Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar, dimana tingkat
pertambahan penduduk sebesar 4.2% per tahunnya dan tingkat permintaan listrik
sebesar 1.6% per tahun, mengakibatkan diperlukannya diversifikasi sumber energi
pembangkit listrik. Seperti diketahui, sampai saat ini Indonesia masih bertumpu pada
pemanfaatan minyak bumi sebagai sumber energi, dimana sumber energi fosil tersebut
saat ini telah menipis jumlahnya, dan diprediksi Indonesia akan menjadi negara
pengimport minyak pada tahun 2015.
Selain dari permasalahan krisis minyak, dengan diberlangsungkannya berbagai
konvensi internasional mengenai pemanasan global, dimana tahun 2007 ini Indonesia
bertindak sebagai tuan rumah, memaksa negara ini untuk melakukan pembaharuan lebih
jelas dan tegas untuk menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan.
Salah satu solusi dari kedua permasalahan di atas adalah dengan mensubtitusi
penggunaan minyak bumi dengan gas alam. Seperti diketahui, Indonesia memiliki
sumber gas alam yang cukup sebesar 20 TCF (tanpa mempertimbangkan dari CBM
Indonesia), namun yang baru digunakan secara optimal masih sekita 10 TCF. Sehingga
masih besar peluang negara kita untuk mengembangkan pemanfaatan gas alam.
Salah satu bentuk dari penggunaan gas alam adalah dalam bentuk LNG. Namun
sayangnya, hingga saat ini LNG lebih besar dalam jumlah ekspor daripada untuk
konsumsi dalam negeri. Hal ini lebih dikarenakan harga di dalam negeri yang terlalu
murah, dibanding jika diekspor, misalnya ke Jepang. Dengan kebijakan pemerintah yang
lebih berpihak pada pemanfaatan LNG dari segi harga, peluang LNG sebagai pemain
andalan dalam energi Indonesia akan terbuka lebar.

I.2 Sejarah dan Perkembangan LNG


Berkaitan dengan perkembangan LNG di dunia, berdasarkan Laporan LNG & GTL
yang dikeluarkan oleh Douglas Westwood seperti yang terdapat pada Gambar 1,
terjadi peningkatan pembangunan fasilitas LNG yang cukup signifikan dalam kurun
waktu 30 tahun. Seperti yang dapat dilihat pada grafik di bawah, sebagian besar fasilitas
pencairan LNG terdapat di Asia.

Sumber: The World LNG & GTL Report Douglas Westwood Ltd.

Gambar 1. Perkembangan Kapasitas Pencairan LNG


Douglas-Westwood Ltd. juga memprediksikan tingkat belanja kapital (capital
expenditure) untuk penyelesaian fasilitas LNG hingga tahun 2009, seperti digambarkan
pada grafik di bawah. Trend keseluruhan menunjukkan pertumbuhan pasar yang cukup
tinggi, dan tingkat belanja kapital (capital expenditure) pada periode 2005-2009
diperkirakan hingga hampir US$ 70 miliar, melesat jauh dari yang dibelanjakan pada
periode lima tahun sebelumnya.

Sumber: The World LNG & GTL Report Douglas Westwood Ltd.

Gambar 2. Belanja Kapital Fasilitas LNG Dunia 2000 -2009


Beberapa faktor yang mendorong peningkatan LNG ini baik pada sisi penawaran dan
permintaannya adalah sebagai berikut.
- Terus bertambahnya konsumsi gas dunia
IEA memprediksikan bahwa konsumsi gas akan akan tumbuh pada tingkat 2,7% per
tahun pada periode hingga 2025, dibandingkan dengan 1,8% untuk minyak, dan 1,5%
untuk batubara. Porsi penggunaan gas akan berada pada angka 28% dari penggunaan
energi global pada 2025.
- Permintaan impor yang cukup tinggi
Sebagian besar negara konsumen gas memiliki produksi gas yang sangat sedikit
(Jepang, Korea Selatan) atau telah mengembangkan cadangan gasnya hingga pada
suatu titik di mana mereka telah melewati produksi puncaknya sehingga akhirnya
bergantung pada gas impor (Amerika Serikat, Inggris).
- Monetisasi cadangan stranded gas
Sejumlah signifikan cadangan gas alam terletak pada lokasi yang jauh dari pasarnya
atau tidak memiliki infrastruktur pipa. Tanpa akses ke pasar, gas yang diproduksi
tersebut cenderung dibakar atau direinjeksi. LNG menawarkan sebuah mekanisme
akses, sebuah metode untuk memonetisasi cadangan-cadangan gas tersebut serta
mengurangi dampak lingkungan akibat dari gas yang langsung dibakar tersebut.
3

- Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi pencairan telah menyebabkan penurunan pada tingkat belanja
kapital (capital expenditure) yang cukup besar, di samping karena ukuran train yang
lebih besar. Biaya pembawa (carrier) LNG juga berkurang cukup signifikan.
Pengurangan biaya pengembangan LNG ini membuka peluang untuk meningkatkan
penggunaan teknologi LNG ini di mana mungkin sebelumnya teknologi ini sulit
mencapai keekonomiannya.
I.3 Perdagangan LNG
Perdagangan LNG sebagian besar dilakukan berdasarkan kontrak jangka panjang
20 tahun atau lebih. Meskipun demikian, saat ini juga telah terdapat kontrak jangka
menengah 3 sampai 10 tahun. Pada tahun 2004, volume kontrak jangka menengah dan
panjang ini mencapai 138,79 MT, di mana Asia memiliki porsi yang cukup signifikan
dalam kontrak tersebut, seperti digambarkan pada grafik di bawah ini.

Source LNG Trade Infrastructures,cedigaz,and company press releases,etc

Gambar 3. Volume Kontrak Jangka Menengah dan Panjang LNG Dunia

Sebagian kecil LNG diperdagangkan pada pasar spot. Pada tahun 2003, volume LNG
yang diperdagangkan di pasar spot mencapai 14,8 Bcm (10,8 MT). Meskipun baru
mencapai 8,7% dari perdagangan total LNG, dengan besarnya ekspansi kapasitas
produksi dan penggunaan yang lebih efektif dari kapasitas tersebut, sangat
dimungkinkan bahwa perdagangan spot LNG akan meningkat pesat.
Beberapa tahun yang lalu, kurangnya kapasitas pengiriman LNG menjadi rintangan
perdagangan spot LNG. Kini, permintaan LNG semakin meningkat dan telah melebihi
kapasitas produksi. Oleh karena itu kesetimbangan antara penawaran dan permintaan
menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan.
Penentuan harga LNG berbeda setiap wilayah. Di Asia, harga umumnya dikaitkan
dengan JCC (Japan Crude Oil), yang mana adalah harga Cost, Insurance, Freight (CIF)
rata-rata minyak mentah Jepang. Di Eropa, harga impor LNG biasanya dikaitkan dengan
produk perminyakan dan harga minyak mentah Brent. Di Eropa, harga LNG juga
bersaing dengan harga gas pipa. Di Amerika Serikat, harga lebih ditentukan oleh
penawaran dan permintaan berdasarkan perdagangan gas alam pada berbagai hub seperti
Henry hub (titik yang terdapat di Lousiana di mana 17 pipa gas bertemu, sehingga
menciptakan titik referensi kompetitif) ditambah faktor perbedaan geografi.

