PENDAHULUAN
MuriaNewsCom, Pati Globalisasi, paham radikal dan sederet isme baru menjadi
bidikan Dandim 0718/Pati Letkol Inf Andri Amijaya Kusuma. Pasalnya, globalisasi dan
paham radikal dinilai berpotensi merusak konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). - See more at:
Karena itu, pihaknya mencoba berkomunikasi dengan banyak pihak untuk mengetahui
peta Kabupaten Pati. Terus terang saja, saat ini Indonesia dilanda arus globalisasi besarbesaran. Banyak paham baru berdatangan yang tidak sesuai dengan semangat NKRI. Ini
harus kita waspadai, kata Andri kepada MuriaNewsCom, Jumat (11/3/2016). - See more at:
Ia meminta kepada warga Pati untuk mendampingi putera-puterinya untuk selalu
waspada dengan gelombang globalisasi. Globalisasi itu baik, tapi kalau tidak dicerna mana
yang bermanfaat buat kita itu berbahaya. Warga Pati mesti jeli untuk menghadapi perubahan
zaman yang bisa menggerus tradisi dan budaya baik Nusantara,tambahnya.
Sementara itu, Ketua Pepabri Pati Soekarno mengaku bangga dengan upaya Dandim
yang mendekati golongan purnawirawan untuk dijadikan bahan pertimbangan. Saya lihat
1
Dandim yang baru ini menguasai sosial, politik, budaya, dan hak asasi manusia. Kami
berharap bisa menjaga keamanan wilayah Pati, tuturnya.
Purnawirawan yang mengalami pergantian Dandim sebanyak 15 kali tersebut
mengatakan, generasi militer muda saat ini harus bisa menguasai segala bidang, termasuk
teknologi informasi. Zaman semakin berubah. Teknologi terus berkembang pesat.
Penguasaan teknologi menjadi bagian dari upaya mengamankan NKRI dengan baik.
Kalau dulu orang militer harus berhadapan dengan penjajahan fisik, saat ini orang militer
juga dihadapkan penjajahan yang tidak tampak. Makanya, harus menguasai segala
bidang,pesanny
See more at: http://www.murianews.com/2016/03/11/74800/globalisasi-dan-paham-radikaldikhawatirkan-dandim-0718-pati.html#sthash.GjxYhwTa.dpuf
PERMASALAHAN
permasalahan yang berkadar kefilsafatan karena bersifat cita-cita dan normatif namun
juga bersifat praktis karena menyangkut operasionalisasi dan strategi. Hal ini karena
ideology Pancasila juga menyangkut hal-hal yang mendasar suatu ajaran yang
menyeluruh tentang makna dan nilai-nilai hidup, ditentukan secara kongkrit
bagaimana manusia harus bertindak.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan ulasan singkat latar belakang di atas, maka dapat
disusunlah rumusan masalah sebgai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN IDEOLOGI
1. ARTI IDEOLOGI
Ideologi adalah gabungan dari dua kata majemuk idea dan logos, yang berasal
dari bahasa Yunani eidos dan logos. secara sederhana ideologi berarti suatu gagasan
yang berdasarkan pemikiran yang sedalam dalamnya dan merupakan pemikiran
filsafat. Dalam arti kata luas istilah ideologi dipergunakan untuk segala kelompok cita
cita, nilai nilai dasar, dan keyakinan keyakinan yang mau dijunjung tinggi
sebagai pedoman normatif. Dalam artian ini ideologi disebut terbuka. Dalam arti
sempit ideologi adalah gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna hidup dan
nila- nilai yang mau menentukaqn dengan mutlak bagaimana manusia harus hidup
dan bertindak. Dalam artian ini disebut juga ideologi tertutup. Kata ideologi sering
juga dijumpai untuk pengertian memutlakkan gagasan tertentu, sifatanya tertutup di
mana teori teori bersifat pura pura dengan kebenaran tertentu, tetapi
menyembunyikan kepentingan kekuasaan tertentu yang bertentangan dengan teorinya.
