Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 GLOBALISASI DAN PAHAM RADIKAL DI KHAWATIRKAN DANDIM


0718 PATI

MuriaNewsCom, Pati Globalisasi, paham radikal dan sederet isme baru menjadi
bidikan Dandim 0718/Pati Letkol Inf Andri Amijaya Kusuma. Pasalnya, globalisasi dan
paham radikal dinilai berpotensi merusak konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). - See more at:
Karena itu, pihaknya mencoba berkomunikasi dengan banyak pihak untuk mengetahui
peta Kabupaten Pati. Terus terang saja, saat ini Indonesia dilanda arus globalisasi besarbesaran. Banyak paham baru berdatangan yang tidak sesuai dengan semangat NKRI. Ini
harus kita waspadai, kata Andri kepada MuriaNewsCom, Jumat (11/3/2016). - See more at:
Ia meminta kepada warga Pati untuk mendampingi putera-puterinya untuk selalu
waspada dengan gelombang globalisasi. Globalisasi itu baik, tapi kalau tidak dicerna mana
yang bermanfaat buat kita itu berbahaya. Warga Pati mesti jeli untuk menghadapi perubahan
zaman yang bisa menggerus tradisi dan budaya baik Nusantara,tambahnya.
Sementara itu, Ketua Pepabri Pati Soekarno mengaku bangga dengan upaya Dandim
yang mendekati golongan purnawirawan untuk dijadikan bahan pertimbangan. Saya lihat
1

Dandim yang baru ini menguasai sosial, politik, budaya, dan hak asasi manusia. Kami
berharap bisa menjaga keamanan wilayah Pati, tuturnya.
Purnawirawan yang mengalami pergantian Dandim sebanyak 15 kali tersebut
mengatakan, generasi militer muda saat ini harus bisa menguasai segala bidang, termasuk
teknologi informasi. Zaman semakin berubah. Teknologi terus berkembang pesat.
Penguasaan teknologi menjadi bagian dari upaya mengamankan NKRI dengan baik.
Kalau dulu orang militer harus berhadapan dengan penjajahan fisik, saat ini orang militer
juga dihadapkan penjajahan yang tidak tampak. Makanya, harus menguasai segala
bidang,pesanny
See more at: http://www.murianews.com/2016/03/11/74800/globalisasi-dan-paham-radikaldikhawatirkan-dandim-0718-pati.html#sthash.GjxYhwTa.dpuf

PERMASALAHAN

Penyelewengan ideologi dengan timbulnya paham radikal yang bertentangan


dengan pancasila di negara Indonesia sebagai akibat dari Globalisasi
ANALISIS
Masalah diatas telah melanggar batas-batas keterbukaan ideologi Pancasila yaitu
a. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan masyarakat sebab
radikalisme sendiri adalah suatu paham yang menggunakan cara-cara
kekerasan untuk memaksa orang lain agar menerima.
b. Mempercayai paham tersebut. Selain itu paham ini juga melanggar aturan
yaitu keterhubungannya dengan paham liberalisme.
c. Stabilitas nasional juga terancam karena paham ini menginginkan perubahan
atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis.
d. Penciptaan norma yang baru harus melalui konsensus.
e. Stabilitas sosial yang dinamis.

1.2 LATAR BELAKANG


2

Ideologi Negara Indonesia adalah Pancasila. Ideologi pancasila ini dijadikan


sebagai pandangan hidup bagi bangsa Indonesia dalam mengembangkan Negara
Indonesia dalam berbagai aspek. Dengan ideology inilah bangsa Indonesia
bisamencapaikemerdekaan dan bertambah maju baik dari potensi sumber daya alam
maupun sumber daya manusianya. Pncasila sebagai ideology nasional artinya
Pancasila merupakan kumpulan atau seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya
oleh pemerintah dan rakyat Indonesia dan digunakan oleh bangsa untuk menata atau
mengatur masyarakat Indonesia atau berwujud Ideologi yang dianut oleh Negara
(pemerintah dan rakyat) Indonesia secara keseluruhan, bukan milik perseorangan atau
golongan tertentu atau masyarakat tertentu saja, namun milik bangsa Inonesia secara
keseluruhan. Permasalah

tentang Ideologi Pancasila bukan hanya sebuah

permasalahan yang berkadar kefilsafatan karena bersifat cita-cita dan normatif namun
juga bersifat praktis karena menyangkut operasionalisasi dan strategi. Hal ini karena
ideology Pancasila juga menyangkut hal-hal yang mendasar suatu ajaran yang
menyeluruh tentang makna dan nilai-nilai hidup, ditentukan secara kongkrit
bagaimana manusia harus bertindak.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan ulasan singkat latar belakang di atas, maka dapat
disusunlah rumusan masalah sebgai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bagaimana pengertian Ideologi?


Bagaimana makna Ideologi Bagi Negara?
Bagaimana perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain?
Bagaimana Pancasila sebagai Ideologi tertutup?
Bagaimana Ideologi pancasila dalam kehidupan ekonomi, budaya, sosial?
Bagaimana Pancasila sebagai Ideologi dalam ketatanegaraan dalm kehidupan

politik, kehidupan pertahanan keamanan?


7. Bagaimana realisasi nasionalisme setelah merdeka?
1.4 TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Untuk mengetahui pengertian Ideologi.


Untuk mengetahui makna Ideologi Bagi Negara.
Untuk mengetahui perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain.
Untuk mengetahui Pancasila sebagai Ideologi tertutup.
Untuk mengetahui Ideologi pancasila dalam kehidupan ekonomi, budaya, sosial.
3

6. Untuk mengetahui Pancasila sebagai Ideologi dalam ketatanegaraan dalm


kehidupan politik, kehidupan pertahanan keamanan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IDEOLOGI
1. ARTI IDEOLOGI
Ideologi adalah gabungan dari dua kata majemuk idea dan logos, yang berasal
dari bahasa Yunani eidos dan logos. secara sederhana ideologi berarti suatu gagasan
yang berdasarkan pemikiran yang sedalam dalamnya dan merupakan pemikiran
filsafat. Dalam arti kata luas istilah ideologi dipergunakan untuk segala kelompok cita
cita, nilai nilai dasar, dan keyakinan keyakinan yang mau dijunjung tinggi
sebagai pedoman normatif. Dalam artian ini ideologi disebut terbuka. Dalam arti
sempit ideologi adalah gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna hidup dan
nila- nilai yang mau menentukaqn dengan mutlak bagaimana manusia harus hidup
dan bertindak. Dalam artian ini disebut juga ideologi tertutup. Kata ideologi sering
juga dijumpai untuk pengertian memutlakkan gagasan tertentu, sifatanya tertutup di
mana teori teori bersifat pura pura dengan kebenaran tertentu, tetapi
menyembunyikan kepentingan kekuasaan tertentu yang bertentangan dengan teorinya.
Dalam hal ini ideologi diasosiasikan kepada hal yang bersifat negatif.
Ideologi juga di artikan sebagai ajaran,doktrin,teori,atau ilmu yang di yakini
kebenarannya,yang di susun secara sistematis dan di beri petunjuk pelaksanaan nya
dalam

menanggapi

dan

menyelesaikan

masalah

yang

di

hadapi

dalam

bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara(bahan penataran BP-7 pusat , 1993).suatu


pandangan hidup akan meningkat menjadi suatu falsafah hidup,apabila telah
mendapat landasan berpikir maupun motifasi yang lebih jelas,sedangkan krestalisasi
nya kemudian membentuk suati ideologi.keterikatan ideologi dengan pandangan
hidup akan membedakan ideologi suatu bangsa dengan bangsa lain.
Dalam praktek orang menganut dan mempertahan kan ideologi karena
memandang ideologi itu sebagai cita cita,ideologi merumuskan cita cita hidup.oleh
sebab itu,menurut gunawan setiardca(1993)ideologi dapat di rumuskansebagai
seperangkat ide asasi tentang manusia danseluruh realitas,yang dijadikan pedoman
dan cita cita hidup.

