Anda di halaman 1dari 22

Sindrom Mata Kering

Randy Musashi
13.10.211.135

Fungsi
Mempertahankan integritas mata dan kornea
Membasahi dan melindungi epitel kornea dan konjungtiva
atau lubrikasi bola mata (mengedip terasa nyaman)
Menghambat prtumbuhan mikroorganisme (laktoferin, IG,
lisozim
Memberikan kornea substansi nutrien

Lapisan lipid = 0,1 um (kel.meibom) u/ menghambat


penguapan air
Lapisan aquos = 7 um (kel.lakrimal utama) nutrien2 yg
larut air
Lapisan musin = 20-50 nm (sel goblet konjungtiva dan sel
epitel permukaan) memerangkap berbagai faktor
pertumbuhan

Definisi
Mata kering (dry eye) adalah suatu keadaan berkurangnya
fungsi air mata yang ditandai oleh hiperemia konjungtiva,
penebalan mata dan epitel kornea, rasa gatal, rasa terbakar
pada mata dan sering disertai penurunan penglihatan.

Epidemiologi
Di Indonesia, Kepulauan Riau, menunjukkan prevalensi
27,5% pada penduduk berusia di atas 21 tahun dengan
faktor risiko utama umur, rokok, dan pterigium (Lee et al..,
2002).
Di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, Chaironika (2011)
menemukan 76,8% prevalensi SMK pada wanita yang telah
menopause.

Faktor Resiko
1. Usia
Berkurangnya androgen seiring pertambahan usia menyebabkan atropi
kelenjar lakrimal dan kelenjar Meibom

2. Jenis Kelamin
Banyak pd wanita menopause. Diduga Hormon seks mempengaruhi sekresi
air mata, disfungsi meibom, dan sel goblet konjungtiva

3. Penggunaan Lensa kontak


Sekitar 43-50% pengguna lensa kontak mengalami mata kering

4. Merokok
Asap rokok menyebabkan kerusakan oksidatif pada protein-protein
permukaan okular

5. Ruangan Ber-AC
SMK lebih banyak dialami oleh penduduk yang tinggal di tempat yang tinggi
karena suhu yang rendah, kelembaban yang rendah, dan angin yang
kencang (Wolkoff et al., 2005). Oleh karena itu, SMK dapat dipicu pada
ruangan yang ber-AC (Schaumberg et al., 2003).

Etiologi
1. Produksi air mata berkurang
Usia, : sering pada wanita menopause, tetapi dapat juga terjadi pada
usia berapapun baik laki-laki dan wanita.
Akibat pemakain obat-obatan jangka panjang seperti antihistamin,
antidepresan, kontrasepsi oral, obat tukak lambung, betabloker, obatglaukoma dan obat anestesi.

2. Penguapan air mata berlebih


Lapisan lemak air mata terlalu tipis
Kelopak mata tidak dapat menutup dengan sempurna/normal, berkedip
tidak normal (biasanya pada orang-orang hipertitoid atau pasca trauma)
Lingkungan udara kering : AC, Hairdryer, iklim kering, polusi udara
rokok, debu, angin dan gurun pasir

Gejala Klinis
mata terasa kering, gatal, panas, merah, pedih dan mata
berair, lengket dan mengeluarkan kotoran berlendir,
ada sensasi seperti "klilipan" atau kemasukan benda asing
mata menjadi lebih sensitive terhadap asap rokok, panas
matahari, angin, tempat ber-AC atau udara kering
Mata mudah lelah jika untuk membaca, melihat TV atau di
depan komputer.
mata sering terasa kabur terutama di pagi dan sore hari dan
akan ,enjadi lebih jelas setelah berkedip.

Diagnosa
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
1.
2.
3.
4.

Schirmer Test
Tear Break Up Time (BUT)
Rose Bengal
Tes meniscus

Schirmer Test
Dilakukan tes uji Schirmer yang berguna untuk mengukur
produksi air mata Kertas filter schimer ditempelkan pada
kantung kelopak bawah selama 5 menit (Normal jika kertas
filter basah pada angka 10-30 mm). <5mm dianggap sudah
masuk ke mata keriing.

Tear Break Up Time


Dilakukan Tear Break Up Time (BUT) untuk mengukur
kualitas kestabilan air mata
Mata pasien akan ditetsi flourescein
Setelah ditetesi pasien diminta untuk berkedip sekali. Lalu
ditahan untuk tidak mengedipkan matanya lagi
Kemudian diperiksa matanya dengan kamera
Dikatakan normal apabila lapisan air mata tidak mengalami
perubahan antara 20-30 detik

Tes bengal
Pewarnaan ini memilki afinitas terhadap sel epitel yang telah
mati dan mukus.
Kekurangan = dapat menyebabkan iritasi okuler bertahan
selama 1 hari (pada dry eye berat)

Komplikasi
SMK dan perjalanan penyakitnya menyebabkan kerusakan
pada permukaan okular .
SMK menurunkan produktivitas kerja, meningkatakan
kesalahan dalam bekerja sehingga pekerjaan yang dilakukan
tidak memuaskan (AOA, 2003).
Pada kasus yang lanjut dapat timbul erosi permukaan okular
seperti penipisan kornea, ulkus kornea, dan perforasi.
Kadang bisa juga terjadi infeksi bakteri sekunder yang dapat
berakibat parut dan neovaskularisasi pada kornea yang
makin menurunkan pengihatan bahkan kebutaan

Anda mungkin juga menyukai