Anda di halaman 1dari 19

KEMAMPUAN MEMBACA TEKS WACANA PENDEK

MELALUI MEMBACA DALAM HATI


PADA SISWA KELAS V SDN 117831 TANJUNG BERINGIN
KECAMATAN BILAH BARAT TAHUN PELAJARAN 2015/2016

1. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama. Dengan bahasa, kita dapat
berkomunikasi dengan sesama dengan cara yang hampir tanpa batas. Kita dapat
mengutarakan keinginan kepada orang lain sehingga orang lain itu dapat mengetahui
keinginan kita. Kita dapat menjelaskan ide, pikiran, gagasan kepada orang lain sehingga
orang lain memahami penjelasan kita. Demikianlah kita dapat saling mencurahkan perasaan,
dapat saling memahami pikiran dan gagasan, bahkan kita dapat menciptakan sebuah dunia
yang tidak nyata (khayalan) dengan alat yang hanya dimiliki oleh manusia , yaitu bahasa.
Salah satu kunci sukses dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa adalah
ketepatan berbahasa. Penggunaan bahasa yang tidak teratur menyulitkan pembaca atau
pendengar untuk dapat memahaminya. Ketepatan dan keteraturan dalam berbahasa itu tentu
saja memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang luas dan mendalam mengenai ilmu
kebahasaan. Di samping itu, tentu saja keteraturan berbahasa itu mengandaikan adanya suatu
aturan (kaidah) bahasa yang baku yang disusun secara ilmiah, menggunakan pendekatan
keilmuan yang tepat.
Bertitik tolak dari yang diutarakan di atas, maka untuk mengejar kekurangan dalam
pengetahuan berbahasa, khususnya bahasa Indonesia tentu saja para guru senantiasa dituntut
menjadikan siswanya menjadi manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar
pula. Jika hal ini dapat tercapai maka para siswa kita tidak akan diragukan lagi keterampilan
berbahasanya, seperti yang dikatakan oleh Asfandi bahwa Keterampilan berbahasa Indonesia
di kalangan tamatan sekolah dasar sampai sekolah lanjutan, ternyata belum memenuhi syarat
minimum bagi penggunaan bahasa Indonesia, baik untuk kepentingan komunikasi umum di
dalam masyarakat (Asfandi, 1983: 28).
Dari fenomena dan kenyataan seperti disebutkan di atas, maka penulis merasa tertarik
untuk memilih judul penelitian tentang Kemampuan Membaca Teks Wacana Pendek Melalui
1

Membaca Dalam Hati pada Siswa Kelas V SDN 117831 Tanjung Beringin Kecamatan bilah
barat Tahun Pelajaran 2015/2016
Kemampuan membaca dalam hati sangat bermanfaat bagi siswa selama mereka belajar
di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga membaca bukan saja pada waktu siswa masih
bersekolah saja, akan tetapi membaca akan dapat berlanjut sesuai dengan prinsip pendidikan
berlangsung seumur hidup.
Kemampuan membaca dalam hati sangat diperlukan dan sangat besar kegunaannya,
tidak saja dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, tetapi juga meliputi semua mata pelajaran,
terutama yang diajarkan di sekolah. Dengan memiliki kemampuan ini para siswa akan dapat
berbahasa dengan baik dan benar.
Adanya keseragaman pemahaman membaca dalam hati pada pelajaran bahasa Indonesia
akan membawa rasa persatuan dan kesatuan melalui bahasa. Kita tentu menginginkan dari
setiap siswa Sekolah Dasar mempunyai kemampuan dan keterampilan berbahasa Indonesia
dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga fungsi bahasa sebagai bahasa
persatuan dan kesatuan serta kebangsaan tetap berlangung dan terpelihara.
Untuk menjadikan siswa Sekolah Dasar terampil berbahasa Indonesia maka salah satu
upaya yang mesti dilakukan oleh seorang guru adalah dengan penerapan membaca dalam hati
untuk memahami isi wacana yang dibaca, sehingga harapan tersebut dapat terpenuhi,
terutama menjadikan siswa terampil berbahasa lisan dan tulisan.
Dari beberapa konsep yang penulis kemukakan di atas, ada beberapa faktor yang ikut
melatarbelakangi penelitian ini, yaitu.
1. Menurunnya minat siswa dalam membaca buku-buku yang mengandung pengetahuan.
2. Belum dicapainya mutu pendidikan yang diinginkan sesuai dengan kriteria ketuntasan
minimal (KKM) pelajaran bahasa Indonesia kelas V SDN 117831 Tanjung Beringin Kec.
Bilah Barat Tahun Pelajaran 2015/2016
3. Tidak puasnya masyarakat dengan mutu dan kemampuan lulusan. Ini berarti bahwa mutu
dan kemampuan yang dimiliki para lulusan Sekolah Dasar tidak selaras dengan tuntutan
masyarakat. (Sumarsono, Tanpa Tahun: 9)
Bertolak dari faktor-faktor di atas, maka peneliti memilih lokasi penelitian pada SDN 2
Jembatan Kembar, Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat. Peneliti mengarahkan
perhatian di lokasi tersebut, karena di sekolah tersebut terdapat perhatian Kepala Sekolah dan
guru-gurunya untuk membina dan menerapkan pada siswanya untuk dapat membaca intensif
dengan baik dalam memahami wacana pendek dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul Analisis
Kemampuan Membaca Teks Wacana Pendek Melalui Membaca Dalam Hati pada Siswa
Kelas V SDN 117831 Tanjung Beringin Kecamatan Bilah Barat Tahun Pelajaran 2015/2016.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat mengajukan rumusan
masalah sebagai berikut. Bagaimanakah kemampuan membaca teks wacana pendek melalui
membaca dalam hati pada siswa kelas V SDN 117831 Tanjung Beringin Kecamatan Bilah
Barat Tahun Pelajaran 2015/2016.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
kemampuan teks wacana pendek melalui membaca dalam hati pada siswa kelas V SDN
117831 Tanjung Beringin Kecamatan Bilah Barat Tahun Pelajaran 2015/2016.
4.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah.


