial yang cukup untuk menyambar permukaan
bumi maka inilah yang disebut petir.
2. Gesekan Antar Awan
Pada awalnya awan bergerak mengikuti arah angin, selama proses pergerakan
ini maka ke dua awan tersebut saling bergesekan satu dengan yang lainya, dari proses
ini terlahir electron-electron bebas yang memenuhi permukaan awan. Pada suatu saat
awan ini akan terkumpul di sebuah kawasan, saat inilah petir dimungkinkan terjadi
karena electron-elektron bebas ini saling menguatkan satu dengan lainnya. Sehingga
memiliki cukup beda potensial untuk menyambar permukaan bumi.

B. INSTALASI PENANGKAL PETIR


Pemasangan Penangkal petir untuk rumah adalah memberikan saluran elektris
dari atas bangunan ke tanah dengan tujuan bila ada sambaran petir yang mengenai
atas bangunan maka arus petir bisa mengalir ke ground dengan baik. Standard kabel
yang di gunakan adalah minimal 50 mm (SNI), untuk memilih kabel di bawah 50
mm tidak di sarankan walau kenyataan di lapangan banyak di gunakan.
Ada beberapa metode yang di gunakan untuk melindungi bangunan dan
lingkungan dari sambaran petir. Yaitu :
1. Metode Penagkal petir Konvensional/Sangkar Faraday/ Franklin
2. Metode Penangkal Petir Radio Aktif
3. Metode Penangkal Petir Elektrostatic

1) Penangkal Petir Konvensional / Faraday / Franklin


Faraday dan Franklin menjelaskan system yang hampir sama, yakni system
penyalur arus listrik yang menghubungkan antara bagian atas bangunan dan
grounding, sedangkan system perlindungan yang di hasilkan ujung penerima/splitzer
adalah sama pada rentang 30 - 40 derajat. Perbedaannya adalah system yang di
kembangkan Faraday bahwa kabel penghantar berada pada sisi luar bangunan dengan
pertimbangan bahwa kabel penghantar juga berfungsi sebagai material penerima
sambaran petir, yaitu berupa sangkar elektris atau biasa di sebut dengan sangkar
faraday.
Ada beberapa pilihan sistem pengamanan atas sambaran petir adalah

a) Faraday Cage/Sangkar Faraday


Sangkar Logam Pelindung Sambaran Petir adalah hasil penelitian ilmuwan
Ingris abad 18 bernama Michael Faraday. Penelitiannya bertujuan menghasilkan
lingkungan yang terlindung dari semua fenomena elektromagnetis . Pada penelitian
awal Michael faraday ingin membuktikan bahwa medan elektromagnetis bisa di
tangkal laju pengaruhnya , pada perkembangan selanjutnya teori Faraday ini
dimanfaatkan sebagai penangkal petir dengan mengambil teori Sangkar sebagai
penghalang.

Penangkal Petir Sangkar Faraday adalah rangkaian jalur elektris dari bagian
atas bangunan menuju tanah/groundingdengan beberapa jalur penurunan kabel,
sehingga menghasilkan jalur konduktor berbentuk sangkar yang melindungi
bangunan dari sambaran petir.

Pemanfaatan struktur logam sebuah bangunan bisa dimanfaatkan, misalnya :


Rangka baja (H-Beam/I-WF)
Pertulangan Beton
Frame Alumunium

Pemanfaatan struktur logam tersebut bisa dilakukan dengan catatan harus


mengarah ke bawah/tanah di h ubungkan dengan unit grounding system.
Cara kerja Tirai Bambu / sangkar Faraday bisa dipahami dengan gambaran
sederhana yakni kerja Tirai Bambu penghalang sinar matahari dimana energi panas
akan bisa di serap di selubung tirai dan hanya sebagian kecil sinar yang bisa masuk
itupun cuma sinar biasnya saja tanpa ada energi yang mempengaruhi , demikian juga
dari sisi dalam sangkar bebas untuk melihat keluar tapi dari sisi luar tidak bisa
melihat dalam sangkar .
Sistem kerja sangkar logam faraday dengan menangkap segala macam muatan
elektromagnetis ataupun listrik yang mengenai ke Tirai logam kemudian menyalurkan
secara merata di permukaan sangkar logam ini . Dan apabila sangkar perisai ini
dihubungkan dengan Ground ( tanah ) maka muatan elektromagnetis akan tersalurkan
seluruhnya di tanah / grounding.

Sistem proteksi instalasi penangkal petir konvensional ini lebih cocok


diterapkan pada daerah yang bangunannya padat dan tidak dari bahan logam semua.
Misalnya untuk daerah pemukiman penduduk yang padat dan jarak antar bagunan
sangat rapat. Sistem instalasi penangkal petir konvensional ini terdiri dari sejumlah
elemen, yang bekerja bersama-sama untuk mencegah bahaya petir.
b) Franklin Rod/Jalur Instalasi Tunggal

Penangkal Petir Franklin Rod adalah rangkaian jalur elektris dari atas
bangunan menuju sisi bawah/tanah dengan jalurkabel tunggal, dengan cara
memasang alat berupa batang tembaga dengan daerah perlindungan berupa kerucut
imajiner dengan sudut puncak 112 derajat. Agar daerah perlindungan luar maka
Franklin Rod di pasang pada bangunan teratas (tinggi 1 - 3 Meter). Makin jauh dari
Franklin Rod maka perlindungan akan semakin lemah pada areal tersebut.

