PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Rogers, inovasi memiliki karakteristik yang menentukan dalam
hubungannya dengan pengadopsian yaitu: keuntungan relative (relative advantage),
kecocokan (compatibility), kompleksitas (complexity), keterujian (trialability), dan
teramati (observability). Sementara tingkatan adopter terdiri dari 5 tingkatan yaitu:
1.
Innovators (venturesome)
2.
3.
4.
5.
Laggards (traditional)
Adanya lima tingkatan tersebut sangat tergantung pada kekuatan dari saluran
komunikasinya, yang mana hal ini merupakan salah satu faktor determinan dari empat
elemen difusi, determinan tersebut adalah saluran komunikasi yang memiliki 3 komponen
yaitu:
1.
Opinion leaders (yaitu orang yang sering berhubungan dengan adopter secara tidak
informal dan mampu mempengaruhi tingkah laku orang lain).
2.
Change agents (yaitu yang secara positif mempengaruhi keputusan inovasi dengan
melalui perantaraan media agen perubahan dan sistem sosial yang relevan).
3.
Change aides (yaitu orang yang melengkapi pekerjaan agen perubah dengan
melakukan kontak lebih intensif pada penerima atau adopter walaupun orang tersebut
memiliki kredibilitas kompetensi yang kurang tetapi dapat dipercaya kejujuran dan
keamanannya).
Hal utama yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain meliputi: change
agents dan opinion leaders. Pembahasan tentang change agents akan diuraikan mengenai
pengertian agen pembaharu, tugas, dan peranan agen pembaharu yang dapat
menjembatani
pengusaha
pembaharu
dengan
klien,
serta
faktor-faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan agen pembaharu yang ditinjau dari sisi agen pembaharu
maupun ditinjau dari segi klien yang heterophily dan homophily. Sementara pada opinion
leader akan dibahas mengenai definisi opinion leaders, model aliran komunikasi massa,
homophily-heterophily dan aliran komunikasinya, metode pengukuran opinion leader dan
penghubung jaringan, gaya opinion leaders, serta Monomorik dan Polimorfik
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang dapat disusun dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah yang menjadi perbedaan change agent dengan opinion leaders?
2. Bagaimana peran change agent dalam suatu difusi inovasi?
3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu difusi inovasi?
C. TUJUAN
Tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui perbedaan change agent dengan opinion leaders.
2. Untuk mengetahui peran change agent dalam suatu difusi inovasi.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu difusi
inovasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. CHANGE AGENT
1. Definisi Agen Perubahan/Pembaharuan
Sering kita mendengar kata perubahan (change) terutama ketika kita membahas
hal-hal berkaitan dengan upaya organisasi memperbaharui diri dalam situasi
mengahadapi perubahan di lingkungan stratejik organisasi. Michel Beer (2000)
menyatakan berubah itu adalah memilih tindakan yang berbeda dari sebelumnya,
perbedaan itulah yang menghasilkan sustu perubahan. Jika pilihan hasilnya sama
dengan yang sebelumnya berarti akan memperkuat status quo yang ada. Setiap
perubahan memerlukan orang/individu yang menjadi pemandu proses berjalannya
perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi maupun dalam masyarakat, guna
mencapai tujuan sebagaimana diharapkan. Agen perubahan menurut Havelock (1973)
adalah orang yang membantu terlaksananya perubahan sosial atau suatu inovasi
berencana agar kehidupan masyarakat yang bersangkutan akan mengalami kemajuan.
Rogers (1983) juga menyatakan bahwa agen pembaharu (change agent) adalah orang
yang bertugas mempengaruhi klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan
yang diinginkan oleh pengusaha pembaharuan (change agency).
Agen perubahan juga selalu menanamkan sikap optimis demi terciptanya
perubahan yang diharapkan. Cara-cara mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang
teratur dan direncanakan terlebih dahulu dinamakan rekayasa sosial (social
engineering) atau sering pula dinamakan perencanaan sosial (social planning)
(Soekanto, 1990). Fungsi utama agen perubahan adalah sebagai penghubung antara
pengusaha pembaharuan (change agency) dengan klien, tujuannya agar inovasi dapat
diterima atau diterapkan oleh klien sesuai dengan keinginan pengusaha pembaharuan.
