Oleh :
Nama
: Ensi Fuji K
NRP
: 123020241
Kelompok
:J
No. Meja
: 6 (Enam)
Asisten
: Irsa Akmal Fauzan
Tanggal Percobaan : 23 Oktober 2014
I.
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan
Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan.
I.1 Latar Belakang Percobaan
Hasil perkebunan adalah semua barang dan jasayang berasal dari
perkebunan yang terdiri dari produk utama, produk turunan, produk sampingan,
produk ikutan, dan produk lainnya. Diantara banyaknya produk hasil perkebuna,
bahan penyegar adalah semua bahan nabati yang dapat merangsang pemakainya,
baik digunakan untuk meroko (furnutor), menyirih (mastikatori) ataupun dalam
minuman. Yang termasuk bahan penyegar antara lain kopi, teh, coklat, tembakau,
sirih, kola, dan candu.
Teh adalah bahan minuman yang sangat bermanfaat, terbuat dari pucuk
tanaman teh melalui proses pengolahan tertentu. Manfaat minum teh ternyata
dapat menimbulkan rasa segar dan dapat memulihkan kesehatan badan dan
terbukti tidak menimbulkan dampak negatif. Teh yang bermutu tinggi sangat
diminati oleh konsumen. Teh semacam ini hanya dapat dibuat dari bahan baku
(pucuk teh) yang bermutu tinggi, dengan teknologi pengolahan yang benar serta
penggunaan mesin-mesin pengolahan yang memadai (Arifin, 1994).
Kopi adalah sejenis minuman, biasanya dihidangkan panas, dan
dipersiapkan dari biji dari tanaman kopi yang dipanggang. Kopi (Coffea spp.)
adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae
dan genus Coffea. Buah Kopi terdiri atas 3 bagian yaitu lapisan luar (exocarp),
daging buah (mesocarp), kulit tanduk (parchment), dan biji (endosperm). Biji kopi
mengandung protein, minyak aromatis dan asam-asam organik. Komposisinya di
dalam bahan tergantung dari jenis, daerah, macam dan tinggi tanah serta cara
penanaman.
Kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat digemari
dan sudah lama dikenal oleh masyarakat sebagai komoditi ekspor non migas.
Kakao diperdagangkan dalam bentuk biji kakao kering yang diperoleh dari buah
kakao segar akan mengalali pengolahan tertentu, sehingga layak dipasarkan. Biji
kakao kering dikonsumsi terutama oleh industri kakao maupun industri cokelat,
sebagai bahan dasar atau sumber lemak dalam pembuatan makanan, minuman,
obat-obatan maupun kosmetik (Winarno, 2002).
Prinsip dari percobaan struktur dan sifat fisik hasil perkebunan adalah
berdasarkan karakteristik fisik dari hasil perkebunan dari bentuk, ukuran, warna,
aroma, dan struktur biji.
Prinsip dari percobaan analisis kafein pada hasil perkebunan adalah
berdasarkan pada kafein yang bersifat basa monoasidik lemah yang dapat terpisah
dengan penguapan air serta penambahan asam dan basa sehingga membentuk
garam yang stabil.
Prinsip dari percobaan kadar sari pada hasil perkebunan adalah
berdasarkan jumlah bahan yang larut apabila bahan tersebut diekstrak dengan air
panas.
Prinsip dari percobaan penentuan kadar tanin adalah berdasarkan pada
pengoksidasian tanin oleh KMnO4.
II.
METODOLOGI PERCOBAAN
2. Analisis Kafein
Sampel 2-3 gram
2-3 g MgO
200 ml Aq
t = 75 menit
Dinginkan
250 ml
Tanda bataskan
Ampas
Filtrat 150 ml
5 ml H 2SO 4 Bilas dgn H2SO4 (1 : 9) 5 ml
(1 : 9)
Kocok berkali-kali
Didihkan Sampai Sisa Kloroform 25 ml, 20 ml, 15 ml
Volume 50 ml
Kocok & biarkan
Sampai cairan terpisah
+ 2.5 ml K OH 1%
+ 5 ml Kloroform
Kocok, biarkan
Sampai mengendap
2x
Diuapkan residunya
....
Keringkan, Oven
T = 100 C
KAFEIN KERING
t = 45 menit
t = 5 menit
Dinginkan
+ Aq sampai beratnya sama
Seperti Sebelum dipanaskan
Ampas
Filtrat 25 ml
Cawan porselen
Timbang beratnya
Sampai kering
....