Gambar 4. Harga Impor LNG Jepang, Uni Eropa, dan Amerika Serikat

Gambar di atas menunjukkan harga impor dari Jepang, Amerika Serikat, dan
Eropa. Dari tahun 2000 2004, harga LNG untuk Jepang berada dalam kisaran US$ 45. Harga LNG di Eropa umumnya lebih rendah US$ 1 dibanding harga untuk Jepang.
Karena kedua harga tersebut dikaitkan dengan harga minyak mentah dan produk
perminyakan, terdapat kesamaan pada grafik pergerakan harganya. Di sisi lain, harga di
Amerika Serikat pada periode yang sama lebih fluktuatif. Karena tingginya permintaan
terhadap harga gas domestik, harga LNG AS meningkat hingga US$ 6.41 pada bulan
Januari 2001. Tetapi kemudian harga tersebut anjlok, dan kemudian naik kembali pada
tahun 2002. Sehingga kadang harga LNG AS melebihi harga yang dijual ke Jepang,
seperti terjadi pada tahun 2004.
Untuk sepuluh tahun ke depan diperkirakan harga LNG di dunia belum
menunjukkan pergerakan signifikan dengan kaitan tertentu, yang berarti globalisasi
harga LNG belum akan menjadi kenyataan dalam sepuluh tahun mendatang.
- Dalam sepuluh tahun mendatang, LNG masih akan berupa pelengkap terhadap gas
pipa di pasar AS / Eropa. Hal ini berarti bahwa harga LNG akan merefleksikan harga
gas pasar harga gas pipa dan tidak bergantung pada harga yang ada pada wilayah
lainnya.
- Globalisasi harga LNG juga membutuhkan likuiditas yang lebih tinggi pada
perdagangan LNG. Terlebih lagi perdagangan LNG melibatkan permasalahan seperti
boil-off-gas (BOG) dan nilai kalori yang rendah, bahkan terminal penerimaan
barupun tidak dapat selalu menerima kandungan LNG yang kurang sesuai.
- Pasokan LNG dunia kini masih dikendalikan oleh segelintir pemain, yaitu perusahaan
minyak negara dan perusahaan minyak besar. Karena adanya kepentingan tersendiri,
para pemain cenderung tidak mau meninggalkan system penentuan harga sekarang
yang masih berada bawah kontrol mereka. Mereka dapat merespon positif terhadap
globalisasi harga LNG jika terdapat alasan logis di balik alasan tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian
Liquefied Natural Gas (LNG) adalah gas alam yang dicairkan dengan didinginkan
hingga mencapai suhu -160oC pada tekanan 1 atm. Pada kondisi cair LNG memiliki
densitas sekitar 45% dari densitas air, dengan reduksi volume 1/600 dibanding kondisi
gasnya. Kompresi volume yang cukup besar ini memungkinkan transportasi gas dalam
bentuk cair untuk jarak jauh dengan biaya yang lebih efisien. Tujuan utama dari
pencairan gas bumi untuk memudahkan transportasinya dari daerah produksi ke
konsumen.

Gambar 5. Rantai Nilai LNG


Seperti dapat dilihat pada gambar di atas, tahapan-tahapan pada rantai nilai LNG adalah
sebagai berikut.
- Eksplorasi dan produksi
Kegiatan eksplorasi dilakukan untuk menemukan gas alam pada kerak bumi. Setelah
cadangan gas diketemukan, kegiatan produksi dapat dilakukan yaitu untuk
mengambil gas tersebut dari dalam kerak bumi untuk kemudian dihilangkan
pengotor-pengotornya sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
- Pencairan
Gas yang diproduksikan tersebut memasuki tahap pencairan untuk mengubah gas
alam menjadi cair (LNG) sehingga dapat ditransportasikan menggunakan kapal.

- Pengapalan
Untuk membawa LNG ke pembeli, LNG ditransportasikan dengan menggunakan
tanker khusus.
- Penyimpanan dan regasifikasi
Setelah kapal sampai ke terminal penerimaan, LNG kemudian ditempatkan pada
tangki penyimpanan khusus, untuk kemudian diregasifikasi dari fase cair, sehingga
gas bisa ditransportasikan ke pengguna melalui pipa penyalur.
Struktur biaya LNG mengikuti rantai nilai seperti terlihat pada Gambar 5 di atas, di
mana porsi biaya terbesar biasanya terdapat pada proses pencairannya. Investasi yang
dibutuhkan untuk fasilitas LNG juga cukup besar, bisa mencapai hingga US$ 3 miliar.
II.2 Teknologi Pencairan LNG
Proses pencairan gas menjadi LNG berupa pencairan gas alam menggunakan
media pendingin (refrigerant). Kilang pencairan bisa terdiri dari beberapa unit paralel
(train). Gas alam dicairkan mencapai suhu sekitar -256oF atau -160oC dengan tekanan 1
atm. LNG adalah cairan kriogenik. Istilah kriogenik berarti temperatur rendah,
umumnya di bawah -100oF.
Teknologi pencairan merupakan elemen utama pada kilang LNG. Terdapat
beberapa proses lisensi pencairan dengan berbagai tingkat penerapan dan pengalaman.
Prinsip dasar untuk pendinginan dan pencairan gas menggunakan pendingin adalah
termasuk menyesuaikan sedekat mungkin kurva pendinginan/pemanasan gas proses dan
pendingin. Hasilnya berupa proses termodinamika yang lebih efisien yang
membutuhkan daya yang lebih efisien per unit LNG yang diproduksi. Hal ini berlaku
pada semua proses pencairan.

Sumber: Hydrocarbon Engineering, February 2004, Dr. Tariq Sukri, Foster Wheeler, UK

Gambar 6. Kurva Pendinginan Gas Alam - Pendingin Tipikal


Peralatan utama proses ini meliputi kompresor yang digunakan untuk
mensirkulasikan pendingin, penggerak kompresor, dan alat penukar panas untuk
mencairkan dan menukar panas antar pendingin. Gas alam, mencair pada kisaran
temperatur tertentu. Kurva panas dapat disesuaikan dengan meminimalkan perbedaan
temperatur antara proses pendinginan gas dan aliran pendingin. Hal ini dapat tercapai
dengan menggunakan lebih dari satu pendingin pada tingkat tekanan yang berbeda
untuk kemudian selanjutnya memecah kisaran temperatur untuk dapat mendekati kurva
panas.
Terdapat beberapa pemegang lisensi (licensors) proses pendinginan LNG seperti
terlihat pada tabel di bawah. Untuk saat ini, teknologi yang paling banyak digunakan
adalah yang berasal dari APCI. Berikut akan dijelaskan beberapa proses pendinginan
dari beberapa pemegang lisensi (licencors).

Tabel 1. Pemegang Lisensi Pendingin LNG

Sumber Barclay,2005
1. Proses APCI propane pre-cooled mixed refrigerant

Sumber: Hydrocarbon Engineering, February 2004, Dr. Tariq Sukri, Foster Wheeler, UK

Gambar 7. Proses APCI Propane Pre-Cooled Mixed Refrigerant (Tipikal)

Proses ini paling banyak digunakan pada proses pencairan gas menjadi LNG di
dunia. Dalam proses ini, terdapat dua siklus pendingin utama. Siklus pra pendinginan
menggunakan komponen murni propana. Siklus pencairan dan sub pendinginan
10

menggunakan pendingin campuran (mixed refrigerant/MR) yang terdiri dari nitrogen,


metana, etana, dan propana.
Siklus proses pra-pendinginan menggunakan propana pada tiga atau empat
tingkat tekanan dan dalam mendinginkan gas proses ke temperatur -40oC. Propana juga
digunakan untuk mendinginkan dan mencairkan secara parsial pendingin campuran
(mixed refrigerant/MR). Pendinginan dicapai dengan alat penukar panas tipe kettle.
Pada siklus pendingin campuran (mixed refrigerant/MR), pendingin yang
dicairkan secara parsial dipisahkan menjadi aliran uap dan cairan yang digunakan untuk
mencairkan dan mebsub-dinginkan aliran proses dari sekitar -35oC menjadi suhu sekitar
-150oC - -160oC. Proses ini dilakukan di alat penukar panas yang disebut main
cryogenic heat exchanger (MCHE). LNG kemudian keluar dari atas MCHE pada
tekanan yang tinggi. Kemudian aliran LNG tersebut didepresurisasi dengan cara seperti
staged end-flashes, liquid expander, dan sebagainya. Dengan menggunakan proses ini,
kapasitas pengolahan per train bisa mencapai 4,7 mmtpa.
2.