Kunci keberhasilan diterimanya inovasi oleh klien terutama terletak pada komunikasi
antara agen pembaharu dengan klien. Jika komunikasi lancar dan efektif proses
penerimaan inovasi akan lebih cepat dan makin mendekati tercapainya tujuan yang
diinginkan. Sebaliknya, jika komunikasi terhambat makin tipis harapan diterimanya
inovasi. Proses komunikasi ini akan efektif jika inovasi yang disampaikan ke klien
harus dipilih sesuai dengan kebutuhannya atau sesuai dengan masalah yang
dihadapinya. Agar jalinan komunikasi dalam proses difusi ini efektif, umpan balik dari
sistem klien harus disampaikan kepada pengusaha pembaharuan melalui agen
pembaharu. Dengan umpan balik ini pengusaha pembaharuan dapat mengatur kembali
bagaimana sebaiknya agar komunikasi lebih efektif.
Jika tidak terdapat kesenjangan sosial dan teknik antara pengusaha pembaharuan
dan klien dalam proses difusi inovasi, maka tidak perlu agen pembaharu. Tetapi,
biasanya pengusaha pembaharu adalah orang-orang ahli dalam inovasi yang sedang
didifusikan. Oleh karena itu, terjadi kesenjangan pengetahuan sehingga dapat terjadi
hambatan komunikasi. Di sinilah pentingnya agen pembaharu untuk penyampaian
difusi inovasi agar dapat mudah diterima oleh klien. Agen pembaharu harus mampu
menjalin hubungan baik dengan pengusaha pembaharuan dan juga dengan sistem
klien. Adanya kesenjangan heterophily pada kedua sisi agen pembaharu dapat
menimbulkan masalah dalam komunikasi. Sebagai penghubung antara kedua sistem
yang berbeda, sebaiknya agen pembaharu bersikap marginal, ia berdiri dengan satu
kaki pada pengusaha pembaharu dan satu kaki yang lain pada klien. Oleh karena itu,
tugas utama yang harus dilakukan agen pembaharu adalah memantapkan hubungan
dengan klien. Dengan memantapkan hubungan antara agen pembaharu dengan klien,
maka komunikasi akan lebih lancar. Rogers, mengemukakan ada tujuh langkah
kegiatan agen pembaharu dalam pelaksanaan tugasnya inovasi pada sistem klien,
antara lain sebagai berikut:
a. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah
Biasanya agen pembaharu pada awal tugasnya diminta untuk membantu kliennya
agar mereka sadar akan perlunya perubahan. Agen pembaharu mulai dengan
mengemukakan berbagai masalah yang ada, membantu menemukan masalah yang
penting dan mendesak, serta meyakinkan klien bahwa mereka mampu memecahkan
masalah tersebut. Pada tahap ini agen pembaharu menentukan kebutuhan klien dan
juga membantu caranya menemukan masalah atau kebutuhan dengan cara
konsultatif.
b. Memantapkan hubungan pertukaran informasi
Sesudah ditentukannya kebutuhan untuk berubah, agen pembaharu harus segera
membina hubungan yang lebih akrab dengan klien. Agen pembaharu dapat
meningkatkan hubungan yang lebih baik kepada klien dengan cara menumbuhkan
mengubah posisi klien dari ikatan percaya pada kemampuan agen pembaharu
menjadi bebas dan percaya kepada kemampuan sendiri.