a. Bermanfaat bagi pengajaran membaca teks wacana pendek melalui membaca dalam hati
pada siswa Kelas V SDN 117831 Tanjung Beringin Kecamatan Bilah Barat Tahun Pelajaran
2015/2016.
b. Menjadi bahan masukan dan acuan bagi para guru bahasa Indonesia terutama yang
mengajar di Kelas V Sekolah Dasar terutama dalam mengajarkan materi membaca dalam
hati.
5. Landasan Teori
Kemampuan artinya memberi respon yang tepat dan akurat terhadap tuturan tertulis
yang dibacanya (bacaan). Sedangkan kata membaca yaitu melihat sambil melisankan suatu
tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya (Poerwadarminta, 1976: 71).
Membaca dalam hati ialah salah satu jenis membaca yang tergolong tidak bersuara yang
bermanfaat untuk memahami gagasan-gagasan yang terkandung di dalam bacaan itu sendiri
sampai kepada hal-hal yang sekecil-kecilnya (Depdikbud, 1983: 87).
Tarigan mengungkapkan membaca adalah proses pemerolehan pesan yang disampaikan
oleh seseorang melalui tulisan . Kegiatan membaca tidak timbul secara alami tetapi ada
faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya, yaitu faktor dalam (intern) pembaca dan faktor
luar (ekstern) pembaca. Faktor yang berasal dari dalam diri pembaca itu antara lain tuntutan
kebutuhan pembaca, adanya rasa persaingan antara sesama. Sedangkan faktor yang berasal
3

dari luar pembaca meliputi tersedianya waktu, tersedianya semua yang diperlukan oleh
pembaca, adanya dorongan dari luar (misalnya dari guru). Keterampilan membaca di Sekolah
Dasar merupakan dasar atau landasan untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Seandainya
dasar tersebut kurang kuat, niscaya pengaruhnya cukup besar dan sangat terasa baik bagi para
siswa atau oleh para guru (1968: 21).
Istilah wacana di dalam kamus bahasa Inggris Websters New Twentieth Century
Dictionari (1983: 522) dijelaskan bahwa kata wacana (discourse) berasal dari bahasa latin
discursus yang berarti lari kian kemari (yang diturunkan dari dis- dari atau dalam arah
yang berbeda, dan currere lari). Kemudian lebih lanjut dinyatakan bahwa wacana dapat
berarti.
1. Komunikasi pikiran dengan kata-katan terutama sebagai subjek studi atau pokok
telaah.
2. Komunikasi secara umum, terutama sebagai subjek studi atau pokok telaah.
3. Risalah tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah, dan khutbah.

5.1 Jenis-jenis Membaca


Menurut Tarigan jenis-jenis membaca dapat dibedakan menjadi dua, yaitu membaca secara
bersuara (membaca nyaring; oral reading), dan membaca dalam hati (silent reading).
Membaca dalam hati dapat pula dibagi atas: (1) Membaca ekstensif, dan (2) Membaca
intensif. Selanjutnya membaca ekstensif ini mencakup atas: membaca survei (survei reading),
membaca sekilas (skimming), dan membaca dangkal (sufervicial reading).
Kemudian membaca intensif dapat dibagi atas: membaca teliti (close reading), membaca
pemahaman (comperhensiv reading), membaca kritis (critical reading), dan membaca ide
(reading for ideas) (1987: 12).
5.1.1 Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru,
murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap
serta memahami informasi, fikiran, dan perasaan seseorang pengarang.
Pada membaca dalam hati (silent reading) yang aktif adalah mata (pandangan;
penglihatan), dan ingatan. Sedangkan membaca nyaring, selain penglihatan dan ingatan, juga