Proses bertingkat teroptimalisasi (optimised cascade process) ConocoPhillips

Sumber: http://www.ConocoPhillips.com

Gambar 8. Proses Bertingkat Teroptimalisasi ConocoPhillips

11

Pendinginan dan pencairan pada gas proses pada proses bertingkat ini dicapai
dengan menggunakan 3 pendingin murni yaitu propana, ethylene, dan metana. Pada
siklus pendinginan propana, gas didinginkan hingga -40oC. Sistem pendinginan propana
juga mendinginkan pendingin ethylene dan mendinginkan pendingin metana. Gas
kemudian memasuki sistem pendinginan ethylene di mana gas tersebut didinginkan
hingga mencapai suhu -90oC. Pendingin ethylene juga mengembunkan pendingin
metana. Gas yang masuk tersebut akhirnya didinginkan dengan pendingin metana untuk
menghasilkan LNG.
Sistem pendinginan metana adalah siklus terbuka yaitu aliran pendingin metana
diambil dari gas yang dicairkan. Hal ini memungkinkan gas boil off untuk dimasukkan
kembali ke proses pencairan tanpa diperlukan kompresor gas boil off yang berukuran
besar.
Kapasitas train dengan proses bertingkat ini telah mencapai 3,3 mmtpa, dengan
kapasitas train sebesar 5,4 mmtpa sedang dalam pembangunan.
3. Proses Black & Veatch PRICO (R)

Sumber: Hydrocarbon Engineering, February 2004, Dr. Tariq Sukri, Foster Wheeler, UK

Gambar 9. Proses Black & Veatch PRICO

Proses ini adalah proses pendingin campuran tunggal (single mixed refrigerant
process). Pendingin campuran tersebut terdiri dari nitrogen, metana, etana, propana, dan
12

isopentana. Pendinginan dan pencairan dilakukan dengan berbagai tingkat tekanan pada
plate fin heat exchanger pada kotak dingin. Pendingin dikompres dan disirkulasi
menggunakan train kompresi tunggal. Kapasitas train-nya mencapai 1,3 mmtpa.
4. Proses bertingkat fluida campuran (mixed fluid cascade process / MFCP)
Statoil/Linde

Sumber: Hydrocarbon Engineering, February 2004, Dr. Tariq Sukri, Foster Wheeler, UK

Gambar 10. Proses Bertingkat Fluida Campuran Statoil/Linde

Pada proses ini tiga pendingin campuran digunakan untuk melakukan


pendinginan dan pencairan. Pra-pendinginan dilakukan pada plate fin heat exchanger
(PFHE) dengan pendingin campuran pertama, dan pencairan dan sub-pendinginan
dilakukan di spiral wound heat exhanger (SWHE) dengan dua pendingin lainnya.
SWHE ini dibuat oleh Linde, dan bisa juga digunakan untuk tahap pra-pendinginan.
Penukar panas tersebut bisa juga digunakan untuk tahap pra-pendinginan. Pendingin
yang digunakan terdiri dari metana, etana, propana, dan nitrogen. SWHE sendiri
biasanya dipasang dengan proses pencairan lainnya, pada proyek baru atau ekspansi atau
sebagai pengganti dari penukar panas kriogenik yang lama. Kapasitas train proses ini
bisa mencapai 4 mmtpa.

13

5. Proses Axens LiquefinTM

Sumber: Hydrocarbon Engineering, February 2004, Dr. Tariq Sukri, Foster Wheeler, UK

Gambar 11. Proses Axens Liquefin

TM

Proses ini adalah proses yang menggunakan dua pendingin campuran. Semua
pendinginan dan pencairan dilakukan di plate fin heat exchanger (PFHE) yang tersusun
pada kotak dingin. Pendingin campuran yang digunakan terdiri dari metana, etana,
propana, butana, dan nitrogen. Pendingin campuran pertama digunakan pada tiga tingkat
tekanan untuk mempra-pendinginkan gas proses dan memprapendinginkan dan
mencairkan pendingin campuran kedua. Pendingin campuran kedua digunakan untuk
mencairkan dan mensubdinginkan gas proses. Mendinginkan pendingin campuran untuk
tahap pra-pendinginan memungkinkan untuk mencapai suhu yang lebih rendah
dibanding komposisi pendingin. Kapasitas train based load mencapai 6 mmtpa sedang
direncanakan untuk dikembangkan.
6. Proses pendingin campuran ganda (double mixed refrigerant) Shell
Konfigurasi proses ini mirip dengan proses pendingin campuran pra-pendinginan
propana, dengan pra-pendinginan dilakukan oleh pendingin campuran (yang sebagian
besar terdiri dari etana dan propana). Perbedaan lainnya adalah bahwa prapendinginan
dilakukan pada spiral wound heat exchanger (SWHE), bukan pada tipe kettle. SWHE
yang digunakan untuk pra-pendinginan dan pencairan untuk proses ini dipasok oleh
Linde
14

Proses-proses di atas adalah proses yang terdapat pada kilang LNG saat ini serta
pada beberapa proyek LNG yang saat ini tengah berjalan. Terdapat juga beberapa proses
lainnya yang saat ini sedang dikembangkan.
Pemilihan teknologi proses dan peralatan adalah berdasarkan pertimbangan teknis
dan ekonomi. Pertimbangan teknis termasuk di antaranya pengalaman terhadap
penggunaan proses dan peralatan tersebut, keandalan, efisiensi proses, kondisi lapangan,
serta dampak lingkungan. Pertimbangan ekonomi termasuk biaya kapital, biaya operasi
serta biaya siklus. Semua aspek ini harus dievaluasi untuk medapatkan pilihan yang
optimal.
Risiko teknis berkaitan dengan proses yang terkait dengan catatan masa lampau
selama proses beroperasi, serta pengembangan yang terkait pada proyek, seperti
misalnya penambahan kapasitas. Efisiensi proses, contohnya energi yang dibutuhkan
untuk memproduksi LNG, tidak hanya terkait dengan efisiensi termodinamik proses
pencairan tetapi juga efisiensi peralatan utama seperti kompresor untuk pendingin utama
serta penggeraknya.
Kondisi suatu lapangan mungkin bisa lebih cocok dengan suatu proses dibanding
proses lainnya. Contohnya, dengan suhu lingkungan yang sangat dingin proses multi
pendingin campuran bisa menjadi pilihan optimal. Kebutuhan proses dan konfigurasi
juga mempengaruhi pilihan. Adanya kebutuhan untuk menghasilkan LPG yang lebih
tinggi mungkin cocok dengan proses dengan suhu pra-pendinginan yang lebih rendah.
Kisaran gas umpan yang lebar juga membutuhkan adaptabilitas proses yang lebih baik
dan mungkin membutuhkan proses pendingin campuran dengan fleksibilitas tambahan
untuk mengubah komposisi pendingin yang berubah. Pendingin yang terbuat dari
komponen yang diproduksi dari proses (pada unit fraksinasi) akan mengurangi
kebutuhan untuk pasokan eksternal untuk memasok kembali hilangnya pendingin.
Seiring dengan berjalannya waktu, desain kilang LNG semakin menunjukkan
kapasitas yang semakin besar, hingga lebih dari 5 mmtpa, baik dengan cara
meningkatkan kapabilitas proses yang ada serta mengembangkan proses baru yang
menunjang kapasitas LNG yang besar. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
merancang ukuran optimal train pada sebuah proyek LNG yaitu:
15

- besarnya hasil produksi dari lapangan gas,


- permintaan pasar dan profil pengiriman LNG,
- optimalisasi keseluruhan produksi, penyimpanan, dan pengiriman,
- ukuran peralatan yang tersedia,
- potensi penghematan biaya modal, serta
- fleksibilitas, reliabilitas, dan pemeliharaan operasional.

