Anda di halaman 1dari 14

PERBANKAN SYARIAH

ISTISNA DALAM MODEL KEUANGAN ISLAM

Oleh :
Andika Priyatama

B1061141010

R.R. Desty Dwi Utami

B1061141016

Ovilia Fitri Febrianti

B1061141024

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015

KATA PENGANTAR
Segala puji penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat
kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah dengan
baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad,
keluarganya, para sahabatnya hingga kepada kita selaku umatnya.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah jurusan ekonomi islam, yaitu
Perbankan Syariah. Makalah ini bertujuan untuk membantu para mahasiswa dalam proses
pembelajaran dalam bentuk kajian berupa diskusi.
Tentunya di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan, penulis memohon maaf
sebesar-besarnya. Penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga
makalah ini menjadi lebih baik.
Akhir kata, hanya kepada Allah segala tumpuan harapan, semoga makalah ini
bermanfaat bagi mahasiswa serta dosen dan bernilai ibadah dihadapan Allah.

Pontianak, September 2015

Tim Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................I
DAFTAR ISI..............................................................................................................................II
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1.

Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2.

Rumusan Masalah.......................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1.

Pengertian Istisna.......................................................................................................2

2.2.

Hukum dan Landasan pada Istisna.............................................................................3

2.3.

Aplikasi Istisna dalam Perbankan Syariah.................................................................4

2.4.

Fatwa DSN mengenai Istisna.....................................................................................6

2.5.

Isu-isu yang Terkait dalam Istisna dalam Perbankan Syariah....................................7

BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................................9
3.1.

Kesimpulan..................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................III

ii

BAB
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam literatur fiqih klasik, masalah istisna mulai mencuat setelah menjadi bahan
bahasan mazhab Hanafi seperti yang dikemukakan dalam Majullat al Ahkarn al-adliya.
Akademi Fiqh Islami pun menjadikan masalah ini sebagai salah satu bahasan khusus, maka
dari itu makalah ini membahas mengenai Istisna yang di gunakan di dalam model keuangan
Islam. Mempelajari permasalahan Istisna di dalam model keuangan islam ataupun perbankan
syariah.
Akad istisna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istisna dapat dilakukan langsung antara dua
belah pihak antara pemesan atau penjual seperti, atau melalui perantara. Jika dilakukan
melalui pearantara maka akad disebut dengan akad istishna paralel. Istishna lebih ke kontrak
pengadaan barang yang ditangguhkan dan dapat di bayarkan secara tangguh pula. Istishna
menurut para fuqaha adalah pengembangan dari salam, dan di izinkan secarasyariah.
1.2. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Apa yang dimaksud dengan istishna


Bagaimana hukum dan landasan istishna ?
Bagaimana pengaplikasian istishna di dalam perbankan syariah ?
Bagaimana Fatwa DSN terhadap istishna ?
Bagaimana isu-isu pada istishna dalam perbankan syariah ?

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Istisna
Istisna berasal dari kata sina'a dalam istilah Arab, yang berarti untuk memproduksi
komoditas tertentu. Istisna adalah perjanjian dimana seorang pelanggan membutuhkan
barang, peralatan, bangunan, atau proyek yang perlu dibangun, diproduksi, dibuat atau
dirakit, mendekati bank untuk didanai.
Istisna adalah metode pembiayaan yang digunakan untuk produksi barang-barang
tertentu juga model yang sering diterapkan untuk keuangan konstruksi. Pada intinya, Istisna
adalah perjanjian dimana salah satu pihak membayar untuk barang yang akan diproduksi atau
membayar untuk sesuatu yang akan dibangun. Sebagai aturan umum pengguna akhir akan
membuat angsuran periodik sesuai dengan kemajuan aktual dalam konstruksi atau
manufaktur. Misalnya sebuah perusahaan feri yang ingin membeli kapal baru akan
melakukan pembayaran angsuran berkala untuk pembuat kapal sebagai proses pemasangan di
kedepannya.
Istisha merupakan kontrak penjualan antara penjual dan pembeli dimana pembeli
memesan barang terlebih dahulu kepada penjual dengan spesifikasi tertentu kemudian
pembayaran disepakati oleh kedua belah pihak yaitu dimuka, dengan cara cicilan atau
ditangguhkan.
2.2. Hukum dan Landasan pada Istisna
Dari pengertian di atas, dasar hukum istisna, antara lain :
a. Al-Quran

Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. (Qs. Al Baqarah:


275)
Berdasarkan ayat ini dan lainnya para ulama' menyatakan bahwa hukum asal
setiap perniagaan adalah halal, kecuali yang nyata-nyata diharamkan dalam dalil yang
kuat dan shahih.

b. As-Sunnah

.

.
:.

Dari Anas RA bahwa Nabi SAW hendak menuliskan surat kepada raja non-

Arab, lalu dikabarkan kepada beliau bahwa raja-raja non-Arab tidak sudi menerima
surat yang tidak distempel. Maka beliau pun memesan agar ia dibuatkan cincin
stempel dari bahan perak. Anas menisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku dapat
menyaksikan kemilau putih di tangan beliau." (HR. Muslim)
Perbuatan nabi ini menjadi bukti nyata bahwa akad istishna' adalah akad yang
dibolehkan.
c. Al-Ijma'
Sebagian ulama menyatakan bahwa pada dasarnya umat Islam secara de-facto
telah bersepakat merajut konsensus (ijma') bahwa akad istishna' adalah akad yang
dibenarkan dan telah dijalankan sejak dahulu kala tanpa ada seorang sahabat atau
ulamakpun yang mengingkarinya. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk
melarangnya.
d. Kaidah Fiqhiyah
Para ulama di sepanjang masa dan di setiap mazhab fiqih yang ada di tengah
umat Islam telah menggariskan kaedah dalam segala hal selain ibadah:
Hukum asal dalam segala hal adalah boleh, hingga ada dalil yang menunjukkan
akan keharamannya.
e. Logika
Orang membutuhkan barang yang spesial dan sesuai dengan bentuk dan
kriteria yang dia inginkan. Dan barang dengan ketentuan demikian itu tidak di
dapatkan di pasar, sehingga ia merasa perlu untuk memesannya dari para produsen.
Bila akad pemesanan semacam ini tidak dibolehkan, maka masyarakat akan
mengalamai banyak kesusahan. Dan sudah barang tentu kesusahan semacam ini
sepantasnya disingkap dan dicegah agar tidak mengganggu kelangsungan hidup
masyarakat.

Adapan landasan istisna sebagai berikut :


1. Hadist Nabi riwayat Tirmizi dari Amr bin Auf :
Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram;dan kaum muslimin

terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram.
2. Kaidah Fiqh :
Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
2.3. Aplikasi Istisna dalam Perbankan Syariah
Istisna adalah struktur pembiayaan Islam paling cocok untuk membiayai pembangunan
peralatan modal seperti pesawat, rig minyak dan mesin. Tidak seperti Murabahah yang mana
pemodal hanya bisa membeli barang ketika mereka selesai, Istisna memungkinkan pemodal
syariah untuk membeli peralatan di muka dalam proses pembangunan.
Pada akhir masa pembangunan, peralatan tersebut akan benar-benar dimiliki oleh
pemodal. Pada waktu tersebut pemodal syariah (pemilik) kemudian dapat menjual tempat
peralatan, di sewa atau menjualnya atas dasar ditangguhkan kepada pengguna akhir.
Istisna dengan teknik yang sama seperti Salam sebagaimana yang digunakan untuk
pembiayaan produk pertanian. Istisna juga dapat digunakan untuk menyediakan pembiayaan
dalam transaksi tertentu, terutama di sektor keuangan rumah.
Jika nasabah memiliki lahan sendiri dan mencari pembiayaan untuk pembangunan
rumah, pemilik modal dapat memberikannya untuk membangun rumah di atas tanah tersebut,
atas dasar istisna. Jika nasabah tidak memiliki tanah, pemilik modal boleh menyediakan dia
dengan sebuah rumah yang dibangun pada sebidang tanah yang telah ditetapkan.
Karena hal ini tidak diperlukan pada Istisna, bahwa harga yang dibayar di muka, juga
tidak perlu bahwa itu dibayar pada saat pengiriman (mungkin ditunda sewaktu-waktu sesuai
dengan kesepakatan para pihak) pada saat pembayaran mungkin diperbaiki dengan cara apa
pun yang disepakati bersama.
ABC International Bank yang berbasis di Inggris, anak perusahaan yang sepenuhnya
dimiliki dari Arab Banking Corporation (ABC) Group, di Bahrain, telah mempelopori
Parallel Phased Istisna (PPI), yang menetapkan standar baru untuk penyediaan pembiayaan
syariah konstruksi sesuai di dalam Inggris. Salah satu risiko yang terkait dengan pembiayaan
Istisna untuk kontrak bangunan adalah bahwa mereka dapat menjadi mahal karena sifat
berlarut-larut dari kegiatan konstruksi dan penundaan yang mungkin dapat sangat sering
terjadi. Pembiayaan demikian secara alami membawa biaya modal dari hari itu disalurkan.

ABC PPI meringankan skenario ini melalui penggunaan beberapa bertahap kontrak
istisna untuk bagian-bagian tertentu dari siklus konstruksi. Dengan kata lain proyek
konstruksi dipecah menjadi beberapa istisna yang memungkinkan untuk pembiayaan
berjenjang dan penarikan dana, yang kemudian membawa biaya modal yang lebih rendah.
ABC International Bank telah membiayai pembangunan sebuah pembangunan perumahan
dalam kota di Pulau Gotts, Leeds, di Inggris, yang terdiri dari 183 apartemen perumahan dan
75 ruang parkir.
ABC menandatangani kontrak dengan mitra modal perusahaan, terutama investor dari
Kerjasama Dewan Teluk Negara, dan juga memiliki hubungan kontrak terpisah dengan
pengembang, dimana, dalam kasus Tahap II dari Proyek Pulau Gotts, berbasis Inggris
Mayfair International Limited.
Instrumen dari Istisna juga dapat digunakan untuk pembiayaan proyek di baris yang
sama. Jika klien ingin menggunakannya, berkata, merupakan tanaman pendingin udara di
pabrik, dan tanaman perlu diproduksi, pemodal dapat melakukan untuk membangun pabrik
menggunakan kontrak Istisna sesuai dengan prosedur tersebut di atas. Demikian pula, kontrak
Istisna dapat digunakan untuk membangun jembatan atau jalan bebas hambatan.
Modern Buy, Operate and Transfer (BOT) kesepakatan juga dapat diformalkan atas
dasar Istisna. Jika pemerintah ingin membangun jalan tol, mungkin masuk ke dalam suatu
kontrak Istisna pada pembangun. Dalam hal ini, kesepakatan untuk pembangun mungkin ada
hak untuk mengoperasikan jalan tol dan mengumpulkan tol untuk jangka waktu tertentu.
Ilustrasi struktur diterapkan untuk membiayai proyek berbasis satelit telekomunikasi
diberikan pada Gambar 8.3. Struktur ini menggabungkan kedua istisna dan Ijarah pada mode
keuangan Syariah.