turut aktif auditory memory (ingatan pendengaran), dan motor memory (ingatan yang
bersangkut paut dengan otot-otot kita) (Moulton dalam Tarigan, 1987: 15).
5.1.2 Membaca dalam Hati
Tujuan utama membaca dalam hati (silent reading) adalah untuk memperoleh
informasi. Setelah meninggalkan sekolah mayoritas pelajar akan sedikit sekali membaca
bersuara, membaca nyaring, tetapi membaca dalam hati. Dalam garis besarnya membaca
dalam hati dapat dibagi atas dua bagian.
1. Membaca ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Obyeknya meliputi sebanyak mungkin teks
dalam waktu yang sesingkat mungkin.
2. Membaca intensif.
Membaca intensif (intensif reading) adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan
terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua
sampe empat halaman (Brooks dalam Tarigan, 1987: 35).
5.1.3 Membaca Telaah Isi
Setelah kita menemukan bahan atau hal yang menarik hati untuk dibaca secara sekilas,
maka biasanya kita ingin mengetahui serta menelaah isinya secara mendalam, kita ingin
membacanya dengan teliti. Menelaah isi suatu bacaan menuntut ketellitian, pemahaman,
kekritisan berfikir serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam buku bacaan.
Membaca telaah isi dapat dibagi atas.
1. Membaca Teliti
Sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka seringkali kita perlu membaca dengan teliti
bahan-bahan yang kita sukai. Jenis membaca teliti ini menuntut suatu pemutaran atau
pembalikan pendidikan yang menyeluruh.
2. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for understanding) yang dimaksudkan disini adalah sejenis
membaca yang bertujuan untuk memahami: (1) standar-standar atau norma-norma kesastraan,

(2) Resensi kritis (critical review), (3) Drama tulis, dan (4) Pola-pola piksi (Tarigan, 1987:
57).
Pelajaran membaca di Sekolah Dasar ada beberapa jenis, yaitu.
1. Membaca Teknik
Membaca teknik adalah suatu jenis membaca bersuara yang harus di miliki oleh anakanak didik untuk menguasai keterampilan melafalkan kata yang baku, membaca lgu kalimat
dengan intonasi kalimat, penggalan kata dan kalimat, pengucapan fonem, membaca kalimat
dengan lancar dan tanpa cacat, semuanya dengan benar, baik dan tepat.
2. Membaca Cepat
Membaca cepat atau membaca dalam hati ialah cara membaca suatu bacaan atau teks
dengan tidak bersuara, walupun tidak bersuara bibirpun tidak boleh bergerak dengan tujuan
menangkap isi bacaan/gagasan yang paling penting.
3. Membaca Intensif.
Membaca intensif ialah salah satu jenis membaca yang tergolong tidak bersuara atau
jenis membaca dalam hati yang bermanfaat untuk memahami gagasan-gagasan yang
terkandung di dalam bacaan itu sendiri sampai kepada hal-hal yang sekecil-kecilnya.
4. Membaca Indah
Membaca indah adalah membaca sastra/puisi bersuara dengan segala keindahannya
baik suara yang turun naik, lagu kalimat, maupun gerk mimik yang menyertainya dengan
tujuan enak didengar dan dapat dirasakan serta dihayati sendiri maupun oleh para
pendengarnya.
5. Membaca Kritis
Membaca kritis ialah salah satu jenis membaca yang tergolong membaca dalam hati,
dengan harapan dapat membuat rangkuman isi bacaan dengan cermat, teliti, dan hati-hati
(Depdikbud, 1983: 87).
5.2 Kemampuan Membaca dalam Hati
Kemampuan membaca dalam hati siswa sangat ditunjang oleh pengalaman membaca
dan pengetahuan dalam menguasai pengetahuan kebahasaan, seperti kosa kata dan tata
bahasa (Pujiati, 1998: 29). Dengan demikian dapat dipertegas bahwa kemampuan kaitannya
dengan membaca dalam hati adalah kemampuan merespon secara sadar susunan tertulis yang
dihadapinya atau yang disimulasikan. Respon yang ditampilkan adalah respon yang aktif.
Respon aktif ini berkaitan dengan pengelolaan terhadap tuturan tertulis (Damiati, 1998: 1).