Dari kedua system instalasi penangkal petir konvensional tersebut tentunya


sangat di pertimbangkan mengenai standart keamanan, kualitas instalasi, biaya dan
estetika menjadi titik tolak utama bagi kita untuk memilih, memakai system
pengamanan sambaran petir manakah yang sesuai untuk bangunan kita.

Berikut material yang di perlukan untuk instalasi


penangkal petir konvensional :
Ujung Penerima Sambaran / Splitzer
Dudukan / Pipa penyangga
Kabel Penghantar
Grounding System
Assesories dan material bantu
Pada perencanaan sistem terminasi udara (Splitzer) pada instalasi penangkal
petir konvensional ada 3 metode yang digunakan untuk menentukan penempatan
terminasi udara sekaligus untuk mengetahui daerah proteksi. Metoda tersebut adalah :

1. Metoda Sudut Proteksi (Protective Angle Metode)


Metode sederhana dengan membuat daerah lindung sesuai dengan konduktor
tegak, dimana daerah yang diproteksi berada didalam kerucut dengan sudut proteksi
sesuai dengan tingkat proteksi pada tabel 2.2.

Dimana:
1. Ujung finial atas 2. Daerah terliindung adalah ruang didalam kerucut,
3. Permukaan tanah referensi. Ht ; tinggi titik A diatas permukaan referensi,
OC : radius proteksi, a: sudut proteksi sesuai dengan tingkat proteksi
seperti pada tabel satandar.
t

Tabel 2.2 Penempatan terminasi-udara sesuai dengan tingkat


Proteksi
Level
proteksi

I
II
III
IV

Rolling
sperer
(m)
20
30
45
60

Sudut lindung (a derajat)

20
30
45
60
m
m
m
m
25
*
*
*
35
25
*
*
45
35
25
*
55
45
35
25
*hanya menggunakan rolling sphere dan mesh

Lebar
mesh (m)

5
10
10
20

Adapun besar sudut proteksi penangkap petir E.F Lightning


Protection System dinyatakan dalam tabel berikut:
Metode sudut proteksi tidak dugunakan untuk perlindungan struktur yang lebih tinggi
dari radius bola bergulir, karena secara geometris akan ada bagian dari struktur yang tidak
terlindungi terhadap ancaman bahaya sambaran petir.

2. Metoda Jala (Mesh Size Metode)


Metode jala juga dikenal dengan metode sangkar faraday. Pada metode ini
finial batang tegak, konduktor atap, saling dihubungkan sehingga membentuk
polygon tertutup (jala), dengan ukuran sesuai dengan tingkat proteksi (tabel 2.2).
Daerah ruang proteksi adalah keseluruhan daerah yang ada terletak dibawah jala.

Jika sistem terminasi udara terdiri dari jala konduktor, paling sedikit
diperlukan dua konduktor penyalur dengan nilai rata- rata jarak antar konduktor
penyalur tidak lebih dari nilai yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 2.4 Jarak rata- rata antar konduktor penyalur menurut level
Proteksi

Level proteksi

Jarak rata-rata konduktor penyalur (m)

10

II

15

III

20

IV

25

Metoda ini digunakan untuk keperluan perlindungan permukaan yang datar


karena bisa melindungi sebuah permukaan bangunan. Daerah yang akan diproteksi
adalah keseluruhan daerah yang ada didalam jala tersebut. Permukaan disamping
pada struktur yang tingginya lebih dari radius bola bergulir, yang sesuai dengan
tingkat proteksi yang dipilih harus dilengkapi sistem terminasi udara. Pada umumnya
digunakan ketentuan bahwa ukuran jala (Mesh) adalah 5 sampai 20 meter. Penghantar
terminasi udara harus dipasang khususnya pada tepi atap, garis bubungan atap atau
pada menara di atap. Penghantar terminasi udara instalasi penangkal
petirkonvensional harus menggunakan lintasan sependek mungkin dan langsung

menuju ke grounding sistem supaya induktansinya dapat sekecil mungkin. Tinggi


setiap splitzer yang digunakan antara 2-3 meter.
Atap bangunan dengan lembaran logam yang dilapisi pelindung atau atap
bangunan berupa lembaran logam dengan lapisan tipis isolasi untuk isolasi thermal
harus diberi terminasi udara seperti jika atap tidak terbuat dari logam. Atap bangunan
yang terbuat dari bahan yang mudah terbakar harus dilindungi dari pengaruh bahaya
pemanasan yang disebabkan arus petir yang mengalir melalui penghantar terminasi
udara.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi pemanasan tersebut
diantaranya :
Mengurangi temperatur konduktor dengan cara memperbesar luas
penampangkonduktor
Menambah jarak antara konduktor dengan konduktor lainnya yang dilindungi
Menyelipkan lapisan pelindung panas antara konduktor dengan material atap
yang mudah terbakar