2. Faktor-Faktor Keberhasilan Agen Pembaharu
Mengapa agen pembaharu berhasil dengan baik sedangkan yang lain tidak? Para
ahli telah mencoba menjawab pertanyaan ini. Berdasarkan hasil penelitian maupun
pengamatan terhadap berbagai proyek difusi inovasi dan hasilnya dirumuskan dalam
bentuk generalisasi atau kesimpulan umum. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan agen pembaharu, berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Usaha agen pembaharu
Hal ini dilakukan dalam rangka sebagai indikator untuk mengetahui
kegigihan usaha yang dilakukan agen pembaharu. Sebagai indikator untuk
mengetahui kegigihan (besarnya) usaha agen pembeharu meliputi: jumlah klien
yang dihubungi untuk berkomunikasi, banyaknya waktu yang digunakan untuk
berpartisipasi di desa (tempat tinggal) klien dibandingkan dengan waktu di kantor
atau di rumah sendiri, banyaknya keaktifan yang dilakukan dalam proses difusi
inovasi, ketepatan memilih waktu untuk berkomunikasi dengan klien, dan
sebagainya. Semakin banyak jumlah klien yang dihubungi, maka semakin banyak
waktu yang digunakan di tempat tinggal klien, semakin banyak keaktifan yang
dilakukan dalam proses difusi dan semakin tepat agen pembeharu memilih waktu
untuk berkomunikasi dengan klien, dikatakan makin gigih atau makin besar usaha
klien untuk kontak dengan klien. Dari berbagai bukti dirumuskan generalisasi
bahwa keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif dengan besarnya usaha
mengadakan kontak dengan klien.
b. Orientasi pada klien
Sebagaimana telah kita ketahui posisi agen pembeharu berada ditengahtengah antara pengusaha pembeharuan dan sistem klien. Agen pembeharu harus
mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada pengusaha pembaharuan, tetapi di
lain pihak ia juga harus bekerja bersama dan untuk memenuhi kepentingan klien.
Agen pembeharu akan mengalami kesukaran jika apa yang diminta oleh pengusaha
pembaharu tidak sesusai dengan kebutuhan klien. Namun demikian, agen
pembaharu akan berhasil melaksanakan tugasnya jika ia mampu untuk mengambil
kebijakan dengan lebih berorientasi pada klien. Agen pembaharu harus
gagal
karena
tidak
mendasarkan
kebutuhan
klien,
tetapi
lebih
berhubungan
positif
dengan
besarnya
partisipasi
sosial
memiliki
kredibilitas
kompetensi,
sedangkan
sumber
menggunakan
kombinasi
homophily/heterophily
kompetensi/kredibilitas sumber.
dan
kredibilitas
Jaringan pesan dari teman dekat seperti pemimpin opini dianggap kredibel dalam
meyakinkan perorangan untuk mengadopsi inovasi.
h. Kemampuan Evaluasi Klien
Salah satu masukan unik agen perubahan untuk proses difusi kompetensi teknis.
Tetapi, jika agen perubahan membutuhkan pendekatan jangka panjang untuk
melakukan perubahan, ia harus berusaha untuk meningkatkan kompetensi teknis
klien dan kemampuan klien untuk mengevaluasi potensi inovasi sendiri. Kemudian
klien dapat menjadi agen perubahan bagi diri mereka sendiri. Ini menunjukkan
Generalisasi 9-12: keberhasilan agen perubahan untuk mengamankan adopsi
inovasi oleh klien terkait dengan meningkatkan kemampuan klien untuk dapat
mengevaluasi inovasi. Seringkali agen perubahan lebih peduli dengan tujuan-tujuan
jangka pendek seperti peningkatan laju adopsi inovasi. Sebaliknya, dalam banyak
kasus, kemandirian klien harus menjadi tujuan utama dari agen perubahan,
sehingga dapat menghentikan ketergantungan klien terhadap agen perubahan.
Tujuan ini, jarang dicapai oleh sebagian besar agen-agen perubahan, mereka
biasanya lebih mementingkan untuk mempromosikan adopsi inovasi, daripada
mencari klien untuk diajarkan keterampilan dasar tentang bagaimana untuk
mengevaluasi inovasi bagi diri mereka sendiri.
3. Hubungan Agen Perubahan
a. Kontak agen pembaharu dengan klien yang berstatus lebih rendah
Sebenarnya klien yang kurang mampu ekonominya, rendah pendidikannya,
harus mendapat lebih banyak bantuan dan bimbingan dari agen pembaharu. Tetapi,
sesuai dengan prinsip homophily, maka justru agen pembaharu lebih banyak kontak
dengan klien yang berstatus lebih tinggi baik pendidikan maupun ekonominya.