Prinsip Kerja Heat Exchanger


Prinsip dan Teori Dasar Perpindahan Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat
ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu
proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat dan atau
perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan.
Pada umumnya perpindahan panas dapat berlangsung melalui 3 cara yaitu secara
konduksi, konveksi, dan radiasi.
a.

Konduksi (hantaran)
Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan

antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekulmolekul tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda yang panas bergetar lebih cepat
dibandingkan molekul-molekul benda yang berada dalam keadaan dingin. Getarangetaran yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya
sehingga menyebabkan getaran yang lebih cepat maka akan memberikan panas.
Panas dipindahan sebagai energi kinetik dari suatu molekul ke molekul lainnya,
tanpa molekul tersebut berpindah tempat. Cara ini nyata sekali pada zat padat.
Daya hantar panas konduksi (k) tiap zat berbeda-beda. Daya hantar tinggi disebut
penghantar panas (konduktor panas) dan yang rendah adalah penyekat panas (isolator
panas ).
Q = k * A * (T1-T2) / X
16

A : luas bidang perpindahan panas


X : Panjang jalan perpindahan panas(tebal)
q ; panas yang dipindahkan
b.

Konveksi (aliran/edaran)
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel

atau zat tersebut secara fisik.


Panas dipindahkan oleh molekul-molekul yang bergerak (mengalir). Oleh karena
adanya dorongan bergerak. Disini kecepatan gerakan (aliran) memegang peranan
penting. Konveksi hanya terjadi pada fluida
Q = h * A * (T2 T1)
h = koefisien perpindahan panas suatu lapisan fluida.
Q = panas yang dipindahkan
A = luas perpindahan panas
Dalam melaksanakan operasi perpindahan panas, perlu diperhitungkan:

jumlah panas yang dipindahkan (q)

perbedaan suhu (T)

tahanan terhadap perpindahan panas (R).


Persamaan utama yg menghubungkan besaran besaran diatas adalah::
q = A * (T2 T1) / R = U * A * (T2 T1)
q = jumlah panas yang dipindahkan
R = tahanan terhadap perpindahan panasU = 1/R = Koefisien perpindahan panas

keseluruhan, gabungan antara konduksi dan konveksi (k.W / m2. C )


Harga U atau R tergantung pada :
17

c.

Jenis zat (daya hantar)

Kecepatan aliran

Ada tidaknya kerak.

Radiasi (pancaran)
Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi

dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang
dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini
akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.
Panas dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Perpindahan seperti
ini tidak memerlukan zat antara/media.
Q = . T4
Q = jumlah panas yang dipancarkan
T = suhu mutlak
= tetapan Stefan Boltzman, = 4,92 kkal / (jam. m2.K4 )
d.

Hubungan U dengan k dan h


1/U = 1/ha + x/k + 1/hb
Atau
R
Adanya

= Ra + Rk + Rb

kotoran/endapan

(kerak)

akan

memperbesar

tahanan

terhadap

perpindahan panas atau memperkecil U, sehingga persamaan menjadi:


1/U = R = Ra + Rk + Rb + Rf
Rf : tahanan karena fouling (kotoran)

18

e.

Isolasi Panas
Mencegah kehilangan panas alat alat, pipa-pipa steam/gas yang bersuhu tinggi ke

sekeliling yang suhunya lebih rendah, atau sebaliknya.


Untuk alat-alat dengan suhu rendah, isolasi mencegah masuknya panas karena
suhu sekitarnya yang lebih tinggi.Isolasi juga mencegah bahaya yang dapat timbul bila
orang menyentuh permukaan benda yang panas atau dingin sekali.
Bahan Isolasi:

- daya hantar panas rendah


- dapat menahan arus konveksi
- disesuaikan dengan suhuPermukaan datar: makin tebal, makin
sedikit panas yang hilang

f.

Perbedaan Suhu Rata-rata


Dalam perpindahan panas perbedaan suhu mengendalikan laju pemindahan panas.

Suhu fluida dalam alat sering tidak tetap. Untuk perhitungan digunakan perbedaan suhu
rata-rata.
(T2 t2) (T1 t1)
T = -------------------------Ln (T2 - t2) / (T1 - t1)
Perbedaan suhu ini disebut perbedaan suhu rata-rata logaritma (log mean
temperature diffrence) disingkat LMTD
Q = U * A *( T) LMTD
Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas
dari dua fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara
langsung ataupun tidak langsung.

19

II.3 Transportasi LNG


Setelah gas alam melewati proses pencairan menjadi LNG, seperti yang
dijelaskan pada proses sebelumnya, LNG kemudian disimpan dalam tangki
penyimpanan untuk kemudian ditransfer ke kapal untuk dibawa ke pembeli. Kapal yang
digunakan adalah tanker yang khusus dibuat untuk transportasi LNG. Tanker LNG
dirancang secara canggih dan memiliki dua hal unik dalam perkapalan sebagai berikut.
- Kondisi kriogenik kargo
Hal ini berarti material yang bersentuhan langsung dengan LNG harus bisa bertahan
pada suhu yang sedemikian rendah. Material yang biasa digunakan adalah stainless
steel, aluminium, dan invar. Material ini, tentu saja, tidaklah murah dan membutuhkan
teknik pengelasan khusus.
- Boil off LNG
Tidak seperti kapal pendinginan LPG yang memiliki kilang pencairan di atasnya,
tanker LNG hanya bisa mengatur uap yang timbul (boil off) dari kargo, yang terjadi
karena tidak ada insulasi yang 100% efisien, dengan mengeluarkan (venting) atau
membakarnya pada boiler. Venting sangat jarang terjadi, yaitu biasanya hanya terjadi
pada terbukanya safety valves. Jumlah maksimum untuk uap yang timbul pada
umumnya sekitar 0,15% volume kargo per hari.
Terdapat beberapa jenis penyimpanan kargo yang digunakan untuk tanker yaitu desain
Moss (bulat), membran, serta prismatik. Sebagian besar tanker menggunakan kargo
jenis Moss, seperti dapat dilihat pada grafik di bawah. Pada bagian berikutnya akan
dijelaskan mengenai kargo jenis Moss dan membran.

Source :LNG One world

Gambar 12. Jenis Kargo Tanker LNG


20

Desain Moss

Gambar 13. Desain Kargo Moss


Kapal dengan desain Moss memiliki kargo dangan bentuk bulat yang berdiri
sendiri, umumnya terbuat dari aluminium, di mana tidak terdapat komponen struktur
internal. Tangki tersebut ditopang dengan skirt silinder logam kontinu yang terhubung
dengan garis tengah dengan ekstrusi khusus yang memungkinkan bentuk bulat tersebut
mengembang dan dan berkontraksi secara bebas. Skirt-nya sendiri dilas dengan struktur
hull yang dirancang untuk menyerap defleksi kapal.
Desain Membran