3. Metoda Bola Bergulir (Rolling Sphere Metode)

Metoda bola bergulir sangat baik digunakan pada bangunan yang bentuknya
rumit. Dengan metoda ini seolah-olah ada suatu bola dengan radius (R) yang bergulir

10

diatas tanah, sekeliling struktur dan diatas struktur kesegala arah hingga bertemu
dengan tanah atau struktur bangunan yang berhubungan dengan permukaan bumi
yang mampu bekerja sebagai penghantar. Titik sentuh bola bergulir pada struktur
adalah titik yang dapat di sambar petir dan pada titik tersebut harus diproteksi oleh
konduktor terminasi udara.
Radius Proteksi Instalasi Penangkal Petir Konvensional

Radius proteksi instalasi penangkal petir konvensional berbeda dengan radius


proteksi penangkal petir elektrostatis, hal ini di sebabkan karena instalasi penangkal
petir konvensional bersifat pasif. Secara teori radius penangkal petir konvensional
antara 2 Meter sampai 4 Meter atau 45 derajat dengan ketinggian splitzer 1 Meter.
Maka dari itu jika luas struktur bangunan atau areal yang akan di lindungi sangat luas
lebih praktis dan ekonomis dipasang penangkal petir elektrostatis. Terminal petir
elektrostatis dengan merk Flash Vectron memiliki radius proteksi 157 Meter.

11

2) Penangkal Petir Sistem Radio Aktif


Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir, dan semua ilmuwan
sepakat bahwa terjadinya petir karena ada muatan listrik di awan berasal dari proses
ionisasi, maka untuk menggagalkan proses ionisasi dilakukan dengan cara
menggunakan zat berradiasi seperti Radiun 226 dab Ameresium 241 karena kedua
bahan ini mampu menghamburkan ion radiasinya yang dapat menetralkan muatan
listrik awan. Maka manfaat lain hamburan ion radiasi tersebut akan menambah
muatan pada ujung finial/splitzer, bila mana awan yang bermuatan besar tidak mampu
di netralkan zat radiasi kemudian menyambar maka akan cenderung mengenai
penangkal petir ini. Keberadaan penangkal petir jenis ini telah dilarang
pemakaiannya, berdasarkan kesepakatan internasional dengan pertimbangan
mengurangi zat beradiasi di masyarakat, selain itu penangkal petir ini dianggap dapat
mempengaruhi kesehatan manusia.
Sistem proteksi instalasi penangkal petir sistem radio Aktif lebih cocok
diterapkan pada daerah yang bangunannya agak jarang, baik dari bahan logam
maupun bukan logam. Misalnya untuk daerah yang jarang ada pemukiman penduduk
dan jarak antar bagunan cukup jauh. Instalasi penangkal petir sistem radio aktif dapat
melindungi sambaran langsung petir terhadap bangunan dan dapat memproteksi
wilayah yang jauh lebih luas akibat serangan peitr. Instalasi penangkal petir sistem
radio aktif ini terdiri dari sejumlah elemen, yang bekerja bersama-sama untuk
mencegah bahaya petir
Jalur Instalasi Tunggal / Franklin Rod
Penangkal Petir Franklin Rod adalah rangkaian jalur elektris dari atas
bangunan menuju sisi bawah/tanah dengan jalur kabel tunggal, dengan cara
memasang alat berupa batang tembaga dengan daerah perlindungan berupa kerucut
imajiner dengan sudut puncak 112 derajat. Agar daerah perlindungan luar maka
Franklin Rod di pasang pada bangunan teratas (tinggi 1 - 3 Meter). Makin jauh
dariFranklin Rod maka perlindungan akan semakin lemah pada areal tersebut.
Berikut material yang di perlukan untuk instalasi penangkal petir
konvensional :
Ujung Penerima Sambaran / Splitzer
Dudukan / Pipa penyangga

Kabel Penghantar

Grounding System
12

Assesories

Radius proteksi instalasi penangkal petir konvensional berbeda dengan radius


proteksi penangkal petir elektrostatis, hal ini di sebabkan karena instalasi penangkal
petir konvensional bersifat pasif. Secara teori radius penangkal petir konvensional
antara 2 Meter sampai 4 Meter atau 45 derajat dengan ketinggian splitzer 1 Meter.
Maka dari itu jika luas struktur bangunan atau areal yang akan di lindungi sangat luas
lebih praktis dan ekonomis dipasang penangkal petir elektrostatis. Terminal petir
elektrostatis dengan merk Flash Vectron memiliki radius proteksi 157 Meter.
kut :
Cara kerja instalasi penangkal petir sistem radius adalah sebagai bei
Muatan listrik di atmosfir merupakan peristiwa alam yang menyebabkan
timbulnya petir. Badai yang terjadi diawan adalah merupakan kumpulan muatan
listrik yang bergantungan di atmosfir. Udara sebagai isolator akan memisahkan
muatan listrik diawan dari awan yang lain.
Selama terjadi badai diatmosfir, muatan listrik akan terus terus terbentuk yang akan
menimbulkan petensial muatan listrik berlawanan yang serupa ke bumi dan akan
mengumpul dibawah permukaan awan yang nantinya akan menimbulkan petir.