Sehingga dapat timbul pendapat yang kurang benar dari agen pembaharu
yang menyatakan bahwa klien yang berstatus lebih rendah tidak termasuk tanggung
jawabnya dalam pelaksanaan difusi inovasi. Jika ini terjadi maka akibatnya makin
parah, karena makin terbuka kemungkinan klien yang berstatus lebih rendah tidak
terjamah sama sekali oleh bantuan agen pembaharu. Salah satu cara untuk
mengatasi dengan jalan memilih pembaharu yang sedapat mungkin sama dengan
klien atau paling tidak mendekati, misalnya sama daerahnya, sama bahasanya, sama
kepercayaannya, dan sebagainya. Dengan dasar itu, maka dirumuskan generalisasi.
Keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif dengan klien yang homophily.
10
Dalam pelaksanaan difusi inovasi sering diadakan latihan atau penataran agen
pembaharu. Dalam penataran atau latihan itu diberi petunjuk tentang cara
pelaksanaan penyebaran inovasi dengan berbagai macam teknik yang dianggap
relevan dengan klien. Tetapi, tidak selalu menunjukan bahwa hasil latihan akan
meningkatkan kemampuan dalam penampilan berkomunikasi dengan klien, bahkan
makin tinggi jarak pengetahuan agen pembaharu dengan klien. Jadi, terjadi masalah
hubungan agen pembaharu dengan klien heterophily. Salah satu cara mengatasi ini
dengan mengadakan pembantu propesional.
b. Hubungan dengan Asisten Agen Perubahan/Asisten agen perubahan
Asisten agen perubahan ialah orang yang bertugas membantu
agen
pembaharu agar terjadi kontak dengan klien yang berstatus lebih rendah. Seorang
asisten agen perubahan tidak lebih dari agen perubahan profesional yang intensif
menghubungi klien untuk mempengaruhi keputusan inovasi. Asisten agen
perubahan dari segi pengetahuan tentang inovasi dan teknik penyebaran inovasi,
kurang dari agen pembaharu. Tetapi, dengan mengangkat pembantu parapropesional ada keuntungannya yaitu biaya lebih rendah dapat kontak dengan klien
yang berstatus lebih rendah dari agen pembaharu, karena para pembantu parapropesional lebih dekat dengan klien (homophily).
Di Asia, 30 asisten dapat digunakan untuk biaya yang sama sebagai salah satu
dokter. Keuntungan utama dari asisten agen perubahan yaitu asisten secara sosial
lebih dekat dengan anggota yang berstatus lebih rendah dari pengguna sistem yang
mereka layani. Keahlian teknis mungkin bukan kualitas yang paling penting dari
agen perubahan di mata klien. Penerimaan pribadi dari agen perubahan adalah sama
pentingnya, atau lebih penting daripada keahlian teknis. Asisten agen perubahan
secara teknis jauh kurang ahli dari profesional, tetapi mereka sering lebih dari
menebus status mereka lebih rendah dari keahlian teknis melalui keahlian sosial
mereka lebih besar. Misalnya, asisten keluarga berencana di sebagian besar negaranegara Dunia Ketiga adalah paraprofessional perempuan, yang lebih mampu
membahas topik sensitif budaya kontrasepsi dengan klien perempuan dibandingkan
laki-laki mayoritas dokter. Dengan demikian, pemilihan asisten agen perubahan
menurut jenis kelamin, pendidikan formal dan kenalan pribadi dengan sistem klien
11
dapat meminimalkan jarak sosial antara sistem agen perubahan dan sistem klien.
asisten sering membagi dua jarak sosial antara profesional dan klien status rendah.
c. Kepercayaan klien terhadap agen pembaharu (credibility)
Pembantu agen pembaharu (aide) kurang memperoleh kepercayaan dari klien,
jika ditinjau dari segi kompentensi professional karena ia memang kurang
profesional. Tetapi, pembantu agen pembaharu memiliki kepercayaan dari klien
karena adanya hubungan yang akrab, sehingga tidak timbul kecurigaan. Klien
percaya pada pembantu agen pembaharu karena keyakinannya akan membawa
kebaikan bagi dirinya, yang disebut: kepercayaan, keselamatan (Savety, credibility).