Sesuai dengan pendapat di atas, Taksonomi S. Bloom dalam teori belajar dapat juga
diadaptasikan untuk keperluan membaca yang berhubungan dengan mampu tidaknya
seseorang membaca.
Disarankan kepada para pembaca agar memperhatikan tiga ranah penting.
a. Ranah kignitif dalam membaca dapat diartikan sebagai aktivitas kognitif dalam memahami
teks bacaan secara tepat dan kritis. Aktivitas seperti ini sering disebut sebagai lkemampuan
membaca, atau lebih khusus disebut sebagai kemampuan kognisi.
b. Ranah efektif berhubungan dengan sikap dan minat atau motivasi siswa untuk membaca :
misalnya sikap positif terhadap kegiatan membaca atau gemar membaca, dan lain-lain.
c. Ranah prikomotor berkaitan dengan aktifitas fisik siswa pada saat membaca teknis dan
membaca nyaring, tentu berbeda dengan saat melakukan kegiatan membaca pemahaman
(Ahmadi, 1997: 81).
Membaca dalam hati ialah salah satu jenis membaca yang bermanfaat untuk memahami
gagasan-gagasan yang terkandung di dalam bacaan itu sendiri sampai kepada hal-hal yang
sekecil-kecilnya (Depdikbud, 1982 : 79).
Membaca dalam hati merupakan yang terpenting untuk memperkenalkan anak terhadap
dunia baca. Mengingat keterampilan ini tidak terbentuk begitu saja, maka para pakar
psikologi perkembangan menemukan suatu konsep tentang bagaimana memperkenalkan anak
dengan cara yang baik. Dengan demikian membaca dalam hati sangat terkait dengan
kejiwaan anak. Dijelaskan bahwa ada anak-anak lain, ada pula anak yang memiliki kesiapan
mental yang kuat (Ahmadi, 1997: 20).
Untuk mencapai tahap kemampuan membaca perlu dimaklumi bahwa membaca
merupakan latihan yang sangat komplek yang tergantung pada banyak faktor, yakni faktor
linguistik dan nonlingusitik (Soyoto, 1998: 21). Pertimbangan faktor nonlingusitik
berhubungan dengan metode yang digunakan, kemampuan membaca juga dapat dilihat dari
proses yang berlanjut dan mental. Atau membaca dari segi nonlingusitik melibatkan responrespon fisik, fsikologi, intelektual dan emosional. Sedangkan

faktor-faktor lingusitik

berkaitan dengan kemampuan untuk menguasai hal-hal yang berhubungan dengan ilmu
bahasa seperti penguasaan kosa kata dalam bahasa tertentu, system gramatikalnya, sehingga
ketahapan aspek semantis atau makna kata, frase, klausa, dan kalimat (Ahmadi, 1997: 22).
Dari beberapa pandangan tentang kemampuan membaca seperti yang dipaparkan di
atas, maka indikator yang dapat dijadikan sebagai acuan bahwa seseorang atau siswa dapat
dikatakan mahir membaca secara sukses harus memiliki keterampilan untuk memahami halhal yang berkaitan dngan kebahasaan dan isi pesan. Jadi, factor penentu keberhasilan
7

seseorang alam membaca adalah keterampilan pemahaman terhadap kebahasaan dan


nonkebahasaan yang terdapat dalam materi bacaan baik yang tersurat maupun yang tersirat
(Damiyati, 1998 : 67).
Pendapat yang lebih lengkap dijelaskan oleh Nunan bahwa keberhasilan membaca
ditentukan oleh :
1) Keterampilan membaca untuk mendapatkan suatu informasi langsung ke masalah yang
dicari, yaitu fakta khusus dan informasi tertentu;
2) Kemampuan menghubungkan isi teks dengan pengetahuan latar belakang;
3) Kemampuan mengidentifikasi tujuan retorika dan fungsi-fungsi kalimat individual atau
bagian tes (Suyoto, 1998 : 63).
Pada hakikatnya, membaca intensif tentu memiliki indikator yang dijadikan sebagai
patokan keberhasilan anak. Membaca adalah pemahaman atau pengenalan terhadap bunyibunyi bahasa dengan tataran yang sederhana serta kemampuan melafalkan dan
menginformasikan kata dan kalimat sederhana dapat dibaca pada penjabaran materi
penjabaran untuk kelas VI Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar.
5.3 Kemampuan Berbahasa
Kemampuan berbahasa adalah menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, yaitu
menyampaikan pesan dari seorang kepada orang lain, dari pembicara/penulis kepada
pendengar/pembaca.
Membaca yang mengajarkan kemampuan pemahaman dengan tepat dan cepat tentang
berbagai macam wacana, seperti narasi, persuasi, eksposisi, dan sebagainya.
Menulis/mengarang yang mengajarkan kemampuan menggunakan bahasa lisan dalam
berbagai peristiwa bahasa (Debdikbud, 1992: 104). Kemampuan berbahasa meliputi.
1. Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap
isi atau pesan, serta

memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh yang

berbicara melalui ujaran atau bahsa lisan (Tarigan, 1995: 28).