Penangkal petir sistem radius dibuat untuk mencegah datangnya petir


langsung menuju objek yang akan diproteksi. Untuk mencegah sambaran petir,
penangkal petir sistem radius akan mencegah sambaran petir langsung ke objek yang
dituju.
Untuk mencegah sambaran petir langsung menuju ke objek yang dituju, penangkal
petir sistem radius akan terus menerus mengurangi muatan listrik yang diciptakan
oleh badai disekitar areal yang akan diproteksi.

13

Petir yang timbul hanya terjadi luar areal yang diproteksi dan itupun akan langsung
disalurkan ke bumi. Namun perlu diingat, bahwa jika kita mau memasang instalasi
sistem penangkal petir, harus dipastikan bahwa alat penangkal petir nya harus benarbenar bekerja, karena jika tidak resiko dan kerusakan yang ditanggung akan jauh
lebih besar. Hal ini karena cakupan wilayah yang diproteksi sangat luas.

3) Penangkal Petir Sistem Elektrostatic


Penangkal Petir Elektrostatis NeoFLASH adalah unit penerima sambaran petir
terbaru dan modern yang didesain untuk bisa mengarahkan sambaran petir kedalam
satu titik tuju sambaran , hal ini bisa terjadi karena Head terminal Neoflash
memanfaatkan induksi elektromagnetis dari awan dengan menyerap muatan yang
terjadi sesaat sebelum sambaran terjadi.
Penangkal petir ini juga dapat melindungi area dengan radius cukup luas
karena penangkal petir akan mengeluarkan streamer lebih baik / lebih tinggi .
Bukankah semakin tinggi sebuah loncatan lidah penuntun ( streamer ) akan
menghasilkan radius proteksi lebih panjang .! Sehingga sambaran liar (akar
sambaran) akan tidak berbahaya lagi . Dengan kata lain fokus sambaran petir akan
mengenai di satu tempat saja.
Dengan System Elektrostatik ini maka pengamanan jalur arus penyalur petir
yaitu di Kabel Penghantar, lebih mudah untuk diamankan , penggunaan kabel dengan
isolator yang baik.
Unit penerima petir Neoflash adalah jenis penangkal petir generasi ketiga
setelah jenis konvensional dan radioaktif. System elektrostatik adalah penyempurnaan
dari dua system penangkal petir sebelumnya. Neoflash boleh dibilang adalah
penangkal petir yang ramah terhadap lingkungan karena tidak ada radiasi yang
ditimbulkannya karena betul betul memanfaatkan energi static yang di timbulkan
akibat pergerakan awan yang bermuatan listrik sehingga tidak berbahaya bagi
kesehatan manusia.
Penangkal Petir Elektrostatis adalah unit penerima sambaran petir yang
didesain untuk bisa mengarahkan sambaran petir kedalam satu titik tujuan sambaran
agar menghasilkan sentralisasi sambaran di satu titik saja.
Ujung terminal udara NeoFlash adalah alat penerima sambaran petir jenis
Elektrostatis dengan sistem kerja memanfaatkan dan menyerap energi awan ( electric
Field ) sistem ini dirancang untuk bisa mengarahkan sambaran dan mampu menerima
beban sambaran petir yang menghantam unit ini, tentu beban sambaran begitu dasyat
yang diterima unit ini ketahanan fisik terhadap beban hantam menjadi acuan kami .
Agar kerjanya maksimal masih harus didukung oleh komponen lain Kabel dan
grounding yakni kabel penghantar haruslah lebih dari 50 mm dan grounding pada
tahanan tanah harus kurang dari 5 ohm .

14

Prinsip kerja penangkal petir Elektrostatik mengadopsi sebagian system


penangkal petir Radioaktif , yakni menambah muatan pada ujung finial / splitzer agar
petir selalu memilih ujung ini untuk disambar .
Perbedaan dari sisten Radioaktif dan Elektrostatik ada pada energi yang dipakai.
Untuk Penangkal Petir Radioaktif muatan listrik dihasilkan dari proses hamburan zat
beradiasi sedangkan pada penangkal petir elektrostatik energi listrik dihasilkan dari
Listrik Awan yang menginduksi permukaan
bumi.
CARA KERJA PENANGKAL PETIR NEOFLASH
Mekanisme Kerja
Ketika awan bermuatan listrik melintas diatas sebuah bangunan yang
terpasang penangkal petir neoFlash, maka elektroda penerima pada bagian samping
NeoFLASH ini mengumpulkan dan menyimpan energi listrik awan pada unit
kapasitornya . Setelah energi ini cukup besar maka dilepas dan diperbesar beda
potensialnya pada bagian Ion Generator.
Pelepasan muatan listrik pada unit Ion Generator ini di picu oleh sambaran, yakni
ketika lidah api menyambar permukaan bumi maka semua muatan listrik di bagian
ion generator dilepaskan keudara melalui Central Pick Up agar menimbulkan lidah
api penuntun keatas ( Streamer leader ) untuk menyambut sambaran petir yang terjadi
kemudian menuntunya masuk kedalam satu titik sambar yang terdapat unit Neoflash
ini.
Kerja Simultan
Pada unit Penangkal Petir NEOFLASH secara simultan bekerja bergantian
dari masing-masing unit penerima induksi , jumlahnya tergantung dari tipe dan
modelnya. Bekerjanya secara bergantian dimana bila salah satu bagian unit
melepaskan muatan ke udara / streamer maka ada bagian lain yang dalam proses
pengisian muatan awan.
Tentu akurasi dan kemampuan Penangkal Petir NeoFlash masih tergantung
dari 2 hal pendukung instalasi, yaitu:
1. Kabel Penghantar harus minimal 50 mm
2. Grounding maksimal 5 Ohm
Bila 2 syarat pendukung ini sudah terpenuhi maka kemampuan penangkal petir
neoflash akan maksimal.
C. CARA PEMASANGAN
VECTRON