Pada
umumnya
agen pembaharu
(professional
dan
hetrophily)
memiliki
dan
menerapkan
inovasi, sebagai
pembantu
agen
pembaharu
ini
telah
terbukti
berhasil
di
India
dalam
difusi
inovasi
12
sebagainya
yang
menyamai
tenaga
agen
pembaharu
professional.
semu,
mereka
akan
berusaha
dan
berhati-hati
dalam
these to the less active sections of the population (Lazarsfeld et al, 1944).
Maksudnya, informasi yang disampaikan melalui radio dan media cetak diterima
oleh opinion leader baru kemudian diteruskan kepada khalayak umum. Opinion
leader dapat dikatakan sebagai perantara atau penghubung dari media massa
kepada khalayak.
Tahap pertama, infomasi yang berasal dari sumber diterima oleh opinion
leader, atau hal ini bisa disebut transfer informasi baru. Sedangkan tahap kedua,
opinion leader meneruskan kepada pengikutnya disertai juga dengan penyebaran
pengaruh (Rodger, 1995). Opinion leader bukan hanya sekedar sebagai perantara
informasi, tetapi juga menambahkan unsur persuasi ketika meneruskan pesan
kepada pengikutnya. Teori aliran komunikasi dua tahap ini menunjukan bahwa
pengaruh media massa tidak sekuat yang dibayangkan. Teori ini menunjukan
bagaimana komunikasi media massa dengan komunikasi interpersonal mana yang
lebih kuat. Media sosial sebagai sarana berkomunikasi yang baru memberikan
peluang untuk komunikasi interpersonal untuk lebih mudah diaplikasikan dan dapat
menjangkau semua elemen masyarakat.
Perbedaan sumber komunikasi/saluran berfungsi pada tahap yang berbeda di
proses keputusan-inovasi seorang individu. Keaslian model two-step flow tidak
mengenal peran dari sumber/saluran pada bermacam-macam tahap dari keputusan
inovasi. Individu tidak lepas dari (1) pengetahuan dari inovasi, untuk (2)
membujuk, untuk (3) sebuah keputusan akan diterima atau ditolak, untuk (4)
diterapkan, dan kemudian untuk (5) dikonfirmasi dari keputusan yang telah
diambilnya. Saluran media masa merupakan pembuat pengetahuan yang utama,
sedangkan komunikasi interpersonal lebih penting pada kegiatan membujuk
individu untuk menerima atau menolak. Dugaan ini disembunyikan di dalam
pernyataan dari model two-step flow karena rangkaian waktu berbeda pada
pengetahuan lawan tahap bujukan ada untuk keduanya, opinion leader dan
followers. Dengan demikian, opinion leaders tidak hanya untuk menggunakan
saluran media massa sebagai pernyataan asli dari model two-step flow kelihatannya
untuk membujuk.
Semua kritik dari model two-step flow, sebagai keaslian postulat, merupakan
hal utama bahwa hal ini tidak cukup untuk diungkapkan. Aliran komunikasi di
15
audien media masa jauh lebih komplikasi ketimbang sekedar dua tahap. Apa yang
diketahui tentang proses komunikasi massa terlalu detail untuk diungkapkan dalam
sebuah kalimat atau dalam dua-tahap. Meskipun demikian, dua keuntungan
intelektual dari hipotesis two-step flow merupakan keterangan di komunikasi
penelitian: (1) fokus pada pendapat pemimpin, dan (2) beberapa perbaikan dari
two-step flow, seperti one-step dan multistep-flow.
3. Homophily-Heterophily dan Aliran Komunikasinya
a. Homophily-Heterophily
Prinsip dasar dari komunikasi manusia adalah mentransfer ide yang sering
terjadi diantara individu yang memiliki kesamaan, atau homophilous.