Dalam hal ini ideologi diasosiasikan kepada hal yang bersifat negatif.
Ideologi juga di artikan sebagai ajaran,doktrin,teori,atau ilmu yang di yakini
kebenarannya,yang di susun secara sistematis dan di beri petunjuk pelaksanaan nya
dalam
menanggapi
dan
menyelesaikan
masalah
yang
di
hadapi
dalam
ini
ideologi
telah
menjadi
suatu
pengertian
yang
weltanschuung ,
yaitu pengetahuan yang mengandung pemikiran - pemikiran besar, cita - cita besar,
mengenai sejarah, manusia, masyarakat, negara (science of ideas). Dalam pegertian
ini kerap kali ideologi disamakan artinya dengan ajaran filsafat .kedua,ideologi
6
yang
secara
formal
merupakan
suatu
knowledge
system(bersifat
dan tidak memihak pada salah satu golongan dan tidak pula menganggap kepentinga
pribadi yang lebih diutamakan, melainkan kepentingan dan keselamatan bagsa serta
Negara sebgai satu kesatuan yang tidak daoat dipisah-pisahkan.
Soepomo menganggap teori integralistik paling sesuai dengan bangsa
Indonesia yang masyarakatnya beraneka ragam. Juga secara kenyataan, teori ini telah
dilaksanakan oleh bangsa Indonesia semenjak dahulu di desa-desa seperti kebiasaan
pemimpin yang selalu bermusyawarah dengan rakyatnya. Hal ini lebih tegas
dinyatakan dalam Penjelasan UUD 1945 bahwa Negara mengatasi segala paham
golongan dan segala paham perseorangan serta menerima paham Negara kesatuan.
Alinea ketiga menyatakan bahwa Negara adalah suatu keadaan kehidupan
berkelompoknya bangsa Indonesia yang atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa
dan didorongkan oleh keinginan yang luhur bangsa Indonesia untuk berkehidupan
kebangsaan yang bebas. Negara dalam cara pandang integrakistik Indonesia, tidak
akan memiliki kepentingan sendiri (kepentingan penerintah) terlepas atau bahkan
bertentangan dengan kepentingan orang-orang (rakyat), di dalam Negara semua pihak
mempunyai fungsi masing-masing dalam suatu kesatuan yang utuh yang oleh Prof.
Soepomo disebutkan sebagai sautu totalitas. Kesatuan atau integritas yang di citacitakan dalam UUD 1945 dijabarkan lebih lanjut dalam Ketetapan MPR tentang
GBHN.
Pancasila bersifat integralistik karena :
1. Mengandung semangat kekeluargaan dalam kebersamaan,
2. Adanya semangat kerja sama (gotong royong),
3. Memelihara persatuan dan kesatuan, dan
4. Mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
C. PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN IDEOLOGI LAIN
Pancasila berbeda dengan ideologi- ideologi lainnya, seperti kapitalisme dan
komunisme. Kedua ideologi ini telah terlebih dahulu lahir sebagai pemikiran filosofis,
yang kemudian dituangkan dalam rumusan ideologi dan setelahnya baru diwujudkan
dalam konsep-konsep politik. Jangka waktu yang dilalui keseluruhan proses ini bisa
sampai puluhan tahun. Manifesto komunis, misalnya diumumkan pada tahun 1841
sebagai pernyataan ideologis dari falsafah Marxisme. Konsep politiknya diwujudkan
pada tahun 1917, dalam Revolusi Oktober di Rusia. Ada jarak waktu selama 76 tahun
antara ideologi dan politik. Kapitalisme, yang lahir lebih dahulu, menjalani proses
10
11
Ciri khas ideologi terbuka ialah bahwa nilai nilai dan cita citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral, dan
budaya masyarakatnya sendir. Dasarnya dari consensus masyarakat, tidak diciptakan
oleh Negara, melainkan ditemukan dalam masyarakat sendiri. Oleh sebab itu, ideologi
terbuka adalah milik dari semua rakyat, masyarakat dapat menemukan dirinyadi
dalamnya. Ideologi terbuka bukan hanya dapat dibenarkan melainkan dibutuhkan.