INSTALASI

PENANGKAL

PETIR

FLASH

Secara garis besar, cara pemasangan instalasi penangkal petir/anti petir Flash
Vectron sebagai berikut :

15

1. Pada tahap awal pengerjaan di mulai dengan mengerjakan bagian


grounding system terlebih dahulu, dengan pertimbangan keamanan dan kemudahan.
Kemudian dilakukan pengukuran resistansi/tahanan tanah menggunakan Earth
Testermeter, apabila hasil pengukuran tersebut menunjukan < 5 Ohm maka tahapan
kerja berikutnya dapat dilakukan. Seandainya hasil resistansi/tahanan tanah
menunjukan > 5 Ohm maka di lakukan pembuatan atau penambahan grounding lagi
di sebelahnya dan di pararelkan dengan grounding pertama agar resistansi/tahanan
tanahnya menurun sesuai dengan standarnya < 5 Ohm.

2. Setelah selesai membuat grounding, langkah berikutnya adalah memasang


kabel penyalur (Down Conductor) dari titik grounding sampai keatas bangunan,
tentunya dengan mempertimbangkan jalur kabel yang terdekat dan hindari banyak
belokan/tekukkan 90 derajat sehingga kebutuhan material dan kualitas instalasi dapat
efektif dan efisien. Kabel penyalur petir yang biasa di gunakan antara lain BC (Bare
Copper), NYY atau Coaxial. Untuk tempat - tempat tertentu sebaiknya di beri pipa
pelindung (Conduite) dengan maksud kerapihan dan keamanan.

16

3. Bila kabel penyalur petir telah terpasang dengan rapih, maka tahap
selanjutnya pemasangan head terminal petir tentunya harus terhubung dengan kabel
penyalur tersebut sampai ke grounding system.

D.

STRATEGI PERLINDUNGAN BAHAYA PETIR


Sistem Franklin Ro,Terdiri dari komponen :
Alat penerima logam tembaga (logam bulat panjang runcing)

Kawat penyalur dari tembaga

Pertanahan kawat penyalur sampai pada bagian tanah basah.

Sistem perlindungan dengan bentuk sudut 45 O.

Batang yang runcing ( bahan copper spit ) dipasang paling atas


dan batang tembaga elektroda yang ditanamkan ke tanah.

Batang elektroda pentanahan tersebut dibuatkan bak


untuk memudahkan pemeriksaan dan pengetesan nilai grounding

Sistem ini cukup praktis dan biayanya murah meskipun jangkauannya


terbatas.

bangunan
kontrol

Sistem Sangkar Faraday,Terdiri dari komponen :


Alat penerima kawat mendatar

Kawat dari tembaga

Pertanahan kawat penyalur sampai pada bagian tanah yang basah

Perlindungan bangunan dengan jarak antar kawat mendatar tidak melebihi 20


m pada titik-titik yang tertentu diberi ujung vertikal M.

Sistem pemasangan dibuat memanjang sehingga jangkauannya lebih luas


darisistem Franklin, namun biaya sedikit mahal, menggangu keindahan.

17

Sistem Radio Aktif ,Terdiri dari komponen :


Elektrode : Udara disekeliling elektrode akan di ionisasi, akibat pancaran
partikel alpa dari isotop ( americum 241 ). Elektrode akan terus menerus
menciptakan arus ion ( Min. 10 8 ion/det. ).

Coaxial cabel : Untuk menghindari kerusakan benda-benda akibat muatan


listrik petir yang menuju tanah maka coaxial cabel dibungkus pipa
isolasiMetode tahanan langsung dari muatan listrik petir ke dalam tanah
menyebabkan seluruh unit mempunyai potensial yang sama dengan
bumi.Sehingga benda-benda yang berada disekitar system akan aman

Pentanahan ( Grounding ) : Perlu test lokasi geografis dari pentanahan untuk


mendapat resistansi dibawah 5 ohm. Tahanan bumi maksimum yang terbaik
untuk system grounding ini harus lebih kecil dari 5 ohm untuk proteksi sebuah
bangunan. Sedang untuk proteksi perangkat listrik dan elektronik sebaiknya
jauh dibawah resistansi 1 ohm.