2. Berbicara
Menurut Tarigan (1995: 137) berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan
melalui bahsa lisan. Kaitan antara pesan dan bahasa lisn sebagai media penyampaian sangat
erat.
3. Menulis
8

Menulis adalah suatu keterampilan yang dipergunakan sebagai alat komunikasi yang
tergambar dalam suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat
membaca dan memahami serta dapat mempengaruhi maksud dan tujuan bahasa yang
dituangkan dalam bentuk tulisan (Tarigan, 1980: 20).
4. Membaca
Membaca ialah proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh sesorang penulis
melalui tulisan (Tarigan, 1983: 2). Membaca ialah peristiwa penglihatan, penguasaan,
penangkapan, dan pemahaman aktivitas jiwa seseorang yang tertuang dalam bentuk bahasa
tulis dengan tepat dan cermat (Suyitno, 1985: 32).
5.4 Langkah-langkah Membaca dalam Hati
Untuk mempertegas langkah-langkah pelaksanaan membaca dalam hati di kelas V
Sekolah Dasar, maka perlu dirinci kegiatan-kegiatan tersebut, yaitu:
1. Membicarakan kata-kata (istilah-istilah) yang sulit,
2. Membaca dalam hati (pelaksanaan), dan
3. Menjawab pertanyaan guru atau menceritakan isi wacana. (Depdikbud, 1976: 109).
Dari langkah-langkah tersebut, untuk lebih jelasnya akan dibicarakan stu persatu.
5.3.1 Membicarakan dan Menjelaskan Kata-kata yang Sulit.
Untuk tahap awal kegiatan membaca intenisf, perlu dibicarakan bersama murid
wacana/bacaan yang akan di baca. Dalam kegiatan ini diberikan waktu untuk menanyakan
kata-kata suit dalam bacaan tersebut. Pertanyaan ataupun masalah yang diajukan murid
dijawab dengan sejelas-jelasnya oleh guru, baik dalam ceramah ataupun dalam bentuk
diskusi.
Membicarakan dan menjelaskan kata-kata yang sulit dalam bacaan maksudnya agar
membaca dalam hati tidak terjadi kesulitan atau hambatan bagi murid di dalam membaca dan
memahami isi wacana/bacaan.
Langkah pertama inilah yang menentukan kelancaran dan keberhasilan murid dalam
melakasankan tugas yang diberikan guru, untuk membaca dalam hati serta dapat memahami
apa yang dibaca.

Dari segala yang dipahami, maka murid dapat mengungkapkan kembali, baik dalam
menjawab pertanyaan guru ataupun dalam menceritakan isi bacaan. Dan yang tidak kalah
pentingnya untuk berbahasa ataupun berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
5.3.2 Pelaksanaan Membaca dalam Hati
Setelah guru bersama murid-murid membicarakan kata-kata yang dianggap sulit oleh
murid maka kepada semua murid di kelas V tersebut diperintahkan dan memperhatikan
suruhan guru terhadap beberapa hal.
a.

Waktu membaca perhatikan tanda baca agar dapat memahami isi bacaan,

b.

Memperhatikan waktu yang disediakan oleh guru dalam membaca intensif.


c. Murid-murid mulai membaca dengan tanpa suara (membaca dalam hati) dengan penuh
perhatian terhadap bacaan yang sedang dibaca, dan proses di dalam hati mereka sesuai
dengan tingkat kemampuan mereka masing-masing. Setelah waktu yang disediakan
selesai, maka guru memerintahkan supaya buku bacaan ditutup.
Untuk lebih jelas, karena membaca dalam hati adalah termasuk suatu kegiatan yang
tidak dapat dilihat (abstrak) dan tidak dapat didengar, maka yang dipentingkan disini ialah
cepat atau lambatnya mereka selesai membaca. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran
ini dapat dilihat dari pemahaman murid yang berwujud dalam menjawab pertanyaan guru dan
lancar tidaknya atau bisa tidaknya murid menceritakan kembali isi bacaan, baik garis
besarnya (sinopsis) ataupun secara mendetail (Depdikbud, 1978: 91).
Dari langkah awal sampai pelaksanaan membaca dalam hati yang telah dijelaskan,
penulis berpedoman dari buku bahasa Indonesia, pedoman guru kelas

V, kemudian

penjelasan lainnya yang diberikan oleh guru-guru kelas V dan guru-guru bidang studi bahasa
Indonesia di tempat penelitian, khususnya di SDN 117831 Tanjung Beringin Kecamatan
Bilah Barat.
Jadi, membaca dalam hati adalah langkah lanjutan dari kegiatan siswa dan guru dalam
membicarakan kata-kata sulit dalam bacaan. Kegiatan membaca dalam hati adalah kegiatan
yang sesungguhnya karena mengaktifkan mata dan perhatian tanpa harus menggerakkan
mulut untuk menyuarakan bacaan (Depdikbud, 1978: 40).
5.3.3 Menjawab Pertanyaan Guru/Menceritakan Isi Wacana