Nilai nilai dasar menurut pandangan Negara modern bahwa Negara modern hidup
dari nilai nilai dan sikap sikap dasarnya.
Ideologi
terbuka
perkembangan zaman
adalah
ideologi
yang
dapat
berinteraksi
dengan
ideologi terbuka itu, sebenarnya terdapat dalam Penjelasan Umum UUD 1945, yang
menyatakan, Terutama bagi Negara baru dan Negara muda lebih baik hokum dasar
yang tertulis itu hanya memuat aturan aturan pokok, sedangkan aturan aturan yang
menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang undang yang lebih
mudah cara membuatnya, mengubahnya dan mencabutnya.
Selanjutnya dinyatakan, Yang sangat penting dalam pemerintahan dan
dalam hidupnya bernegara ialah semangat, semangat para penyelenggara Negara,
semangat para pemimpin pemerintahan
Suatu ideologi yang wajar ialah bersumber atau berakar pada pandangan hidup
bangsa dan falsadah hidup bangsa. Dengan demikian, ideologi tersebut akan dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kecerdasan kehidupan
bangsa. Hal ini adalah suatu prasyarat bagi suatu ideologi. Berbeda halnya dengan
ideologi yang dimpor, yang akan bersifat tidak wajar (artifisial) dan sedikit banyak
memerlukan pemaksaan oleh kelompok kecil manusia (yang mngimpor ideologi
tersebut). Dengan demikian, ideologi tersebut bersifat tertutup.
Pancasila berakar pada pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa, sehingga
memenuhi prasyarat suatu ideologi terbuka. Sekalipun suatu ideologi itu bersifat
terbuka, tidak berarti bahwa keterbukaannya adalah sebegitu rupa sehingga dapat
memusnahkan atau meniadakan ideologi itu sendiri, hal mana merupakan suatu yang
tidak nalar. Suatu ideologi sebagai suatu rangkuman gagasan gagasan dasar yang
terpadu dan bulat tanpa kontradiksi atau saling bertentangan dalam aspek aspeknya,
pada hakikatnya berupa suatu tata nilai, dimana nilai dapat kita rumuskan sebagai hal
13
ilwal buruk baiknya sesuatu, yang dalam hal ini ialah apa yang dicita citakan
(Padmo Wahyono, 1991 : 39 - 40)
2. FAKTOR PENDORONG KETERBUKAAN IDEOLOGI PANCASILA
Faktor yang mendorong pemikiran mengenai keterbukaan ideologi Pancasila
(BP-7 Pusat, 1993), adalah sebagai berikut.
a. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat
yang berkembang secara cepat
b. Kenyataan menunjukkan bahwa bangkrutnya ideologiyang tertutup dan beku
cenderung meredupkan perkembangan dirinya.
c. Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau
d. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai nilai dasar Pancasila yang
bersifat abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam
rangka mencapai tujuan nasional
Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang
berbentukpola pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia modern. Kita mengenal
ada tiga tingkat nilai, yaitu nilai dasar yang tidak berubah, nilai instrumental sabagai
sarana mewujudkan nilai dasar yang dapat berubah sesuai dengan keadaan dan nilai
praktis berupa pelaksanaan secara nyata yang sesungguhnya. Nilai nilai Pancasila
dijabarkan dalam norma norma dasar Pancasila yang terkandung dalam pembukaan
UUD 1945. Nilai atau norma dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945ini
tidak boleh berubah atau diubah, karena itu adalah pilihan dan hasil consensus bangsa
yang
disebut
kaidah
pokok
dasar
negara
yang
fundamental
14
15
16
sengit yang berarti menyingkirkan asas kekeluargaan, sering lebih nampak khususnya
dengan banyaknya contoh gala monopoli, oligopoli, dan konglomerasi yang
menonjolkan keuntungan usaha sendiri dengan mengecualikan orang lain.