Homophily adalah derajad untuk pasangan individu yang berinteraksi dalam
kedudukan yang sama, dalam hal seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial,
dan kesamaan lainnya. Seandainya seseorang diberi kebebasan untuk
berinteraksi dengan sejumlah orang, ada kecenderungan orang itu akan memilih
orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Proses komunikasi antarorang
yang homophily akan lebih terasa akrab, hangat, lancar, dari hati ke hati, dan
gangguan komunikasi kecil, sehingga kemungkinan terjadinya pengaruh
individu satu terhadap yang lain lebih besar.
Homophyli sering terjadi karena komunikasi lebih efektif ketika sumber
dan penerimanya adalah homophilous. Komunikasi yang efektif adalah sebagai
bentuk penghargaan untuk yang melakukannya. Ketika dua individu berbagi
pengertian bersama, kepercayaan, dan bahasa satu sama lain, komunikasi
diantara mereka akan lebih efektif. Kebanyakan individu senang berinteraksi
dengan yang lainnya yang pada dasarnya sama. Berbicara dengan mereka yang
pada dasarnya berbeda dari yang dibutuhkan diri mereka lebih berusaha untuk
membuat komunikasi yang efektif.
Dalam kaitannya dengan difusi inovasi yang dimaknai sebagai
penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi
yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang
waktu tertentu diantara anggota sistem sosial masyarakat. Maka, difusi inovasi
yang dilakukan pada masyarakat yang homogeny atau bersifat homofili akan
menghasilkan komunikasi yang positif. Artinya, difusi inovasi melalui
komunikais hemofil jauh lebih efektif ketimbang dilakukan dengan komunikasi
16
yang lain pada masyarakat heterogen atau beragam latar belakang budaya,
agama, ras, dan sebagainya.
Sementara itu, jenis komunikasi lain adalah komunikasi heterophily, yaitu
proses komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dimana pengirim
pesan atau penerima memiliki latar belakang yang berbeda, baik dari sosial
budayanya, pendidikan, agama, serta perbedaan ciri lainnya. Oleh karena proses
komunikasi yang dilakukan bersifat heterofil, maka proses difusi inovasi
terkadang tidak berjalan mulus, karena adanya perbedaan latar belakang
tersebut. Dari situ terlihat bahwa terdapat dinding pemisah antara dua pinak
yang berkomunikasi, termasuk hal-hal yang diketahui sebagai produk inovasi,
sehingga dalam hal ini difusi inovasi tidak serta merta mudah dilakukan
melainkan butuh waktu yang cukup lama untuk diterimanya inovasi di
masyarakat.
Komunikasi heterophilous mungkin akan menyebabkan ketidakcocokan
pengetahuan karena seorang individu mengarahkan pesan yang tidak konsisten
dengan adanya kepercayaan, menyebabkan jiwa yang tidak menyenangkan.
Homophily dan komunikasi efektif menjaga satu sama lain. Individu yang
memutuskan batas homoplily dan mencoba berkomunikasi dengan yang lain
yang berbeda dari diri mereka, wajah frustasi akibat tidak efektifnya
komunikasi. Berbeda dalam teknik kompetensi, status sosial, dan kepercayaan
semua berkontribusi pada heterophily di dalam bahasa dan maksud, demikian
menjadikan pesan yang tidak diindahkan.
Akan tetapi komunikasi heterophilus berpotensi menjadi informasional
khusus, ketika terbukti nyata, hanya ini jarang terjadi. Penghubung jaringan
heterophilus sering berhubungan dua kelompok, memutar dua set dari dua
individu sosial yang berbeda. Penghubung interpersonal tersebut merupakan
suatu hal khusus yang penting di dalam membawa informasi tentang inovasi,
sebagai dampak di dalam teorinya Granovettes (1973) tentang the-strength-ofweak-ties, jadi komunikasi homophilus mungkin sering dan mudah, tetapi
mungkin tidak menjadi krusial sebagai kekurangan keseringan dalam
komunikasinya heterophilus di dalam difusi inovasi.
17
komunikasi
18
yang tidak tepat untuk beberapa penyandang status bawahan, jadi interaksi
diantara mereka mungkin tidak akan menguntungkan di akhir.