10

Untuk mengetahui apakah tugas yang diberikan oleh guru dalam membaca dalam hati,
maka perlu kepada siswa yang telah ditugaskan tersebut menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh guru. Hal ini sangat penting dilakukan, sebab membaca dalam hati adalah
kegiatan yang tidak bisa dilihat dan didengar (merupakan hal yang abstrak).
Dengan dapatnya menjawab dan menceritakan isi bacaan maka siswa itu dapat
dikatakan sudah bisa membaca intensif dengan baik (Depdikbud, 1976: 91). Jadi dengan
menjawab pertanyaan secara singkat atau menceritakan isi bacaan secara menyeluruh berarti
siswa harus sudah mampu memahami isi bacaan yang dibacanya secara keseluruhan.
2.6 Pengertian Wacana
Istilah wacana di dalam kamus bahasa Inggris Websters New Twentieth Century
Dictionari (1983: 522) dijelaskan bahwa kata wacana (discourse) berasal dari bahasa latin
discursus yang berarti lari kian kemari (yang diturunkan dari dis- dari atau dalam arah
yang berbeda, dan currere lari). Kemudian lebih lanjut dinyatakan bahwa wacana dapat
berarti.
1. Komunikasi pikiran dengan kata-katan terutama sebagai subjek studi atau pokok
telaah.
2. Komunikasi secara umum, terutama sebagai subjek studi atau pokok telaah.
3. Risalah tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah, dan khutbah.
Menurut Sumarlan, ed. (2003: 6) dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa wacana
adlah pemakaian bahasa dalam komunikasi, baik disampaikan secara lisan (berupa
percakapan, ceramah, kuliah, khutbah, dsb) maupun secara tertulis (bahasa yang dipakai
dalam tulisan ilmiah, disertasi, surat, dan sebagainya).
JS Badudu (2000) sebagaimana dikutip oleh Eriyanto (2001:2) memberikan dua batasan
wacana sebagai berikut: (1) Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang
menghubungan preposisi yang satu dengan yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga
terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. (2) Wacana adalah kesatuan
bahasa yang terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi
tinggi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan
secara lisan atau tulisan.

11

Sumarlan, ed. (2003: 15) dengan mempertimbangkan segi-segi perbedaan dan


persamaan yang terdapat pada berbagai batsan wacana, maka secara ringkas dan padat
pengertian waana dapat dirumuskan sebagai satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara
lisan, seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis yang dilihat dari struktur
lahirnya (daris segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dan dari segi struktur bathinnya
(dari segi makna) bersifat koheren, dan terpadu.
Baryadi (2002: 3) cenderung sependapat dengan pandangan Stubb (1983) dan Mc Houl
(1994), yaitu wacana atau discourse sebagai istilah lingusitik dimengerti sebagai satuan
lingual (linguistic unit) yang berada di atas tataran kalimat. Lebih lanjut Baryadi
menyatakan bahwa analisis wacana mengkaji wacana, baik dari segi internal maupun
eksternalnya. Dari segi internal, wacana dikaji dari jenis, struktur, dan hubungan bagianbagiannya.
2.8 Pembelajaran Membaca dalam Hati di Sekolah Dasar
1. Tujuan
Dalam Standar Isi Bahasa Indonesia, menyangkut pendekatan yang berorientasi pada
tujuan pelajaran membaca dalam hati pada sekolah dasar, ini berarti bahwa setiap guru harus
mengetahui secara jelas tujuan yang harus dicapai oleh murid dalam menyusun rencana
kegiatan belajar mengajar dan bimbingan murid untuk melaksanakan rencana tersebut.
Sebelum mengajarkan membaca dalam hati pada murid lebih dahulu guru harus
mengetahui tujuan pengajaran membaca dalam hati berikut ini.
a. Dalam buku bahasa Indonsia pedoman guru kelas V dikatakan, bahwa tujuan pengajaran
membaca dalam hati ialah untuk mendidik dan membiasakan murid memperhatikan dan
mengingat bahan yang dibacanya itu (Dekdikbud, 1982: 41).
b. Dalam buku bahasa Indonesia pedoman membaca dan menulis permulaan 2, dikatakan
bahwa tujuan pembelajaran membaca dalam hati ialah untuk mendidik murid
memperhatikan dan memahami bahan bacaan yang telah dibacanya (Damiyati, 1998: 27).
2. Materi
Untuk lebih jelasnya tentang membaca dalam hati, maka peneliti perlu mengemukakan
tingkat-tingkat materi pengajaran membaca dalam hati terutama dalam memahami isinya.
Tingkatan tersebut adalah.
a. Membaca dalam hati untuk memahami isi.
12

b. Membaca dalam hati memahami isi wacana terbatas.