3. IDEOLOGI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BUDAYA
Sebagai bentuk pemahaman tentang kenyataan ideologi berbeda dari
pandangan hidup, karena ideologi lebih eksplisit dan tegas dalam perumusannya.
Ideologi dalam hal ini berbeda pula dari ilmu pengetahuan yang merupakan hasil dari
analisa objektif terhadap fakta dan kebenarannya dapat diuji.
Ideologi juga mempunyai siat futuristik, karena memberikan gambaran masa
depan yang utopis. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan nilai-nilai
yang dicita-citakan dan ingin diwujudkan. Kecenderungan ini dari satu pihak dapat
membawa orang pada harapan yang kurang realistik. Oleh karenanya perlu untuk
selalu berdialog dengan kenyataan yang ada.
KEBUDAYAAN
Kebudayaan telah didefinisikan dengan berbagai cara. Tylor pada tahun 1871
mendefinisikan
kebudayaan
sebagai
keseluruhan
kompleks
yang
memuat
3. Lapisan ketiga adalah inti atau hati dari kebudayaan yaitu pemahaman diri
masyarakat atau cara bagaimana masyarakat menafsirkan dirinya, sejarah dan
tujuannya.
KECENDERUNGAN MASA KINI
Perkembangan kebudayaan Indonesia tidak terlepas dari trend atau
kecenderungan masa kini, baik itu kecenderungan nasional maupun internasional
dalam berbagai bidang kehidupan. Selayang pandang dapat kita sebut berbagai
kecenderungan masa kini, yaitu :
a. Perubahan yang teramat cepat menandai dunia zaman sekarang. Kebudayaan ini
di sebut sebagai kebudayaan pra figuratif.
b. Kecenderungan kedua ialah terjadinya globalisasi berbagai kekuatan, politik
termasuk proliferasi senjata nuklir, ekonomi dan bahkan kultural.apalagi
teknologi informasi yang canggih telah memacu juga tersebarnya pengaruh
tersebut. Ini berarti bahwa Indonesia akan terjamaah juga oleh pengaruh berbagai
kekuatan mondial tersebut.
c. Kecenderungan lain yang dapat diamati ialah munculnya berbagai counterculture sebagai reaksi terhadap homogenisasi budaya yang merupakan akibat
dari globalisasi pengaruh tersebut.mereka menghendaki suatu gaya hidup yang
baru, karena suatu identifikasi secara utuh dengan kemajuan industrial dirasa
perlu dipertanyakan.
d. Trend lain yang dapat kita amati adalah berbagai bentuk kekerasan, dalam skala
besar (G30S/PKI dan peristiwa yang mengikutinya) atau dalam skala kecil. Hal
ini mengundang pertanyaan-pertanyaan yang fundamental. Seperti, manakah
faktor-faktor kekerasan tersebut ?
e. Sebagai hasil dari pembangunan sendiri, meningkatlah harapan dan tuntutan
masyarakat. Yang pertama adalah tuntutan akan pendidikan, karena pendidikan di
masa depan akan merupakan penentu dari alokasi peran dalam masyarakat. Yang
kedua adalah tuntutan akan hak-hak politik sebagai warga negara. Hal itu
merupakan akibat pula dari meningkatnya pendidikan umum dan pendidikan
politik.
f. Kecenderungan lain baik dari tingkat global maupun tingkat nasional adalah
disparitas pendapatan dan taraf hidup yang belum berhasil diciutkan. Hal ini akan
tetap merupakan keprihatinan sebagaimana telah banyak diulas oleh banyak
pakar.