Ideologi berada satu tingkat lebih rendah dari filsafat.berbeda dengan


filsafat,yang digerakan oleh kecintaan kepada kebenaran dan sering tanpa pamrih
apapun juga,maka ideologi di gerakan oleh tekad untuk mengubah keadaan yang tidak
di inginkan,menuju ke arah keadaan yang di inginkan.dalam ideologi sudah ada suatu
komitmen,sudah terkandung wawasan masa depan yang di kehendaki dan hendak di
wujud kan dalam kenyataan.
Jika filsafat merupakan kegemaran dan sebagian kecil orang saja,karena
memang tidak semua orang mempunyai kecendrungan pribadi mencari kebenaran
tertinggi itu,maka ideologi di minati oleh lebih banyak manusia menurut edward
shils(lihat BP-7 pusat,1991:382-384),salah seorang pakar mengenai ideologi,jika
manusia sudah mencapai taraf perkembangan intelektual tertentu,maka kecendrungan
menyusun ideologi ini merupakan suatu ciri dasar kemanusiaannya.manusia sebagai
makhluq berfikir akan selalu semakin cerdas dan semakin terdidik sebagai warga
masyarakat,semakin meningkat kebutuhan nya akan wawasan idelogi.oleh karna
itu,ideologi merupakan wawasan yang hendak di wujud kan,maka ideologi selalu
berkonotasi politik.ideologi hampir selalu ber sumber dari nilai nilai filsafat yang
mendahuluinya dan menghubungkan nya dengan politik yang menangani dunia nyata
yang

dasar bagaimana mewujudkan ideologi itu ke dalam kenyataan,kusus nya

dengan membangun kekuatan yang diperlukan serta untuk mempergunakan kekuatan


itu untuk mencapai tujuan.
Dewasa

ini

ideologi

telah

menjadi

suatu

pengertian

yang

kompleks.pertumbangan akhir akhir ini menunjukan terjadinya pembedaan yang


makin jelas antara ideologi,filsafat,ilmu,dan teologi.ideologi di pandang sebagai
pemikiran yang timbul karena pertimbangan kepentingan.di dalam ideologi orang
tidak mempermasalahkannilai kebenaran internal nya ideologi di pandang sebagai
belief syistem, sedangkan ilmu filsafat, ataupun teologi merupakan pemikiran yang
bersifat refleksif, kritis, dan sistematik, dimana pertimbangan utamanya adalah
kebenaran pemikiran.karena perbedaan itu ideologi disebut suatu sistempemikiran
yang sifatnya tertutup. (pranaka,1985:372). Dalam perkembangan itu ideolagi
mempunyai arti yang berbeda. pertama, ideolagi diartikan sebagai

weltanschuung ,

yaitu pengetahuan yang mengandung pemikiran - pemikiran besar, cita - cita besar,
mengenai sejarah, manusia, masyarakat, negara (science of ideas). Dalam pegertian
ini kerap kali ideologi disamakan artinya dengan ajaran filsafat .kedua,ideologi
6

diartikan sebagai pemikiran yang tidak memperhatikan kebenaran internal dan


kenyataan empiris ,ditunjukan dan tumbuh berdasarkan pertimbangan kepentingan
tertentu dan karena itu ideologi cenderung bersifat tertutup .ketiga,ideologi diartikan
sebagai suatu belief system dan karena itu berbeda dengan ilmu ,filsafat,ataupun
teologi

yang

secara

formal

merupakan

suatu

knowledge

system(bersifat

reflektif,sistematis dan kritis).


2. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL
Ideologi adalah istilah yang sejak lam telah dipakaidan menunjukan beberapa
arti. Semua itu menurut Destutt de tracy pada tahun 1796,memakai istilah ideologi
dengan pengertian scince of ideas,yaitu suatu proam yang di harap kan dapat
membawa perubahan institusional dalam masyarakat francis.namun,napoelon
mencemoohtan sebagai hayalan belaka yang tidak punya arti praktis.ideologi
semacam itu adalah impian semata yang tidak akan menemui kenyataan riil.namun
demikian,ideologi mempunyai arti orientasi yang menempatkan seseorang dalam
lingkungan ilmiah dan sosial.dalam orientasi ini ideologi mempunyai pandangan
tentang alam,masyarakat ,manusia dan segala realitas yang dijumpai serta di alami
semasa hidup nya.
Terdapat empat tipe ideologi(BP-7 Pusat,1991:384),yaitu sebagai berikut,
a. Ideologi konser fativ,yaitu ideologi yang memelihara keadaan yang ada(status
quo),setidak tidak nya secara umum,walaupun membuka kemungkinan perbaikan
dalam hal hal teknis.
b. Kontra ideologi,yaitu melegitimasikan penyimpangan yang ada dalam masyarakat
sebagai yang sesuai dan malah di anggap baik
c. Ideologi reformis,yaitu berkehendak untuk mengubah keadaan.
d. Ideologi revolusioner yaitu ideologi yang bertujuan mengubah seluruh syistem
nilai masyarakat itu.
Suatu ideologi yang sama dalam perjalanan yang cukup panjang biasa berubah
tipe. Ideologikomunis yang pernah bersifat revolusioner sebelum berkuasa,menjadi
sangat konserfatif setelah para pendukung nya berkuasa dalam perjalanan sejarah
pancasila sebai ideologi mengandung sifat reformis dan revolusioner.
Kita mengenal berbagai istilah ideologi, seperti ideologi negara, ideologi
bangsa, dan ideologi nasional. Ideologi negara khusus dikaitkan dengan pengaturan
7

penyelenggaraan pemerintahan negara. Sedangkan ideologi nasional mencakup


ideologi negara dan ideologi yang berhubungan dengan pandangan hidup bangsa.
Bahi bangsa indonesia, ideologi nasionalnya tercemin dan terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945.
Ideologi nasional bangsa indonesia yang tercermin dan terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah ideologi erjuangan, yaitu yang sarat dengan jiwa dan
semangat perjuamgam bangsa untuk mewujudkan negara merdeka, bersatu, berdaulat,
adil, dan makmur (Bahan penataran. BP-7 Pusat, 1993).
Dalam alinea pertama Pembukaan UUD 1945 terkandung motivasi, dasar, dan
pembenaran perjuangan (kemerdekaan adalah haksegala bangsa dan penjajahan
bertentangan dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan). Alinea kedua mengandung
cita-cita bangsa indonesia (Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur). Alinea ketiga memuat petunjuk atau tekad pelaksanaannya (menyatakan
kemerdekaan atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa). Alenia keempat memuat
tugas negara/tujuan nasional,penyusuna undang-undang dasar negara pancasila.
Pembukaan UUD 1945 yang mengandung pokok-pokok pikiran yang dijiwai
Pancasila, dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal Batang Tubuh UUD 1945. Denga
kata lain, Pokok-pokok pikiran ang terkandung dalam oembukaan UUD 1945 itu tidak
lain adalah Pancasila, yang kemudian dijabarkan dalam pasal-pasal dari Batang Tubuh
UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 memenuhu persyaratan sebagai ideologi yang memuat
ajaran, doktrin, teori, dan atau ilmu tentang cita-cita (ide) bangsa indonesia yang
diyakini kebenarannya dan disusun secara sistematis serta diberi petunjuk
pelaksanaannya (BP-7 Pusat, 1993).
Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diartikan sebagai suatu pemikiran
yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat,
hukum, dan negara indonesia, yang bersumber dari kebudayaan Indonesia.

B. MAKNA IDEOLOGI BAGI NEGARA


1. TEORI PESEORANGAN (INDIVIDUALISTIK)

Sarjana-sarjana yang membahas teori individualistic adalah Herbert Spencer


(1820-1903) dan Horald J. Laski ( 1893-1950). Pada intinya, menurut teori ini,
Negara adalah masyarakat hokum (legal contrac). Hal ini mempunyai pengertian
bahwa Negara dipandang sebagai organisasi kesatuan pergaulan hidup manusia yang
tertinggi. Dengan semangat renaissance, manusia telah menemukan kembali
kepribadiannya. Manusia sebagai individu hidup bebas dan merdeka, tidak ada yang
dibawah oleh orang lain, semua dalam kedudukan dan taraf yang sama. Individu itu
selalu hendak menonjolkan diri sebagai aku. Dia pusat kekeuasaan dan selalu
berusaah memperbesar kekuasaanya. Oleh karena itu, individu saling berhadapan,
senantiasa mengadu tenaga dalam perebuta kekuasaan (Laboratorium Pancasila IKIP
Malang, 1983). Negara dipandang sebagai hasil perjanjian masyarakat(social contract)
dari individu-individu yang bebas, sehingga hak-hak orang seorang (hak asai) adalah
lebih tinggi kedudukannya daripada Negara yan merupakan hasil bentukan individuindividu bebas tersebut.
Cara pandang individualistis ini sebagaimana dijelaskan oleh Prof. Soepomo
di dalam rapat BPUPKI, tidak kita pilih atau tidak kita ikuti. Cara pandang
individualistis ini mendapat pertentangan di dalam sejarah kenegaraan di Eropa dari
kelompok sosialis-komunis yang di pelopori oleh Marx, Engels, dan Lenin.
2. TEORI GOLONGAN (CLASS THEORY)
Teori ini diajarkan, antara lain oleh Karl Mark (1818-1883). Menurut Karl
Marx, Negara merupakan penjelmaan dari pertentangan-pertentangan kekuatan
ekonomi. Negara dipergunakan sebagai alat oleh mereka yang kuat untukmenindas
golongan ekonomi yang lemah. Yang dimaksud dengan golongan ekonomi yang kuat
adalah mereka yang memiliki alat-alat produksi. Negara akan lenyap dengan
sndirinya kalau dalam masyarakat sudah tidak ada lagi perbedaan terjadi dalam
sejarah perkembangan masyarakat yang meliputi tiga fase, yaitu fase borjuis, fase
kapitalis, dan fase sosialis-komunis.
3. TEORI KEBERSAMAAN (INTEGRALISTIK)
Teori integralistik semula diajarkan oleh Spinoza, Adam Muhler dan lain-lain
yang mengemukakan bahwa Negara adalah suatu susunan masyarakat yang integral di
antara semua golongan dan semua bagian dari seluruh anggota masyaraka. Persatuan
masyarakat itu merupakan persatuan masyarakat yang organis.
Dari segi integritas antara pemerintah dan rakyat, Negara memikirkan
penghidupan dan kesejahteraan bangsa seluruhnya, Negara menyatu dengan rakyat
9