Sebagai ilustrasi dari homophilous dan heterophilous diffusion network
dapat disajikan oleh Rao dan Rogers (1980), studi di dua desa di India. Satu desa
sangat inovatif, dan desa lain sangat tradisional. Difusi network untuk padi
varietas baru diharapkan dapat dimiliki oleh homophilous di desa tradisional.
Opinion leaders disini elderly (cukup kuno) dan memiliki pendidikan yang
rendah. Dalam perbandingannya, opinion leader di desa yang inovatif dimana
memiliki SDM produktif, pendidikan tinggi, dan sistem kasta sosial yang tinggi.
Indian lain termasuk sistem kastanya, posisi sosial ditetapkan oleh jabatan
tradisional dan sanksi religi. Di desa tradisional yang lain, penghubung difusi
network memiliki homophilous yang tinggi kastanya. Tetapi, di desa yang
progresif (berpikir sangat maju), inovasi varietas padi dimulai dari atas dari
struktur sosial dan menyebar menurun ke bawah menyeberang garis kasta
melalui penghubung jaringan heterophilus.
Dari situ dapat diketahui bahwa rangkaian dari generalisasi yang
menentukan karakteristik leader dan follower yaitu ketika jabatan yang
dipercaya dari heterophily terjadi.
Generalisasi 8-2: Ketika jaringan difusi interpersonal adalah heteroplilus,
followers mencari opinion leader yang memiliki status sosial ekonomi yang
tinggi.
Generalisasi 8-3: Ketika jaringan difusi interpersonal adalah heteroplilus,
followers mencari opinion leader yang memiliki pendidikan yang tinggi.
Generalisasi 8-4: Ketika jaringan difusi interpersonal adalah heteroplilus,
followers mencari opinion leader yang memiliki pembukaan media massa yang
lebih besar.
Generalisasi 8-5: Ketika jaringan difusi interpersonal adalah heteroplilus,
followers mencari opinion leader yang lebih kosmopolit (orang yang
berpandangan terhadap dunia internasional yang luas).
Generalisasi 8-6: Ketika jaringan difusi interpersonal adalah heteroplilus,
followers mencari opinion leader yang memiliki hubungan luas dengan agen
perubahan.
Generalisasi 8-7: Ketika jaringan difusi interpersonal adalah heteroplilus,
followers mencari opinion leader yang lebih inovatif.
19
20
21
22
opinion
leader
yang
pertama
adalah
bersifat
23
Poin dalam gaya ini adalah penjadwalan tugas dan pekerjaan secara
terstuktur. Seorang opinion leader yang menganut gaya ini lebih memanfaatkan
pesan-pesan verbal secara lisan maupun tulisan agar memantapkan instruksi
yang harus dilaksanakan oleh semua anggota komunikasi.
Seorang opinion leader yang mampu membuat instruksi terstuktur adalah
orang-orang
yang
mampu
merencanakan
pesan-pesan
verbal
untuk
24
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak
komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya
ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan
ataupun kesulitan antar pribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Sementara menurut Roger, berdasarkan prinsip generalisasi, yaitu:
Generalisasi 8-8: Opinion leaders memiliki pembukaan media massa yang
lebis besar daripada follower mereka. Konsep murni dari hipotesis two-step flow
menyatakan bahwa opinion leaders yang mencapai kompetensi mereka merupakan
dengan menyiapkan layaknya sebuah kesempatan untuk memikat dari ide baru ke
dalam sistem sosial mereka. Hubungan ini mungkin disajikan oleh saluran media
massa, yang dilakukan oleh pemimpin yang sangat kosmopolit, atau oleh pemimpin
yang memiliki kesempatan lebih besar untuk kontak dengan agen perubahan.
Generalisasi 8-9: Opinion leaders lebih kosmopolit daripada follower mereka.
Generalisasi 8-10: Opoinion leaders memiliki kontak agen perubahan yang
lebih besar dari pada follower mereka.