E. PRINSIP PERLINDUNGAN PETIR


Jika kita memperhatikan bahaya yang di akibatkan sambaran petir, maka
sistem perlindungan petir harus mampu melindungi struktur bangunan atau fisik
maupun melindungi peralatan dari sambaran langsung dengan di
pasangnya penangkal petir eksternal (Eksternal Protection) dan sambaran tidak
langsung dengan di pasangnyapenangkal petir internal (Internal Protection) atau yang
sering di sebur surge arrester serta pembuatan grounding system yang memadai
sesuai standart yang telah di tentukan. sampai saat ini belum ada alat atau system
proteksipetir yang dapat melindungi 100 % dari bahaya sambaran petir, namun usaha
perlindungan mutlak dan wajib sangat di perlukan. Selama lebih dari 60 tahun
pengembangan dan penelitian di laboratorium dan lapangan terus dilakukan,
berdasarkan usaha tersebut suatu rancangan system proteksi petir secara terpadu telah
di kembangan oleh Flash Vectron Lightning Protection "SEVEN POINT PLAN".
Tujuan dari "SEVEN POINT PLAN" adalah menyiapkan sebuah
perlindungan efective dan dapat di andalkan terhadap serangan petir, "Seven Point
Plan' tersebut meliputi :
1. Menangkap Petir Dengan cara menyediakan system penerimaan (Air
Terminal Unit) yang dapat dengan cepat menyambut sambaran arus petir, dalam hal
ini mampu untuk lebih cepat dari sekelilingnya dan memproteksi secara tepat dengan
memperhitungkan besaran petir. Terminal Petir Flash Vectron mampu memberikan

18

solusi sebagai alat penerima sambaran petir karena desainnya dirancang untuk
digunakan khusus di daerah tropis.
2. Menyalurkan Arus Petir Sambaran petir yang telah mengenai terminal
penangkal petir sebagai alat penerima sambaran akan membawa arus yang sangat
tinggi, maka dari itu harus dengan cepat disalurkan ke bumi (grounding)
melalui kabel penyalursesuai standart sehingga tidak terjadi loncatan listrik yang
dapat membahayakan struktur bangunan atau membahayakan perangkat yang ada di
dalam sebuah bangunan.
3. Menampung Petir Dengan cara membuat grounding system dengan
resistansi atau tahanan tanah kurang dari 5 Ohm. Hal ini agar arus petir dapat
sepenuhnya diserap oleh tanah tanpa terjadinya step potensial. Bahkan dilapangan
saat ini umumnya resistansi atau tahanan tanah untuk instalasi penangkal petir harus
dibawah 3 Ohm.
4. Proteksi Grounding System Selain memperhatikan resistansi atau tahanan
tanah, material yang digunakan untuk pembuatan grounding juga harus diperhatikan,
jangan sampai mudah korosi atau karat, terlebih lagi jika didaerah dengan dengan
laut. Untuk menghindari terjadinya loncatan arus petir yang ditimbulakn adanya beda
potensial tegangan maka setiap titikgrounding harus dilindungi dengan cara integrasi
atau bonding system.
5. Proteksi Petir Jalur Power Listrik Proteksi terhadap jalur dari power muntak
diperlukan untuk mencegah terjadinya induksi yang dapat merusah peralatan listrik
dan elektronik.
6. Proteksi Petir Jalur PABX Melindungi seluruh jaringan telepon dan signal
termasuk pesawat faxsimile dan jaringan data
7. Proteksi Petir Jalur Elektronik Melindungi seluruh perangkat elektronik
seperti CCTV, mesin dll dengan memasang surge arrester elektronik

F. KEBUTUHAN BANGUNAN TERHADAP PERLINDUNGAN PETIR


Suatu instalasi penangkal petir harus dapat melindungi semua bagian dari
struktur bangunan dan arealnya termasuk manusia serta peralatan yang ada
didalamnya terhadap ancaman bahaya dan kerusakan akibat sambaran petir. Berikut
19

ini akan dibahas mengenai cara menentukan besarnya kebutuhan bangunan akan
proteksipetir menggunakan beberapa standart yaitu berdasarkan Peraturan Umum
Instalasi Penangkal Petir, Nasional Fire Protection Association 780, International
Electrotechnical Commision 1024-1-1.
A. Kebutuhan Bangunan Terhadap Instalasi Penangkal Petir Agar Terhindar
dari Ancaman Bahaya Petir Berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir.
Jenis Bangunan yang perlu diberi penangkal petir dikelompokan menjadi :
1. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara dan cerobong pabrik.
2. Bangunan penyimpanan bahan mudah meledak atau terbakar, misalnya
Pabrik amunisi, gudang bahan kimia.
3. Bangunan untuk kepentingan umum seperti gedung sekolah, stasiun,
bandara dan sebagainya.
4. Bangunan yang mempunyai fungsi khusus dan nilai estetika.
Besarnya kebutuhan suatu bangunan akan suatu instalasi proteksi
petir ditentukan oleh besarnya kemungkinan kerusakan serta bahaya yang terjadi jika
bangunan tersebut tersambar petir. Berdasarkan Peraturan umum Instalasi Penangkal
Petir besarnya kebutuhan tersebut mengacu kepada penjumlahan indeks-indeks
tertentu yang mewakili keadaan bangunan di suatu lokasi dan dituliskan sebagai
berikut R = A+B+C+D+E. Dari persamaan tersebut maka akan terlihat bahwa
semakin besar nilai indeks akan semakin besar pula resiko (R) yang di tanggung suatu
bangunan sehingga semakin besar kebutuhan bangunan tersebut akan sistem proteksi
petir.
Bebarapa Indeks perkiraan bahaya petir di tunjukkan ke dalam tabel berikut
ini ;

20

Indeks A : Bahaya Berdasarkan Jenis Bangunan, sumber : Direktorat


Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir untuk
Bangunan di Indonesia. Hal 17.