Gambar 14. Desain Kargo Membran

21

Tangki dengan desain membran adalah sangat berbeda dengan bentuk Moss
dalam hal penggunaan membran baja fleksibel untuk memuat kargo. Membran tersebut
dikelilingi oleh material insulasi yang terhubung secara langsung dengan lambung (hull)
ganda kapal. Berat kargo ditransfer melalui insulasi dan ditopang oleh struktur kapal.
Desain membran biasanya terdiri dari membran utama dan kedua. Membran kedua
mampu memuat kargo selama 15 hari, jika terdapat kegagalan membrane pertama.
Terdapat insulasi antara membran utama dan membran kedua serta antara membran
kedua dengan lambung bagian dalam. Celah ini dibersihkan dengan Nitrogen dan terus
menerus dimonitor keberadaaan gasnya maupun perubahan suhunya.
Terdapat dua jenis desain tangki membran, sistem GazTransport, yang
menggunakan membran utama invar dengan panel rata dan sistem Technigaz yang
menggunakan membran stainless steel yang bergelombang. Desain baru yang
berkembang saat ini, CS1, yang menggunakan kombinasi keduanya, sudah
dikembangkan.
Apabila dibandingkan antara jenis Moss dan membran, terdapat keunggulan dan
kelemahan antara keduanya.
- Beberapa kapal membran yang berusia tua bisa mengalami konsentrasi gas pada
membran lapis pertama yang disebabkan oleh porositas yang meskipun tidak
dianggap bahaya karena celah tersebut dibersihkan dengan menggunakan nitrogen,
tapi bisa menimbulkan masalah.
- Kapal membran lebih cepat mendingin dibanding kapal Moss, umumnya 9-10 jam
dibandingkan dengan 24 jam bahkan lebih, karena masa baja yang lebih kecil pada
kapal membran. Hal ini dapat mengurangi waktu berlabuh tanker.
- Kapal membran secara fisik lebih kecil dibanding kapal Moss dengan kapasitas yang
sama, sehingga juga mengurangi baja yang digunakan pada saat konstruksi.
- Kapal Moss dapat membawa kargo sebagian di mana kapal membran memiliki
keterbatasan pengisian umumnya antara 10 dan 80% volume tangki karena
kerusakan potensial karena sloshing pada kargo yang diisi sebagian.

22

Kapal LNG yang biasanya digunakan memiliki kapasitas transportasi 125.000


138.000 m3. Tanker LNG umumnya relatif tidak menimbulkan polusi dibandingkan
jenis kapal lainnya karena kemampuannya untuk membakar gas alam selain bahan bakar
minyaknya yang digunakan untuk propulsi.
Saat ini terdapat lebih dari 140 kapal LNG yang beroperasi. Hanya terdapat
sedikit galangan kapal yang memiliki kemampuan membangun tanker LNG karena
factor kompleksitas kapal serta tuntutan kontrol kualitas yang tinggi.
II.4 Terminal Penerimaan LPG
Terminal penerimaan (receiving terminal) adalah salah satu komponen rantai LNG
yang menghubungkan dengan pengguna. Kapasitas terminal penerimaan LNG berkisar
antara 2 mmtpa dan 12 mmtpa. Diagram alir proses pada terminal penerimaan yang
disederhanakan dapat dilihat gambar berikut.

Sumber: LNG Import Terminal Recent Developments, Janusz Tarlowski et al.

Gambar 14. Diagram Alir Proses yang Disederhanakan pada Terminal Penerimaan LNG
Terminal penerimaan LNG menerima LNG dari tanker, kemudian LNG tersebut
disimpan pada tangki khusus. LNG tersebut kemudian diuapkan, dan gas hasil
penguapan tersebut dikirimkan ke pengguna melalui pipa distribusi. Terminal

23

penerimaan dirancang untuk dapat mengirimkan gas pada laju tertentu ke pipa distribusi
dan menjaga kapasitas cadangan LNG pada tangki. Jumlah kapasitas cadangan
tergantung pada adanya kelancaran pengapalan, variasi musim pasokan dan konsumsi,
dan kebutuhan cadangan strategis (cadangan strategis dibutuhkan ketika terminal
dibutuhkan untuk menggantikan sumber gas lainnya baik dari pipa atau terminal
penerimaan lainnya secara mendadak).

Sistem bongkar muat (unloading) LNG


Setelah kapal berlabuh dan penghubung bongkar muat didinginkan, LNG
kemudian dipindahkan ke tangki LNG di darat dengan menggunakan pompa yang
terletak di kapal. Fasilitas bongkar muat (unloading) sering dirancang untuk kisaran
ukuran tanker yang cukup besar yaitu dari 87.000 m 3 to 145.000 m3. Laju bongkar muat
dari kapal umumnya 10.000-12.000 m3/jam yang umumnya dilakukan dengan delapan
pompa dengan dua pompa yang terletak pada masing-masing tangki kargo yang berada
di tanker. Dibutuhkan kira-kira 12-14 jam untuk membongkar buat satu kapal dengan
kapasitas 135.000 m3. Dari kapal, LNG mengalir melalui penghubung bongkar muat ke
tangki penyimpanan. Jalur bongkar muat dapat berupa dua pipa paralel atau pipa tunggal
yang lebih besar. Selama bongkar muat kapal sebagian uap yang dihasilkan pada tangki
penyimpanan dikembalikan ke tangki kargo kapal melalui pipa pengembalian uap
(vapour return line) dan pipa penghubung (arm), untuk mempertahankan tekanan positif
pada kapal. Karena perbedaan tekanan yang kecil antara tangki penyimpanan dan kapal,
blower untuk uap yang kembali kadang-kadang dibutuhkan. Meskipun demikian, untuk
tangki penyimpanan dengan full containment ketika tekanan desain sekitar 290 mbarg,
tekanan yang memadai biasanya tersedia untuk mengalirkan kembali uap tanpa harus
menggunakan pipa pengembalian uap (vapour return blower).

Tangki penyimpanan LNG


Satu atau lebih tangki di atas tanah (above ground) umumnya dipasang untuk

menerima dan menyimpan LNG. Kapasitas tangki penyimpanan berkisar antara 40.000
m3 to 180.000 m3. Untuk mengefisienkan biaya, desain diupayakan untuk
meminimalkan jumlah tangki dan memaksimalkan kapasitas penyimpanan per tangki.
Jika fasilitas tersebut hanya memiliki satu tangki maka pengiriman dan bongkar muat
24

LNG akan berasal dari tangki yang sama. Hal ini tidak menimbulkan persoalan jika
sistem dirancang dan dioperasikan dengan benar. Terdapat beberapa jenis tangki
penyimpanan seperti dapat dilihat pada gambar di bawah, yang diikuti dengan
penjelasannya.

Sumber: UK Capability in the LNG Global Market, Department of Trade and Industry UK,

Gambar 16. Jenis-jenis Tangki Penyimpanan LNG di Atas Tanah


- Single containment
Tangki single containment memiliki dinding bagian dalam yang terbuat dari baja
nikel 9% yang berdiri sendiri (self supporting). Bagian dalam tangki ini dikelilingi
oleh dinding bagian luar yang terbuat dari baja karbon yang memberikan insulasi
perlit pada ruang annular. Bagian luar tangki yang berupa baja karbon tidak memiliki
kemampuan untuk diisi material kriogenik, sehingga perlindungan hanya dilakukan
oleh tangki bagian dalam. Meskipun demikian, tangki single containment dikelilingi
oleh saluran atau wadah penampungan eksternal (dike) terhadap tangki, yang salah
satunya memberikan penampungan lapisan kedua apabila terjadi kegagalan pada
dinding tangki bagian dalam.
- Double containment

25

Tangki double containment adalah hampir sama dengan tangki single containment,
tetapi sebagai pengganti saluran eksternal, terdapat dinding luar yang terbuat dari
beton pre-stressed. Sehingga jika dinding bagian dalam mengalami kegagalan, maka
dinding bagian luar dapat menampung cairan kriogenik. Beton untuk dinding bagian
luar tersebut bisa menambah biaya, tetapi jumlah lahan yang dibutuhkan berkurang
karena tidak adanya saluran di luar seperti pada single containment. Jika terjadi
kegagalan pada tangki bagian dalam, maka cairan akan tertampung pada dinding
bagian luar, serta uap akan keluar melalui celah annular.
- Full containment
Pada tangki full containment, celah annular antara bagian dalam dan luar tangki di
ditutup (sealed). Umumnya jenis tangki ini memiliki atap beton maupun dinding
bagian luar yang terbuat dari beton pre-stressed. Dinding bagian luar dan atapnya
dapat menampung baik cairan kriogenik maupun uap yang dihasilkan. Berat atap
beton memungkinkan tekanan desain yang lebih tinggi (290 mbarg) dibanding dengan
tangki dengan atap logam (170 mbarg).
Selain ketiga jenis tangki di atas yang termasuk tangki di atas tanah (above
ground), terdapat juga tangki dalam tanah (in-ground).