....
Oven T = 100 C
t = 1 jam
....
Timbang
12,5 ml indigo
350 ml Aq
(Bila lar. Keruh tambah indigo)
KMnO4
5 g kaolin
Asam
50 ml NaCl
Kocok, biarkan menguap
Ampas
Filtrat 12,5 ml
12,5 ml indigo
350 ml Aq
KMnO4
ukur 100ml ditambahkan 10ml indigo, 5 ml asam NaCl dan 1 gram kaolin.
Diamkan 10 menit kemudian tanda bataskan. Filtrat diambil sebanyak 10 ml
dimasukan kedalam labu Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan indigo sebanyak 10
ml lalu dititrasi dengan KMnO4 catat volume KMnO4.
III.
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan dan (2)
Pembahasan.
III.1
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pengetahuan bahan pangan pada hasil perkebunan dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Struktur dan Sifat Fisik
Keterangan
Sampel
Bentuk
Hasil
Buah Kakao
Panjang
Ukuran
13,6 cm
Atas : 2,7 cm ; Tengah : 6,2 cm ;
Diameter
Bawah : 4,4 cm
Kuning bercak coklat dan hitam
Warna
Membujur
Struktur
Melintang
Aroma
Khas Kakao
Hasil
Tea Broken Orange Pekoe Fanning
38,69 gram
38,70 gram
1,5 gram
0,01 gram
3,85 %
Perhitungan
= 3,85 %
Sumber : Kelompok J, Meja 6, (2014)
Hasil
Vanhouten
217,1 gram
32,5 gram
5 gram
57,1 gram
n)
Berat cawan+sampel (setelah
32,8 gram
dikeringkan)
Berat residu
Kadar sari
0,3 gram
24 %
W residu 100
kad ar sari=
100
W sampel 25
Perhitungan
kad ar sari=
100
5 gram
25
= 24 %
(a)
(b)
Hasil
Teh Vennin II
1,9 gram
0,01 N
16,5 ml
17,12 ml
Kadar tanin
Perhitungan
Fp
Kadar Tanin=
Fp
Kadar Tani=
92,01 %
N KMnO4 0,00416
v 1+ v 2
2
0,1
100
W sampel
)(
N KMnO 4 0,00416
0,1
100
W sampel
( v 1+2 v 2 ) (
= 92,01 %
Sumber : Kelompok J, Meja 6, (2014)
III.2
Pembahasan
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Malvales
Familia
: Sterculiaceae
Genus
: Theobroma
Spesies
: Theobroma cacao L.
Kakao merupakan tanaman tahunan yang mulai berbunga dan berbuah dan
harus
dikelompokan menjadi dua, yaitu jenis kakao mulia (Fine Cocoa) dan
jenis kakao lindak (Bulk Cocoa). Penentuan standar mutu diklasifikasikan
dalam dua syarat mutu, yaitu syarat umum dan syarat khusus. Syarat umum
merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh setiap bagian biji kakao yang akan
diekspor, dan syarat khusus merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam setiap
klasifikasi jenis mutu.
AA
Maks 85
Maks 100
Maks 110
Maks 120
S
Sumber: SNI 01 2323 1991
>120
Ciri ciri kualitas sampel yang baik yaitu memiliki ukuran yang besar, buah
berwarna kuning, kulit buah bertonjolan, baud an rasanya khas kakao dan pada
buah kakao yang masak mempunyai kulit yang tebal dan berisi 30 - 40 biji yang
dikelilingi oleh pulp yang berlendir, (Muchtadi, 2010)
Berdasarkan bentuk dari buahnya kakao dibedakan atas tiga jenis yaitu :
a. Criollo, yaitu mempunyai biji tidak berwarna, buah berwarna merah atau
kuning, kulit buah tipis bertonjolan dan berlekuk lekuk, bau dan rasanya
lebih baik dari yang lain, ukuran biji berbentuk bulat telur dan berukuran besar
dengan kotiledon berwarna putih pada saat basah. Kakao jenis criollo
mempunyai rasa yang kompleks dan lembut, tetapi cita rasa coklatnya kurat
kuat. Criollo merupakan jenis kakao yang menghasilkan biji kakao dengan
mutu terbaik sehingga di kenal kakao mulia.
b. Forastero, merupakan jenis kakao dengan mutu sedang atau bulk cocoa atau
lebih di kenal dengan ordinary cocoa dengan cita rasa coklat yang kuat.