18
kosmologi atau pandangan mengenai alam semesta, seperti misalnya dari pandangan
yang sakral kepada yang sekular (tidak dalam arti jelek, tetapi sebagai kenyataanyang
bisa di olah oleh manusia).
ASPEK BUDAYA DARI PROFESI
Bersama dengan perkembangan industrialisasi berkembang pula berbagai
macam profesi dalam masyarakat. Di Indonesia istilah profesi dipakai sebagai kata
yang sinonim dengan pekerjaan. Dalam arti yang teknis profesi merupakan suatu
occopation, yaitu pekerjaan dengan peran kemasyarakatan yang dengan jelas
dirumuskan dan memenuhi beberapa syarat antara lain :
a. Adanya pendidikan dan latihan yang formal dengan standard tertentu.
b. Adanya cara-cara yang terlembaga untuk menguji terpenuhinya syarat-syarat
pendidikan dan latihan serta kompetensi dari individu-individu yang menjalani
latihan atau pendidikan.
c. Adanya pengetahuan dan keterampilan yang di kuasai.
d. Adanya cara-cara terlembaga yang menjamin agar kompetensi itu digunakan
dalam masyarakat secara bertanggung jawab.
PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
Kalau pancasila untuk kehidupan berbangsa dan bernegara sudah sejak semula
diusahakan sejak dibentuknya Republik Indonesia, maka baru setelah tahun 1978
disadari oleh para pemimpin masyarakat, bahwa pancasila perlu dihayati dan
diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Negara Republik Indonesia tidak akan dapat hidup dengan lestari dan jaya
apabila Pancasila hanya menjadi jiwa bangsa dan negara saja dan tidak meresap ke
dalam jiwa masyarakatnya.
Kalau kita melihat pada manusia-manusia yang hidup bersama sebagai
masyarakat, kehidupan mereka itu dapat kita amati dan kita fahami tanpa
menghubungkannya dengan pengertian negara. Sudah barang tentu setiap masyarakat
didalam zaman modern sekarang hidup di bawah naungan suatu negara. Akan tetapi
untuk memahami kehidupannya sebagai masyarakat kita memusatkan perhatian pada
hubungan antar manusia dan antar kelompok di dalamnya. Untuk melestarikan
hubungan itu secara rukun dan damai dengan sendirinya timbul nilai-nilai sosial yang
kemudian dikonsolidasikan menjadi kaedah-kaedah sosial yang disusul dengan
20
terbentuknya lembaga-lembaga sosial yang oleh para ilmuwan sosial dinamakan juga
pranata-pranata sosial. Dengan perkataan lain manusia-manusia yang hidup bersama
cukup lama itu menumbuhkan suatu kebudayaan yang berfungsi untuk melestarikan
kehidupan mereka dan menciptakan kebahagiaan bersama bagi para anggotanya.
Dengan demikian pengertian masyarakat selalu dihubungkan dengan kebudayaan.
PEMBUDAYAAN PANCASILA
Istilah pembudayaan Pancasila ke dalam masyarakat Indonesia kedengarannya
agak ganjil oleh karena pada waktu persiapan serta perumusannya pada tahun 1945
senantiasa di tegaskan bahwa ke lima sila itu merupakan hasil penggalian dari
kebudayaan Indonesia. Dari keterangan ini orang dapat mengira, bahwa tidak perlu
lagi usaha pembudayaan ke dalam masyarakat Indonesia. Berhubung dengan adanya
pendapat yang demikian itu maka kita harus menyadari bahwa di dalam kebudayaan
yang ada di Indonesia ada ratusan. Dari ratusan unsur-unsur budaya itu dipilih hanya
lima saja yang kemudian dirangkaikan menjadi lima sila atau Pancasila. Dalam
rangkaian yang baru ini ke-lima sila itu mendapat arti yang baru yang peerlu di
pahami, dihayati, dan diamalkan oleh seluruh masyarakat di dalam mana terdapat
ratusan suku yang kebudayaannya masing-masing menunjukkan perbedaan dengan
kebudayaan suku lainnya.