Tangki Tampak Atas

26

1. Reinforced concrete tank cover


2. Steel roof
3. Suspended deck
4. Glass wool insulations
5. Non-CFC rigid polyurethane form
(PUF) insulation
6. 18Cr-8Ni stainless steel membrane
7. Reinforced concrete side wall
8. Reinforced concrete cut-off wall
9. Side heater
10. Reinforced concrete bottom slab
11. Bottom heater
12. Gravel layer

Gambar 17. Tangki Penyimpanan LNG di Dalam Tanah


Karena letak tangki di dalam tanah, maka hanya bagian atapnya saja yang bisa
terlihat dari luar. Tangki jenis ini dapat menghemat penggunaan lahan karena tidak
membutuhkan saluran pembendung (dike) serta tidak dibutuhkan jarak-jarak khusus
yang lebar untuk perlindungannya. Selain itu jenis tangki ini juga relatif lebih tahan
terhadap guncangan gempa dan lebih aman jika terjadi gangguan keamanan karena
letaknya yang berada di dalam tanah.
Dinding bagian samping serta lempeng bagian bawah tangki dalam tanah ini
memiliki struktur berlapis yang terdiri dari beton, insulasi, dan membran. Karena tangki
terletak di dalam tanah, di mana terdapat tekanan eksternal dari luar serta tekanan air
yang bisa melebihi tekanan internal dari LNG itu sendiri, digunakanlah beton reinforced
sebagai penahannya karena beton ini memiliki kekuatan kompresif yang besar. Insulasi
dibutuhkan untuk menahan perambatan panas dari luar serta memindahkan gas internal
serta tekanan LNG ke dinding bagian samping serta lempeng bagian bawah tangki.
Sedangkan lapisan membran dibutuhkan untuk menjaga LNG dan kerapatan gas.
Membran tersebut memiliki kerut untuk menyerap konstraksi karena perbedaan
temperatur sekitar dengan temperatur LNG itu sendiri. Tangki di dalam tanah ini bisa
memiliki kapasitas hingga 200.000 m3.
Keputusan dalam pemilihan tangki yang digunakan bergantung pada biaya
capital dan operasi, ketersediaan lahan, jarak pisah dengan dermaga, dan juga
perlindungan dari faktor eksternal seperti potensi timbulnya tekanan awan uap,
27

gangguan keamanan, dan lain sebagainya. Dalam penentuan jenis tangki, adalah penting
untuk mempertimbangkan juga biaya kapital serta biaya operasi yang lebih tinggi yang
terkait, untuk peralatan penanganan uap maupun biaya peralatan keselamatan. Untuk itu,
dibutuhkan analisis ekonomi yang menyeluruh dalam pengambilan keputusannya.

Penanganan uap
Selama operasi normal, uap boil-off diproduksi pada tangki dan pipa yang berisi
cairan akibat transfer panas dari sekitar. Uap ini dikumpulkan pada boil-off header yang
terhubung dengan boil-off compressor suction drum. Sebuah in-line desuperheater, yang
terletak pada hulu drum akan menginjeksi LNG pada aliran gas jika temperatur
meningkat di atas -80oC. Uap boil-off yang dihasilkan selama operasi normal karena
adanya panas yang terserap ke tangki penyimpanan dan pipa dikompres dan dicairkan
pada recondenser.
Selama bongkar muat, jumlah uap pada outlet tangki naik secara signifikan. Uap
tambahan ini adalah kombinasi dari volume yang digantikan pada tangki oleh LNG yang
masuk, uap yang datang dari terbebasnya input energi pada pompa kapal, uap flash
karena perbedaan tekanan antara kapal dan tangki penyimpanan serta penguapan dari
bocornya panas pada penghubung bongkar muat dan pipa transfer.
Uap dapat dialirkan kembali menuju kapal melalui boil-off gas blower atau menuju
boil-off compressor. Uap yang tidak dialirkan kembali ke kapal dikompres dan dialirkan
ke recondenser. Banyaknya uap yang bisa direkondensasi tergantung pada jumlah LNG
yang dikirimkan. Jika tidak terdapat cukup LNG yang dikirimkan untuk menyerap boiloff gas, uap tersebut dikompresi hingga tekanan pipa atau bisa juga dibakar atau
dikeluarkan ke atmosfer (vented). Prioritas untuk penanganan uap adalah sebagai
berikut.
- Untuk penggantian (displacement) volume pada kapal dan tangki penyimpanan
- Untuk pencairan kembali pada LNG yang dikirimkan
- Untuk dikompres hingga tekanan pipa dan ditransportasikan melalui pipa
- Untuk dibakar atau dikeluarkan ke atmosfer

Pompa pengiriman LNG tahap pertama


28

Beberapa pompa pengiriman LNG dengan head yang rendah biasanya terpasang
pada masing-masing tangki penyimpanan LNG. Pompa-pompa ini beroperasi terendam
dalam LNG dan terletak dalam kolom pompa, yang memudahkan baik memasang dan
melepasnya. Kolom-kolom pompa juga berfungsi sebagai pipa pengeluaran dari pompa,
dan terhubung dengan bagian atas perpipaan. Pompa-pompa LNG ini akan mengalirkan
LNG dan mensirkulasikan LNG pada pipa bongkar muat kapal untuk menjaga pipa
tersebut tetap dingin di antara waktu bongkar muat kapal.
Pompa tahap pertama ini umumnya memiliki tekanan keluar sekitar 11 bar. Oleh
karena tekanan jenuh adalah sekitar 1 bar, LNG secara efektif dapat disub-dinginkan
dengan 10 bar. Sub-pendinginan ini memberikan kapasitas panas yang dibutuhkan untuk
mengkondensasikan uap boil-off pada proses selanjutnya.

Recondenser
LNG dari pompa dalam tangki dialirkan langsung ke recondenser. Uap boil-off
yang dihasilkan selama operasi normal juga dialirkan ke recondenser dan dicampurkan
dengan LNG subdingin untuk dikondensasikan. Hal ini dapat menghindarkan
pembakaran atau pengeluaran uap ke atmosfer. Recondenser tersebut berisi packed bed
sehingga terdapat area permukaan yang luas untuk kontak cairan dan uap.

Pompa pengiriman LNG tahap kedua


Gas yang dikirimkan umumnya diinjeksikan pada sistem distribusi gas tekanan
tinggi yaitu sekitar 80 barg. Untuk mencapai tekanan ini, dibutuhkan pompa pengiriman
dengan head tinggi beberapa tingkat. Pompa-pompa tersebut mengambil LNG dari
recondenser dan mengalirkannya ke penguap (vaporiser) pada tekanan yang sesuai pada
pipa.

Penguap LNG

29

Sumber: LNG Import Terminal Recent Developments, Janusz Tarlowski et al.

Gambar 18. Open Rack Vaporisers (ORV)


Fasilitas terminal LNG memiliki beberapa penguap yang beroperasi secara parallel
dengan juga disertai cadangan. Open Rack Vaporisers (ORV) adalah yang banyak
digunakan dan menggunakan air laut untuk memanaskan dan menguapkan LNG. Jenis
lainnya adalah Submerged Combustion Vaporiser (SCV) yang menggunakan gas yang
dikirimkan sebagai bahan bakar untuk pembakaran yang memberikan panas
pembakaran. Mahalnya pemasangan sistem ORV air laut menyebabkan biaya kapital
yang tinggi. Di lain pihak, SCV memiliki biaya operasi yang lebih tinggi karena biaya
bahan bakar. Pada beberapa fasilitas, karena pertimbangan ekonomi, ORV biasa
digunakan pada kisaran operasi normal pengiriman dan SCV digunakan sebagai
cadangan.

30

Sumber: LNG Import Terminal Recent Developments, Janusz Tarlowski et al.