21

Indeks B : Bahaya Berdasarkan Konstruksi Bangunan, sumber : Direktorat


Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir untuk
Bangunan di Indonesia. Hal 18.

Indeks C : Bahaya Berdasarkan Tinggi Bangunan, sumber : Direktorat


Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir Untuk
Bangunan di Indonesia. Hal 19.

22

Indeks D : Bahaya Berdasarkan Situasi Bangunan, sumber : Direktorat


Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir untuk
Bangunan di Indonesia. Hal 19.

Indeks E : Bahaya Berdasarkan Hari Guruh, sumber : Direktorat Penyelidikan


Masalah Bangunan. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di
Indonesia. Hal 19.

23

Dengan memperhatikan keadaan di tempat yang hendak di cari resikonya dan


kemudian menjumlahkan indeks - indeks tersebut di peroleh suatu perkiraan bahaya
yang di tanggung bangunan dan tingkat yang harus di terapkan. Di samping ini adalah
tabel Perkiraan bahaya Sambaran PetirBerdasarkan PUPP, sumber : Direktorat
Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan Umum Instalasi PenangkalPetir untuk
Bangunan di Indonesia. Hal 19.

B. Kebutuhan Bangunan Terhadap Instalasi Penangkal Petir Agar Terhindar


Dari Ancaman Bahaya Petir Berdasarkan International Electrotechnical Commision
(IEC) 1024-1-1.
Untuk keperluan perhitungan yang lebih detail dan terperinci digunakan
standart IEC 1024-1-1. Berdasarkan standart ini pemilihan tingkat proteksi yang
memadai untuk suatu sistem proteksi petir didasarkan pada frekuensisambaran
petir langsung di daerah setempat (Nd) yang diperkirakan ke struktur yang di proteksi
dan frekuensi sambaran petir tahunan di daerah setempat (Nc) yang diperbolehkan.
Kerapatan kilat petir ke tanah atau kerapatan sambaran petir ke tanah rata-rata
tahunan di daerah tempat struktur yang akan di proteksi. Nd - Ng.Ae.10^ / tahun.
Dimana Ae adalah area cakupan dari struktur (m2) yaitu daerah permukaan tanah
yang di anggap sebagai struktur yang mempunyai frekuensi sambaran petir langsung
tahunan.

24

Daerah yang di proteksi adalah daerah di sekitar struktur 3h dimana h adalah


tinggi struktur yang di proteksi. Contoh penentuan Ae ditunjukkan sebagai berikut :
(a) Proyeksi ke bidang vertikal, (b) Proyeksi ke bidang horizontal. Pengambilan
keputusan perlu atau tidaknya memasang sistem proteksi petir pada bangunan
berdasarkan perhitungan Nd dan Nc dilakukan sebagai berikut : Jika NdNc
diperlukan sistem proteksi petir dengan efisiensi E>1-(Nc/Nd) dengan tingkat
proteksisesuai tabel 2.17.

Tabel 2.17. Efisiensi Sistem Proteksi Petir, sumber : Standar Engineering


Pertamina 1999. Hal 20.

25

Sistem proteksi terhadap sambaran petir berdasarkan IEC TC 81 menjelaskan


bahwa suatu instalasi penangkal petir yang terpasang sempurna harus terdiri dari 3
bagian, yaitu proteksi eksternal, proteksi internal dan sistem pembumian (grounding).
Maka dari itu Flash Vectron Lightning Protection melakukan pengembangan dan
penelitian di laboratorium serta dilapangan, berdasarkan usaha tersebut suatu
rancangan system proteksi petir secara terpadu telah diterapkan oleh Flash Vectron
Lightning Protection yaitu " SEVEN POINT PLAN ".
G. AKIBAT YANG DI TIMBULKAN PETIR
Akibat Elektrikal, Terjadinya arus listrik berkekuatan tinggi dapat mencapai
ribuan ampere.

Akibat Thermal, Terjadinya panas sehingga dapat membakar benda-benda


yang terkena (pohon hangus).

Akibat Mekanikal, Terjadinya pergeseran atau pergerakan benda-benda yang


di lalui arus listrik akibat getaran, ledakan atau pemuaian.

Di bawah ini beberapa tips untuk menghindari tersambar petir :

1. Jika anda melihat sambaran petir atau mendengar gelegar guruh segeralah
menuju bangunan yang telah terlindungi dengan penangkal petir atau
mendekatlah ke mobil atau truk.

2. Pakailah sepatu dari kulit atau karet yang tidak bocor, usahakan memakai
kaos kaki yang kering, sebagai upaya memisahkan tubuh kita dari tanah
sehingga petir enggan melalui tubuh kita.