ADIB (Bertindak
Gambar8.3 Pembiayaan proyek berbasis satelit telekomunikasi (Istisna atau Ijarah wa iqtina)
Sebagai Agen Untuk
Perusahaan proyek

(4)

Berdasarkan kontrak untuk

Muqawala (Kontrak untuk (2)


pekerjaan) dan Ijarah

perusahaan kerja yang


bertindak sebagai kontraktor
untuk membangun aset proyek

Bank Syariah)

(3)

Partisipasi Bank
Syariah

Mawsufah Fi Al Thimma
(perjanjian sewa ke
depan). Perjanjian
Muqawala mengatur
fasilitas Istisna (1)

Penyewaan aset ke
perusahaan proyek
Kata kunci

(5)

(2) Tahap pembayaran pada bagian yang relevan

berdasarkan
perjanjian sewa
guna usaha

2.4. Fatwa DSN mengenai Istisna


Ketentuan hukum dalam FATWA DSN MUI No. 06/DSN-MUI/IV/2000 Tentang JUAL
BELI ISTISHNA' ini adalah sebagai berikut :
Pertama : Ketentuan tentang Pembayaran:
1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau
manfaat.
2. Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang
Kedua : Ketentuan tentang Barang:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.


Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
Penyerahannya dilakukan kemudian.
Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
Pembeli (mustashni) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.
Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan
memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.

Ketiga : Ketentuan Lain:


1. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya mengikat.
2. Semua ketentuan dalam jual beli salam yang tidak disebutkan di atas berlaku pula
pada jual beli istishna.
3. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2.5. Isu-isu yang Terkait dalam Istisna dalam Perbankan Syariah
Terlepas dari risiko kredit dari nasabah bank, di Istisna, bank akan melakukan resiko
kinerja. Semenjak nasabah bank memiliki jalan lain atau hubungan kontrak dengan produsen
6

aktual atau kontraktor, bank selalu bertanggung jawab atas kegagalan. Risiko ini,
bagaimanapun, dapat dikurangi dengan mengambil jaminan kinerja dari produsen atau
kontraktor.
Selanjutnya, kontrak untuk memproduksi atau kontrak didasarkan pada cetak biru yang
sama dan spesifikasi yang disediakan oleh nasabah. Yang terakhir ini juga dapat memberikan
informasi mengenai sumber terbaik pasokan atau kontraktor yang handal. Bank tidak
memiliki insentif untuk memilih kontraktor atau produsen lain dari yang direkomendasikan
oleh nasabah.
Banyak sarjana memperbolehkan bank, setelah penyerahan barang, akan menjadi
jaminan untuk produsen atau kontraktor. Maka nasabah dapat memiliki sumber daya
langsung kepada mereka sedangkan bank menanggung risiko hanya jika mereka gagal untuk
menghargai komitmen mereka untuk nasabah.
Tiga isu penting lainnya yang berkaitan dengan Istisna :

Keterlambatan Pengiriman
Jika ada keterlambatan pengiriman, satu-satunya hukuman yang diizinkan di bawah
syariah adalah kompensasi dengan mengacu pada jumlah tertentu untuk setiap hari
keterlambatan. Ini harus tanpa mengurangi klaim atas kerugian yang timbul dari
kerugian lain jika, misalnya, keterlambatan melampaui tanggal yang seharusnya dan
kontrak kemudian benar-benar dihentikan.

Asuransi
Selama periode ketika aset tersebut sedang diproduksi atau dibangun, bisa dibilang
pembeli tidak tertarik pada apakah atau tidak aset di bawah produksi atau konstruksi
ini diasuransikan. Jika aset tersebut hancur selama pembuatan atau konstruksi maka
penjual harus mengambil langkah-langkah seperti itu, dengan tanggal pengiriman, ia
memiliki aset lain yang memenuhi spesifikasi pembeli.
Posisi tersebut mungkin berbeda, namun, jika pembeli membayar angsuran selama
periode pembuatan atau konstruksi atau jika aset tersebut mengalami kehancuran atau
kerusakan berarti bahwa tidak ada perubahan dari aset baru yang siap pada tanggal
pengiriman. Jika bangunan hancur atau rusak berat ketika sedang konstruksi, ini akan
hampir pasti berarti bahwa membangun kembali tidak akan siap pada tanggal
pengiriman kontrak.
7