dan tidak memihak pada salah satu golongan dan tidak pula menganggap kepentinga
pribadi yang lebih diutamakan, melainkan kepentingan dan keselamatan bagsa serta
Negara sebgai satu kesatuan yang tidak daoat dipisah-pisahkan.
Soepomo menganggap teori integralistik paling sesuai dengan bangsa
Indonesia yang masyarakatnya beraneka ragam. Juga secara kenyataan, teori ini telah
dilaksanakan oleh bangsa Indonesia semenjak dahulu di desa-desa seperti kebiasaan
pemimpin yang selalu bermusyawarah dengan rakyatnya. Hal ini lebih tegas
dinyatakan dalam Penjelasan UUD 1945 bahwa Negara mengatasi segala paham
golongan dan segala paham perseorangan serta menerima paham Negara kesatuan.
Alinea ketiga menyatakan bahwa Negara adalah suatu keadaan kehidupan
berkelompoknya bangsa Indonesia yang atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa
dan didorongkan oleh keinginan yang luhur bangsa Indonesia untuk berkehidupan
kebangsaan yang bebas. Negara dalam cara pandang integrakistik Indonesia, tidak
akan memiliki kepentingan sendiri (kepentingan penerintah) terlepas atau bahkan
bertentangan dengan kepentingan orang-orang (rakyat), di dalam Negara semua pihak
mempunyai fungsi masing-masing dalam suatu kesatuan yang utuh yang oleh Prof.
Soepomo disebutkan sebagai sautu totalitas. Kesatuan atau integritas yang di citacitakan dalam UUD 1945 dijabarkan lebih lanjut dalam Ketetapan MPR tentang
GBHN.
Pancasila bersifat integralistik karena :
1. Mengandung semangat kekeluargaan dalam kebersamaan,
2. Adanya semangat kerja sama (gotong royong),
3. Memelihara persatuan dan kesatuan, dan
4. Mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
C. PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN IDEOLOGI LAIN
Pancasila berbeda dengan ideologi- ideologi lainnya, seperti kapitalisme dan
komunisme. Kedua ideologi ini telah terlebih dahulu lahir sebagai pemikiran filosofis,
yang kemudian dituangkan dalam rumusan ideologi dan setelahnya baru diwujudkan
dalam konsep-konsep politik. Jangka waktu yang dilalui keseluruhan proses ini bisa
sampai puluhan tahun. Manifesto komunis, misalnya diumumkan pada tahun 1841
sebagai pernyataan ideologis dari falsafah Marxisme. Konsep politiknya diwujudkan
pada tahun 1917, dalam Revolusi Oktober di Rusia. Ada jarak waktu selama 76 tahun
antara ideologi dan politik. Kapitalisme, yang lahir lebih dahulu, menjalani proses

10

yang lebih panjang. Rangkaian pemikir falsafah menyampaikan hasil renungannya


terlebih dahulu, yang kemudian diwujudkan dalam tatanan hidup bernegara.
Proses yang dilalui pancasila sedikit khusus, praktis sebelum ada pemikiran
filosofis sebelum tahun 1945 yang secara sistematis menguraikan pemikirannya
secara mendalam mengenai ideologi untuk negara yang hendak dibentuk, pemikiran
mengapa kita merdeka, tetapi belum ada wawasan terpadu mengenai bagaimana
konsepsi masa depan yang hendak dibangun itu. Pemikiran demikian baru timbul
setelah para pemimpin kita bermusyawarah secara intensif di penghujung Perang
Dunia ke II, secara eksplisit oleh ketua BPUPKI Dr. Radjiman: Apa dasar negara yang
hendak kita bentuk? Pertanyaan itu dijawab dengan mencari nilai-nilai dasar yang
sama dalam kemajemukan budaya masyarakat kita. Dengan demikian, penerimaan
Pancasila pertama-tama dirumuskan sebagai konsensus politik, yang didasarkan
kepada nilai kultural masyarakat (BP-7 Pusat, 1991:385).
1. IDEOLOGI LIBERALISME
Inggrislah yang memulai timbulnya liberalismeyang diakibatkan oleh alam
pemikiran yang disebut zaman pencerahan (aufklarung) yang mengatakan bahwa
manusia memberikan penghargaan dan kepercayaan besar pada rasio. Rasio dianggap
sebagai kekuatan yang menerangi segala sesuatu di dunia ini. Manusia bisa berbuat
banyak berdasarkan rasio yang dimilikinya. Zaman yang dihadapi oleh asyarakat pada
abad ke-18 adalah zaman yang benar-benar membuka pintu baru yang memungkinkan
manusia bisa memperoleh kehidupan yang sama sekali baru.
Pengertian baru bukan hanya bidang ekonomi dan politik, tetapi juga dalam
pemikiran dan seluruh sistem yang ada dalam kehidupan abad ke-19 dan selanjutnya.
Liberalisme akan membawa suatu sistem, yaitu kapitalisme. Liberalisme melihat
manusia sebagai makhluk bebas. Kebebasan manusia merupakan milik yang sangat
tinggi dengan membawa unsur-unsur esensial, yaitu rasionalisme, materialisme, dan
empirisme, serta individualisme.
Ajaran libelarisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia
sejak ia lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa,
kecuali dengan persetujuannya. Hak asasi tersebut memiliki nilai-nilai dasar
(intrinsic), yaitu kebebasan dan kepentingan pribadi yang menuntut kebebasan
individu secara mutlak, yaitu kebebasan mengejar kebahagiaan hidup ditengah-tengah
kekayaan materiil yang melimpah dan dicapai dengan bebas. Ancaman dari paham

11

liberalisme hampir tidak dapat digolongkan dalam uraian sejarah sebagaimana


tergambar dalam ancaman golongan komunis.
Ancaman libelarisme sangat terselubung dan secara tidak sadar dapat tertanam
dalam cara berpikir dan bertindak masyarakat tertentu di Indonesia. Paham
libelarisme selalu mengkaitkan aliran pikirannya dengan hak asasi manusia yang
menyebabkan paham tersebut memiliki daya tarik yang kuat dikalangan masyarakat
tertentu.
Hal tersebut tidak sesuai dengan pancasila yang memandang manusia sebagai
makhluk Tuhan, yang mengemban tugas sebagai makhluk pribadi dan sekaligus
makhluk sosial sehingga dalam kehidupan bermasyarakat wajib menyelaraskan
kpentingan pribadinya dengan kepentingan masyarakat dan haknya selalu dikaitkan
dengan kewajibannya terhadap masyarakat (BP-7 1993: 73-74)
2. IDEOLOGI SOSIALISME
Tokoh utama yang mengajarkan komunisme adalah Karl Marx (1818-1883),
tokoh sosialis revolusioner yang banyak menulis naskah dibidang sosial dan ekonomi.
Ajaran Marx kemudian ditambah dengan pandangan Engels dan Lenin, sehingga
ajaran komunis melandaskan para teori Marxisme-Leninisme. Ajaran komunis
didasarkan atas kebendaan. Oleh karena itu, komunisme tidak percaya kepada Tuhan.
Bahkan agama dikatakannya sebagai racun bagi masyarakat. Ajaran tersebut jelas
bertolak belakang dengan ajaran pancasila.
Masyarakat komunis tidak bercorak nasional, masyarakat yang dicita-citakan
komunis adalah masyarakat komunis dunia yang tidak dibatasi oleh kesadaran
nasional. Hal ini tercermin dari seruan Marx yang terkenal : Kaum buruh diseluruh
dunia bersatulah. Komunis juga menghendaki masyarakat tanpa nasionalisme.
Secara tegas menyatakan bahwa nasionalisme adalah suatu yang fundamental. Bukan
nasionalisme yang sempit, tetapi nasionalisme yang dijiwai oleh kemanusiaan yang
adil dan beradab.
Masyarakat komunis masa depan adalah masyarakat tanpa kelas, yang
dianggap akan memberikan suasana hidup yang aman dan tentram dengan tidak
adanya hak milik pribadi atas alat produksi dan hapusnya pembagian kerja.
Perombakan masyarakat menurut ajaran komunis hanya mungkin dilakukan oleh
kaum proletar dengan jalan mengadakan revolusi. Setelah revolusi berhasil, maka
kaum proletar sajalah yang akan memegang tampuk pimpinan pemerintahan dan
menjalankan pemerintahan secara diktator yang mutlak (diktator proletar).
D. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
1. ARTI IDEOLOGI TERBUKA
12