Gambar 19. Submerged Combustion Vaporiser (SCV)


Pertimbangan kondisi lapangan juga mempengaruhi penggunaan apakah
menggunakan ORV atau SCV. Jika temperatur air laut di bawah kira-kira 5 oC, ORV
tidak digunakan karena bekunya air laut. Pada beberapa lapangan, terkadang tidak
memungkinkan untuk memisahkan keluar dan masuknya air laut, dan SCV harus
dipasang untuk mencegah masalah resirkulasi. SCV juga berukuran lebih kecil
dibanding ORV dan memiliki efisiensi panas yang lebih tinggi (>95%). Penggunaan
SCV tetapi memiliki masalah lingkungan karena adanya emisi karbondioksida dan
NOX. Kelebihan air yang diproduksi sebagai hasil pembakaran juga membutuhkan
perlakuan sebelum dikeluarkan. Selain ORV dan SCV, penguap cangkang dan tabung
sekarang juga dipertimbangkan untuk aplikasi tertentu, khususnya ketika sumber panas
lainnya tersedia seperti dari pembangkit listrik atas proses utilisasi energi dingin.

Sistem pengeluaran ke atmosfer (vent) atau pembakaran (flare)


Jika terjadi kondisi yang tidak diinginkan, uap bisa dihasilkan melebihi kapasitas
recondenser dan kompresor pipa (jika ada). Jika ini terjadi, uap harus dikeluarkan ke
udara melalui elevated vent stack atau dibakar untuk pembuangan secara aman. Metode
pembuangan uap yang lebih disukai adalah dengan cara membakarnya. Pengeluaran
dengan venting memungkinkan tetapi membutuhkan pertimbangan khusus. Walaupun
mungkin lebih disukai karena tidak terlihat oleh penduduk sekitar, vent harus dirancang
31

untuk mengantisipasi jika tiba-tiba terjadi percikan oleh petir. Penyebaran gas dingin
dari vent juga lebih problematis dibanding dari pembakaran karena gas pembakaran
akan selalu naik ke atas. Sistem uap tangki digabungkan pada manifold dan pressure
control valve mengirimkan uap ke vent stack atau flare stack sebelum safety valve tangki
terbuka. Tangki penyimpanan itu sendiri dilengkapi dengan relief valve sebagai
pertahanan terakhir menahan overpressure.

Utilitas pendukung
Fasilitas di bawah ini dibutuhkan untuk memberikan utilitas pada terminal
penerimaan LNG serta untuk mendukung pengoperasiannya.
- Sistem pengambilan, pengeluaran, dan pemompaan air laut untuk unit ORV.
- Sistem listrik
- Pemadam kebakaran
- Sistem foam
- Sistem air bersih
- Instrumentasi
- Nitrogen (penyimpanan dan penguap)
- Pembangkit listrik darurat
- Sistem perlakuan aliran
- Pasokan minyak diesel untuk pompa firewater dan generator darurat
- Fasilitas kapal, pasokan kapal, pelumas, dsb, yang mungkin juga dibutuhkan
- Ruang kontrol, pemeliharaan, gudang, administrasi, ruang penjaga.

Pengiriman LNG
Perlindungan terhadap tanker LNG selama navigasi, berlabuh/berlayar dan ketika
bersandar dan bongkar muat adalah pertimbangan utama. Juga, transfer LNG adalah
relatif berisiko tinggi dan spesifikasi khusus biasanya ditentukan oleh perancang
terminal untuk melindungi kepentingan umum maupun pekerja di terminal. Hal-hal
tersebut termasuk, sistem shutdown darurat, penampungan apabila terjadi tumpah (spill),
proteksi anti-pressure surge untuk perpipaan.
32

Tata letak terminal LNG dan pemilihan lokasi umumnya berdasarkan parameterkapal
berikut.
- Kapasitas 80.000 145.000 m3 memiliki panjang keseluruhan hingga 310 m, lebar 46
m, dan draft jika penuh setinggi 11,6 m. Laju bongkar muat pengiriman bersih pada
terminal penerimaan kira-kira sekitar 12,000 m3/jam. Sekalipun terdapat kapal dengan
ukuran yang lebih kecil yang dapat dimasukkan pada basis desain dermaga, trend
industri saat ini menggunakan ukuran kapal yang lebih besar.
- Kedalaman air di head dermaga adalah 15 m.
Terminal penerimaan hingga saat ini diharapkan dapat beroperasi hampir 365 hari per
tahun dan memiliki peralatan cadangan untuk dapat mencapai hal tersebut. Meskipun
demikian, shutdown dibutuhkan inspeksi kapal dan pemeliharaan peralatan-peralatan
yang penting. Peralatan cadangan dapat dihilangkan dan dapat dilakukan penghematan
biaya jika dapat digunakan line packing atau jika pengguna gas dapat mentoleransi
adanya interupsi pasokan gas tersebut.
II.5 Pemanfaatan LNG
Berikut ini adalah beberapa jenis manfaat gas alam untuk kehidupan dan manusia
secara khusus.

Gas Alam sebagai Bahan Bakar untuk Kendaraan


Pemakaian gas alam sebagai pengganti bensin dan solar bisa mengurangi

polusi. Gas alam untuk bahan bakar berbagai jenis kendaraan dapat dibentuk
dalam material CNG atau LNG.

Sebagai sumber pembangkit listrik


Gas alam untuk kesehatan lingkungan
Gas alam untuk konstribusi ekonomi dunia
Gas alam untuk menciptakan lapangan kerja
Gas alam untuk industry
Ga alam untuk meningkatkan potensi ekonomi Negara
Gas alam sebagai pemanas dan pendingin
Gas alam sebagai sumber energi rumah tangga
Gas alam sebagai penghasil sumber tenaga uap
Gas alam untuk rekayasa cuaca
Gas alam untuk pengolahan hasil hutan
Gas alam untuk meningkatkan pendapatan
33

Gas alam sebagai energy pengganti


Gas alam mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

II.6 Aspek Lingkungan dan Keselamatan LNG


Secara umum dapat dikatakan bahwa jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil
lainnya, LNG memiliki beberapa keunggulan. LNG tergolong ramah lingkungan serta
memiliki catatan keselamatan yang cukup baik, karena hal-hal berikut.
- LNG tidak berada di bawah tekanan dan dapat terdisipasi dengan cepat sehingga risiko
ledakannya cukup kecil, yang membuat risiko dan bahayanya dapat ditangani dengan
lebih baik.
- LNG tidak beracun atau karsinogenik.
Di bawah ini akan dipaparkan aspek lingkungan dan aspek keselamatan dari LNG

Aspek Lingkungan
- Emisi
LNG sebagian besar terdiri dari metana dan merupakan bahan bakar fosil yang
paling bersih. Hasil pembakaran gas alam adalah karbondioksida dan uap air. Namun
hasil gas alam pembakarannya menghasilkan polutan yang jauh lebih sedikit
dibandingkan bahan bakar lainnya seperti minyak bumi dan batubara, seperti terlihat
pada table berikut. Gas alam menghasilkan paling sedikit karbondioksida, SO2, NOx,
partikulat, dan merkuri.
Tabel 2. Tingkat Emisi dari Pembakaran Bahan Bakar Fosil

- Tumpahan
Sudah banyak diketahui bahwa tumpahan minyak dapat menimbulkan dampak
yang luar biasa baik dari segi lingkungan maupun ekonomi. Jika LNG tumpah baik ke
laut atau ke darat, LNG akan terbebas ke udara di mana LNG akan menguap sehingga
menyebabkan awan uap yang dapat terlihat. Kemungkinan awan uap ini terbakar adalah
34

sangat kecil, karena uap LNG lebih ringan daripada udara, yang dapat terdisipasi secara
cepat. Tidak seperti minyak bumi, tumpahan LNG tidak meninggalkan residu.