PENYEBARAN PANCASILA
Agar Pancasila di kenal dan dan di pahamioleh masyarakat umum perlu
diadakan usaha penyebar luasannya, seperti juga untuk falsafa, ideologi, dan ajaran
budaya lainnya bagi Pancasila terbuka saluran informasi yang melewati pemerintah,
sekolah, masyarakat dan keluarga. Keempat saluran inilah saluran-saluran pokok yang
tersedia di dalam masyarakat kita pada dewasa ini.
Saluran informasi lewat pemerintah selalu bersifat formal dan biasnya
mengandung masalah-masalah umum yang ada di dalam masyarakat. Kalau informasi
itu terbit dalam bentuk produk hukum maka biasannya di dalamnya dimuat ancaman
hukuman terhadap pelanggarannya. Proses pelaksanaan ancaman hukuman itu hanya
dapat dianggap syah apabila dilakukan oleh aparat negara yang berwewenang dan
menurut prosedur yang diatur menurut hukum pula. Namun di samping hukum itu
informasi dari pemerintah juga dapat berbentuk peraturan dan petunjuk untuk
21
keterbitan administratif. Perlu juga di sebut disini cara penyebaran Pancasila oleh
pemerintah dalam bentuk latihan pegawai dan penataran di berbagai bidang, terutama
penataran P-4.
PANCASILA DALAM ZAMAN PEMBANGUNAN
Pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia dewasa ini
diartikan sebagai Pengamalan Pancasila. Dalam hubungan antara pembangunan dan
Pancasila dan ditinjau dari sudut sosiologi maka masa pembangunan ini memberi
kesempatan yang amat menguntungkan sekali bagi Pancasila untuk memberi
pengaruh yang mendalam dan mendasar pada sistem nilai sosial budaya masyarakat
Indonesia.
Seperti yang diungkapkan para ilmuwan sosial, para ahli filsafat dan juga para
pejabat tingkat tinggi di dalam Pemerintah, pembangunan nasional mengandung arti
pembaharuan. Lain daripada itu pembangunan dan pembaharuan dengan sendirinya
membawa perubahan-perubahan sosial budaya.
PANCASILA DALAM MASA ANOMIE
Di dalam proses perubahan-perubahan sosial budaya dapat di bedakan antara
perubahan-perubahan yang memang di sengaja, malahan mungkin direncanakan dan
dipersiapkan, dan perubahan-perubahan yang terjadi dengan sendirinya tanpa di duga
lebih dahulu oleh masyarakat, mungkin tidak diinginkan tetapi tidak dapat di cegah.
Pancasila merupakan dasar filsafat untuk membangun masyarakat yang adil
dan makmur. Dari niat yang terkandung didalam Pancasila itu dapat disimpulkan,
bahwa pancasila dengan sengaja hendak dijadikan pangkal tolak untuk melkukan
perubahan sosial budaya kearah yang sudah ditentukan itu. Dengan perkataan lain
Pancasila diterima oleh masyarakat Indonesia sebagai kekuatan sosial. Dalam fungsi
itu Pancasila diharapakan menjadi sumber pedoman ialam periode panjang yang
penuh dengan anomie untuk menentukkan nilai-nilai sosial budaya yang harus
diterima baikdan nilai-nilai sosial budaya yang harus kita tinggalkan.
F. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DALAM KETATANEGARAAN DALAM
KEHIDUPAN POLITIK, KEHIDUPAN PERTAHANAN KEAMANAN
Pancasila Sebagai Ideologi dalam Kehidupan Ketatanegaraan
22
1. ARTI NEGARA
Cara pandang Indonesia tidak sekedar melihat negara secara organis,
melainkan sebagaimana disepakati kemudian seperti dirumuskan didalam alenia
ketiga Pembukaan UUD 1945, yaitu bahwa negara adalah suatu keadaan kehidupan
berkelompoknya bangsa Indonesia yang atas berkat rakhamat Allah Yang Maha Kuasa
dan didorongkan oleh keinginan luhur bangsa Indonesia untuk berkehidupan
kebangsaan yang bebas.