Ciri khas ideologi terbuka ialah bahwa nilai nilai dan cita citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral, dan
budaya masyarakatnya sendir. Dasarnya dari consensus masyarakat, tidak diciptakan
oleh Negara, melainkan ditemukan dalam masyarakat sendiri. Oleh sebab itu, ideologi
terbuka adalah milik dari semua rakyat, masyarakat dapat menemukan dirinyadi
dalamnya. Ideologi terbuka bukan hanya dapat dibenarkan melainkan dibutuhkan.
Nilai nilai dasar menurut pandangan Negara modern bahwa Negara modern hidup
dari nilai nilai dan sikap sikap dasarnya.
Ideologi

terbuka

perkembangan zaman

adalah

ideologi

yang

dapat

berinteraksi

dengan

dan adanya dinamika secara internal. Sumber semangat

ideologi terbuka itu, sebenarnya terdapat dalam Penjelasan Umum UUD 1945, yang
menyatakan, Terutama bagi Negara baru dan Negara muda lebih baik hokum dasar
yang tertulis itu hanya memuat aturan aturan pokok, sedangkan aturan aturan yang
menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang undang yang lebih
mudah cara membuatnya, mengubahnya dan mencabutnya.
Selanjutnya dinyatakan, Yang sangat penting dalam pemerintahan dan
dalam hidupnya bernegara ialah semangat, semangat para penyelenggara Negara,
semangat para pemimpin pemerintahan
Suatu ideologi yang wajar ialah bersumber atau berakar pada pandangan hidup
bangsa dan falsadah hidup bangsa. Dengan demikian, ideologi tersebut akan dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kecerdasan kehidupan
bangsa. Hal ini adalah suatu prasyarat bagi suatu ideologi. Berbeda halnya dengan
ideologi yang dimpor, yang akan bersifat tidak wajar (artifisial) dan sedikit banyak
memerlukan pemaksaan oleh kelompok kecil manusia (yang mngimpor ideologi
tersebut). Dengan demikian, ideologi tersebut bersifat tertutup.
Pancasila berakar pada pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa, sehingga
memenuhi prasyarat suatu ideologi terbuka. Sekalipun suatu ideologi itu bersifat
terbuka, tidak berarti bahwa keterbukaannya adalah sebegitu rupa sehingga dapat
memusnahkan atau meniadakan ideologi itu sendiri, hal mana merupakan suatu yang
tidak nalar. Suatu ideologi sebagai suatu rangkuman gagasan gagasan dasar yang
terpadu dan bulat tanpa kontradiksi atau saling bertentangan dalam aspek aspeknya,
pada hakikatnya berupa suatu tata nilai, dimana nilai dapat kita rumuskan sebagai hal
13

ilwal buruk baiknya sesuatu, yang dalam hal ini ialah apa yang dicita citakan
(Padmo Wahyono, 1991 : 39 - 40)
2. FAKTOR PENDORONG KETERBUKAAN IDEOLOGI PANCASILA
Faktor yang mendorong pemikiran mengenai keterbukaan ideologi Pancasila
(BP-7 Pusat, 1993), adalah sebagai berikut.
a. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat
yang berkembang secara cepat
b. Kenyataan menunjukkan bahwa bangkrutnya ideologiyang tertutup dan beku
cenderung meredupkan perkembangan dirinya.
c. Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau
d. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai nilai dasar Pancasila yang
bersifat abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam
rangka mencapai tujuan nasional
Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang
berbentukpola pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia modern. Kita mengenal
ada tiga tingkat nilai, yaitu nilai dasar yang tidak berubah, nilai instrumental sabagai
sarana mewujudkan nilai dasar yang dapat berubah sesuai dengan keadaan dan nilai
praktis berupa pelaksanaan secara nyata yang sesungguhnya. Nilai nilai Pancasila
dijabarkan dalam norma norma dasar Pancasila yang terkandung dalam pembukaan
UUD 1945. Nilai atau norma dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945ini
tidak boleh berubah atau diubah, karena itu adalah pilihan dan hasil consensus bangsa
yang

disebut

kaidah

pokok

dasar

negara

yang

fundamental

(Staatsfundamentealnorm). Perwujudan atau pelaksanaan nilai nilai instrumental


dan nilai nilai praktis harus tetap mengandung jiwa dan semangat yang sama dengan
nilai dasarnya.
3. SIFAT IDEOLOGI
Kebenaran pola pikir seperti terurai diatas adalah sesuai dengan sifat ideologi
yang memiliki tiga dimensi penting (BP-7 Pusat, 1993) sebagai berikut
a. Dimensi Realitas
Nilai nilai yang terkandung di dalam dirinya, bersumber dari nilai nilai riil
yang hidup dalam masyarakat, sehingga tertanam dan berakar di dalam
masyarakat terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka betul
betul merasakan dan menghayati bahwa nilai- nilai dasar itu adalah milik
mereka bersama. Dengan begitu nilai nilai dasar ideologi itu tertanam dan

14

berakar di dalam masyarakatnya. Menurut pandangan Alfian (BP-7 Pusat,


1991 : 192) Pancasila mengandung dimensi realita ini di dalam dirinya.
b. Dimensi Idealisme
Mengandung cita cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegar. Cita cita tersebut berisi harapan
yang masuk akal , bukanlah lambungan angan angan yang sama sekali tidak
mungkin direalisasikan. Oleh karena itu, dalam suatu ideologi yang tangguh
biasanya terjalinberkaitan yang saling mengisi dan saling memperkuat antara
dimensi realita dan dimensi idealism yang terkandung di dalamnya.
Logikanya, Pancasila bukan saja memenuhi dimensi kedua dari suatu
ideologi, tetapi sekaligus juga memenuhi sifat keterkaitan yang saling mengisi
dan saling memperkuat antara dimensi pertama (dimensi realita) dengan
dimensi kedua (dimensi idealisme)
c. Dimensi Fleksibilitas
Melalui pemikiran baru tentang dirinya, ideologi itu mempersegar dirinya,
memelihara dan memperkuat relevansinya dariwaktu ke waktu. Dari itu dapat kita
simpulkan bahwa suatu ideologi terbuka, karena bersifat demokratis, memiliki apa
yang mungkin dapat kita sebut sebagai dinamika internal yang mengandung dan
merangsang mereka yang meyakininya untuk mengembangkan pemikiran pemikiran
baru tentang dirinya tanpa khawatir atau menaruh curiga akan kehilangan hakikat
dirinya. Melalui itu kita yakin bahwa relevansi ideologi kita akan makin kuat, jati
dirinya akan makin mantap dan berkembang. Sejalan dengan itu kita yakini bahwa
Pancasila memiliki dimensi ketiga, yaitu dimensi fleksibilitas atau dimensi
pengembangan, yang juga diperlukan oleh suatu ideologi guna memelihara dan
memperkuat relevansinya dari masa ke masa (Alfian, 1991 : 195)
4. BATAS BATAS KETERBUKAAN IDEOLOGI PANCASILA
Sungguhpun demikian, keterbukaan ideologi Pancasila ada batas batasnya
yang tidak boleh dilanggar, yaitu sebagai beriku.
a. Stabilitas nasional yang dinamis
b. Larangan terhadap ideologi marxisme, leninisme, dan komunisme
c. Mencegah berkembangnya paham liberal
d. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan
masyarakat
e. Penciptaan norma yang baru harus melalui consensus
E. IDEOLOGI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN EKONOMI
1. IDEOLOGI PANCASILA

15

Ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan dan simbol-simbol sekelompok


masyarakat atau satu bangsa yang mnadi pegangan dan pedoman kerja untuk
mencapai tujuan masyarakat atau bangsa itu. Pancasila yang merupakan jiwa dan
pandangan hidup bangsa telah dianggap mampu membawa seluruh bangsa Indonesia
menuju ke arah kehidupan yang merdeka, bersatu, dan berdaulat, meskipun belum
sepenuhnya mencapai tahap masyarakat yang adil dan makmur, yang tata tentrem
karta raharja.
2. PENERAPAN IDEOLOGI PANCASILA DALAM EKONOMI.
Pancasila dasar negara dapat diterapkan dalam kehidupan ekonomi bangsa,
negara dan masyarakat sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa. Roda perekonomian digerakan oleh rangsanganrangsangan ekonomi, sosial dan moral.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap. Ada kehendak kuat dari seluruh masyarakat
untuk mewujudkan kemerataan sosial sesuai asas-asas kemanusiaan.
3. Persatuan Indonesia. Prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah penciptaan
perekonomian nasional yang tangguh.
4. Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan. Koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan merupakan bentuk
paling kongkrit dari aha bersama.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Adanya imbangn yang jelas dan
tegas antara perencanaan di tingkat nasional dengan desentralisasi dalam
pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi untuk mencapai keadilan ekonomi dan sosial.
Dalam melaksanakan sistem ekonomi usaha bersama berdasar asas
kekeluargaan, kita mengenal tiga pelaku utamanya yaitu koperasi, usaha negara, dan
usaha swasta. Dari segi pandangan disiplin nasional yang harus atau wajib dipatuhi,
kita bisa menyatakan bahwa masing-masing pelaku ekonomi tersebut mempunyai
etika kerja diri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain.
Dengan demikian dapat disimpilkan bahwa setiap pelaku ekonomi yaitu
koperasi, usaha negara dan usaha swasta masing-masing memiliki landasan etika
dalam melaksanakan misi tugasnya dalam perekonomian nasional. Demikian dalam
kenyataan, penegakkan etika bangsa di bidang ekonomi dan bisnis memang tidak
terlalu mudah. Kecenderungan orang dan masyarakat bisnis untuk bersaing secara