3. Jika anda berada di luar rumah maka hindarilah berada di areal terbuka,
tempat ketinggian, berada di tempat yang berair, di bawah pohon tinggi atau
benda logam yang menjulang tinggi.

4. Jika tempat berlindung tidak ada, sebaiknya anda jongkok tapi hindari
tangan anda menyentuh tanah dan jangan berbaring karena akan memudahkan
penyaluran tenaga petir ke tanah.

5. Jika anda berada di luar ruangan maha hindari berdiri bergerombol dengan
orang lain, buatlah jarak orang ke orang sekitar 5 meter.

6. Jika kita berada di areal terbuka dan merasakan rambut kita berdiri itu
pertanda petir akan menyambar kita, kita harus melakukan gerakan rukuk
26

yaitu menekuk badan ke arah depan (Syukur bila menghadap kiblat) dan
menempatkan kedua tangan di lutut, cara ini akan membuat kita selamat.

7. Jika kita berada di dalam ruangan hindarilah berdiri dekat pintu, jendela
dan tempat yang berair.

8. Perangkat elektronik seperti televisi, radio, komputer sebaiknya di matikan


dan di cabut stop kontaknya, bila tidak memungkinkan menjauhlah dari
perangkat elektronik tersebut.

9. Bagi kita menbawa HP, HT dan radio saku sebaiknya di matikan segera,
pisahkan antena dengan body untuk mengurangi rangsangan petir menyambar.

10. Jika ada korban terkena sambaran petir tangani dengan hati-hati dan
jangan dibawa bersama barang yang bermuatan listrik agar tidak terkena
sambaran ulang.

11. Jika anda orang Jawa dan masih percaya pada legenda ucapkanlah "Amitamit saya ini cucunya Ki Ageng Selo"

H. FIRE PROTECTION
Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial
berupa terkena percikan api sejak dari awal terjadinya api hingga penjalaran api dan
asap lalu gas yang ditimbulkan
Sistem Proteksi Kebakaran
Pada awalnya hanya ada satu sistem proteksi kebakaran yaitu sistem proteksi
kebakaran aktif, yang berupa sistem springkle, smoke and heat detector, tabung
pemadam api ringan. Dimana pada sistem tersebut memiliki kelebihan dan
kelemahan. Karena adanya kelemahan tersebut maka manusia mulai mencari solusi
untuk mengatasinya, yaitu dengan sistem proteksi kebakaran pasif.
Ada dua macam sistem proteksi kebakaran :

27

1. Sistem proteksi aktif adalah kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan


memadamkan kebakaran, pengendalian asap, dan sarana penyelamatan
kebakaran .
2. Sistem proteksi pasif adalah kemampuan stabilitas struktur dan elemennya,
konstruksi tahan api
kompartemenisasi dan pemisahan, serta proteksi pada bukaan yang ada untuk
menahan dan membatasi kecepatan menjalarnya api dan asap kebakaran. Tolok ukur
proteksi api pasif adalah kemampuan untuk mengendalikan kandungan api, hal ini
berarti membatasi penjalaran api dan asap dalam hal periode waktu yang telah
dijelaskan dalam peraturan bangunan dan peraturan api.
Ada dua tipe utama dari proteksi api pasif, yaitu :
1. Intumescent Fire Protection
Intumescent fire protection adalah sistem proteksi api pasif yang berupa
lapisan coating. Bahan ini memiliki ketebalan tertentu, dapat di finishing
dengan indah, dan memiliki nilai estetik yang cukup tinggi, serta tahan pada
kondisi lingkungan yang korosif.
2. Vermiculite Fire ProtectionPada vermiculite fire protection, bagian struktural
bangunan akan dilapisi oleh bahan permaikulit, yaitu lapisan yang sangat
tipis. Pilihan ini lebih murah dibandingkan Intumescent fire protection, namun
lebih tidak estetik. Pada lingkungan yang korosif, bahan permaikulit bukan
merupakan suatu pilihan yang tepat, karena bahan permaikulit memungkinkan
air masuk dan menyebabkan korosi.
I. SISTEM PROTEKSI API
Ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam mendesain ruangan
dengan menggunakan sistem proteksi pasif, bangunan harus dibedakan menurut tipe
konstruksi dan kelas bangunan. Dari penentuan kelas bangunan dan tipe
konstruksi akan diperoleh persyaratan mengenai lamanya waktu (Tingkat Ketahanan
Api) yang harus didesain ketika terjadi kebakaran (SNI 03 -1736 2000).
Tingkat Ketahanan Api (TKA) diukur dalam satuan menit, dan ditentukan
berdasarkan standar uji ketahanan api dengan kriteria sebagai berikut :

ketahanan memikul beban (stability)

28

ketahanan terhadap penjalaran api (integrity)

ketahanan terhadap penjalaran panas (insulation)

BAB III
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi penangkal petir yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi
yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

29

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

http://www.penangkalpetir.com/article-7.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Lightning_rod
http://penyalurpetir.com/
http://solusipetir.com/petir/penangkal-petir.html

30

Anda mungkin juga menyukai