Buahnya berkulit tebal dan berwarna hijau, sementara biji kakaonya berbentuk
tipis dengan kotiledon berwarna ungu pada saat basah. Cita rasa kakao ini
kompleks, lembut dan terasa coklat kuat.
c. Trinitano, yaitu memiliki ciri yang hamper sama dengan jenis criollo
(Muchtadi, 2010)
Biji coklat mentah yang masih segar terdiri dari bagian bagian, berturut
turut dari luar adalah pulp, kulit biji, kulit ari, keeping biji dan lembaga (embryo).
Biji coklat umumnya terutama mengandung lemak, karbohidrat, protein dan tanin,
disamping zat-zat lainnya seperti mineral, pigmen, asam dan air. Tanin dalam
coklat berperan dalam proses fermentasi yang akan merubah aroma coklat yang
dihasilkan. Selain dari itu, pulp berperan sebagai sumber fermentasi coklat.
(Muchtadi, 2010)
Buah coklat biasanya mengandung 30 40 biji yang tertutup oleh pulp
yang berlendir. Pulp segar umumnya berwarna putih susu, lunak dan berlendir.
Bagian pulp ini sebenarnya adalah bagian dinding buah yang melekat pada
epidermis kulit biji. (Muchtadi, 1992).
Tabel 6. Komposisi Kimia Biji Coklat
Komposisi
Kandungan
Lemak
30 55 %
Karbohidrat
18 %
Protein
18 %
Tanin
8 10 %
Mineral
34%
Pigmen
24%
Asam-asam
0,5 1 %
Air
Sisanya
Aplikasi bidang pangan pada pengolah kakao adalah bubuk coklat, coklat,
permen coklat, krim coklat, es krim coklat, minyak kakao, pasta, bahan campuran
dalam pengolahan kue, dan lain-lain.
3.2.2 Penentuan Kadar Tanin
Berdasarkan hasil pengamatan penentuan kadar tanin pada sampel Teh
Vennin II di dapatkan kadar tanin yang terkandung yaitu sebesar 92,01 %.
Teh adalah suatu produk yang terbuat dari daun muda tanaman teh atau
Camellia sinensis. Dan teh dapat mengalami beberapa proses pengolahan untuk
dapat menjadi produk seperti teh hitam, teh hijau, teh putih, maupun teh Oolong.
Teh dapat diseduh dengan air panas maupun dingin, dapat juga berfungsi sebagai
minuman penyegar atau obat (Setyamidjaja, 2000).
Klasifikasi teh hijau ( Camellia sinensis)
Regnum
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Class
: Angiospermae
Subclass
: Dicotyledonae
Ordo
: Theales
Family
: Theaceae
Genus
: Camelia
Spesies
: Camellia sinensis
Mutu teh dapat dibedakan beberapa kelas berdasarkan ukuran, yaitu
orange pekoe, pekoe,dan souchong, yang berturut-turut dari daun yang kecil, lebih
besar, dan terbesar. Kata pekho atau pekoe berasal dari bahasa China yang artinya
rambut putih pada daun teh muda, yaitu kuncup teh (Winarno, 1993).
Beberapa grade teh :
a. FTGFOP1 (Finest Tippy Golden Flowery Orange Pekoe First Grade Leaves)
SFTGFOP1 (Special Finest Tippy Golden Flowery Orange Pekoe First Grade
Leaves).
b. TGFOP1/TGFO P (Tippy Golden Flowery Orange Pekoe First Grade
Leaves / Tippy Golden Flowery Orange Pekoe)
c. GFOP1 (Golden Flowery Orange Pekoe First Grade Leaves)
d. FOP/FOP1 (Flowery Orange Pekoe/Flowery Orange Pekoe First Grade
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Leaves).
OP sup (Orange Pekoe Superior)
OP (Orange Pekoe)
BOP1 (Broken Orange Pekoe First Grade Leaves)
P/FP (Pekoe/Flowery Pekoe)
BOP kasar (Broken Orange Pekoe)
BPS (Broken Pekoe Souchong)
TGFBOP1 (Tippy Golden Flowery Broken Orange Pekoe 1)
GFBOP1 (Golden Flowery Broken Orange Pekoe 1)
GBOP (Golden Broken Orange Pekoe)
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y. D1 (Dust 1)
Tanin merupakan senyawa yang paling penting pada daun teh. Senyawa
tidak berwarna ini dalam pengolahan langsung atau tidak langsung perubahannya
selalu dihubungkan dengan semua sifat teh jadi yaitu rasa, warna, dan aromanya
(Muchtadi, 1992).