16

sengit yang berarti menyingkirkan asas kekeluargaan, sering lebih nampak khususnya
dengan banyaknya contoh gala monopoli, oligopoli, dan konglomerasi yang
menonjolkan keuntungan usaha sendiri dengan mengecualikan orang lain.
3. IDEOLOGI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BUDAYA
Sebagai bentuk pemahaman tentang kenyataan ideologi berbeda dari
pandangan hidup, karena ideologi lebih eksplisit dan tegas dalam perumusannya.
Ideologi dalam hal ini berbeda pula dari ilmu pengetahuan yang merupakan hasil dari
analisa objektif terhadap fakta dan kebenarannya dapat diuji.
Ideologi juga mempunyai siat futuristik, karena memberikan gambaran masa
depan yang utopis. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan nilai-nilai
yang dicita-citakan dan ingin diwujudkan. Kecenderungan ini dari satu pihak dapat
membawa orang pada harapan yang kurang realistik. Oleh karenanya perlu untuk
selalu berdialog dengan kenyataan yang ada.
KEBUDAYAAN
Kebudayaan telah didefinisikan dengan berbagai cara. Tylor pada tahun 1871
mendefinisikan

kebudayaan

sebagai

keseluruhan

kompleks

yang

memuat

pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat kebiasaan, dan segala


kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Keseluruhannya merupakan suatu sistem yang terintegrasi. Tetapi kebudayaan
sekaligus juga merupakan suatu proses yang menstransformir sifat dan tingkat
kebutuhan yang harus dipenuhi. Sebagian besar perilaku manusia merupakan sesuatu
yang di peroleh manusia dalam kehidupannya. Jadi hal itu merupakan hasil dari
budaya.
Dengan mempertimbangkan berbagai aspek kebudayaan, kebudayaan bukan
hanya merupakan suatu tata nilai yang merupakan cerminan dari infra struktur, tetapi
suatu totalitas dari objek. Kebudayaan dapat di gambarkan sebagai terdiri dari
berbagai lapis. Paling sedikit dapat di bedakan tiga lapis budaya :
1. Lapisan pertama adalah alat-alat yaitu segala sesuatu yang di ciptakan manusia
untuk mencapai tujuan yang di kehendakinnya.
2. Lapisan kedua adalah etos masyarakat yaitu kompleks kebiasaan dan sikapsikap manusia terhadap waktu, alam dan kerja.
17

3. Lapisan ketiga adalah inti atau hati dari kebudayaan yaitu pemahaman diri
masyarakat atau cara bagaimana masyarakat menafsirkan dirinya, sejarah dan
tujuannya.
KECENDERUNGAN MASA KINI
Perkembangan kebudayaan Indonesia tidak terlepas dari trend atau
kecenderungan masa kini, baik itu kecenderungan nasional maupun internasional
dalam berbagai bidang kehidupan. Selayang pandang dapat kita sebut berbagai
kecenderungan masa kini, yaitu :
a. Perubahan yang teramat cepat menandai dunia zaman sekarang. Kebudayaan ini
di sebut sebagai kebudayaan pra figuratif.
b. Kecenderungan kedua ialah terjadinya globalisasi berbagai kekuatan, politik
termasuk proliferasi senjata nuklir, ekonomi dan bahkan kultural.apalagi
teknologi informasi yang canggih telah memacu juga tersebarnya pengaruh
tersebut. Ini berarti bahwa Indonesia akan terjamaah juga oleh pengaruh berbagai
kekuatan mondial tersebut.
c. Kecenderungan lain yang dapat diamati ialah munculnya berbagai counterculture sebagai reaksi terhadap homogenisasi budaya yang merupakan akibat
dari globalisasi pengaruh tersebut.mereka menghendaki suatu gaya hidup yang
baru, karena suatu identifikasi secara utuh dengan kemajuan industrial dirasa
perlu dipertanyakan.
d. Trend lain yang dapat kita amati adalah berbagai bentuk kekerasan, dalam skala
besar (G30S/PKI dan peristiwa yang mengikutinya) atau dalam skala kecil. Hal
ini mengundang pertanyaan-pertanyaan yang fundamental. Seperti, manakah
faktor-faktor kekerasan tersebut ?
e. Sebagai hasil dari pembangunan sendiri, meningkatlah harapan dan tuntutan
masyarakat. Yang pertama adalah tuntutan akan pendidikan, karena pendidikan di
masa depan akan merupakan penentu dari alokasi peran dalam masyarakat. Yang
kedua adalah tuntutan akan hak-hak politik sebagai warga negara. Hal itu
merupakan akibat pula dari meningkatnya pendidikan umum dan pendidikan
politik.
f. Kecenderungan lain baik dari tingkat global maupun tingkat nasional adalah
disparitas pendapatan dan taraf hidup yang belum berhasil diciutkan. Hal ini akan
tetap merupakan keprihatinan sebagaimana telah banyak diulas oleh banyak
pakar.
18

DIMENSI BUDAYA DARI POLITIK


Pancasila sebagai ideologi di sini berperan sebagai referensi bagi pembentukan
identitas baru sebagai warganegara. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
merupakan kategori baru yang mengatasi batasan-batasan berdasarkan agama tertentu.
Kemanusiaan menunjukkan pada nilai universal. Kedua prinsip ini mencerminkn
peralihan dari lingkup yang partikularistik kepada yang universalistik, sebagai gejala
dari modernisasi. Prinsip persatuan Indonesia menunjuk kepada referensi kelompok
yang baru dan ikatan yang baru. Sedangkan Kerakyatan dan Keadilan Sosial
merupakan prinsip yang di tuntut dari status baru sebagai warga negara yang sama.
INDUSTRALISASI SEBAGAI PROSES BUDAYA
GBHN 1988 mengetengahkan bahwa industrialisasi yang pada hakikatnya
merupakan proses pembangunan masyarakat industri menyangkut peningkatan
kualitas serta pendayagunaan potensi manusia Indonesia, sehingga peranan
pendidikan serta pembaharuan tata nilai masyarakat dan pranata sosial sangat penting
artinya.dengan kata lain, industralisai bukan hanya proses ekonomis melulu, tetapi
juga proses budaya.
Industralisasi mengandaikan beberapa prasyarat budaya, yang menyangkut
perubahan-perubahan dalam lapis kebudayaan kedua, yaitu etos dan bahkan
menyentuh lapisan ketiga dari kebudayaan (pengertian diri manusia). Dengan lain
perkataaan, dibutuhkan suatu kebudayaan industrial, yaitu suatu siatem-sistem nilai
yang memolakan atau melembagakan interaksi individu dalam masyarakat industrial.
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Kebudayaan manusia dewasa ini ditandai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang teramat cepat. Ada yang mencirikan sebagai
kebudayaan sosio-teknik yaitu kebudayaan dimana ilmu pengetahuan dan teknologi
memungkinkan manusia untuk mengendalikan tidak hanya alam, tetapi juga institusiinstitusi sosial, seperti ekonomi, pendidikan, ilmu dan penelitian serta politik.
Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya membutuhkan prasyarat budaya,
tetapi juga membawa berbagai perubahan sosial budaya. Dampak tersebut dapat
menyangkut segi luar dari kebudayaan, tetapi juga yang lebih mendalam, yaitu
19

kosmologi atau pandangan mengenai alam semesta, seperti misalnya dari pandangan
yang sakral kepada yang sekular (tidak dalam arti jelek, tetapi sebagai kenyataanyang
bisa di olah oleh manusia).
ASPEK BUDAYA DARI PROFESI
Bersama dengan perkembangan industrialisasi berkembang pula berbagai
macam profesi dalam masyarakat. Di Indonesia istilah profesi dipakai sebagai kata
yang sinonim dengan pekerjaan. Dalam arti yang teknis profesi merupakan suatu
occopation, yaitu pekerjaan dengan peran kemasyarakatan yang dengan jelas
dirumuskan dan memenuhi beberapa syarat antara lain :
a. Adanya pendidikan dan latihan yang formal dengan standard tertentu.
b. Adanya cara-cara yang terlembaga untuk menguji terpenuhinya syarat-syarat
pendidikan dan latihan serta kompetensi dari individu-individu yang menjalani
latihan atau pendidikan.
c. Adanya pengetahuan dan keterampilan yang di kuasai.
d. Adanya cara-cara terlembaga yang menjamin agar kompetensi itu digunakan
dalam masyarakat secara bertanggung jawab.
PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
Kalau pancasila untuk kehidupan berbangsa dan bernegara sudah sejak semula
diusahakan sejak dibentuknya Republik Indonesia, maka baru setelah tahun 1978
disadari oleh para pemimpin masyarakat, bahwa pancasila perlu dihayati dan
diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Negara Republik Indonesia tidak akan dapat hidup dengan lestari dan jaya
apabila Pancasila hanya menjadi jiwa bangsa dan negara saja dan tidak meresap ke
dalam jiwa masyarakatnya.
Kalau kita melihat pada manusia-manusia yang hidup bersama sebagai
masyarakat, kehidupan mereka itu dapat kita amati dan kita fahami tanpa
menghubungkannya dengan pengertian negara. Sudah barang tentu setiap masyarakat
didalam zaman modern sekarang hidup di bawah naungan suatu negara. Akan tetapi
untuk memahami kehidupannya sebagai masyarakat kita memusatkan perhatian pada
hubungan antar manusia dan antar kelompok di dalamnya. Untuk melestarikan
hubungan itu secara rukun dan damai dengan sendirinya timbul nilai-nilai sosial yang
kemudian dikonsolidasikan menjadi kaedah-kaedah sosial yang disusul dengan
20