c. Membaca dalam hati memahami isi analisis.
3. Metode
Metode adalah cara yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa (Djazali, 1997: 4). Metode mengajar yang digunakan guru hendaknya
memperhatikan berbagai hal, diantaranya adalah: materi, banyak siswa dan waktu.
Penggunaan metode yang tepat akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Dalam analisis kemampuan membaca teks wacana pendek melalui membaca dalam hati
pada siswa kelas V SDN 117831 Tanjung Beringin Kecamatan Bilah Barat, Kecamatan
Lembar tahun pelajaran 2012 - 2013, peneliti menggunakan metode diantaranya adalah:
a. Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahlan masalah untuk mengambil
kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat. Diskusi selalu diarahkan kepada
pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnnya diambil
suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya (Ahmadi, 2005: 57).
b. Metode Tugas
Metode tugas adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa tersebut yang
dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh para siswa atau dengan nilai standar yang
ditetapkan (Nurkancana, 1990: 34).
Tugas yang diberikan kepada siswa adalah berupa teks bacaan yang akan dibaca dengan
menggunakan metode-metode membaca dalam hati. Penggunaan metode tugas ini dengan
maksud untuk mengetahui kemampuan membaca intensif pada siswa.
4. Langkah-langkah
Untuk tahap awal kegiatan membaca dalam hati perlu dibicarakan bersama murid
tentang bacaan atau cerita yang akan dibaca. Pada kegiatan ini diberikan waktu untuk
menanyakan kata-kata sulit dalam bacaan atau cerita tersebut. Pertanyaan ataupun masalah
yang diajukan murid dijawab sejelas-jelasnya oleh guru.
5. Evaluasi
Menurut Nurgiantoro, dalam buku Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (1996: 15),
evaluasi yang sering disebut juga penilaian merupakan alat atau kegiatan untuk mengukur
tingkat keberhasilan pencapaian tujuan. Dalam pembelajaran bahasa, evaluasi dapat
dilakukan melalui dua macam cara, yaitu dengan tes dan non tes.
13

Baik tes maupun non tes dapat digunakan untuk mendapatkan informasi atau data
tentang siswa yang dinilai. Dalam hal ini guru harus dapat menentukan, kapan ia
menggunakan tes dan kapan menggunakan non tes.

6. Metode Penelitian
6.1 Metode Penentuan Subjek Penelitian
Menetapkan subjek penelitian sangat penting. Karena subjek penelitian dianggap
sebagai jiwa penelitian, karena bila subjek penelitian tidak ada tentu saja penelitian tidak
akan pernah ada (Atar Semi, 1993: 32A).
Penelitian ini termasuk penelitian populatif yang disebabkan karena populasinya dalam
jumlah relatif sedikit, yaitu kurang dari 100 orang, oleh karena itu semua subjek yang ada
akan dijadikan populasi dalam penelitian (Arikunto, 1998: 104). Berdasarkan uraian tersebut,
maka penulis mengambil metode penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah
metode populasi. Populasi tersebut adalah siswa Kelas V SDN 117831 Tanjung Beringin
Kecamatan Bilah Barat Tahun Pelajaran 2015/2016. sebanyak 20 orang laki-laki dan 18 orang
perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel: Data Populasi Siswa SDN 117831 Tanjung Beringin Kecamatan Bilah Barat Tahun
Pelajaran 2015/2016.
N
O
1

KELAS
VI
JUMLA
H

JUMLAH POPULASI
L
P
19
19
19

19

TOTAL

KET

38
38

6.2 Metode Pengumpulan Data


6.2.1 Metode Observasi
Metode ini digunakan untuk mengetahui beberapa hal yang berhubungan dengan
lokasi penelitian baik lingkungan sosial intern sekolah, keadaan guru, dan siswa serta
administrasinya. Di samping itu juga sedikit perlu dipaparkan tentang keadaan lingkungan
fisik sekolah yang berhubungan dengan keadaan gedung serta lingkungan sekitar sekolah.