Cara pandang bangsa Indonesia tentang negara ataupun sifat hakekat negara
menurut bangsa Indonesia. Sebenarnya cara pandang bangsa Indonesia tentang negara
yang integralistik ini tidak saja terbatas didalam bernegara. Bangsa Indonesia
beranggapan bahwa kehidupan berkelompok dapat dalam bentuk bernegara,
berbangsa dan bermasyarakat. Sehingga juga didalam kehidupan berkelompok
lainnya tersebut kita bercara pandang integralistik pula. Hal ini akan dijelmakan
dalam tatanan kehidupan yang membentuk masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila sebagai suatu perangkat tata nilai.
2. TERJADINYA NEGARA
Secara teoritis, maka suatu negara dianggapada apabila telah dipenuhi ketiga
unsur negara yaitu, pemerintahan yang daulat, bangsa dan wilayah. Namun di dalam
praktek pada zaman modern, teori yang universal ini di dalam kenyataannya tidak
diikuti orang. Banyak yang beraanggapan bahwa pengakuan dari bangsa lain,
memerlukan mekanisme yang memungkinkan hal itu dan hal ini adalah lazim disebut
proklamasi kemerdekaan suatu negara.
Dikaji rumusan pada Alenia kedua Pembukaan UUD 1945, bangsa Indonesia
beranggapan bahwa terjadinya negara merupakan suatu proses atau rangakaian tahaptahap yang berkesinambungan. Indonesia bernegara mendasarkan pada Ketuhanan
Yang Maha Esa yang didasarkan (pelaksanaannya) pada kemanusiaan yang adil dan
berdab. Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah
dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
3. PEMBENARAN ADANYA NEGARA RI
Menurut bangsa Indonesia sebagaimana dirumuskan di dalam Alenia pertama
Pembukaan UUD 1945, maka perlunya ada Negara Republik Indonesia ialah karena
kemerdekaan adalah hak segala bangsa sehingga penjajahan yang bertentangan
dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan harus kita hapuskan.
23
merupakan
hal
yang
fundamental
dari
kehidupan
sebagai ideologi terbuka. Penegasan yang disampaikan sejak tahun 1985 ini amat
penting untuk mencegah kemudaratan yang bisa ditimbulkan oleh pengembangan
Pancasila ke taraf ideologi yaitu ancaman dogmantisme yang bertentangan sifat
Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara itu sendiri.
Pembahasan
mengenai
Pancasila
sebagai
ideologi
dalam
kehidupan
dasar,
tetapi
memusatkan
perhatian
pada
upaya
pengamalan
dan
Blok dan konfrensi Asia-Afrika adalah salah satu bukti keperkasaan dalam percaturan
politik internasional. Kekuasaan Bung Karno berakhir pasca diterbitkan Supersemar
( yang penuh dengan kontrofersi), dengan dilantiknya Jendral Suharto sebagai
Presiden RI ke 2 oleh MPRS pada tanggal 27 Maret 1968. Nasinalisme pada era orde
lama (Bung Karno) dapat disimpulkan sebagai berikut:
Bung Karno menginginkan suatu nation character buildingkarakter politik
nasionalisme Indonesia adalah anti imperialisme, anti kolonialisme, sekaligus properdamaian. Tujuan nasionalisme ala Bung Karno adalah membangkitkan rasa
percaya diri sebagai bangsa besar, yang sanggup menyelesaikan masalah sendiri.