terbentuknya lembaga-lembaga sosial yang oleh para ilmuwan sosial dinamakan juga
pranata-pranata sosial. Dengan perkataan lain manusia-manusia yang hidup bersama
cukup lama itu menumbuhkan suatu kebudayaan yang berfungsi untuk melestarikan
kehidupan mereka dan menciptakan kebahagiaan bersama bagi para anggotanya.
Dengan demikian pengertian masyarakat selalu dihubungkan dengan kebudayaan.
PEMBUDAYAAN PANCASILA
Istilah pembudayaan Pancasila ke dalam masyarakat Indonesia kedengarannya
agak ganjil oleh karena pada waktu persiapan serta perumusannya pada tahun 1945
senantiasa di tegaskan bahwa ke lima sila itu merupakan hasil penggalian dari
kebudayaan Indonesia. Dari keterangan ini orang dapat mengira, bahwa tidak perlu
lagi usaha pembudayaan ke dalam masyarakat Indonesia. Berhubung dengan adanya
pendapat yang demikian itu maka kita harus menyadari bahwa di dalam kebudayaan
yang ada di Indonesia ada ratusan. Dari ratusan unsur-unsur budaya itu dipilih hanya
lima saja yang kemudian dirangkaikan menjadi lima sila atau Pancasila. Dalam
rangkaian yang baru ini ke-lima sila itu mendapat arti yang baru yang peerlu di
pahami, dihayati, dan diamalkan oleh seluruh masyarakat di dalam mana terdapat
ratusan suku yang kebudayaannya masing-masing menunjukkan perbedaan dengan
kebudayaan suku lainnya.
PENYEBARAN PANCASILA
Agar Pancasila di kenal dan dan di pahamioleh masyarakat umum perlu
diadakan usaha penyebar luasannya, seperti juga untuk falsafa, ideologi, dan ajaran
budaya lainnya bagi Pancasila terbuka saluran informasi yang melewati pemerintah,
sekolah, masyarakat dan keluarga. Keempat saluran inilah saluran-saluran pokok yang
tersedia di dalam masyarakat kita pada dewasa ini.
Saluran informasi lewat pemerintah selalu bersifat formal dan biasnya
mengandung masalah-masalah umum yang ada di dalam masyarakat. Kalau informasi
itu terbit dalam bentuk produk hukum maka biasannya di dalamnya dimuat ancaman
hukuman terhadap pelanggarannya. Proses pelaksanaan ancaman hukuman itu hanya
dapat dianggap syah apabila dilakukan oleh aparat negara yang berwewenang dan
menurut prosedur yang diatur menurut hukum pula. Namun di samping hukum itu
informasi dari pemerintah juga dapat berbentuk peraturan dan petunjuk untuk
21

keterbitan administratif. Perlu juga di sebut disini cara penyebaran Pancasila oleh
pemerintah dalam bentuk latihan pegawai dan penataran di berbagai bidang, terutama
penataran P-4.
PANCASILA DALAM ZAMAN PEMBANGUNAN
Pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia dewasa ini
diartikan sebagai Pengamalan Pancasila. Dalam hubungan antara pembangunan dan
Pancasila dan ditinjau dari sudut sosiologi maka masa pembangunan ini memberi
kesempatan yang amat menguntungkan sekali bagi Pancasila untuk memberi
pengaruh yang mendalam dan mendasar pada sistem nilai sosial budaya masyarakat
Indonesia.
Seperti yang diungkapkan para ilmuwan sosial, para ahli filsafat dan juga para
pejabat tingkat tinggi di dalam Pemerintah, pembangunan nasional mengandung arti
pembaharuan. Lain daripada itu pembangunan dan pembaharuan dengan sendirinya
membawa perubahan-perubahan sosial budaya.
PANCASILA DALAM MASA ANOMIE
Di dalam proses perubahan-perubahan sosial budaya dapat di bedakan antara
perubahan-perubahan yang memang di sengaja, malahan mungkin direncanakan dan
dipersiapkan, dan perubahan-perubahan yang terjadi dengan sendirinya tanpa di duga
lebih dahulu oleh masyarakat, mungkin tidak diinginkan tetapi tidak dapat di cegah.
Pancasila merupakan dasar filsafat untuk membangun masyarakat yang adil
dan makmur. Dari niat yang terkandung didalam Pancasila itu dapat disimpulkan,
bahwa pancasila dengan sengaja hendak dijadikan pangkal tolak untuk melkukan
perubahan sosial budaya kearah yang sudah ditentukan itu. Dengan perkataan lain
Pancasila diterima oleh masyarakat Indonesia sebagai kekuatan sosial. Dalam fungsi
itu Pancasila diharapakan menjadi sumber pedoman ialam periode panjang yang
penuh dengan anomie untuk menentukkan nilai-nilai sosial budaya yang harus
diterima baikdan nilai-nilai sosial budaya yang harus kita tinggalkan.
F. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DALAM KETATANEGARAAN DALAM
KEHIDUPAN POLITIK, KEHIDUPAN PERTAHANAN KEAMANAN
Pancasila Sebagai Ideologi dalam Kehidupan Ketatanegaraan
22

1. ARTI NEGARA
Cara pandang Indonesia tidak sekedar melihat negara secara organis,
melainkan sebagaimana disepakati kemudian seperti dirumuskan didalam alenia
ketiga Pembukaan UUD 1945, yaitu bahwa negara adalah suatu keadaan kehidupan
berkelompoknya bangsa Indonesia yang atas berkat rakhamat Allah Yang Maha Kuasa
dan didorongkan oleh keinginan luhur bangsa Indonesia untuk berkehidupan
kebangsaan yang bebas.
Cara pandang bangsa Indonesia tentang negara ataupun sifat hakekat negara
menurut bangsa Indonesia. Sebenarnya cara pandang bangsa Indonesia tentang negara
yang integralistik ini tidak saja terbatas didalam bernegara. Bangsa Indonesia
beranggapan bahwa kehidupan berkelompok dapat dalam bentuk bernegara,
berbangsa dan bermasyarakat. Sehingga juga didalam kehidupan berkelompok
lainnya tersebut kita bercara pandang integralistik pula. Hal ini akan dijelmakan
dalam tatanan kehidupan yang membentuk masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila sebagai suatu perangkat tata nilai.
2. TERJADINYA NEGARA
Secara teoritis, maka suatu negara dianggapada apabila telah dipenuhi ketiga
unsur negara yaitu, pemerintahan yang daulat, bangsa dan wilayah. Namun di dalam
praktek pada zaman modern, teori yang universal ini di dalam kenyataannya tidak
diikuti orang. Banyak yang beraanggapan bahwa pengakuan dari bangsa lain,
memerlukan mekanisme yang memungkinkan hal itu dan hal ini adalah lazim disebut
proklamasi kemerdekaan suatu negara.
Dikaji rumusan pada Alenia kedua Pembukaan UUD 1945, bangsa Indonesia
beranggapan bahwa terjadinya negara merupakan suatu proses atau rangakaian tahaptahap yang berkesinambungan. Indonesia bernegara mendasarkan pada Ketuhanan
Yang Maha Esa yang didasarkan (pelaksanaannya) pada kemanusiaan yang adil dan
berdab. Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah
dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
3. PEMBENARAN ADANYA NEGARA RI
Menurut bangsa Indonesia sebagaimana dirumuskan di dalam Alenia pertama
Pembukaan UUD 1945, maka perlunya ada Negara Republik Indonesia ialah karena
kemerdekaan adalah hak segala bangsa sehingga penjajahan yang bertentangan
dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan harus kita hapuskan.

23

Secara teoritis hidup berkelompok baik bermasyarakat, berbangsa maupun


bernegara seharusnya tidak mencerminkan eksploitasi sesama manusia (penjajahan)
harus berperikemanusiaan dan harus berperikeadilan. Inilah teori pembenaran paling
mendasar daripada bangsa Indonesia tentang bernegara.
Perbedaan konsep tentang negara yang dilandasi oleh pemikiran ideologis
adalah penyebab utamanya, sehingga perlu kita fahami filosofi ketatanegaraan tentang
makna kebebasan atau kemerdekaan suatu bangsa dalam kaitannya dengan
ideologinya.
4. TUJUAN BERNEGARA
Bernegara didalam sistem feodal adalah penguasaan atas tanah, tidak perlu
penjelasan lagi. Sampai sekarangpun masih kita jumpai warisangelar-gelar feodalistik
yang dikaitkan dengan nama ataupunsebutan wilayah.
Tujuan bernegara adalah konsep yang lebih tua daripada Negara Hukum ialah
konsep bahwa negar bertujuan untuk memenuhi kepentingan umum atau res publica.
Semua negara yang berbentuk Republik adalah untuk kepentingan umum bukan
kepentingan dinasti atau untuk kepentingan golongan.
Kepentingan umum menurut bangsa Indonesia secara ketatanegaraan yaitu
masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasla tujuan negara kita. Di dalam alenia
keempat Pembukaan UUD 1945 dirumuskan unsur daripada masyarakat adil dan
makmur berdasarkan pancasila tersebut secara dinamis.
Dengan demikian masyarakatadil dan makmur berdasarkan pancasial ialah
secar ketatanegaraan tidak lain ialah terselenggaranya unsur yang secar dinamis
berkesinambungan.
5. TATA ORGANISASI
Tata organisasi

merupakan

hal

yang

fundamental

dari

kehidupan

ketatanegaraa. Tata organisasi permasalahannya:


1. Bentuk Negara
Bentuk negara ialah penjelmaan daripada organisasi negara secara nyata di
masyarakat. Bangsa indonesia memilih bentuk negara yang dinamakan Republik yang
sebagaimana telah diuraikan merupak suatu pola yang mengutamakan pencapaian
kepentingan umum bukan kepentingan perseorangan ataupun kepentingan golongan.
2. Bentuk Pemerintahan
Bentuk pemerintahan adalah pola yang menentukan hubungan antara lembaga
negara dalam menentukan gerak kenegaraan. Interelasi antara lembaga tinggi negara
ini dapat menentukan pola pengambilan keputusankenegaraan dan inilah yang secara
teknis ketatanegaraan disebut bentuk pemerintahan negara berdasarkan UUD 1945.
6. TATA JABATAN
24

Masalah tata jabatan muncul karena adanya anggapanbahwa di dalam


organisasi negara yang tetap adalah jabatannya sedangkan pelakunya dapat berubah.
Permasalahan tata jabatan dirinci dalam beberapa sub masalah yaitu masalah
perwakilan (sistem dan lembaganya), masalah penggolongan penduduk, masalah alat
perlengkapan negara.
7. TATA HUKUM
Ketatanegaraan tidak dapat dipisahkan dari analisa tata hukum, bahkan aliran
yuridis. Analisa tata hukum meliputi konstitusiatau hukum dasar, fungsi-fungsi
kenegaraan, hak dan kewajiban konstitusional warga negara dan penduduk dan
konsep negara hokum
8. TATA NILAI
Tata nilai yang terinci dan terkait padatatanan kehidupan kenegaraan. Tatanan
kehidupan diberi petunjuk idealismenya sesuai dengan ideologi pancasila. Penjabaran
nilaimenjadi suatu keharusan agar diperoleh suatu gambaran yang lebih kongkrit daro
setiap ntatanan sehingga memudahkan pembangunan setiap bidangnya.
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DALAM KEHIDUPAN POLITIK
Berbicara tentang Pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan politik tentunya
yang di maksudkan adalah bagaimana peran dan fungsi Pancasila sebagai landasan
dan sekaligus tujuan dalam kehidupan politik bangsa kita. Pancasila memiliki tiga
dimensi yang diperlukannya untuk menjadi suatu ideologi yang relevam dari zaman
ke zaman bagi bangsa kita.
Melalui dinamika internal pancasila memotivasi atau merangsang kita untuk
mengembangkan pemikiran-pemikiran baru yang relevan dengan hakekat yang
tergantung di dalam dirinya. Dengan demikian pancasila akan berkembang sebagai
suatu ideologi yang hidup dan tetap relevam dari zaman ke zaman.
Proses pembudayaan dan pengalaman ideologi juga ikut dibantu oleh kemauan
dan keberanian melakukan evaluasi terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam
ideologi dengan pengalaman empiris dalam praktek kehidupan perpolitikan seharihari.
Pancasila sesungguhnya sudah mulai dirasakan sebagai ideologiyang hidup
oleh sebagian masyarakat, terutama oleh mereka yangtelah berhasil mendalami atau
25

membudayakan serta memiliki sikap kritis terhadap praktek-praktek kehidupan


perpolitikan yang mereka ketahui atau anggap tidak sesuai atau mungkin justru
bertentangan dengan nilai-nilai pancasila.
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DALAM KEHIDUPAN PERTAHANAN
KEAMANAN
Ada perbedaan disamping ada persamaan antara falsafat dan ideologi. Falsafah
adalah upaya manusia tanpa akhir untuk mencari kebenaran terdasar dari segala
fenomena, dan sudah merasa puas jika ia merasa menemukan kebenaran-kebenaran
terdasar itu. Ahli filsafat pada dasarnya adalah pengamat yang cermat dan tekun
terhadap segala gejala, dan tidak melibatkan diri secara langsung kepada fenomena
tersebut.
Falsafah bisa dipandang sebagai sekedar hasil keinginan tahu, tetapi juga bisa
sebagai dasar intelektual untuk memandang segala sesuatu itu secara tertib, koheren
dan konsisten untuk menata segala sesuatu itu secara rapi. Dalam artian falsafah
sudah turun satu tingkat kearah kenyataan dan kebenaran terdasar.
Ideologi menurut Edward Shils mempunyai ciri sebagai rumusan yang lekas
mengenang berbagai masalah, bersifat mengikat bagi para penganutnya dan berkisar
pada satu nilai dasar sebagai inti. Sifatnya komprehensif meliputi sembilan ciri yaitu
rumusannya lugas, terintegrasi secara sengaja disekitar satu kepercayaan moral atau
kognitif, mengakui kaitannya dengan pola masa lampau dan sekarang, menutup
masuknya unsur atau variasi baru, keharusan untuk melaksanakannya dalam sikap dan
perbuatan, adanya rasa senang kepada ideologi, keharusan adanya konsensus dari
semua pengikutnya, diundangkan secara legal dan dihubungkan satu badan yang
didirikan untuk menegakkan pola kepercayaan itu.
Ideologi mempunyai manfaat dan mudarat. Manfaat ideologi adalah sifatnya
yang komprehensif dan konsisten. Mudaratnya adalah sifatnya yang sudah
komprehensif itu sendiri, yang cenderung menutup diri terhadap segala hal yang tidak
sesuai dengan sistem nilai yang di anutnya.
Sifat dinamik Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara di jabarkan oleh
Presiden Soeharto kedalam ideologi dengan menegaskan bahwa Pancasila adalah
26

sebagai ideologi terbuka. Penegasan yang disampaikan sejak tahun 1985 ini amat
penting untuk mencegah kemudaratan yang bisa ditimbulkan oleh pengembangan
Pancasila ke taraf ideologi yaitu ancaman dogmantisme yang bertentangan sifat
Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara itu sendiri.
Pembahasan

mengenai

Pancasila

sebagai

ideologi

dalam

kehidupan

pertahanan dan keamanan dikaitkan dengan pemikiran sejajaran angkatan. Bersenjata


Republik Indonesia sejak saat awal kehadirannya dengan berbagai nama d tahun
1945. Ideologi dalam kehidupan pertahanan keamanan tidak hanya tumbuh dalam
kalangan ABRI tetapi juga dalam kalangan di luar ABRI seperti dikalangan politisi
dan intelektual.
POSISI MILITER DALAM KEHIDUPAN KENEGARAAN
Secara umum inti dari kehidupan pertahanan keamanan adalah militer yaitu
salah satu profesi tertua yang bisa di sifatkan sebagai experts in violence. Tidaklah
lazim dunia militer ini dikaitkan dengan pemikiran yang bersifat filsafati atau
ideologi.
Sejak tahun-tahun pertama orde baru pelaksanaan Pancasila di arahkan kepada
pembangunan nasional untuk mencapai sasaran yang tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesehjateraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan atas kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
ABRI tidak mengaembangkan sendiri pendalaman terhadap pancasila sebagai
nilai

dasar,

tetapi

memusatkan

perhatian

pada

upaya

pengamalan

dan

pengamanannya. Namun ABRI sadar, bahwa banyak masalah keamanan mempunyai


akar dalam bidang ideologi, politik, ekonomi serta sosial budaya. Untuk dapat
menangani masalah keamanan serta masalah kesejahteraan yang dapat mempunyai
dampak kepada masalah keamanan itu, ABRI telah mengembangkan nilai-nilai
instrumental Pancasila yang berintikan kerjasama dan komunikasi yang erat dengan
golongan-golongan lainnya dalam masyarakat.
Tantangan penjabaran Pancasila yang dihadapi ABRI adalah mencari
keseimbangan yang serasi antara tugas pengamanan di satu pihak dengan tugas
27

memberi peluang dan dorongan untuk berkembangnya kreatifitas dan prakasa


masyarakat untuk pembangunan di pihak lain.
G. REALISASI NASIONALISME SETELAH MERDEKA
Perjalanan sejarah membuktikan bahwa kemerdekaan politik tidak secara
mudah direalisasikan. Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dikumandankan pada
17 Agustus 19545 tidak serta merta memberi kebebasan dan kedaulatan pada bangsa
Indonesia merealisasi diri sebagai bangsa yang merdeka. Banyak tantangan yang
dihadapi oleh pemerintah dan rakyat Indonesia untuk merealisasi diri sebagai bangsa
yang merdeka.
Selama proses sidang PPKI, menentukan waktu dan tempat pembacaan teks
proklamasi, sehingga menentukan kontribusi dan pimpinan pemerintah tidak dapat
dilakukan secara bebas. Tentara pendukung jepang yang secara de facto masih
menguasai terus mengawasi dan membatasi tindakan pemimpin Indonesia. Sebagai
pihak yang kalah, pasukan jepang ditugaskan oleh pihak sekutu untuk menjaga
stabilitas dan status quo.
Dalam konteks itulah usaha awal yang dilakukan oleh pemerintah dan bangsa
Indonesia untuk merealisasikan kemerdekaan banyak berhadapan dengan pasukan
pendudukan jepang. Untuk lebih mendalam lagi inilah wujud nasionalisme pada era
orde lama, orde baru, dan reformasi.
NASIONALISME PADA MASA ORDE LAMA
Fase perjalanan bangsa sudah cukup panjang, meski tidak sepanjang masa
kolonial. Pasca proklamasi 17 agustus 1945 adalah masa pembentukan pilar-pilar
pemerintahan revolusioner yang kemudian di kenal dengan orde lama. Periode ini
berlangsung mulai dari 17 agustus 1950 sampai 6 juli 1959 dibawah pemerintahan
presiden Soekarno.
Pada era ini, presiden soekarno telah mengikrarkan suatu wilayah dari Sabang
sampai Merauke dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konstelasi
politik dalam negeri yang begitu cepat berubah tidak menggoyahkan presiden sebagai
pemimpin besar Revolusi. Pada percaturan politik luar negeri, Bung Karno telah
berhasil menjadi kampium dunia yang disegani kawan maupun lawan. Gerakan non
28