Aroma yang timbul pada teh dapat disebabkan adanya zatyang diproduksi
dari fermentasi zat tanin. Salah satu zat tersebut adalah minyak esensial yang
memberi rasa dan bau harum yang merupakan faktor pokok dalam menentukan
nilai tiap cangkir teh (Spillane, 1992).
Berdasarkan anailis yang telah dilakukan, faktor jenis teh memiliki
pengaruh penilaian terhadap aroma seduhan teh. Pengaruh yang timbul yaitu
pengaruh yang sangat nhyata. Hal ini menunjukan bahwa aroma teh merupakan
faktor yang berperan cukup besar dalam penentuan mutu teh.
Nama tanin telah dipakai sejak bertahun-tahun yang lalu, sebab diketahui
merupakan turunan dari asam galat. Kebanyakan turunan galat disebut tanin
karena bersifat dapat menyamak kulit. (Tanin berasal dari kata Tanning =
menyamak). Oleh karena tanin di dalam teh tidak mempunyai sifat tersebut maka
pada saat sekarang nama tanin lebih tepat apabila diganti dengan catechin
(Muchtadi, 1992).
Zat tanin yang banyak terdapat pada pucuk teh memegang peranan penting
dalam menemtukan warna, rasa dan aroma teh. Zat kafein juga penting dalam
menimbulkan rasa nikmat pada air seduhan teh, selain itu juga sebagai protein,
pati, pektin, dan minyak atsiri walaupun dalam jumlah kecil ikut juga menentukan
mutu teh. (Muchtadi, 2010)
Pada saat percobaan penentuan kadar tanin sampel teh hijau ditambahkan
beberapa zat diantaranya fungsi gelatin yaitu untuk mengikat tannin atau
memisahkan tanin dari senyawa lain. Sedangkan NaCl berfungsi untuk
memperlambat terjadinya proses browning enzimatis dan untuk membentuk
garam stabil, penambahan serbuk kaolin berfungsi untuk mengikat bahan selain
tannin. Fungsi KMnO4 adalah untuk mengoksidasi tanin dalam larutan. Fungsi
pemanasan selama 30 menit adalah untuk mempercepat pengeluaran tanin dari
dalam sampel dengan jumlah yang maksimal. Fungsi dari ditanda bataskan adalah
untuk mengencerkan pada volume 250 mL dan 100 mL. Lalu fungsi titrasi
menggunakan KMnO4 sebagai peniter adalah untuk mengetahui jumlah volume
yang dibutuhkan untuk mendapatkan titik akhir titrasi, sehingga dapat diketahui
kadar tanin dalam sampel.
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi
oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi
dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi
dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi
dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam
atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang
berproduksi secara terus-menerus. Selain itu hasil petikan akan berpengaruh pada
kandungan polifenol dan kafein dari daun teh.
Susunan kimia daun teh amat bervariasi menurut beberapa faktor, yaitu
jenis klon, variasi musim dan kondisi tanah, perlakuan kultur teknis, umur daun
dan banyaknya sinar matahari yang telah diterima (Muchtadi, 1992).
Variasi demikian sukar dapat diatasi apabila yang bersifat genetis dan
alamiah. Variasi tersebut masih diterima sepanjang komposisi tersebut diusahakan
masih berada dalam keadaan sebaik-baiknya, artinya tidak berubah akibat
perlakuan pengangkutan yang salah sebelum diolah (Arifin, 1994).