Kejadian Wanprestasi
Hal ini diperbolehkan di bawah syariah untuk menyediakan itu, jika berbagai
peristiwa terjadi, satu pihak dapat mengakhiri istisna tersebut. Peristiwa tersebut, dan
pemulihan dan hak-hak yang memicu mereka, harus disusun dalam konteks sehingga
Istisna adalah akad penjualan. Dengan demikian, peristiwa tersebut dapat dipecah
menjadi peristiwa yang terjadi sebelum pengiriman dan yang terjadi setelah
pengiriman. Selanjutnya, peristiwa ini dapat, pada gilirannya, akan dipecah menjadi
apakah mereka mempengaruhi penjual atau apakah mereka mempengaruhi pembeli.
Istisna dalam melakukan transaksi jual beli terjadi sebelum barang diproduksi atau

dibangun. Harga dan spesifikasi barang harus sudah disepakati ketika kontrak dan tidak
berubah setelahnya. Setelah penjual dan pembeli menyepakati kontrak istisna, penjual telah
mengeluarkan tenaga dan pikiran untuk mendesain, mengalkulasi, komposisi dan kebutuhan
bahan baku, mencari pemasok dan seterusnya. Sedangkan jual belinya terjadi ketika serah
terima barang dan pembayaran dari pembeli. Pembayaran harga dapat dilakukan pada saat
barang diterima dari penjual atau pembayaran dapat dilakukan secara cicil dan dapat
diteruskan meskipun melewati waktu serah terima barang. Pembiayaan yang dilakukan pada
akad istisna dapat menimbulkan beberapa titik risiko pembiayaan bagi bank Islam, seperti
kegagalan kontraktor menyerahkan rumah pada waktu yang dijanjikan, tidak sepenuhnya
spesifikasi rumah atau gagal bayarnya debitur selama masa kontrak. Adapun faktor penentu
risiko gagal bayar pada akad istishna adalah sebagai berikut :
1. Bank bukan pemilik material yang digunakan developer (produsen dan subkontraktor)
untuk memproduksi aset dalam kasus istishna paralel, sehingga bank tidak memiliki
hak klaim atas aset jika terjadi kasus wanprestasi. Cara mitigasi risikonya adalah bank
perlu mengikat produsen atau subkontaktor untuk memaksanya memenuhi kontrak.
2. Risiko pengiriman yang terjadi akibat bank tidak mampu menyelesaikan produksi
barang sesuai jadwal akibat keterlambatan pengiriman barang dari subkontraktor.
Cara mitigasi risikonya adalah bank perlu melakukan pengawasan ketat agar tidak
terjadi wanprestasi atau keterlambatan pengiriman barang dari subkontraktor.
3. Bank mengalami risiko kualitas atas pengiriman barang inferior oleh subkontraktor.
Cara mitigasinya adalah bank dapat meminta jaminan kualitas dari subktraktor.

BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Istisha merupakan kontrak penjualan antara penjual dan pembeli dimana pembeli
memesan barang terlebih dahulu kepada penjual dengan spesifikasi tertentu kemudian
pembayaran disepakati oleh kedua belah pihak yaitu dimuka, dengan cara cicilan atau
ditangguhkan.
Landasan hukum akad Istishna adalah QS. Al Baqarah (2) : 275, berdasarkan ayat ini
para ulama menyatakan bahwa setiap perniagaan adalah halal kecuali yang benar benar
dinyatakan haram. Hukum Istishna dalam FATWA DSN MUI No. 06/DSN-MUI/IV/2000
Tentang JUAL BELI ISTISHNA' .

Akad istishna yang digunakan dalam bank syariah adalah istishna parallel, aplikasinya
dipergunakan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi yang pembayarannya dapat
dilakukan dalam waktu yang relatif lama. Sehingga pembayaran dapat dilakukan sekaligus
atau bertahap.

10

DAFTAR PUSTAKA
Kettel, Brian. 2008. Introduction to Islamic Banking & Finance. United Kingdom
Syafii Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema
Insani
Mubarok, Jaih. 2004. Perkembangan Fatwa Ekonomi Syariah di Indonesia. Bandung :
Pustaka Bani Quraisy.

iii

Anda mungkin juga menyukai