Blok dan konfrensi Asia-Afrika adalah salah satu bukti keperkasaan dalam percaturan
politik internasional. Kekuasaan Bung Karno berakhir pasca diterbitkan Supersemar
( yang penuh dengan kontrofersi), dengan dilantiknya Jendral Suharto sebagai
Presiden RI ke 2 oleh MPRS pada tanggal 27 Maret 1968. Nasinalisme pada era orde
lama (Bung Karno) dapat disimpulkan sebagai berikut:
Bung Karno menginginkan suatu nation character buildingkarakter politik
nasionalisme Indonesia adalah anti imperialisme, anti kolonialisme, sekaligus properdamaian. Tujuan nasionalisme ala Bung Karno adalah membangkitkan rasa
percaya diri sebagai bangsa besar, yang sanggup menyelesaikan masalah sendiri.
Bung

Karno

menggelorakan

sentimen

nasionalisme

dengan

sesuatu

yang

mengangkat martabat bangsa dan dengan progresif mengisi karakter nasionalisme


Indonesia. Bung Karno merumuskan politiknya sebagai anti nekolim, yang
membuatnya dekat dengan blok Timur dan sejalan dengan PKI.
NASIONALISME PADA MASA ORDE BARU
Orde baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di
Indonesia.orde baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.Dalam jangka waktu
tesebut ,ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan
dengan praktik korupsi yang merajalela di Negara ini.Selain itu, kesenjangan antara
rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar. Indonesia dalam kekuasaan rezim
Orde Baru berlaku tatanan pemerintahan kediktatoran-militer yang anti demokrasi,
anti national, anti HAM, anti hukum dan keadilan, yang menumpas ideal nasionalisme
Indonesia. Kekuasaan demikian, yang berlangsung selama 32 tahun dan
menggunakan pendekatan kekerasan, telah mematikan inisiatif dan kreativitas rakyat,
memperbodoh rakyat. Di sisi lain tindakan rezim Orba tersebut

menumbuhkan

kebencian rakyat mendasar, terutama rakyat luar Jawa yang merasakan kekayaan
alamnya dijarah dan kebudayaannya dieliminir. Maka tidaklah salah kalau dikatakan
terjadi penjajahan oleh rezim Orba atau rezim Soeharto. Kolonialisme Orba ini
meskipun hanya 32 tahun (suatu jangka waktu relatif pendek jika dibandingkan
dengan penjajahan kolonialisme Belanda) menjajah Indonesia tapi kerusakan yang
diakibatkannya telah menimbulkan krisis yang luar biasa, kemelaratan dan
kesengsaraan rakyat yang tak terhingga. Dari situasi yang demikian itu rakyat daerah
luar Jawa merasakan ketidak adilan yang sangat mendalam, yang mengakibatkan
29

tumbuhnya benih-benih gerakan disintegrasi dalam negara Indonesia. Di samping itu


konflik yang bernuansa SARA, misalnya antara suku Dayak dengan suku Madura (di
Kalimantan), antara ummat Kristen dengan ummat Islam (di Maluku dan Sulawesi),
penganiayaan fisik dan pengrusakan harta benda etnik Tionghoa (di Jakarta) dll.
Adalah contoh retaknya bangunan nasionalisme Indonesia.
Berikut ini nasionalisme pada masa Orde Baru secara garis besar meliputi:
1. Orba menafsirkan nasionalisme dengan corak sentralisme birokratik yang jauh
lebih ekstrim dari masa sebelumnya.
2. Dengan legitimasi memulihkan stabilitas nasional, orde ini mempunyai dua ciri
pokok:
secara ekonomi membuka kran modal asing,
secara politik menjalankan otoritarianisme yang militeristik.
3. Pengendalian politik sipil oleh militer, pemasungan kebebasan berorganisasi dan
berekspresi, dan sentralisme pemerintahan yang luar biasa mengendalikan politik
daerah telah mengkorup Indonesia sebagai proyek bersama.
4. Nasionalisme orde baru adalah sesuatu yang anti dialog dan anti demokrasi.
Kendali politik birokratis-militeristik ini telah menempatkan State menjadi apa
yang dalam istilah Hobbesian sebagai Leviathan, sesuatu yang besar dan
menakutkan. Orde ini juga telah menciptakan militer sebagai kasta politik
terpenting dan mengecilkan peran masyarakat sipil. Sentralisme rezim otoriter
militeristik pergolakan daerah seperti Aceh, Timor Timur dan Papua menjadi
sangat gelap, berdarah-darah, dan menyisakan trauma politik yang panjang
5. strategi integrasi nasional gaya Suharto adalah mengencangkan kendali birokrasi
dan militer sebagai agen nasionalisme.
NASIONALISME PADA MASA REFORMASI.
Pada tahun 1998, istilah reformasi menjadi demikian popular untuk menamai
sebuah peristiwa pergerakan massa rakyat yang menuntut agar dibentuk sebuah
pemerintahan baru. Pemerintahan yang sehat dan demokratis. Peristiwa reformasi
dilatarbelakangi berbagai faktor yang demikian komplek dann saling terkait antara
faktor ekonomi,sosial,politik,dan hubungan internasional.
Dan puncaknya terjadi pada tnggal 12 mei 1998 yang dikenal dengan
peristiwa Trisakti sehigga memaksa Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatannya.
Masa reformasi ini berlangsung dari tahun 1998 hingga sekarang. Di era reformasi
30

seperti saat ini, kesadaran Nasionalisme sedang mengidap banyak masalah berat, yang
memerlukan pembenahan secara serius yang berpotensi menimbulkan disintegrasi
karena memudarnya rasa kebanggaan bagi bangsa.
Hal ini kemungkinan disulut oleh menguatnya sentimen kedaerahan dan
semangat primordialisme pascakrisis. Suatu sikap yang sedikit banyak disebabkan
oleh kekecewaan sebagian besar anggota dan kelompok masyarakat bahwa
kesepakatan bersama (contract social) yang mengandung nilai-nilai seperti keadilan
dan perikemanusiaan dan musyawarah kerap hanya menjadi retorika kosong.
Sedangkan semangat nasionalisme pada era reformasi diartikan sebagai
suasana batin yang melekat dalam diri setiap individu sebagai pribadi maupun sebagai
bagian dari bangsa dan negara yang diimplementasikan dalam bentuk kesadaran dan
perilaku yang cinta Tanah Air, kerja keras untuk membangun, membina, dan
memelihara kehidupan yang harmonis dalam rangka memupuk dan memelihara
persatuan dan kesatuan, serta rela berkorban harta, benda bahkan raga dan jiwa dalam
membela bangsa dan negara.
Perlunya paham nasionalisme di era reformasi seperti sekarang ini dikarenakan:
1. Memiliki tugas untuk mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi bangsa besar
2. Kita memiliki kewajiban untuk menjaga status kebangsaan, dan identitas &
kebanggaan nasional
3. Banyak tantangan setelah kemerdekaan Sektor Ekonomi, Sosial, Politik,
Budaya, Pertahanan dari dalam dan luar negeri
4. Menghargai hasil pengorbanan para pahlawan untuk mencapai kemerdekaan

31

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pada zaman yang modern ini, perkembangan globalisasi tidak asing lagi bagi
kita. Segala informasi atau perilaku masyarakat dunia bisa dengan mudah masuk
dalam ranah Indonesia. Tentunya dengan globalisasi ini akan ada efek negative
dan positif. Dan sudah seharusnya kita sebagai orang yang terkena efek dari
globalisasi harus bisa selektif dalam menghadapi masalah ini. Kita harus jeli untuk
menghadapi perubahan zaman yang bisa menggerus tradisi dan budaya baik
Nusantara, Seperti paham paham yang tidak sesuai dengan paham ideology
nasional yang sangat mudah untuk masuk ke Indonesia, seperti paham liberal, dan
lain - lain. Tidak cukup kita melawan penjajah dengan cara fisik saja, namun
untuk sekarang kita juga sangat perlu melawan penjajah yang tak tampak seperti
globalisasi ini, dan itu dibutuhkan pemahaman yang cukup tentang ideology
bangsa kita agar bisa memilah mana yang harus kita anut dan tinggalkan.
3.2 SARAN
Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan
sumber yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum,
oleh karena itu kami harapkan agar pembaca bisa mecari sumber yang lain guna
membandingkan dengan pembahasan yang kami buat, guna mengoreksi bila
terjadi kelasahan dalam pembuatan makalah ini.

32

DAFTAR PUSTAKA

Syarbaini, Syahrial. 2002. Pendidikan Pancasila di Perguruan Negeri. Jakarta : Ghalia


Indonesia
Oesman, Oetojo. Alfian. 1992. Pancasila sebagai Ideologi. Jakarta : Perum Percetakan Negara
R.I
Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
http://www.murianews.com/2016/03/11/74800/globalisasi-dan-paham-radikal-dikhawatirkandandim-0718-pati.html#sthash.GjxYhwTa.dpuf 10:30 14 April 2016

33

Anda mungkin juga menyukai