14

Dan yang lebih utama adalah melakukan observasi terhadap penerapan membaca dalam hati
untuk menentukan metode dan media yang paling praktis dan efisien penggunaannya.
6.2.2 Metode Tes
Secara global harus dipahami dalam menilai atau mengevaluasi kemampuan
membaca dalam hati tepat sasarannya adalah aspek pemahaman. Oleh karena itu, alat ukur
yang paling tepat digunakan dalam menilai keterbacaan oleh siswa digunakan tes (Pujiati,
1998: 29). Evaluasi melalui perantaraan tes inilah yang dianut dalam penelitian ini. Hal ini
juga untuk memastikan tentang metode dan media pengajaran membaca dalam hati dapat
dilihat dari sudut pandang keberhasilan siswa.
6.2.3 Metode Dokumenter
Dokumenter berasal dari kata dokumen yang artinya brang-barang tertulis. Metode
dokumenter yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrif,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
2002: 206).
Dokumen-dokumen yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
1. buku daftar hadir siswa
2. buku daftar nilai siswa
3. Standar isi
4. program semester
5. rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
6. lembaran kerja siswa
Data yang dikumpulkan dengan metode ini akan dikonsentrasikan pada semester II,
hal ini relevan dengan prinsip tes yang digunakan untuk keterampilan membaca dalam hati,
yaitu tes pemahaman kalimat. Tes ini ditujukan untuk siswa yang belum terbiasa membaca
dalam hati. Untuk itu peneliti merancang tahapan dengan membaca dalam hati yang sesuai
dengan tingkatan kemampuan membaca siswa kelas V Sekolah Dasar, yaitu dengan
menggunakan kalimat-kalimat sederhana.
Sedangkan dari sisi siswa, hal yang ingin diketahui dengan menggunakan metode ini
adalah:
15

a.

bahan bacaan yang disenangi siswa

b.

kesulitan siswa dalam melakukan aktivitas membaca dalam hati.

c.

intensitas membaca dalam hati siswa di rumah.

d.

motivasi orang tua terhadap anaknya

e.

cara guru mengajar yang disenangi siswa

6.2.4 Metode Tugas


Metode tugas adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa tersebut yang
dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh para siswa atau dengan nilai standar yang
ditetapkan (Nurkancana, 1990: 34).
Tugas yang diberikan kepada siswa adalah berupa teks bacaan yang akan dibaca
dengan menggunakan metode-metode membaca dalam hati. Penggunaan metode tugas ini
dengan maksud untuk mengetahui kemampuan membaca dalam hati pada siswa.
6.3 Metode Analisis Data
Setelah data-data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Analisis data pada dasarnya adalah suatu
upaya untuk menentukan sejauh mana kebenaran data yang sudah diteliti di dalam rangka
menarik kesimpulan dari hasil penelitian.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriftif kuantitaif, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
1. Menghitung angka rata-rata atau mean (M)
fX
M=
N
Keterangan :
M = (Mean) nilai rata-rata
= Jumlah nilai
F = Frekwensi
X = Jumlah siswa
N = Nilai siswa

16

2. Menghitung standar deviasi dengan menggunakan rumus berikut :

SD -

Fx2

Fx

N
Keterangan :
SD = Standar Deviasi
F = Frekwensi
X = Jumlah siswa
Fx = Frekwensi + Jumlah
N = Nilai siswa
3. Menghitung persentase taraf kemampuan siswa dengan menggunakan rumus.
a. Taraf kemampuan tertinggi adalah di atas M + 1 SD
b. Taraf kemampuan sedang di antara M + 1 SD
c. Taraf kemampuan rendah adalah di bawah M SD
4. Indek Kemampuan Kelompok
Dalam menganalisis persentase yang dicapai oleh suatu kelompok scara keseluruhan
dinyatakan dengan nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut :
M
IPK =

X 100

SMI
Keterangan :

100

IPK

= Indek persentase kelompok

= Mean atau nilai rata-rata

SMi

= Skor maksimal ideal, skor jika soal dijawab semua

= Bilangan tetap
Sedangkan pedoman dalam menghitung indeks kelompok, digunakan interval

penilaian sebagai berikut :


00 30

= sangat rendah

31 54

= rendah

55 74

= normal

75 89

= tinggi
17

90 100

= sangat tinggi (Nurkancana, 1983 : 117)

Daftar Pustaka
Abdul M, Asfandi, 1983. Bahasa Indonesia Baku dan Fungsi Dalam Pembicaraan Bahasa
Indonesia. Jakarta : Penerbit Bina Ilmu
Ali, Muhammad. 1987. Guru Dalam Proses Belajar Mengaja. Bandung : Sinar Baru
Arikunto, 1983. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rhineka Cipta
Bimo, Walgito, 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta, Yayasan Fak.
Psycologi UGM.
Badudu, J. S, 1984. Membina Bahasa Indonesia Baku, Seri I. Bandung : Pustaka Prima
Nurkancana, 1983, Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Unesa Press
Suyoto, Pujiatiah, 1998. Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Keraf, Gorys, 1980. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende Plores : Nusa
Indah.
Tarigan Henry, Guntur. 1985. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung :
Angkasa.
Zuchdi,Damiyati, 1998. Pembelajaean Membaca dan Menulis Permulaan. Jakarta :
Depdikbud
Nurjanah, dkk, 1989. Membaca di Sekolah Dasar. IKIP Bandung.
Kemdiknas, 2006, Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan menengah. Jakara :
Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
18

Surachmad, Winarno, 1987, Metode Penelitian. Bandung : Tarsito


Depdikbud, 1982, Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung : Proyek Balai
Penataran Guru Tertulis.

19

Anda mungkin juga menyukai