Aspek Keselamatan
LNG tidak mudah meledak atau terbakar karena tidak berada pada tekanan serta
tidak mengandung oksigen. Jika terjadi gas alam yang terlepas, gas alam tersebut hanya
dalam rentang yang sempit terhadap rasio udara. Jika konsentrasi bahan bakar kurang
dari 5 persen bahan bakar tidak dapat terbakar karena jumlah bahan bakar tidak
memadai. Jika konsentrasi bahan bakar lebih tinggi dari 15 persen juga tidak dapat
terbakar karena jumlah oksigen yang tidak memadai. Secara umum, untuk membuat
LNG jadi terbakar, LNG harus dibebaskan, diuapkan, dan dicampur dengan udara pada
rasio 5-15 persen, serta harus terdapat kontak dengan sumber pembakaran.
Sekalipun porsi awan uap LNG dapat terbakar pada rasio gas dan udara yang tepat,
kecepatan pembakarannya pada awan uap di udara bebas adalah lambat dan tidak akan
meledak. Kontras dengan LPG yang memiliki risiko yang tinggi karena disimpan di
bawah tekanan serta lebih berat daripada udara sehingga tidak bisa terdisipasi dengan
cepat. Minyak bumi juga beracun, dan jika tumpah terutama di air, akan menimbulkan
dampak yang besar pada lingkungan.
Keselamatan pada industri LNG dijamin dengan beberapa elemen yang memberikan
perlindungan berlapis untuk keselamatan baik pekerja yang terlibat langsung maupun
penduduk di sekitar fasilitas LNG, baik pada fasilitasnya di daratan maupun fasilitas
transportasinya di lautan.
Keselamatan fasilitas LNG di darat
Beberapa elemen untuk menjamin keselamatan pengoperasian fasilitas LNG di darat
adalah sebagai berikut.
- Containment utama
Keselamatan dijamin dengan menggunakan material yang sesuai untuk tangki
penyimpanan, dan peralatan lainnya, dengan menggunakan rancangan engineering yang
sesuai di seluruh rantai nilai LNG.
- Containment kedua

35

Containment ini adalah untuk menjamin jika terjadi kebocoran atau tumpah, LNG
dapat ditampung dan diisolasi. Pada instalasi darat biasanya terdapat saluran di sekitar
tangki penyimpanan untuk menampung cairan jika terjadi tumpah LNG.
- Sistem pengamanan
Sistem pengamanan ini dibutuhkan untuk mengurangi terbebasnya LNG dan
mengurangi akibat dari terbebasnya LNG tersebut.
- Jarak separasi
Peraturan mempersyaratkan bahwa fasilitas LNG terletak pada jarak yang aman dari
kawasan industri, pemukiman, serta area publik lainnya.
- Fitur keselamatan lainnya
Di terminal penerimaan daratan, fitur keselamatan lainnya meliputi detektor metana,
detektor api inframerah atau ultraviolet, CCTV, sistem pemantauan offsite, persyarataan
pelatihan untuk personel, serta akses terbatas pada properti terminal.
Keselamatan transportasi LNG
Tanker LNG dirancang dengan seperangkat fitur keselamatan. Kapal LNG memiliki
dinding ganda (double hull). Containment kargo menggunakan beberapa lapisan
perlindungan untuk mencegah kebocoran. Lapis pertama terdiri dari penghalang cair
yang diikuti dengan lapisan insulasi, di atasnya terdapat penghalang cairan kedua
dengan lapisan insulasi lainnya. Masing-masing insulasi dimonitor serta dilengkapi
dengan peralatan yang cukup sensitif untuk mendeteksi kebocoran yang cukup kecil,
sehingga jika terjadi tanda-tanda kebocoran dapat dideteksi lebih dini.
Tanker LNG juga dilengkapi dengan seperangkat instrumentasi yang dapat
mematikan sistem secara aman apabila sistem mulai beroperasi di luar ambang batas
parameterparameter yang diizinkan. Tanker juga dilengkapi dengan radar dan system
pemosisian yang dapat memberikan peringatan kepada awak kapal mengenai lalu lintas
lautan serta potensi bahaya disekitar tanker. Area keselamatan juga disediakan di sekitar
lokasi LNG baik kapal sedang berjalan maupun ketika bersandar.
Secara umum industri LNG telah berkembang secara teknis dan operasional dengan
menjamin pengoperasian yang aman dan selamat. Kemajuan teknis dan operasional

36

tersebut termasuk dari engineering, prosedur operasi, hingga kompetensi pekerja.


Standard, kode, dan peraturan yang diterapkan pada industri LNG juga menjamin
keamanan dan keselamatan pengoperasiannya.

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Liquefied Natural Gas (LNG) adalah gas alam yang dicairkan dengan
didinginkan hingga mencapai suhu -160oC pada tekanan 1 atm. Pada kondisi
cair LNG memiliki densitas sekitar 45% dari densitas air, dengan reduksi
volume 1/600 dibanding kondisi gasnya.
Tujuan utama dari pencairan gas bumi untuk memudahkan transportasinya dari
daerah produksi ke konsumen.
Tahapan-tahapan pada rantai nilai LNG adalah Eksplorasi & Produksi,
Pencairan, Pengapalan, serta Penyimpanan dan Regasifikasi
37

Proses pencairan gas menjadi LNG berupa pencairan gas alam menggunakan
media pendingin (refrigerant). Kilang pencairan bisa terdiri dari beberapa unit
paralel (train).
Teknologi pencairan merupakan elemen utama pada kilang LNG. Terdapat
beberapa proses lisensi pencairan dengan berbagai tingkat penerapan dan
pengalaman. Prinsip dasar untuk pendinginan dan pencairan gas menggunakan
pendingin

adalah

termasuk

menyesuaikan

sedekat

mungkin

kurva

pendinginan/pemanasan gas proses dan pendingin. Hasilnya berupa proses


termodinamika yang lebih efisien yang membutuhkan daya yang lebih efisien
per unit LNG yang diproduksi. Hal ini berlaku pada semua proses pencairan.
Untuk saat ini, teknologi yang paling banyak digunakan dalam proses
teknologi pencairan adalah yang berasal dari APCI propane pre-cooled mixed
refrigerant
Manfaat gas alam yang paling utama adalah sebagai sumber energi, yaitu
sebagai bahan bakar untuk rumah tangga (LPG) dan industri. Selain itu, gas
alam juga digunakan sebagai bahan baku industri dan produksi gas hidrogen.
LNG tergolong ramah lingkungan serta memiliki catatan keselamatan yang
cukup baik, dimana emisi LNG menghasilkan paling sedikit karbondioksida,
SO2, NOx, partikulat, dan merkuri dan tumpahan LNG tidak meninggalkan
residu.
III.2 Saran
Agar dapat memahami dan memperoleh pengetahuan tentang LNG, disarankan
harus dilakukan kesetimbangan antara penerimaan dan permintaan untuk
pengembangan LNG. Pengurangan biaya pengembangan LNG ini diharapkan dapat
membuka peluang untuk meningkatkan penggunaan teknologi LNG ini di mana
mungkin sebelumnya teknologi ini sulit mencapai keekonomiannya

38

DAFTAR PUSTAKA

Prof.DR.Ir.Abd.Maksud, DEA , 2015, Materi Kuliah Termodinamika Teknik


Kimia
Mira Maulidiana, 2006, Makalah Pemanfaatan Gas Alam, (Online),
(https://www.scribd.com/doc/245058329/45938955-LNG-

Transportasi-Gas-Alam-pdf diakses pada tanggal 14 April 2016)


http://manfaat.co.id/15-manfaat-gas-alam-untuk-manusia-dan-

kehidupan diakses pada tanggal 15 April 2016


http://wwwmakalahkimiadasar.blogspot.co.id/2015/10/makalahpencairan-gas-alam.html diakses pada tanggal 15 April 2016

39

Anda mungkin juga menyukai