Generalisasi 8-11: Opoinion leaders memiliki partisipasi sosial yang lebih
besar dari pada follower mereka. Di samping opinion leader untuk menyebarkan
pesan tentang sebuah inovasi, mereka harus memiliki jaringan interpersonal dengan
follower nya. Opinion leader harus mudah didatangi. Satu indikasinya yaitu
memiliki partisipasi social, komunikasi tatap muka tentang ide baru yang terjadi
pada saat meeting dalam organisasi formal dan melalui diskusi informal.
Generalisasi 8-12: Opinion leaders memiliki status social ekonomi yang lebih
tinggi daripada follower mereka. Hal ini karena follower melihat seorang opinion
leader yang memiliki status tinggi dari pada status mereka.
Generalisasi 8-13: Opinion leaders lebih inovatif daripada follower mereka.
Artinya, bahwa opinion leader akan diakui oleh sebaya mereka sebagai ahli yang
berkompeten tentang inovasi jika mereka telah mengadopsinya lebih dulu sebelum
follower-nya.
Generalisasi 8-14: ketika norma dalam sebuah system social berubah, opinion
leader lebih aktif, tetapi ketika norma tidak berubah, opinion leader tidak terutama
berubah. Di dalam sistem dengan norma yang lebih tradisional, opinion leader
biasanya menyebarkan sekelompok individu innovator. Innovator merasa dengan
prasangka dan sering kali tidak menghormati oleh anggota sistem, yang tidak
25
26
27
leader di dalam system social mengadopsi dan inovasi, hal ini mungkin
imposible untuk berhenti lebih lanjut disebar.
Change agent suatu saat innovator yang salah sebagai opinion leader.
Mereka mungkin merupakan seorang yang sama, khususnya di dalam sistem
dengan norma modern, tetapi mereka sering tidak. Opinion leader telah
mengikuti, sementara innovator lebih sederhana, orang pertama yang
mengadopsi ide baru. Ketika change agent, memfokuskan upaya komunikasi
pada innovator, lebih dari itu pada opinion leader, hasilnya mungkin menolong
untuk meningkatkan kesadaran pengetahuan dari innovator, tetapi beberapa klien
akan dibujuk untuk mengadopsi. Lingkungan innovator tidak perlu meyakinkan
klien yang setara untuk mengikuti setelah. Kesulitan lain terjadi ketika seorang
change agent dengan tepat mengidentifikasi opinion leader di dalam sebuah
sistem, tetapi kemudian hasilnya terlalu banyak memusatkan perhatian mereka
dari beberapa leader, sehingga mereka mungkin menjadi terlalu innovative di
mata follower-nya, atau menjadi merasa seperti terlalu friendly dan terlalu
mengenal dengan change agent. Selanjutnya, change agent dapat menurunkan
kredibilitas opinion leaders dengan membuat mereka terlalu inovatif. Persoalan
ini sering terjadi pada program difusi yang berbariasi, inilah sekilas persoalan
dari ketidakprofessionalan dari pembantu.
29
BAB III
KESIMPULAN
Dari serangkaian penjelasan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Perbedaan change agent dengan opinion leaders adalah sebagai berikut.
Change agent adalah orang yang bertugas mempengaruhi klien agar mau menerima
inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha pembaharuan (change
agency), sedangkan opinion leaders adalah suatu tingkat dimana seorang individu
mampu memberikan informasi untuk mempengaruhi sikap individu lain atau mengatur
perilaku individu lainnya secara informal ke arah kondisi yang diharapkan, sesuai
norma yang berlaku.
2. Peran (tugas) change agent antara lain:
a. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah
b. Memantapkan hubungan pertukaran informasi
c. Mendiagnosa masalah yang dihadapi
d. Membangkitkan kemauan klien untuk berubah
e. Mewujudkan kemauan dalam perbuatan
f. Menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak berkelanjutannya
inovasi
g. Mengakhiri hubungan ketergantungan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu difusi inovasi antara lain sebagai
berikut.
a. Usaha agen pembaharu
b. Orientasi pada klien
c. Sesuai dengan kebutuhan klien
d. Emphati
e. Homophily
f. Kredibilitas Agen Perubahan
g. Sejalan dengan Pemimpin Opini (Opinion leaders), dan
h. Kemampuan Evaluasi Klien
30