Bung
Karno
menggelorakan
sentimen
nasionalisme
dengan
sesuatu
yang
menumbuhkan
kebencian rakyat mendasar, terutama rakyat luar Jawa yang merasakan kekayaan
alamnya dijarah dan kebudayaannya dieliminir. Maka tidaklah salah kalau dikatakan
terjadi penjajahan oleh rezim Orba atau rezim Soeharto. Kolonialisme Orba ini
meskipun hanya 32 tahun (suatu jangka waktu relatif pendek jika dibandingkan
dengan penjajahan kolonialisme Belanda) menjajah Indonesia tapi kerusakan yang
diakibatkannya telah menimbulkan krisis yang luar biasa, kemelaratan dan
kesengsaraan rakyat yang tak terhingga. Dari situasi yang demikian itu rakyat daerah
luar Jawa merasakan ketidak adilan yang sangat mendalam, yang mengakibatkan
29
seperti saat ini, kesadaran Nasionalisme sedang mengidap banyak masalah berat, yang
memerlukan pembenahan secara serius yang berpotensi menimbulkan disintegrasi
karena memudarnya rasa kebanggaan bagi bangsa.
Hal ini kemungkinan disulut oleh menguatnya sentimen kedaerahan dan
semangat primordialisme pascakrisis. Suatu sikap yang sedikit banyak disebabkan
oleh kekecewaan sebagian besar anggota dan kelompok masyarakat bahwa
kesepakatan bersama (contract social) yang mengandung nilai-nilai seperti keadilan
dan perikemanusiaan dan musyawarah kerap hanya menjadi retorika kosong.
Sedangkan semangat nasionalisme pada era reformasi diartikan sebagai
suasana batin yang melekat dalam diri setiap individu sebagai pribadi maupun sebagai
bagian dari bangsa dan negara yang diimplementasikan dalam bentuk kesadaran dan
perilaku yang cinta Tanah Air, kerja keras untuk membangun, membina, dan
memelihara kehidupan yang harmonis dalam rangka memupuk dan memelihara
persatuan dan kesatuan, serta rela berkorban harta, benda bahkan raga dan jiwa dalam
membela bangsa dan negara.
Perlunya paham nasionalisme di era reformasi seperti sekarang ini dikarenakan:
1. Memiliki tugas untuk mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi bangsa besar
2. Kita memiliki kewajiban untuk menjaga status kebangsaan, dan identitas &
kebanggaan nasional
3. Banyak tantangan setelah kemerdekaan Sektor Ekonomi, Sosial, Politik,
Budaya, Pertahanan dari dalam dan luar negeri
4. Menghargai hasil pengorbanan para pahlawan untuk mencapai kemerdekaan
31
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pada zaman yang modern ini, perkembangan globalisasi tidak asing lagi bagi
kita. Segala informasi atau perilaku masyarakat dunia bisa dengan mudah masuk
dalam ranah Indonesia. Tentunya dengan globalisasi ini akan ada efek negative
dan positif. Dan sudah seharusnya kita sebagai orang yang terkena efek dari
globalisasi harus bisa selektif dalam menghadapi masalah ini. Kita harus jeli untuk
menghadapi perubahan zaman yang bisa menggerus tradisi dan budaya baik
Nusantara, Seperti paham paham yang tidak sesuai dengan paham ideology
nasional yang sangat mudah untuk masuk ke Indonesia, seperti paham liberal, dan
lain - lain. Tidak cukup kita melawan penjajah dengan cara fisik saja, namun
untuk sekarang kita juga sangat perlu melawan penjajah yang tak tampak seperti
globalisasi ini, dan itu dibutuhkan pemahaman yang cukup tentang ideology
bangsa kita agar bisa memilah mana yang harus kita anut dan tinggalkan.
3.2 SARAN
Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan
sumber yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum,
oleh karena itu kami harapkan agar pembaca bisa mecari sumber yang lain guna
membandingkan dengan pembahasan yang kami buat, guna mengoreksi bila
terjadi kelasahan dalam pembuatan makalah ini.
32
DAFTAR PUSTAKA
33