Berdasarkan sistem pengolahan, teh dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis,
yaitu :
a. Teh Hitam
Teh hitam diolah melalui fermentasi. Teh hitam didapat dari hasil
penggilingan yang menyebabkan daun terluka dan mengeluarkan getah, getah
bersentuhan dengan udara sehingga menghasilkan senyawa tea flavin dan
tearubigin (Sujayanto,2008). Teh ini dibagi menjadi dua yaitu :
(a) Teh orthodox, adalah teh yang diolah melalui proses pelayuan sekitar
16 jam, penggulungan, fermentasi, pengeringan, sortasi, hingga terbentuk
teh jadi
(b) teh TCT (Cutting, Tearing dan Curling), adalah teh yang diolah
melalui perajangan, penyobekan dan penggulungan daun basah menjadi
bubuk kemudian dilanjutkan dengan fermentasi, pengeringan, sortasi,
hingga terbentuk teh jadi (Muchtadi, 1992).
b. Teh Hijau
Teh hijau ini diolah tanpa melalui fermentasi. Daun teh yang dijadikan teh
hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami
oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan
menggunakan uap. Teh hijau dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu : (a) teh hijau
murni, adalah teh yang diolah melalui pelayuan sekitar 3 menit, selanjutnya
dilakukan penggulungan, pengeringan, sortasi dan terbentuk teh jadi; (b) teh
Oolong, adalah teh yang diolah melalui semi pelayuan selama 6-9 jam,
selanjutnya diproses seperti teh hijau; (c) teh gunga, adalah teh oolong
diberi aroma
yang
c. Teh Oolong
Teh oolong adalah teh hasil semioksidasi enzimatis. Teh oolong terletak
diantara teh hijau dengan teh hitam. Fermentasi terjadi namun hanya sebagian
(30-70%). Hasilnya, warna teh menjadi coklat kemerahan.
Pada percobaan kadar sari sampel yang digunakan adalah teh D yaitu teh
brown peko dengan kadar sari 19,2 %.
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Kelas
Sub Kelas
: Dilleniidae
Ordo
: Theales
Famili
: Theaceae
Genus
: Camellia
Spesies
untuk membuat cokelat padat dengan cara menggabungkan cokelat dengan gula
yang kemudian di-remix dengan cocoa butter agar menjadi padat.
diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan
dipisahkan (Khopkar, 1990).
Proses ekstraksi pelarut pada mekanisme ekstraksi berlangsung tiga tahap:
1. Pembentukan kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan
terekstraksi
2. Distribusi dari kompleks yang terekstraksi
3. Interaksinya yang mungkin dalam fase organik (Khopkar, 1990).
Proses terjadinya 2 fasa pada ekstraksi diperoleh hasil pada lapisan
bawahnya adalah fasa organik yaitu kloroform (CHCl3) dan lapisan atasnya
adalah fasa anorganik, yaitu air yang mengandung sisa garam.
Pada saat ekstraksi menggunakan corong pisah, gas yang berada dalam
corong pisah harus dikeluarkan, hal ini bertujuan agar tidak ada gas yang
menumpuk sehingga bahan yang ada di dalam corong pisah tidak ikut keluar.
Aplikasi bidang pangan pada percobaan analisis kafein adalah untuk
pembuatan kopi bubuk
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan, dan (2) Saran.
IV.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada struktur dan sifat fisik hasil
perkebunan dengan sampel buah kakao didapatkan ukuran panjang 13,6 cm,
Diameter1 2,7cm, diameter2 6,2 cm, diameter3 4,4 cm. Warna buah kakao adalah
kuning gelap dengan bercak besar berwarna coklat kehitaman. Struktur melintang
terlihat biji kakaonya, berwarna ungu gelap dengan adanya lendir. Kakao tersebut
termasuk ke dalam jenis Forestero. Aroma khas kakao.
Berdasarkan hasil pengamatan penentuan kadar tanin pada sampel Teh
Vennin II di dapatkan kadar tanin yang terkandung yaitu sebesar 92,01 %.
Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.
Muchtadi, Tien R., Sugiono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. IPB,
Bogor.
Najiyanti,S. Dan Danarti. 2001. Kopi Budidaya dan penanganan Lepas Panen.
Penebar Swadaya. Jakarta
Semendejeme.
2010.
Menuju
kopi
semende
ber-SNI
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perhitungan Kadar Kafein
gram kafein 3,464 250 ml
Kadar Kafein Bahan=
100
150 ml gram sampel
0,01 gram x 3,464 x 250 ml
x 100
150 ml x 1,5 gram
= 3,85 %
kad ar sari
100
5 gram
25
= 24 %
Fp
Kadar Tanin=
Fp
Kadar Tani=
N KMnO4 0,00416
0,1
100
W sampel
( v 1+2 v 2 ) (
N KMnO 4 0,00416
0,1
100
W sampel
( v 1+2 v 2 ) (
Kadar Tani
= 92,01 %